Disusun Oleh :
Galih Dwi Hardiyan 240210150029
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKONOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR, SUMEDANG
2017
Galih Dwi Hardiyan
240210150029
I. TUJUAN
Praktikum ini memiliki tujuan yakni dapat mengenali sifat-sifat suatu
produk berdasarkan kenampakannya, baik berupa ukuran, bentuk, warna, kilap,
kekentalan, dan juga kerusakan.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang menjadi sampel dalam praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Apel 4. Kentang
2. Beras 5. Minyak goreng
3. Kacang merah 6. Susu
IV. PROSEDUR
Praktikum kali ini pasti perlu memiliki prosedur yang tepat dalam
melaksanakan praktikum dengan baik. Adapun prosedur praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Sampel pada praktikum ini disiapkan dan disajikan.
2. Sampel kemudian dinilai dengan parameter penilaian berupa ukuran dan
keseragaman ukuran, bentuk dan keseragaman bentuk, warna dan
keseragaman warna, kilap/suram, jernih/keruh, serta cacat ataupun
kerusakan pada sampel.
3. Sampel cairan (berupa susu dan minyak) diambil sebanyak satu sendok
dan dituangkan kembali ke wadahnya, dengan tujuan untuk pengukuran
viskositas sampel tersebut.
4. Hasil pengamatan kemudian dicatat dan didiskusikan dengan teman kerja.
Galih Dwi Hardiyan
240210150029
Jenis Makanan
Kenampakan
Apel Kentang Kacang Merah Beras Susu Minyak Goreng
Ukuran dan D = 5,0 cm H = 6 6,5 3,5 cm 1,5 0,5 0,8 0,8 0,1 0,2
Keseragaman 4 cm cm cm
Ukuran
Bentuk dan Round Long-Irregular Elliptical Oblong
Keseragaman
Bentuk Seragam Tidak Seragam Seragam Seragam
Warna dan Merah 70%, Coklat Muda Coklat 80% Putih kusam Putih kekuningan Kuning
Keseragaman Hijau 30% 100% Merah muda 20% 100% 100% Keemasan 100%
Warna
Tidak seragam Seragam Seragam Seragam Seragam Seragam
Kilap atau Suram Kilap Suram Kilap Suram Suram Kilap
Jernih atau Keruh Keruh Jernih
Kekentalan + ++
Cairan
Noda, Layu, Berlubang, retak Terdapat lubang Noda Retak
Retak timbul bengkak retak
pada dinding
Lainnya - Terdapat bekas - - Aroma khas susu Licin dan
sayatan berminyak jika
diraba dengan
jari
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)
Galih Dwi Hardiyan
240210150029
5.1 Apel
Apel merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang sangat populer di
Indonesia. Walaupun buah apel tidak sepenuhnya berasal dari Indonesia, tentunya
sangatlah penting mengetahui karakteristik penampilan pada apel tersebut. Apel
memiliki nama Latin Malus domestica Borkh., yang berasal dari keluarga
Rosaceae. Banyak varietas apel yang tumbuh di berbagai penjuru dunia, seperti
Golden Delicious, Granny Smith, hingga Fuji mungkin menjadi varietas yang
paling mudah untuk dijumpai di setiap pusat perbelanjaan (Nunes, 2008).
Umumnya warna pada kulit tidak menjadi indikator yang baik akan pelayuan
buah ataupun kualitas, namun pembeli tentunya akan terpengaruh dengan warna
pada buah. Hal itu dapat terjadi karena pada dasarnya bahwa indikator
kematangan buah apel tersebut sangatlah berpengaruh terhadap parameter
penerimaan terhadap konsumen (Drogoudi, Michailidis, dan Pantelidis, 2008;
Vieira, Borges, Copetti, Amboni, Denardi, dan Fett, 2009).
Bentuk buah ini berbentuk round dengan ukuran diameter 4,0 cm dan
tinggi 5,6 cm. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tawali (2004) yang
menyatakan bahwa apel berbentuk bulat (round) hingga lonjong, bagian pucuk
buah berlekuk dangkal, kulit agak kasar dan tebal, pori-pori buah kasar dan
renggang, tetapi setelah tua akan menjadi halus dan mengkilat. Adapun bentuk
dan ukuran dari buah ini dipengaruhi oleh jenis tanah, iklim, dan nutrisi yang
didapatkan dari buah tersebut (Yulianti, Sufrida, Irfansyah, Junaedi, dan Muatis,
2007).
Warna apel yang diamati memiliki warna hijau kemerahan yakni dengan
persentase merah 70%, dan hijau 30%. Hal tersebut diduga merupakan jenis apel
lokal Indonesia, yakni apel Malang atau lebih dikenal dengan varian Rome Beauty
(Kusumo, 1986). Apel jenis ini dimemiliki warna hijau kemerahan (Harker,
Gunson, dan Jaeger, 2003). Buah tersebut tentu tidak memiliki keseragaman
warna, dimana hal itu dipengaruhi oleh galurnya (Tawali, 2004). Warna merah
pada apel tentu dipengaruhi oleh adanya antioksidan pada pigmen warna tersebut
(Astawan, 2008). Adapun menurut Belitz, Grosch, dan Schieberle (2009) dan De
Man (1999) menyatakan bahwa warna merah pada apel tentu dipengaruhi oleh
pigmen antosianin yang tinggi sehingga menghasilkan warna merah pada apel
Galih Dwi Hardiyan
240210150029
tersebut, sedangkan warna hijau menunjukan tingkat belum matang penuhnya apel
tersebut, dimana warna hijau tersebut merupakan pigmen klorofil pada buah apel
tersebut (Tjahjadi dan Martha, 2014). Adapun berdasarkan spektrum gelombang,
warna dominan merah pada apel tersebut disebabkan oleh panjang gelombang
yang dipantulkan apel berada diantara gelombang 620-750 nm dan ditangkap oleh
mata sebagai warna merah (Sofiah dan Achyar, 2008).
Kilap pada buah apel pada dasarnya dipengaruhi oleh adanya refraksi
gelombang cahaya dari kulit apel tersebut. Kilap pada apel dipengaruhi oleh
paparan sinar matahari yang tertuju pada satu titik (Yulianti, Sufrida, Irfansyah,
Junaedi, dan Muatis, 2007). Menurut Jha, Rai, dan Shrama (2012) bahwa nilai
kilap dari buah apel ialah 45o hingga 60o gloss unit (GU), dimana semakin kecil
nilai tersebut, maka semakin diterangi oleh cahaya, sedangkan semakin besar nilai
gloss unit semakin besar juga defusi dari refleksi cahaya tersebut. Penyusutan
pada apel kemudian akan mempengaruhi dari kondisi kilap pada apel, dan tentu
dapat terjadi pendegradasian kilap apel (Jha, Rai, dan Shrama, 2012). Khan dan
Ahmad (2005) menjabarkan bahwa lama penyimpanan apel yang kulitnya sangat
kuat, lembut dan sangat berkilap, dapat menurun dan mengerut akibat lama waktu
penyimpanan tersebut.
Kerusakan yang timbul pada dasarnya timbul diakibatkan oleh kerusakan
secara genetis. Hal tersebut kemudian menghasilkan timbul tonjolan pada apel.
Adapun retakan dan noda dihasilkan oleh kerusakan mekanis, akibat kesalahan
yang terjadi selama pemanenan (Buckle, Edwards, Fleet, dan Wooton, 1985).
5.2 Kentang
Kentang merupakan salah satu komoditas sayur-mayur yang sering
dijumpai oleh konsumen. Sayuran yang tergolong umbi-umbian ini tentu sangat
kaya akan kandungan karbohidratnya (Muchtadi, Sugiyono, dan
Ayustaningwarno, 2016). Kentang atau yang bernama Latin Solanum tuberosum
merupakan umbi-umbian yang menyuplai karbohidrat bagi kebutuhan manusia.
Kentang merupakan hasil dari perbesaran umbi pada bagian batang lateral
(Department of Agriculture, Forestry and Fisheries Republic of South Africa,
2013).
Galih Dwi Hardiyan
240210150029
Karakterisik dimensi dari kentang ialah 6 6,5 3,5 cm. Kentang juga
tergolong bentuk yang long-irregular. Hal itu dipengaruhi oleh dimensi dari
kentang tersebut (Mohsenin, 1986). Bentuk yang tidak sergam tersebut
dipengaruhi oleh faktor atau kondisi yang terjadi selama proses penanaman
kentang, seperti faktor genetis ataupun faktor morfologis. Apabila dibandingkan
dengan ukuran atau dimensinya, kentang tergolong ke dalam bahan pangan yang
menghabiskan tempat penyimpanan (bulky food) (Bakker-Arkema,
DeBaerdemaeker, Amirante, Ruiz-Altisent, dan Studmaned, 1999).
Warna yang dihasilkan oleh kentang ialah berwarna coklat muda dengan
warna yang suram. Hal itu dipengaruhi oleh penanaman kentang yang dilakukan
di dalam tanah, sehingga warna kentang yang dihasilkan cenderung berwarna
coklat muda dengan warna yang suram (Samadi, 1997). Adapun warna daging
buah umbi kentang tersebut berwarna putih kekuningan hingga kuning muda. Hal
itu oleh pigmen antosianin yang khas berwarna putih bahkan kekuningan pada
daging buah tersebut (De Man, 1999).
Adanya lubang retakan, dan juga bekas sayatan pada kentang, dapat
dipengaruhi oleh kerusakan secara mekanis. Kesalahan metode pemanenan
merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi kerusakan pada kentang
tersebut (Tjahjadi, 2008). Hal itu kemudian dapat menurunkan nilai penerimaan
komoditas oleh para konsumen, akibat kerusakan mekanis tersebut.
Man, 1999). Kilapnya warna pada kacang merah dipengaruhi oleh kondisi
pencahayaan yang baik, sehingga cahaya yang direfleksikan pada kacang terlalu
banyak yang dipendar (Sofiah dan Achyar, 2008). Selain itu, pada kacang merah
terdapat noda yang diakibakan oleh kerusakan genetis (Buckle, Edwards, Fleet,
dan Wooton, 1985).
Ukuran dari kacang merah tersebut ialah sebesar1,5 0,5 0,8 cm Hal
tersebut sangat berpengaruh terhadap bentuk dari kacang merah tersebut. Kacang
ini memiliki bentuk elips atau ellipitical, sesuai dengan pendapat Mohsenin
(1986). Bentuk dan ukuran dari kacang merah yang menjadi sampel secara
keseluruhan seragam.
5.4 Beras
Padi merupakan salah satu tanaman serealia yang umumnya tumbuh di
kawasan Asia, khususnya di Asia Tenggara. Ketika panen, padi akan berbuah
menghasilkan gabah dan bulir dari gabah tersebut disebut sebagai beras. Beras
adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan
disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh. Beras
menjadi pangan hampir seluruh penduduk Indonesia, tanpa terkecuali. Beras
dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting
warga dunia. Beras juga dijadikan sebagai salah satu sumber pangan bebas gluten
terutama untuk kepentingan diet. Beras adalah sumber protein yang baik dengan
kandungan protein 6,8 gram per 100 gram (Muchtadi, Sugiyono, dan
Ayustaningwarno, 2016). Itulah sebabnya, di Indonesia, dalam neraca makanan,
sumbangan beras terhadap energi dan protein masih sangat tinggi (Sukami, 1979).
Beras (Oryza sativa) memiliki ukuran dan bentuk yang sangat beragam.
Adapun pengukuran beras pada praktikum kali ini ialah sebesar 0,8 0,1 0,2
cm. Hal tersebut kemudian membuat bentuk beras tergolong ke dalam bentuk
yang menyerupai berbentuk oblong (Bakker-Arkema, DeBaerdemaeker,
Amirante, Ruiz-Altisent, dan Studmaned., 1999). Selain itu, pada beras terdapat
retakan akibat kesalahan penggilingan.
Warna beras yang tergolong putih kusam dipengaruhi oleh warna pati
yang dimiliki oleh beras tersebut, dimana warna pati beras yang tergolong putih
Galih Dwi Hardiyan
240210150029
gelap (Winarno, 1991). Suramnya warna pada beras dipengaruhi oleh kondisi
beras itu sendiri yang sangat kecil, sehingga fokus cahaya dari lampu tidak dapat
dipantulkan pada permukaan beras tersebut.
5.5 Susu
Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama
dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga tulang lebih padat, tidak rapuh
dan tidak mudah terkena risiko osteoporosis pada saat usia lanjut. Agar tulang
menjadi kuat, diperlukan asupan zat gizi yang cukup terutama kalsium. Kalsium
merupakan zat utama yang diperlukan dalam pembentukan tulang, dan zat gizi ini
antara lain dapat diperoleh dari susu. Susu juga terkandung zat-zat gizi yang
berperan dalam pembentukan tulang seperti protein, fosfor, vitamin D, vitamin C
dan besi. Susu juga masih mengandung zat-zat gizi penting lainnya yang dapat
meningkatkan status gizi (Dole Food Company, Inc., 2002; Caballero, Finglas,
dan Toldra, 2016).
Susu pada dasarnya merupakan larutan air yang encer (kekentalan +) dan
saling berkaitan satu sama lain. Senyawa polar yang terdapa pada susu dapat
terlarut sempurna sehingga dielectric constant dari susu sangat tinggi. Keruhnya
susu dan juga warna putih pada susu dipengaruhi oleh adanya emulsi cair dari
lemak pada plasma susu. Adapun reaksi tersebut membuat lemak harus
menyebrangi membran globula lemak, dimana dengan proses konsentrasi pada
globula lemak dapat dihilangkan dengan metode sentrifugasi ataupun proses
creaming (Walstra, Geuris, Noomen, Jellema, dan van Boekel, 1999). Warna air
susu yang diamati sama dengan air susu yang seharusnya yaitu berwarna putih
kekuningan. Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya
oleh globula lemak dan partikel koloidal dari kasein dan kalsium fosfat. Warna
kuning adalah karena lemak dan caroten yang dapat larut (Blakely dan Bade,
1985). Bila warna susu tidak normal seperti biru, berarti dicampur dengan air;
kuning, terdapat karoten (pro-vitamin A), merah, kemungkinan terdapat darah
(Ernawati, 1986). Adapun suramnya produk ini akibat cahaya yang sulit untuk
Galih Dwi Hardiyan
240210150029
6.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini ialah perlunya dilakukan penelitian
lanjutan mengenai sifat-sifat kenampakan pada bahan pangan dengan
menggunakan peralatan yang lebih canggih, sehingga karakteristik sampel dapat
diketahui lebih lanjut.
Galih Dwi Hardiyan
240210150029
DAFTAR PUSTAKA
Almerico, G. M. 2014. Food and Identity: Food Studies, Cultural, and Personal
Identity. J. Int. Business and Cultural Studies 8: 1-7.
Blakely, J., dan D. Bade. 1985. The Science of Animal Husbandry. Edisi ke-4.
Prentice All, Engzlewood Cliffs, USA.
Cayot, N. 2007. Sensory quality of traditional foods. Food Chemistry 102: 445-
453.
Chollet, S., dan D. Valentin. 2001. Le degree dexpertise a-t-il une influence sur
la perception olfactive? Quelques elements de reponse dans le domaine du
vin. Lannee psychologique 100: 1136.
Dole Food Company, Inc. 2002. The Encyclopedia of Foods: A Guide to Healthy
Nutrition. Academic Press, San Diego.
Drogoudi, P., Z. Michailidis, dan G. Pantelidis. 2008. Peel and flesh antioxidant
content and harvest quality characteristics of seven apple cultivars. Sci.
Hort. 115: 149153.
Early, R. 1995. Guide to Quality Management Systems for the Food Industry.
Springer, New York.
Hall, J. E., dan A. Guyton. 2010. Guyton and Hall Textbook of Medical
Physiology. Edisi ke-12. Saunders, Philadelphia.
Harker, F., F. Gunson, dan S. Jaeger. 2003. The Case of Fruit Quality : An
Interpretive Review of Consumer Attitudes, and Preferences for Apples.
Postharvest Biology and Technology 28: 333-347.
Kittler, P., K. Sucher, dan M. Nelms. 2012. Food and Culture. Edisi ke-6.
Wadsworth, Belmont, CA.
Kusumo, S. 1986. Budidaya Apel (Mallus sylvestris Mill). LPH Pasar Minggu,
Jakarta.
Laska, M., P. Freist, dan S. Krause. 2007. Which senses play a role in nonhuman
primate food selection? A comparison between squirrel monkeys and
spider monkeys. American Journal of Primatology 69: 282294.
Galih Dwi Hardiyan
240210150029
Nurhadi, B., dan S. Nurhasanah. 2010. Sifat Fisik Bahan Pangan. Widya
Padjadjaran, Bandung.
Raven, P. H., dan G.B. Johnson. 2002. Biology. Edisi ke-6. McGraw Hill, Boston.
Sahin, S., dan S. G. Sumnu. 2006. Physical Properties of Foods. Springer, New
York.
Walstra, P., T. Geuris, A. Noomen, A. Jellema, dan M. van Boekel. 1999. Dairy
Technology - Principles of Milk Properties and Processes. Marcel Dekker,
New York.
Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
1. Bila Saudara panen padi, kacang merah ataupun apel, apakah setiap
tanaman/rumpun akan menghasilkan produk yang mempunyai
kenampakan seragam? Jelaskan jawaban saudara!
Jawab:
Tidak selalu akan seragam. Setiap tanaman atau rumpun tidak akan
menghasilkan produk yang mempunyai kenampakan seragam karena
dalam satu jenis tanaman, bisa saja terdapat perbedaan bentuk, warna
,ukuran apalagi dengan tanaman yang berbeda jenis. Keseragaman
tergantung dari varietas tanaman, keadaan lingkungan tumbuh, ada
tidaknya hama, selain itu perbedaan tersebut dapat pula disebabkan
perbedaan genetik, fisiologis, kelainan entomologis, kelainan patologis,
kelainan mekanis dan kelainan karena perlakuan atau kesalahan saat
pemanenan dan pengolahan. Oleh sebab itu untuk mendapatkan produk
yang seragam sering dilakukan sortasi dan grading terhadap produk yang
dihasilkan.