menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan
tahun, namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Rumah Gadang ini
dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian, muka dan belakang. Bagian
depan dari Rumah Gadang biasanya penuh dengan ukiran ornamen dan umumnya bermotif akar,
bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi
dengan belahan bambu. Rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan rumah
dibuat besar ke atas, namun tidak mudah rebah oleh goncangan, dan setiap elemen dari Rumah
Gadang mempunyai makna tersendiri yang dilatari oleh tambo yang ada dalam adat dan budaya
masyarakat setempat.
Pada umumnya Rumah Gadang mempunyai satu tangga yang terletak pada bagian depan.
Sementara dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding.
Karena wilayah Minangkabau rawan gempa sejak dulunya karena berada di pegunungan Bukit
Barisan, maka arsitektur Rumah Gadang juga memperhitungkan desain yang tahan gempa. Seluruh
tiang Rumah Gadang tidak ditanamkan ke dalam tanah, tetapi bertumpu ke atas batu datar yang
kuat dan lebar. Seluruh sambungan setiap pertemuan tiang dan kasau (kaso) besar tidak memakai
paku, tetapi memakai pasak yang juga terbuat dari kayu. Ketika gempa terjadi Rumah Gadang akan
bergeser secara fleksibel seperti menari di atas batu datar tempat tonggak atau tiang berdiri. Begitu
pula setiap sambungan yang dihubungkan oleh pasak kayu juga bergerak secara fleksibel, sehingga
Rumah Gadang yang dibangun secara benar akan tahan terhadap gempa.
Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang
merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di Sumatera Barat. Rumah ini juga disebut
dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang
menyebut dengan nama Rumah Baanjuang.