Anda di halaman 1dari 15

BAB IS

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan pelaku bisnis yang bergerak
pada berbagai bidang usaha, yang menyentuh kepentingan masyarakat. Di Indonesia, Usaha
Mikro Kecil dan Menengah sering disingkat (UMKM), UMKM saat ini dianggap sebagai
cara yang efektif dalam pengentasan kemiskinan. Dari statistik dan riset yang dilakukan,
UMKM mewakili jumlah kelompok usaha terbesar. UMKM telah diatur secara hukum
melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi
dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang
paling besar kontribusinya terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan
peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu
upaya mengurangi pengangguran. Oleh karena Perlu adanya kesadaran kita untuk
mengembangkan UMKM di Indonesia agar terciptanya kesejahteraan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan dan pemberdayaan UMKM di Indonesia?


2. Apa hambatan dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia?
4. Apa Strategi Pemberdayaan UMKM menghadapi Pasar Bebas ASEAN?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui perkembangan dan pemberdayaan UMKM di Indonesia.


2. Mengetahui hambatan dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia
3. Mengetahui peran pemerintah dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia
4. Mengetahui Strategi Pemberdayaan UMKM menghadapi Pasar Bebas ASEAN

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian UKM

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke
jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut
Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi
rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan
usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) :
Pengertian UMKM
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini. Usaha Mikro memiliki kriteria asset maksimal sebesar 50 juta dan omzet
sebesar 300 juta.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil
memiliki kriteria asset sebesar 50 juta sampai dengan 500 juta dan omzet sebesar 300
juta sampai dengan 2,5 miliar.
Ciri-ciri usaha kecil sebagai berikut:

Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang


berubah;
Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana,
keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah
membuat neraca usaha;
Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;
Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business
planning.

Contoh usaha kecil:

Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;
Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;

2
Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri
alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan;
Peternakan ayam, itik dan perikanan;
Koperasi berskala kecil.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini. Usaha Menengah memiliki kriteria asset sebesar 500 juta sampai dengan
10 miliar dan omzet sebesar 2,5 miliar sampai dengan 50 miliar.
Ciri-ciri usaha menengah sebagai berikut:

Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih
teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian
keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan
teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan
termasuk oleh perbankan;
Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada
Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin
tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

Contoh usaha menengah


Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh sektor
mungkin hampir secara merata, yaitu:

Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;


Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;
Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi
dan bus antar proponsi;
Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;
Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa sebuah perusahaan yang digolongkan


sebagai UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau

3
dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu.
Rinciannya sebagai berikut:

Usaha produktif yang kekayaannya sampai 50 juta rupiah dengan pendapatan sampai
300 juta rupiah per tahun digolongkan sebagai Usaha Mikro.
Usaha produktif yang nilai kekayaan usahanya antara 50 juta hingga 500 juta rupiah
dengan total penghasilan sekitar 300 juta hingga 2,5 milyar rupiah per tahun
dikategorikan sebagai Usaha Kecil.
Sedangkan Usaha Menengah merupakan usaha produktif yang memiliki kekayaan
(modal) 500 juta hingga 10 milyar rupiah dengan jumlah pendapatan pertahun
berkisar 2,5 50 milyar rupiah.

Menurut Bank Dunia, UMKM dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu Usaha Mikro
(jumlah karyawan 10 orang), Usaha Kecil (jumlah karyawan 30 orang) dan Usaha
Menengah/Medium (jumlah karyawan hingga 300 orang). Dalam perspektif usaha, UMKM
diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu:

UKM sektor informal atau dikenal dengan istilah Livelihood Activities, contohnya
pedagang kaki lima dan warteg.
UKM Mikro atau Micro Enterprise adalah para UKM dengan kemampuan sifat
pengerajin namun tidak memiliki jiwa kewirausahaan dalam mengembangkan
usahanya.
Usaha Kecil Dinamis (Small Dynamic Enterprise) adalah kelompok UKM yang
mampu berwirausaha dengan menjalin kerjasama (menerima pekerjaan subkontrak)
dan ekspor.
Fast Moving Enterprise adalah UKM-UKM yang mempunyai kewirausahaan yang
cakap dan telah siap untuk bertranformasi menjadi usaha besar.

Secara umum, usaha kecil memiliki ciri-ciri: manajemen berdiri sendiri, modal disediakan
sendiri, daerah pemasarannya lokal, aset perusahaannya kecil, dan jumlah karyawan yang
dipekerjakan terbatas. Asas pelaksanaan UMKM adalah kebersamaan, ekonomi yang
demokratis, kemandirian, keseimbangan kemajuan, berkelanjutan, efesiensi keadilan, serta
kesatuan ekonomi nasional. UMKM mendapat perhatian dan keistimewaan yang
diamanatkan oleh undang-undang, antara lain: bantuan kredit usaha dengan bunga rendah,
kemudahan persyaratan izin usaha, bantuan pengembangan usaha dari lembaga pemerintah,
beberapa kemudahan lainnya.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengalami peningkatan yang sangat
menggembirakan dikarenakan berhasil menyumbangkan 57% dari PDB (di dukung oleh data
BPS tahun 2006 - 2010) dimana UMKM meningkat bukan hanya dari segi kuantitas
melainkan tenaga kerja, modal serta asset mereka. UMKM juga dikatakan usaha ekonomi
produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis mereka tidak terkena dampak
yang begitu menyedihkan. Hal tersebut dikarena prinsip kemandirian yang dimiliki yang

4
artinya mereka memiliki modal sendiri dan tidak terlalu bergantung pada lembaga lain
sehingga membuat mereka kokoh hingga saat ini dan menjadi katup perekonomian negara.
Pencapaian yang sangat menggembirakn bagi UMKM kita tidak didapat hanya dengan sekali
mengedipkan mata. Banyak tantangan yang mereka harus lalui dan banyak masalah yang
harus mereka selesaikan baik secara modal, tenaga kerja, kegiatan produksi dan hal lainnya.
Sehingga apabila terdapat UMKM yang tidak siap dan tak mampu menghindari atau
mengatasi gejolak yang datang maka tidak mustahil akan ada juga UMKM yang kolaps.
Berdasarkan masalah-maslah yang dialami oleh koperasi dan UMKM di Indonesia penulis
menganalisis dan memiliki strategi penyelesaian masalah-masalah tersebut yang mereka
alami agar tak terulang kembali dan terus meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas.
Strategi yang penulis sarankan, baik bagi pemerintah khususnya Menteri Koperasi dan
UMKM, anggota serta pengurus koperasi di seluruh Indonesia dan para owner UMKM di
seluruh Indonesia untuk agar memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan
perekonomian Indonesia melalui cara-cara berikut, diantaranya:
1. Penyediaan modal dan akses kepada sumber dan lembaga keuangan. Ditambah dengan
pemberian kemudahan (bukan berbelit-belit) dalam mengurus administrasi untuk
mendapatkan modal dari lembaga keuangan. Dapat juga melalui pengefektifan dan
pengefisienan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah disediakan oleh pemerintah
sebelumnya.
2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas kompetensi SDM. Melalui pendidikan dan pelatihan
baik dilakukan oleh pemerintah maupun oleh koperasi atau UMKM itu sendiri. Selain itu,
untuk meningkatkan kualitas SDM, mereka perlu dibangunkan kembali mengapa mereka
berada di koperasi, orang yang masih konsisten berusaha mengembalikan mindset orang
yang tidak aktif agar mereka mau berorganisasi khususnya koperasi berdasarkan asas dan
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
3. Meningkatkan kemampuan pemasaran UMKM. Pemberian pendidikan mengenai
pemasaran atau dengan cara membuka/merekrut tenaga profesional yang ahli dalam hal
pemasaran.
4. Meningkatkan akses informasi usaha bagi UMKM.
5. Menjalin kemitraan yang saling menguntungkan antar pelaku usaha (UMKM, Usaha Besar
dan BUMN).
6. Melakukan/membuat program goes to goal, yaitu langsung ke tujuan atau sasaran.
Dilakukan dengan cara memberikan bantuan baik modal, konsep, dan hal-hal yang
dibutuhkan oleh koperasi dan UMKM atau dengan membidik para individu yang memiliki
jiwa enterpreneur dengan tetap adanya prinsip prudensial dan adanya manager investasi
(meminjam istilah perbankan syariah dimana nasabah yang telah diberi pinjaman tetap terus
mendapat pengawasn atau layanan prima dalam pengolahan dana yang ). Selama ini banyak
orang ahli dalam bidang UMKM mengadakan seminar-seminar demi meningkatnya kualitas
dan kuantitas dari UMKM, namun efek yang ada dari seminar tersebut tidaklah lama,
hanya bertahan sebentar, untuk itu lebih baik mereka mencari langsung terjun ke lapangan
untuk mencari orang-orang yang benar-benar serius di UMKMK dan jika dilihat potensi
usahanya bagus segera dipinjami dana dalam rangka mengembangkan usahanya.
Sejatinya perkembangan UMKM di Indonesia cukup baik, jika ditinjau dari segi jumlah unit
usaha maupun jumlah tenaga kerja yang diserap oleh UMKM dalam rangka mengurangi

5
pengangguran. Data BPS (1994) menunjukkan jumlah pengusaha kecil telah mencapai
34,316 juta orang yang meliputi 15,635 juta pengusaha kecil mandiri (tanpa menggunakan
tenaga kerja lain), 18,227 juta orang pengusaha kecil yang menggunakan tenaga kerja
anggota keluarga sendiri serta 54 ribu orang pengusaha kecil yang memiliki tenaga kerja
tetap.
Berdasarkan data BPS (2003), populasi usaha kecil dan menengah (UKM) jumlahnya
mencapai 42,5 juta unit atau 99,9 persen dari keseluruhan pelaku bisnis di tanah air. UKM
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 99,6
persen. Sementara itu, kontribusi UKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 56,7
persen.
Angka tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun. berikut akan disajikan tabel mengenai
perkembangan UMKM dari tahun 2006-2010.
Tahun Jumlah UMKM Jumlah Tenaga Kerja

2006 49.021.803 unit 87.909.598 orang


2007 50.145.800 unit 90.491.930 orang
2008 51.409.612 unit 94.024.278 orang
2009 52.764.603 unit 96.211.332 orang
2010 53.823.732 unit 99.401.775 orang
(sumber: Kemenkop dan UMKM)
Dari tabel diatas dapat kita ambil kesimpulan jika pada periode 2006-2010 merupakan masa
pertumbuhan yang bagus bagi UMKM. Selama periode tersebut UMKM bertambah sebanyak
4.801.929 unit atau sebesar 9,80%. Penyerapan tenaga kerja oleh UMKM juga mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Selama 5 tahun, tercatat ada peningkatan jumlah tenaga kerja
UMKM sebanyak 11.492.177 atau 13,07%.
Potensi lainnya dapat dilihat dan kontribusi UMKM terhadap pembentukan PDB menurut
harga berlaku, yang sesuai data BPS tahun 2008 mencapai Rp.2.609,4 trilyun. Dengan jumlah
tersebut berarti bahwa 55,56% dan PDB nasional yang totalnya mencapai Rp.4.696,5 trilyun
bersandar pada produktivitas UMKM. Jumlah tersebut terus meningkat. Data tahun 2009
menyebutkan bahwa UMKM berkontribusi sebesar 56,53% terhadap pembentukan PDB
menurut harga berlaku. Angka tersebut menjadi 57,12% di tahun 2010.

Berikut akan disajikan tabel kontribusi UMKM terhadap pembentukan PDB atas dasar harga
berlaku periode 2006-2010.

Tahun Kontribusi UMKM terhadap Jumlah kontribusi UMKM


pembentukan PDB atas harga terhadap PDB atas harga
berlaku berlaku
2006 56,23% 1.783,4 trilyun
2007 56,28% 2.107,8 trilyun
2008 55,56% 2.609,4 trilyun

6
2009 56,53% 2.993,1 trilyun
2010 57,12% 3.466,3 trilyun
(sumber: Kemenkop dan UMKM)
Di sisi lain, kontribusi UMKM dalam ekspor non migas mencapai sekitar Rp.183 trilyun.
Setidaknya UMKM telah menjadi penguat ekspor non migas hingga 20,17% dan total ekspor
non migas sebesar Rp.910,9 trilyun. Angka tersebut menurun ketika di tahun 2009 jumlahnya
menjadi 162,2 trilyun, namun meningkat lagi menjadi 175,8 trilyun di tahun berikutnya.
Walaupun angkanya fluktuaktif, peran UMKM dalam ekspor ini merupakan bukti
kemampuan dan daya saing produk UMKM di pasar persaingan bebas, sekaligus merupakan
potensi yang perlu terus dipelihara untuk menjaga kesinambungan perdagangan internasional.
Sedangkan dilihat dan nilai investasi (pembentukan modal tetap bruto) UMKM menurut
harga berlaku tahun 2008 mencapai Rp.640 trilyun atau sebesar 52,89% dan total nilai
investasi nasional yang mencapai sebesar Rp.1.210 trilyun. Dengan tingkat investasi tersebut,
dibandingkan dengan usaha besar, maka pengembangan UMKM hanya membutuhkan tingkat
investasi yang lebih rendah, dengan konsekuensi akan memberikan kontribusi yang besar
bagi pembangunan ekonomi nasional
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian integral
dalam pembangunan nasional.yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur. Dalam pembangunan bidang ekonomi secara eksplisit UUD 1945 menekankan
implementasi azas kekeluargaan (pasal 33 ayat 1) dan penyelenggaraan perekonomian
nasional yang berdasar atas demokrasi ekonomi (pasal 33 ayat 4).
Dalam hal ini pemberdayaan UMKM, berkaitan langsung dengan kehidupan dan peningkatan
kesejahteraan bagi sebagian besar rakyat Indonesia (pro poor). Selain itu, potensi dan peran
strategisnya telah terbukti menjadi penopang kekuatan dan pertumbuhan ekonomi nasional
(pro growth). Keberadaan UMKM yang dominan sebagai pelaku ekonomi nasional juga
merupakan subyek vital dalam pembangunan, khususnya dalam rangka perluasan kesempatan
berusaha bagi wirausaha baru dan penyerapan tenaga kerja serta menekan angka
pengangguran (pro job).
Berdasarkan data diatas, sangat terlihat bahwa UMKM merupakan kekuatan dalam
pelaksanaan ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu, keberadaan UMKM harus dilindungi dan
diberdayakan pemerintah. Dalam UU No.20/2008 tentang UMKM, didefinisikan bahwa
pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha,
dan Masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha
terhadap UMKM sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh
dan mandiri.
Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara sinergis melalui penetapan
berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi
agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan,
perlindungan, dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya.
Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia
Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui
pemberian fasilitas bimbingan pendampingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
7
Pemberdayaan UMKM diselenggarakan sebagai kesatuan dan pembangunan perekonomian
nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.
Dengan dilandasi dengan asas kekeluargaan, upaya pemberdayaan UMKM merupakan
bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia.
Asas Kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh UMKM dan Dunia Usaha
secara bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Asas
Efisiensi adalah asas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan UMKM dengan
mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil,
kondusif, dan berdaya saing.
Asas Berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses
pembangunan melalui pemberdayaan UMKM yang dilakukan secara berkesinambungan
sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri. Asas Berwawasan Lingkungan
adalah asas pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan
mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Asas Kemandirian adalah
usaha pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap menjaga dan mengedepankan
potensi, kemampuan, dan kemandirian UMKM
Prinsip Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UU No. 20 tahun 2008) adalah:
a. penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;
b. perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan;
c. pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan
kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
d. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan
e. penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

Sesuai dengan UU No.20 tahun 2008, pemberdayaan UMKM bertujuan:


a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan;
b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah,
penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan
rakyat dari kemiskinan.

Sijabat, peneliti pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM dalam Sudrajat
mengatakan upaya pemberdayaan UMKM bukanlah suatu komitmen kebijakan jangka
pendek, tetapi merupakan proses politik jangka panjang. Dalam upaya mendorong percepatan
proses pemberdayaan UMKM selama era reformasi juga terlihat sudah cukup banyak isu
politik yang seharusnya dapat mempercepat (akselerasi) proses pemberdayaan koperasi dan
UKM. Disinilah mungkin letak pokok permasalahannya. Kalangan UMKM serta para
pemangku kepentingan (stakeholders) dituntut berkemampuan memberikan keyakinan

8
kepada para pengambil keputusan agar lebih berpihak kepada pembangunan kelompok
masyarakat banyak tersebut.
Belum efektifnya isu-isu politik yang berkembang selama era reformasi mengindikasikan
bahwa proses komunikasi politik sendiri belum berjalan baik. Sesungguhnya komunikasi
politik yang efektif diharapkan dapat dibangun dan ditumbuhkan oleh para eksponen yang
bergerak dalam pemberdayaan UMKM. Dengan kondisi yang masih seperti sekarang jangan
diharapkan akan ada tenggang rasa dari para pengusaha besar kepada pengusaha kecil.
Belajar dari pengalaman masa lalu untuk bermitra antara pengusaha kecil dan pengusaha
besar harus dipaksa dan diikat dengan peraturan formal, begitupun belum dapat berjalan
dengan efektif.
Lebih lanjut Sijabat mengatakan pemberdayaan UMKM tidak terlepas dari konsepsi dasar
pembangunan yang menjadi medium penumbuhan UMKM. Merancang konsepsi dasar
pemberdyaan UMKM adalah membangun sistem yang mampu mengeliminir semua masalah
yang menyangkut keberhasilan usaha UMKM. Salah satu aspek yang sangat menentukan
keberhasilan UMKM adalah iklim usaha. Aspek itu sendiri terkait erat dengan kemampuan
sistem yang di bangun, sedangkan sistem yang dibangun terkait dengan banyak pelaku
(aktor) dan banyak variable (faktor) yang berpengaruh nyata serta bersifat jangka panjang
(multies years). Oleh karena sifatnya tersebut maka faktor-faktor ini sulit diukur
keberhasilannya sebagai buah karya suatu instansi atau suatu rezim pemerintahan. Oleh sebab
itu kondusifitas dari setiap faktor tersebut harus ditumbuhkan dan terus diperbaiki. Untuk
mengetahui kondisi dari setiap faktor dan para pelaku yang berperan didalamnya perlu
dilakukan evaluasi setiap waktu, setiap tempat dan setiap sektor kegiatan usaha UMKM.

Menurut Suarja (2007) dalam Sudrajat mengungkapkan pemberdayaan Koperasi dan


UMKM dilakukan melalui:
Revitalisasi peran koperasi dan perkuatan posisi UMKM dalam sistem perkonomian
nasional
Revitalisasi koperasi dan perkuatan UMKM dilakukan dengan memperbaiki akses
UMKM terhadap permodalan, tekologi, informasi dan pasar serta memperbaiki iklim
usaha.
Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pembangunan
Mengembangkan potensi sumberdaya lokal.

B. Kriteria UKM

1. Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut :
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar
Rupiah)
c) Milik Warga Negara Indonesia
d) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha
Menengah atau Usaha Besar

9
e) Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan
usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

2. Kriteria Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja


Kriteria jumlah karyawan berdasarkan jumlah tenaga kerja atau jumlah karyawan merupakan
suatu tolak ukur yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menilai usaha kecil
atau besar, sebagai beri

Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar


Jumlah Tenaga <> 5-19 orang 20-99 orang > 100 orang
Kerja

C. Peranan UKM

Peranan UKM menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan
pembangunan yang dikelola oleh dua departemen:
1. Departeman Perindustrian dan Perdagangan
2. Deparetemen Koperasi dan UKM
Namun demikian usaha pengembangan yang dilaksanakan belum, terlihat hasil yang
memuaskan, kenyataanya kemajuan UKM masih sangat kecil dibandingkan dengan usaha
besar.
Kegiatan UKM meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun sebagian besar berbentuk
usaha kecil yang bergerak disektor pertanian. UKM juga mempunyai peran yang strategis
dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karna itu selain berperan dalam pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga juga berperan dalam pendistribusian hasil hasil
pembangunan. Kebijakan yang tepat untuk mendukung UKM seperti: Perizinan
- Tekhnologi
- Struktur
- Manajeman
- Pelatihan
- Pembiayaan

D. Permasalahan yang dihadapi UKM

Permasalahan yang dihadapi oleh UKM antara lain meliputi:


1. Faktor Internal:
a) Kurangnya permodalan-permodalan meruapakan factor utama yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, karena pada umumnya
usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya
tertutup.
b) Sumber Daya Manusia yang terbatas, Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi
pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh pada
manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang secara
optimal.
10
c) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Usaha Kecil. Jaringan usaha yang
sangat terbatas dan kemampuan penetrasi rendah maka produk yang dihasilkan jumlahnya
sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif.
2. Faktor Eksternal:
a) Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk
menumbuhkembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Terlihat dari masih
terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan
pengusaha besar.
b) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha. Kurangnya informasi yang berhubungan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi menyebabkan sarana dan prasarana
yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan
usaha.
c) Terbatasnya akses pasar. Akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak
dapt dipasarkan Secara kompetitif baik dipasar nasinal maupun iternasional.

E. Peranan UKM di Tengah Krisi Global

Dalam Perekonomian Indonesia Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan


kelompok usaha yang paling banyak jumlahnya. Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini
tergolong kepada sektor riil dalam perekonomian, dimana sektor riil inilah yang memiliki
daya tahan yang tinggi terhadap krisis global. UMKM dapat membantu mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi suatu negara karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.
Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Joseph Alois Schumpeter seorang ahli
ekonomi Amerika bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat dipengaruhi oleh
kewirausahaan (entrepreneurship) , dimana UMKM termasuk di dalamnya.
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 sudah cukup menjelaskan
bagaimana rentannya modal asing terhadap krisis. Keterkaitan Indonesia dengan pihak asing
yang terlalu banyak menyebabkan ketergantungan yang rentan akan krisis. Ketergantungan
tersebut dapat menyebabkan Indonesia ikut ikutan collapse pada saat pihak asing collapse,
tidak hanya rakyat miskin yang dibuat menderita tetapi juga konglomerat yang terlilit hutang.
Berdasarkan data BPS di Indonesia dari tahun 1997 hingga pada tahun 1998 menunjukkan
bahwa UMKM dapat bertahan terhadap serangan krisis. Tabel penyerapan tenaga kerja pada
1997 menunjukkan perusahaan kecil 57,40 juta (87,62%), perusahaan sedang 7,7 juta
(11,75%) dan perusahaan besar 0,393 juta (0, 61%).Sedangkan pada 1998 menunjukkan
perusahaan kecil 57,34 juta (88,66%), perusahaan sedang 6,9 juta (10,78%) dan perusahaan
besar 0,364 juta (0, 56%).
Lebih jauh lagi Shujiro Urata (Jica : 2000) mengungkapkan bahwa sumbangan
UMKM terhadap lapangan pekerjaan sebesar 99,44% ; sumbangan UMKM bagi
perekonomian nasional sebesar 59, 36%. Bila melihat data dari BPS tahun 2007, terdapat
49,8 juta atau 99,99% unit usaha yang ada di Indonesia. Dengan jumlah yang begitu besar,
UMKM merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak. Dimana UMKM mampu menyerap
91,8 juta pekerja atau 97,3%. Kontribusi terhadap PDB sebesar Rp. 2.121.3 triliun atau
53,6%.

11
Nilai investasi yang cukup signifikan sebesar Rp. 369,8 triliun atau 46,2 % dan
kinerja ekspor non- migas sebesar Rp. 122,2 triliun atau 20,1 %. Hingga saat ini, tercatat
UMKM mampu menyokong 40% dari total pendapatan per kapita penduduk Indonesia.
Di Amerika Serikat 99% dari bentuk bisnis adalah Usaha Kecil dan Menengah, dan
Usaha Kecil dan Menengah inilah yang menciptakan 75% dari lapangan kerja baru yang ada.
Besarnya Peranan UMKM dalam pertumbuhan ekonomi menyebabkan pentingnya dilakukan
perhatian khusus dalam sektor ini terutama dalam pembiayaan modal UMKM.
UMKM di Indonesia sebagai salah satu fondasi perekonomian yang kuat masih
memiliki beberapa masalah dalam perkembangannya. Masalah yang tergolong krusial dalam
perkembangan UMKM sendiri adalah seperti pembiayaan UMKM, wawasan masyarakat
mengenai strategi pemasaran, dan hak intelektual. Menurut data statistik Bank Indonesia
mengenai net ekspansi kredit UMKM pada bulan April 2013 (data terbaru) menunjukkan
bahwa net ekpansi kredit yang diberikan pada UMKM secara keseluruhan mencapai 17.670,2
miliar rupiah, dimana jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan april 2012
sejumlah 11.830,9 miliar rupiah. Walaupun terjadi peningkatan pada April 2012 ke April
2013 , namun jumlah ini masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan Juni 2012 yang
mencapai 50.530,3 miliar rupiah. Pembiayaan yang diberikan dari sektor formal seperti
perbankan terhadap UMKM jelas tergolong masih rendah, hal ini salah satunya disebabkan
oleh kurangnya akses masyarakat untuk memperoleh pinjaman dari sektor formal seperti
perbankan dimana masyarakat harus mengikuti berbagai macam alur administrasi dan
pengembalian pokok hutang dengan bunga yang cukup besar. Selain itu juga perbankan takut
untuk memberikan kredit bagi UMKM akibat tingginya Non performing loan (NPL)
perbankan dari sektor UMKM.
Indonesia sebagai Negara yang menganut dual banking system seharusnya menjadi
keuntungan tersendiri bagi masyarakat karena akan semakin banyak pilihan untuk
mengajukan kredit usaha. Bank Konvensional dan Bank Syariah yang jumlahnya banyak
seharusnya menjadi solusi pembiayaan UMKM secara umum. Selain itu juga ada Bank
perkreditan rakyat yang memberikan pinjaman kepada masyarakat untuk merintis usaha.
Namun Bank Perkreditan Rakyat ini cakupannya masih kecil jika dibandingkan dengan Bank
Konvensional dan Syariah.
Selain itu juga ada koperasi. Sistem koperasi yang dahulu sangat berkembang sebagai
salah satu instrument untuk meningkatkan perekonomian. Koperasi tergolong kepada
lembaga keuangan mikro yang dapat membantu UMKM dalam proses pembiayaannya.
Namun jika koperasi dikelola dengan kurang baik maka hal ini akan berdampak pada
pembiayaan yang kurang baik juga. Jika alur administrasi di sektor formal seperti perbankan
dan koperasi tidak dibenahi maka masyarakat akan cendrung untuk mengambil pembiayaan
dari sektor informal dimana alur administrasinya cendrung lebih sederhana walaupun bunga
pengembalian pokok hutang biasanya lebih besar dibandingkan dengan sektor formal.
Masalah pembiayaan tidak hanya terbatas pada saat sebuah usaha didirikan tetapi juga pada
saat pengoperasian usaha tersebut. Bagaimana barang modal dan segala kebutuhan dari usaha
dapat dipenuhi dan membantu proses produksi agar efisien. Masalah pembiayaan yang hanya
berhenti pada saat pendiria sebuah usaha akan berdampak pada inefisiensi dan kurangnya
kapabilitas entitas tersebut.

12
Contoh yang terjadi di lapangan adalah tahun 2012 lalu ada hotel di Dubai yang
seluruh dinding dan seprainya ingin memakai tenun. Proyek itu sangat besar, namun terpaksa
ditolak oleh salah satu UKM karena mereka belum sanggup memproduksi massal karena
masalah peralatan dan SDM. Hal ini sangatlah disayangkan, padahal peluang yang sudah
ditawarkan didepan mata merupakan peluang emas yang dapat membuka pintu baru bagi
usaha tersebut. Selain masalah pembiayaan yang berdampak pada operasional UMKM,
wawasan atau tingkat sumber daya manusia juga menjadi salah satu hal yang harus
diperhatikan di Indonesia. Seperti halnya kasus hotel di Dubai yang ingin memakai tenun
untuk keseluruhan dindingnya terhentikan akibat keterbatasan Sumber Daya Manusia dari
UMKM tersebut. Menjadi hal yang sangat disayangkan ketika peluang yang ada tidak
diambil akibat beberapa keterbatasan.
Pengetahuan juga menjadi salah satu unsur penting dari peningkatan sumber daya
manusia. Pemberian training soft skill dan semacamnya juga menjadi salah satu solusi yang
ditawarkan oleh pemerintah, namun kembali lagi kepada empirisnya apakah hal itu berjalan
dengan efektif atau tidak. Seperti halnya yang dilakukan oleh kementerian perdagangan
Republik Indonesia yang memberikan training mengenai desain produk dan interior dan juga
informasi pentingnya hak paten bagi pengusaha. Yang juga disertai dengan memberikan
fasilitas atau akses untuk mendapatkan informasi pemodalan ke lembaga keuangan. Program
program seperti ini harus lebih digencarkan lagi dalam rangka meningkatkan kapabilitas
suatu UMKM, sehingga UMKM dapat lebih kuat lagi dalam menyokong perekonomian
bangsa. Dua masalah yang sangat sulit memang dipecahkan dalam perkembangan UMKM
yaitu pembiayaan dan peningkatan sumber daya manusia. Namun untuk mengembangkan
UMKM sebagai tameng dan fondasi perekonomian tantangan itu harus dipecahkan untuk
mengembangkan UMKM dan meningkatkan perekonomian menjadi lebih baik.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Di Indonesia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah sering disingkat (UMKM), UMKM
saat ini dianggap sebagai cara yang efektif dalam pengentasan kemiskinan. UMKM
merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti
menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi
dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang
paling besar kontribusinya terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan
peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu
upaya mengurangi pengangguran.

B. Saran

Diharapkan bagi para pembaca, terutama mahasiswa untuk bisa mengerti lebih dalam
lagi mengenai Usaha kecil dan Menengah karena dengan adanya pemahaman yang lebih akan
mendorong kita untuk mengembangkan dan memajukan UMKM di Indonesia dengan
kemajuan UMKM di Indonesia dapat mengengurangi kemiskinan serta majunya
perekonomian di Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian UMKM dan Koperasi, Rencana Strategis 2009-2014


Kementerian UMKM dan Koperasi, Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014 Bidang
Pemberdayaan UMKM dan Koperasi.
UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil Mikro Dan Menengah
UU No 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil
Kementerian Koperasi dan UMKM, data UMKM dan UB tahun 2006-2010.

http://www.kerjausaha.com/2013/01/mengenal-usaha-mikro-kecil-dan-menengah.html
http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/01/pengertian-umkm-dan-koperasi.html
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/12/18/perkembangan-koperasi-dan-ukm-di-
indonesia-617617.html
http://lembagalentera.wordpress.com/2012/12/11/kelemahan-dan-hambatan-koperasi-dan-
ukm-2/
http://yohkandjoek.blogspot.co.id/2014/10/peranan-pemerintah-dalam-pemberdayaan.html
http://karyapermanateknik.blogspot.co.id/2016/03/contoh-makalah-ukm-usaha-kecil-
menengah.html

15

Anda mungkin juga menyukai