Anda di halaman 1dari 2

PNEUMOTORAKS adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara pada rongga potensial Akibat masuknya udara lingkungan luar

knya udara lingkungan luar kedalam rongga pleura ini, berlangsung lama kolaps paru tak
diantara pleura visceral dan pleura parietal. Pada keadaan normal rongga pleura di penuhi oleh paru terhindarkan, dan berlanjut gangguan ventilasi dan perfusi oksigen kejaringan berkurang sehingga
paru yang mengembang pada saat inspirasi disebabkan karena adanya tegangan permukaaan ( tekanan menyebabkan sianosis sampai distress respirasi.
negatif ) antara kedua permukaan pleura, adanya udara pada rongga potensial di antara pleura visceral
dan pleura parietal menyebabkan paru-paru terdesak sesuai dengan jumlah udara yang masuk kedalam IDENTIFIKASI
rongga pleura tersebut, semakin banyak udara yang masuk kedalam rongga pleura akan menyebabkan Akibat benturan yang keras terhadap dinding dada penderita akan mengeluhkan nyeri pada dinding
paru paru menjadi kolaps karena terdesak akibat udara yang masuk meningkat tekanan pada dadanya. Disamping itu dilihat juga apakah ada atau tidak perlukaan yang terjadi pada dinding dada,
intrapleura. Secara otomatis terjadi juga gangguan pada proses perfusi oksigen ke jaringan atau organ, untuk mengetahui apakah terdapat luka terbuka pada dinding dada penderita yang bisa menimbulkan
akibat darah yang menuju kedalam paru yang kolaps tidak mengalami proses ventilasi, sehingga proses pneumotoraks terbuka. Sesak napas akan terjadi pada penderita pneumotoraks akibat udara yang
oksigenasi tidak terjadi. mulai masuk mengisi rongga pleura. Jika terus berlanjut penderita akan terlihat gelisah akibat kesulitan
bernapas.
PATOFISIOLOGI
Rongga dada mempunyai dua struktur yang penting dan digunakan untuk melakukan proses ventilasi Usaha dari tubuh untuk mengkompensasi akibat sesak napas yang terjadi adalah bernapas yang cepat
dan oksigenasi, yaitu pertama tulang, tulang tulang yang menyusun struktur pernapasan seperti (takipneu) dan denyut nadi yang meningkat (takikardia). Udara yang masuk kedalam rongga pleura ini
tulang klafikula, sternum, scapula. Kemudian yang kedua adalah otot-otot pernapasan yang sangat akan menyebakan terjadi pendesakan pada parenkim paruparu hingga menjadi kolaps, jadi yang
berperan pada proses inspirasi dan ekspirasi. Jika salah satu dari dua struktur tersebut mengalami mengisi rongga dada yang mengalami pneumotoraks adalah udara, pada saat diperiksa dengan
kerusakan, akan berpengaruh pada proses ventilasi dan oksigenasi. contoh kasusnya, adanya fraktur mengetuk dinding dada akan terdengar suara hipersonor, akibat akumulasi udara pada rongga pleura.
pada tulang iga atau tulang rangka akibat kecelakaan, sehingga bisa terjadi keadaaan flail chest atau Kolapsnya paru-paru yang terdesak oleh udara yang berada di rongga pleura ini menyebabkan proses
kerusakan pada otot pernapasan akibat trauma tumpul, serta adanya kerusakan pada organ viseral ventilasi dan oksigenasi berkurang atau malah tidak terjadi, sehingga jika didengarkan dengan
pernapasan seperti, paru-paru, jantung, pembuluh darah dan organ lainnya di abdominal bagian atas, stetoskop suara napas tidak terdengar.
baik itu disebabkan oleh trauma tumpul, tajam, akibat senapan atau gunshot.
Penurunan kesadaran akan terjadi akibat perfusi oksigen ke otak yang menurun (hipoksia).
Tekanan intrapleura adalah negatif, pada proses respirasi, udara tidak akan dapat masuk kedalam Penumpukan udara yang semakin banyak disana menyebabkan terjadinya pendorongan pada
rongga pleura. Jumlah dari keseluruhan tekanan parsial dari udara pada kapiler pembuluh darah rata- mediastinum dan trakea kearah kontra lateral dari paru-paru yang kolaps. Terjadinya pendesakan pada
rata (706 mmHg). Pergerakan udara dari kapiler pembuluh darah ke rongga pleura, memerlukan mediastinum juga menyebabkan hambatan pada aliran vena balik, sehingga terjadi distensi pada vena
tekanan pleura lebih rendah dari -54 mmHg (-36 cmH2O) yang sangat sulit terjadi pada keadaan dileher, dan hipotensi. Semakin lama gejala ini berlangsung penderita akan jatuh fase sianosis.
normal. Jadi yang menyebabkan masuknya udara pada rongga pleura adalah akibat trauma yang
mengenai dinding dada dan merobek pleura parietal atau visceral, atau disebabkan kelainan konginetal BLS
adanya bula pada subpleura yang akan pecah jika terjadi peningkatan tekanan pleura. Pemberian bantuan hidup dasar pada korban yang menderita pneumotoraks secara garis besar
termasuk dalam pemberian bantuan hidup dasar pada penderita trauma dada. Pada trauma dada ada
KLASIFIKASI 3 faktor penyebab yang menyebabkan nyawa korban terancam yaitu, perdarahan, penurunan cardiac
1. Pneumotoraks Spontan Primer ( primery spontaneous pneumothorax) output, dan distress pernapasan. Pada perdarahan sangat sulit untuk diidentifikasi, akibat trauma
Dari kata primer ini dapat diketahui penyebab dari pneumotoraks belum diketahui secara pasti, tumpul atau trauma tajam yang mengenai pembuluh darah pada rongga toraks.
banyak penelitian dan terori telah di kemukakan untuk mencoba menjelaskan tentang apa sebenarnya Penurunan cardiac output mungkin diakibatkan penekananan yang disebabkan oleh udara yang
penyebab dasar dari tipe pneumotoraks ini. Ada teori yang menyebutkan, disebabkan oleh factor menumpuk pada rongga pleura dan mendesak mediastinum sehingga menekan dari cabang vena cava,
konginetal, yaitu terdapatnya bula pada subpleura viseral, yang suatu saat akan pecah akibat tingginya penurunan dari aliran darah balik vena sehingga cardiac output menurun.
tekanan intra pleura, sehingga menyebabkan terjadinya pneumotoraks. Bula subpleura ini dikatakan Distress respirasi disebabkan oleh desakan dari penumpukan udara pada rongga pleura sehingga paru-
paling sering terdapat pada bagian apeks paru dan juga pada percabangan trakeobronkial. paru yang terdesak akan menjadi kolaps. Penderita dengan dengan trauma dada, fokus utama yang
Pendapat lain mengatakan bahwa PSP ini bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok. Diduga merokok kita perhatikan pada breathing, gejala harus dapat ditangani pada awal penilaian.
dapat menyebabkan ketidakseimbangan dari protease, antioksidan ini menyebabkan degradasi dan
lemahnya serat elastis dari paru-paru, serta banyak penyebab lain yang kiranya dapat membuktikan Pemberian oksigen terapi sangat diperlukan pada keadaan ini, karena pemberian terapi oksigen 100%
penyebab dari pneumotoraks spontan primer. dapat meningkatkan absropsi udara pada pleura, oksigen terapi 100% diberikan untuk menurunkan
tekanan alveolar terhadap nitrogen, sehingga nitrogen dapat dikeluarkan dan oksigen dapat masuk
2. Pneumotoraks Spontan Sekunder ( Secondary Spontaneus Pneumothorax) melalui sistem vaskular, terjadi perbedaan tekanan antara pembuluh kapiler jaringan dengan udara
Pneumotoraks spontan sekunder merupakan suatu pneumotoraks yang penyebabnya sangat pada rongga pleura, sehingga terjadi peningkatan absorpsi dari udara pada rongga pleura.
berhubungan dengan penyakit paru-paru, banyak penyakit paru-paru yang dikatakan sebagai
penyebab dasar terjadinya pneumotoraks tipe ini. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), Penanganan dengan jarum dekompresi yang dilakukan pada intercostal 2 pada garis midklavikula, ini
infeksi yang disebabkan oleh bakteri pneumocity carinii, adanya keadaan immunocompremise yang merupakan metode konvensional. Pada literatur American College Of Chest Physician (ACCP) dan
disebabkan oleh infeksi virus HIV, serta banyak penyebab lainnya, disebutkan penderita pneumotoraks British Thoracic Society (BTS) dekompersi dapat dilakukan pada intercosta 5 pada garis anterior aksila.
tipe ini berumur diantara 60-65 tahun . Pengunaan pipa torakostomi digunakan pada pneumotoraks dengan gejala klinis sulit bernapsa yang
sangat berat, nyeri dada, hipoksia dan gagalnya pemasangan jarum aspirasi dekompresi.
3. Pneumotoraks Trauma Pada penggunaannya Pipa torakostomi disambungkan dengan alat yang disebut WSD (water seal
Mekanisme terjadinya pneumotoraks trauma tumpul, akibat terjadinya peningkatan tekanan pada drainage). WSD mempunyai 2 komponen dasar yaitu, ruang water seal yang berfungsi sebagai katup
alveolar secara mendadak, sehingga menyebabkan alveolar menjadi ruptur akibat kompresi yang satu arah berisi pipa yang ditenggelamkan dibawah air, untuk mencegah air masuk kedalam pipa pada
ditimbulkan oleh trauma tumpul tersebut, pecahnya alveolar akan menyebabkan udara menumpuk tekanan negatif rongga pleura. dan ruang pengendali suction. WSD dilepaskan bila paru-paru sudah
pada pleura visceral, menumpuknya udara terus menerus akan menyebabkan pleura visceral rupture mengembang maksimal dan kebocoran udara sudah tidak ada.
atau robek sehingga menimbulkan pneumotorak.
Pemberian terapi cairan secara intravena dilakukan untuk resusitasi awal pada penderita
Pada trauma tajam disebabkan oleh penetrasi benda tajam tersebut pada dinding dada dan merobek pneumotoraks dengan keadaan syok, dengan pemasangan kateter intravena ukuran besar (minimum
pleura parietal dan udara masuk melalui luka tersebut ke dalam rongga pleura sehingga terjadi 16 gauge) dengan pemberian larutan elektrolit isotonik, untuk menstabilkan volume vasukuler dengan
pneumotoraks. mengganti cairan pada ruang interstisial dan intraseluler.

4. Iatrogenik Pneumotoraks Pada pneumotorak terbuka, yang terdapat luka yang menganga pada dinding dada dan udara masuk
Banyak penyebab yang dilaporkan mendasari terjadinya pneumotoraks iatrogenic, penyebab paling melalui perlukaan tersebut. Penanganan awal yang dapat kita lakukan adalah tutup luka tersebut
sering dikatakan pemasangan thransthoracic needle biopsy. Dilaporkan juga kanalisasi sentral dapat dengan menggunakan kasa steril ataupun kain yang bersih yang ditutup pada tiga sisinya. Fungsi dari
menjadi salah satu penyebabnya. Pada dasarnya dikatakan ada dua hal yang menjadi faktor resiko yang penutup ini sebagai katup, udara dapat keluar melaluin luka, tetapi tidak dapat masuk melalui luka
menyebabkan terjadinya pneumotoraks iatrogenic yaitu pertama adalah dalamnya pemasukan jarum tersebut. Karena jika kita tutup pada ke empat sisinya, pneumotoraks terbuka ini akan berubah menjadi
pada saat memasukannya dan kedua, ukuran jarum yang kecil, menurut sebuah penelitian kedua itu pneumotoraks terdesak, akibat udara yang masuk tidak dapat keluar, dan terperangkap di rongga
memiliki korelasi yang kuat terjadinya pneumotoraks. pleura.

Berdasarkan mekanisme................
1. Pneumotoraks Terdesak (Tension Pneumothorax)
Suatu pneumotoraks yang merupakan salah satu kegawat daruratan pada cedera dada. Keadaan ini
terjadi akibat kerusakan yang menyebabkan udara masuk kedalam rongga pleura dan udara tersebut
tidak dapat keluar, keadaan ini disebut dengan fenomena ventil ( one way-valve).
Akibat udara yang terjebak didalam rongga pleura ssehingga menyebabkan tekanan intrapleura
meningkat akibatnya terjadi kolaps pada paru-paru, hingga menggeser mediastinum ke bagian paru-
paru kontralateral, penekanan pada aliran vena balik sehingga terjadi hipoksia.

Banyak literatur masih memperdebatkan efek dari pneumotoraks dapat menyebabkan terjadinya
kolaps pada sistem kardiovaskular. Dikatakan adanya pergeseran pada mediastinum menyebabkan
juga penekanan pada vena kava anterior dan superior, disebutkan juga hipoksia juga menjadi dasar
penyebabnya, hipoksia yang memburuk menyebabkan terjadinya resitensi terhadap vaskular dari paru-
paru yang diakibatkan oleh vasokonstriksi. Jika gejala hipoksia tidak ditangani secepatnya, hipoksia ini
akan mengarah pada keadaan asidosis, kemudian disusul dengan menurunnya cardiac output sampai
akhirnya terjadi keadaan henti jantung.

2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothoraks)


Keadaan pneumotoraks terbuka ini tersering disebabkan oleh adanya penetrasi langsung dari benda
tajam pada dinding dada penderita sehingga meninmbulkan luka atau defek pada dinding dada.
Dengan adanya defek tersebut yang merobek pleura parietal, sehingga udara dapat masuk kedalam
rongga pleura. Terjadinya hubungan antara udara pada rongga pleura dan udara dilingkungan luar,
sehingga menyebabkan samanya tekanan pada rongga pleura dengan udara di diatmosper.

Jika ini didiamkan akan sangat membahayakan pada penderita. Dikatakan pada beberapa literatur jika
sebuah defek atau perlukaan pada dinding dada lebih besar 2/3 dari diameter trakea ini akan
menyebabkan udara akan masuk melalui perlukaan ini, disebabkan tekana yang lebih kecil dari trakea.
Penatalaksanaan Indikasi pemasangan WSD pada pneumotoraks karena trauma tajam atau trauma tembus toraks :
Pada pneumothoraks spontan simpel dan asimptomatik, dapat dilakukan observasi atau expectant 1. sesak nafas atau gangguan nafas
therapy, namun harus tetap diingat bahwa simpel pneumothoraks dapat berubah menjadi tension 2. bila gambaran udara pada foto toraks lebih dari seperempat rongga torak sebelah luar
pneumothorax kapan saja. Observasi dilakukan dengan mengikuti keadaan penderita secara klinis dan 3. bila ada pneumotorak bilateral
radiologis. Diperlukan foto thoraks serial. Bila penderita bernapas dengan udara biasa, udara dalam 4. bila ada tension pneumotorak setelah dipunksi
rongga pleura akan diserap 1.25% dari volume pleura tiap hari, atau rata-rata 50 70 ml perhari. 5. bila ada haemotoraks setelah dipunksi
Dengan pemberian suplemen oksigen 10 liter / menit mempergunakan face mask kecepatan resorbsi 6. bila pneumotoraks yang tadinya konservatif pada pemantauan selanjutnya ada perburukan
dapat ditingkatkan 4.2% perhari. Yang perlu dipertimbangkan juga bila ingin melakukan terapi
konservatif adalah bila pneumothoraks tidak sembuh dalam waktu 2 minggu, akan timbul jaringan Macam-macam WSD :
fibrous yang mengakibatkan paru tidak bisa mengembang lebih jauh lagi. Karenanya, bila 1. Single Bottle Water Seal System
pneumothoraks lebih dari 15% yang tidak bisa diresorbsi dalam waktu kurang dari 2 minggu, lebih baik Ujung akhir pipa drainase dari dada pasien dihubungkan ke dalam satu botol yang memungkinkan
dilakukan tindakan intervensi. udara dan cairan mengalir dari rongga pleura tetapi tidak mengijinkan udara maupun cairan kembali
ke dalam rongga dada. Secara fungsional, drainase tergantung pada gaya gravitasi dan mekanisme
Intervensi yang paling sederhana adalah dengan melakukan aspirasi. Aspirasi dilakukan pada sela iga pernafasan, oleh karena itu botol harus diletakkan lebih rendah. Ketika jumlah cairan di dalam botol
kedua garis mid-clavicula, menyusuri sisi atas iga ke-3 mempergunakan kateter vena (intra venous meningkat, udara dan cairan akan menjadi lebih sulit keluar dari rongga dada, dengan demikian
catheter iv cath) besar, minimal nomor 14 atau 16. Setelah jarum dicabut, kateter vena dihubungkan memerlukan suction untuk mengeluarkannya. Sistem satu botol digunakan pada kasus pneumothoraks
dengan 3-way stopcock. Dengan syringe besar (60 cc) udara diisap sampai habis, kemudian kateter sederhana sehingga hanya membutuhkan gaya gravitasi saja untuk mengeluarkan isi pleura. Water seal
vena dicabut dan dilakukan foto thoraks kontrol. Bila telah dikeluarkan 4 liter udara masih ada, dan penampung drainage digabung pada satu botol dengan menggunakan katup udara. Katup udara
menandakan masih adanya kebocoran rongga pleura. Aspirasi dihentikan dan pasang chest tube dan digunakan untuk mencegah penambahan tekanan dalam botol yang dapat menghambat pengeluaran
WSD. cairan atau udara dari rongga pleura. Karena hanya menggunakan satu botol yang perlu diingat adalah
penambahan isi cairan botol dapat mengurangi daya hisap botol sehingga cairan atau udara pada
Chest tube standard merupakan terapi yang baik untuk pneumothoraks yang besar, sedangkan rongga intrapleura tidak dapat dikeluarkan.
percutaneous tube thoracostomy merupakan procedure of choice untuk pneumothoraks simpel yang
kecil. Percutaneous tube thoracostomy yang berukuran 9 sampai 16 F angka keberhasilannya 85 90% 2. Two Bottle System
untuk pneumothoraks simpel, yang tentu saja juga tergantung dari etiologinya. System ini terdiri dari botol water-seal ditambah botol penampung cairan. Drainase sama dengan
system satu botol, kecuali ketika cairan pleura terkumpul, underwater seal system tidak terpengaruh
Chest tube standard yang biasa dipergunakan adalah nomer 28 F, dipasang pada sela iga ke 5 didepan oleh volume drainase. Sistem dua botol menggunakan dua botol yang masing-masing berfungsi sebagai
garis mid-aksiler (atau diantara garis mid-aksiler dan garis aksiler anterior). Cara pemasangan sebagai water seal dan penampung. Botol pertama adalah penampung drainage yang berhubungan langsung
berikut: setelah dilakukan desinfeksi dan anestesi infiltrasi, dilakukan sayatan dengan landasan iga ke- dengan klien dan botol kedua berfungsi sebagai water seal yang dapat mencegan peningkatan tekanan
6. Setelah luka diperlebar secara tumpul, pleura ditembus menyusuri tepi atas iga ke 6 (luka kulit dan dalam penampung sehingga drainage dada dapat dikeluarkan secara optimal. Dengan sistem ini jumlah
saluran tidak sejajar agar terjadi flap valve yang mencegah udara masuk ke pleura setelah tube drainage dapat diukur secara tepat.
dilepas nanti). Dengan jari telunjuk rongga pleura diperiksa apakah ada perlekatan atau tidak,
kemudian tube yang pangkalnya diklem, dimasukkan dengan pertolongan klem bengkok kearah cranio- 3. Three Bottle System
posterior, dengan semua lubang berada dalam rongga thoraks. Pangkal tube kemudian dihubungkan Pada system ini ada penambahan botol ketiga yaitu untuk mengontrol jumlah cairan suction yang
dengan botol WSD atau Heimlich valve, dan klem dilepas. Tergantung dari besarnya pneumothoraks digunakan. Sistem tiga botol menggunakan 3 botol yang masing-masing berfungsi sebagai penampung,
dan ada tidaknya alat, pengeluaran udara dan pengembangan paru dapat dibantu dengan vakum. "water seal" dan pengatur; yang mengatur tekanan penghisap. Jika drainage yang ingin, dikeluarkan
Maksud pemasangan WSD untuk mengeluarkan udara dan re-ekspansi paru-paru. Dengan cukup banyak biasanya digunakan mesin penghisap (suction) dengan tekanan sebesar 20 cmH20 untuk
berkembangnya paru-paru, lubang pada pleura akan menutup. Chest tube dipilih yang besar, antara mempermudah pengeluaran. Karena dengan mesin penghisap dapat diatur tekanan yang dibutuhkan
nomor 28 dan 32 F. untuk mengeluarkan isi pleura. Botol pertama berfungsi sebagai tempat penampungan keluaran dari
paru-paru dan tidak mempengaruhi botol "water seal". Udara dapat keluar dari rongga intrapelura
Kapan WSD dicabut? Tentu saja bila udara dalam rongga pleura sudah hilang atau berkurang, paru- akibat tekanan dalam bbtol pertama yang merupakan sumber-vacuum. Botol kedua berfungsi sebagai
paru sudah mengembang dan faal paru kembali ke arah normal. Umumnya hal ini dicapai 2 atau 3 x 24 "water seal" yang mencegah udara memasuki rongga pleura. Botol ketiga merupakan pengatur
jam. Chest tube diklem beberapa jam, bila keadaan membaik, baik klinis maupun radiologis, maka chest hisapan. Botol tersebut merupakan botol tertutup yang mempunyai katup atmosferik atau tabung
tube dicabut. Namun ada beberapa ahli menyarankan tidak usah dilakukan klem terlebih dahulu, manometer yang berfungsi untuk mengatur dan mongendalikan mesin penghisap yang digunakan.
langsung dicabut bila keadaan membaik.
Perawatan WSD
Pada pneumothoraks terbuka dengan sucking chest wound, untuk menghentikan udara masuk rongga A. Perawatan luka WSD 1. Verband diganti 3 hari sekali 2. Diberi zalf steril B. Perawatan "slang" dan
thoraks melalui luka, segera tutup luka pada 3 sisinya. Tujuan menyisakan satu sisi luka tetap terbuka botol WSD
adalah agar sewaktu ekspirasi udara masih bisa keluar melalui sisi yang terbuka, sedangkan sewaktu 1. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari diukur berapa cail yang keluar kalau ada dicatat.
inspirasi kasa penutup luka menghalangi udara masuk ke rongga thoraks (one-way valve atau ventil 2. Cairan di botol WSD adalah cairan antiseptik.
kebalikan dari tension pneumothorax). Pemasangan WSD diperlukan untuk mengembalikan fungsi 3. Setiap hendak mengganti botol dicatat berapa pertambahan cairan
paru. Chest tube dipasang ditempat terpisah dari luka; sedangkan lukanya sendiri dilakukan 4. Setiap hendak mengganti dicatat unduiasi ada atau tidak
debridement dan ditutup rapat.
5. Setiap hendak mengganti dicatat adanya gelembung udara dariWSD.
6. Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuh dalam rongga pleura yaitu meng
Tindakan ini dinamakan needle thoracocentesis atau needle decompression yang mengubah tension
"klem" slang atau dilipatdandih dengan karet.
pneumothorax menjadi pneumothoraks simpel. Dekompresi dilakukan dengan kateter vena besar
(nomer 14) disela iga ke-2 pada garis mid-clavicula, menyusuri tepi atas iga ke-3. Setelah tekanan 7. Setiap penggantian botol atau slang harus memperhatikan sterilils botol dan slang harus tetap
steril.
rongga pleura kurang lebih sama dengan udara luar, akan terlihat perbaikan klinisnya sangat dramatis.
Penderita akan berkurang sesaknya, syok-nya teratasi dan frekwensi pernapasannya membaik. Untuk 8. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja dii sendiri, dengan memakai sarung
tujuan mengeluarkan udara dengan cepat dan mengembangkan paru, dilanjutkan dengan tindakan tangan.
pemasangan WSD.
C. Paru
Pleurodesis adalah tindakan menyatukan / fusi pleura visceralis dan parietalis sehingga rongga peura 1. Dengan WSD diharapkan paru mengembang
tidak ada lagi. Biasanya dilakukan bila ada cairan dirongga pleura (hydropleura, pleural effusion) dan 2. Kontrol pengembangan paru dengan pemeriksaan fisik dan radiologik.
keganasan paru; sedangkan pada pneumothoraks jarang. Pneumothoraks berulang, atau 3. Latihan nafas ekpirasi dan inspirasi yang dalam.
pneumothoraks persisten merupakan indikasi untuk melakukan pleurodesis. Yang pertama 4. Latihan batuk yang efisien.
dimaksudkan untuk menutup lubang yang menyebabkan berulangnya pneumothoraks, sedangkan 5. Pemberian antibiotika
pada pneumothoraks persisten untuk menghilangkan rongga pleura. 6. Expectorant: cukup obat batuk hitam (OBH).

Pleurodesis dilakukan dengan memasukkan bahan yang menyebabkan reaksi inflamasi yang akhirnya Dinyatakan berhasil, bila:
akan melekatkan kedua pleura. Umumnya bahan yang memicu reaksi inflamasi yang dipergunakan 1. Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik atau radiologik.
adalah talk, antibiotika oxy-tetrasiklin / doxycyclin dan antikanker seperti bleomisin bila penyebab 2. Darah cairan tidak keluar dari WSD.
primernya suatu keganasan. Bahan lain yang juga dapat dipergunakan antara lain nitrogen mustard, 3. Tidak ada pus dari slang WSD (tidak ada empyema).
quinacrin; serta masih dalam percobaan : Corynebacterium parvum. Bahan dimasukkan lewat chest
tube menjelang pencabutan WSD. Mengangkat WSD 1. Disediakan alat-alat untuk mengangkat jahitan kulit yang steril. 2. Kain kasa
steril 3. Zalf steril
Tindakan pembedahan dilakukan pada pneumothoraks spontan bila rekurens. Karena penyebab 4. Teknik: - angkat jahitan
pneumothoraks spontan adalah blebs subpleura yang umumnya di apex, dilakukan reseksi apex. - pasien disuruh nafas dalam
Pembedahan bisa dilakukan secara terbuka atau melalui thorakoskopi (VATS = video-assisted thoracic - pada waktu ekspirasi dalam dan menahannya, WSD diangkat dengan menutup kain
surgery). Pada trauma bila pneumothoraks disebabkan oleh ruptur bronkhus atau cedera organ lain, kasa steril yang ada zalf steril.
tindakan pembedahan tentunya diperlukan.
Dikatakan baik dan dapat dipulangkan:
1. Keadaan umum memungkinkan
WSD merupakan pipa khusus yang dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan trokar atau 2. Pada kontrol 1 -2 hari pasca pengangkatan WSD paru tetap mengembang penuh
klem penjepit bedah. Pada trauma toraks WSD dapat berarti: 3. Tanda-tanda infeksi/empiema tidak ada
1. Diagnostik : menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat
ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shok. Pasca pemasangan WSD selalu dimintakan fisioterapi :
2. Terapi : Mengeluarkan darah,cairan atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan 1. Untuk batuk efektif dan penderita harus latihan membatuk-batukkan
tekanan rongga pleura sehingga "mechanic of breathing", dapat kembali seperti yang seharusnya.
2. Untuk nafas dalam (inspirasi dan ekspirasi)
3. Preventive : Mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga "mechanic of
breathing" tetap baik. 3. Untuk nafas dada terutama bagian atas

Penyulit pemasangan WSD adalah perdarahan dan infeksi atau super infeksi. Oleh karena itu pada
pemasangan WSD harus diperhatikan anatomi pembuluh darah interkostalis dan harus diperhatikan
sterilitas. Indikasi pemasangan WSD :
1. Hematotoraks
2. Pneumotoraks

Anda mungkin juga menyukai