Anda di halaman 1dari 27

ILMU KEPERAWATAN KLINIK IV A (IKK IVA)

FRAKTUR EKSTREMITAS ATAS

Oleh:

Kelompok 2

Anton Suprayogi NIM 112310101055

Kurnia Juliarthi NIM 132310101012

Mashila Refani Putri NIM 132310101013

Yulince Atanay NIM 132310101040

Rizka Agustine NIM 132310101041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i

BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar belakang .................................................................................................. 1

1.2 Tujuan ................................................................................................................ 1

BAB 2. TINJAUAN TEORI ...................................................................................... 3

2.1 Pengertian ......................................................................................................... 3

2.2 Epidemiologi ..................................................................................................... 3

2.3 Etiologi .............................................................................................................. 4

2.4 Tanda dan gejala .............................................................................................. 4

2.5 Patofisiologi....................................................................................................... 5

2.6 Komplikasi & prognosis .................................................................................. 6

2.7 Tatalaksana medis dan Keperawatan ............................................................ 8

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................... 10

A. PENGKAJIAN ................................................................................................. 10

I. Identitas Klien ................................................................................................ 10

II. Riwayat Kesehatan ...................................................................................... 10

III. Pengkajian Keperawatan........................................................................... 11

IV. Pemeriksaan Fisik ....................................................................................... 13

V. Terapi ............................................................................................................ 15

VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium ............................................... 15

i
B. PROBLEM LIST .............................................................................................. 15

C. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................ 16

D. PERENCANAAN/NURSING CARE PLAN ................................................. 17

E. CATATAN KEPERAWATAN/NURSING NOTE ....................................... 18

F. CATATAN PERKEMBANGAN/PROGRESS NOTE.................................. 21

BAB 4. PENUTUP.................................................................................................... 22

4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 22

4.2 Saran ................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23

Lampiran Pathway ................................................................................................... 24

ii
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Patah tulang atau fraktur didefinisikan sebagai suatu perpatahan pada continuitas
struktur tulang yang diakibatkan oleh trauma langsung atau tidak langsung. Dapat
juga disebabkan penekanan yang berulang-ulang atau akibat patologik tulang itu
sendiri (Apley, 2000).
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan
(Appley, 2000). Fraktur merupakan masalah kesehatan yang menimbulkan kecacatan
paling tinggi dari semua trauma kecelakaan kendaraan bermotor. Salah satu contoh
dari fraktur tersebut adalah fraktur clavicula. Fraktur ini dapat terjadi karena trauma
langsung maupun tidak langsung. Jika kulit di atasnya masih utuh disebut fraktur
tertutup, sedangkan jika salah satu dari rongga tubuh tertembus disebut fraktur
terbuka (Appley, 2000).
Pada sebagian kasus fraktur tindakan yang biasa dilakukan adalah metode
konservatif atau operatif. Pada kasus fraktur clavicula metode konservatif biasanya
menggunakan ransel verban. Sedangkan untuk metode operatif yang dilakukan
berupa pemasangan Open Reduction Internal Fixation (ORIF). Metode ini merupakan
metode yang paling sering digunakan yaitu dengan melakukan pembedahan dan
pemasangan internal fiksasi berupa plate and screw atau intra medullary nail.
Tindakan pembedahan ini dapat menimbulkan permasalahan yang 2 2 kompleks.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur
ekstremitas atas
2

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang pengertian fraktur ekstremitas atas
b. Mengetahui etiologi dan faktor resiko fraktur ekstremitas atas
c. Mengetahui patofisiologi dan pathway fraktur ekstremitas atas
d. Mengetahui tanda dan gejala fraktur ekstremitas atas
e. Mengetahui indikasi dan komplikasi dari fraktur ekstremitas atas
f. Mampu melakukan pemeriksaan diagnostik fraktur ekstremitas atas
g. Penatalaksanaan medis
h. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur
ekstremitas atas.
3

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Fraktur pada anggota tubuh disesuaikan manurut anatominya , jadi fraktur
tertutup Radius sinistra adalah suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang
berlebihan yang terjadi pada Lengan bawah sinistra (radius sinistra).
Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna. Yang
dimaksud dengan antebrachii adalah batang (shaft) tulang radius dan ulna (andi,
2012).
Fraktur antebrachii merupakan suatu perpatahan pada lengan bawah yaitu
pada tulang radius dan ulna dimana kedua tulang tersebut mengalami perpatahan.
Dibagi atas tiga bagian perpatahan yaitu bagian proksimal, medial , serta distal dari
kedua corpus tulang tersebut. (Putri, 2008)

2.2 Epidemiologi
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan
mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi
peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi
masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah kesemrawutan arus lalu
lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan
terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali
menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur. Fraktur radius ulna yang paling
sering terjadi adalah fraktur radius ulna pars sepertiga distal. Fraktur ini mencakup
14% dari kasus fraktur tulang panjang yang muncul. Untuk fraktur femur yang
terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada fraktur collum, fraktur
subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih dari 60
tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik, trauma yang dialami oleh wanita
tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan pada penderita
4

muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan. Sedangkan fraktur batang femur,


fraktur supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur condyler femur banyak terjadi
pada penderita laki laki dewasa karena kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian.
Sedangkan fraktur batang femur pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain
dirumah atau disekolah. Sementara ini diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria
di atas usia 50 tahun di seluruh dunia mengidap osteoporosis. Ini menambah kejadian
jutaan fraktur lainnya pertahunnya yang sebagian besar melibatkan lumbar vertebra,
panggul dan pergelangan tangan (wrist), dari tulang rusuk juga umum terjadi pada
pria.

2.3 Etiologi
1. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda
paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi
fraktur pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri
rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan
fraktur patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.

2.4 Tanda dan gejala


1. Nyeri hebat pada daerah fraktur dan nyeri bertambah bila ditekan/diraba.
2. Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.
3. Spasme otot.
4. Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada keadaan normal.
5

5. Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.


6. Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat oleh fragmen
tulang.
7. Krepitasi jika digerakkan.
8. Perdarahan.
9. Hematoma.
10. Syok
11. Keterbatasan mobilisasi

2.5 Patofisiologi
Fraktur kaput radii sering terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga dengan
siku ekstensi. Bila terkumpul banyak darah dalam sendi siku (hemarthosis) harus
diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan gerakan awal.
Bila fraktur mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan eksisi
kaput radii bila perlu. Paska operasi lengan dimobilisasi dengan bebat gips posterior
dan sling. Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya
terjadi pada anak-anak. Baik radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah.
Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.
Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan
pada beberapa bagian. Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat
mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum
kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan
mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak
ini sampai pada pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih besar
daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran darah yang
mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat
karena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan kerusakan pada tulang itu
sendiri mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat
6

menekan persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan


syaraf ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,
waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan atau kekerasan tulang.

2.6 Komplikasi & prognosis


1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun,
cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot,
yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan
aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala
gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang
berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan
perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi
lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini
terjadi ketika gelembung gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan
mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan
7

dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh pembuluh darah pulmonary yang


menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea,
perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia,
demam, ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans
Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik.
Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher),
saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah.
Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang
lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah
sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat
harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri
yang menetap pada saat menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat
berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang
berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka
tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka
8

yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur fraktur dengan
sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih
besar
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai
darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang
kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor faktor yang dapat
menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak,
pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis..
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas,
angulasi atau pergeseran

2.7 Tatalaksana medis


Terdapat beberap tujuan penatalaksanaan fraktur menurut Henderson (1997), yaitu
mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah kedalam bentuk semula,
imobilisasi untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki bagian fungsi tulang
yang rusak. Jenis-jenis fraktur reduction yaitu :
1. Manipulasi atau close red
Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk.
Close reduksi dilakukan dengan dilakukan dengan local anastesi ataupun umum.
2. Open reduksi
Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan sering dilakukan
dengan internal fixsasi menggunakan kawat , screlus, pins, plate, intermedullary
rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adlah kemungkinan infeksi dan
9

komplikasi berhubungan denga nastesia. Jika dilakukan open reduksi internal


fiksasi pada tulang maka akan ada indikasi untuk melakukan ROM.
3. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk
meluruskan bentuk tulang. Ada 3 macam yaitu:
a. Skin traksi
Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan
plaster lansung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu
menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan
untuk jangka pendek (48-72 jam).
b. Skeletal traksi
Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi
panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) kedalam
tulang.
c. Maintenance traksi
Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara
langsung pada tulang depan kawat atau pins.
10

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Tn.J datang ke UGD RS.T dengan diantar warga sekitar setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas, karena mabuk. Waktu kejadian pasien dalam keadaan setengah
sadar karena masih dalam pengaruh alkohol. Pasien hanya bisa mengingat kalau
dirinya menabrak motor lain sehingga terpental dan jatuh terduduk dan berusaha
menahan dengan tangan kanan. Terdapat juga luka lecet di bahu kanan pasien.
Setelah kejadian pasien mengeluhkan tangan kanan bawahnya terasa nyeri dan sulit
untuk digerakkan. Untuk kronologis yang lebih lengkap pasien tidak dapat
menjelaskan secara rinci karena proses kejadian yang sangat singkat sehinngga pasien
tidak dapat mengingatnya.

I. Identitas Klien
Nama : Tn.J No. RM :-
Umur : 39 tahun Pekerjaan : Pedagang
Jenis : Laki-laki Status : Menikah
Kelamin Perkawinan
Agama : Islam Tanggal MRS : 25 Maret
Pendidikan : SMP Tanggal :-
Pengkajian
Alamat : Jl. Bengawan Solo Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa medik:
Fraktur Radius Dekstra
2. Keluhan utama:
Keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
3. Riwayat penyakit sekarang:
11

Klien mengalami kecelakaan lalu lintas saat akan menghadiri pesta


pernikahan temannya. Mobil yang ditumpanginya terperosok keselokan,
kemudian klien pingsan, klien tidak ingat saat kejadian. Dan lengan tangan
klien terasa sakit dan kemudian dilarikan ke IGD Rumah Sakit T. pada pukul
17.00 WIB
3. Riwayat kesehatan terdahulu:
Sebelum ini klien mengatakan belum pernah sakit dan dirawat dirumah sakit
seperti ini.
4. Riwayat penyakit keluarga:
Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
seperti jantung, darah tinggi, diabetes, dan osteoporosis.

III. Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi & pemeliharaan kesehatan:
Klien mengatakan menurutnya kesehatan itu sangat penting dan berharga
sehingga dalam kehidupan sehari-hari klien dan keluarga berusaha
membiasakan hidup sehat, dan bila merasa sakit segera memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan terdekat.
2. Pola nutrisi/ metabolik:
Sebelum dirawat di rumah sakit klien mengatakan tidak memiliki gangguan.
Klien biasa makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, sayuran, dengan lauk
daging, tahu, tempe dengan porsi sedang dan minum air putih 7 8 gelas /
hari, dan kadang-kadang minum teh manis 1 gelas. Selama sakit dan dirawat
di rumah sakit klien makan 3 kali sehari tapi hanya habis setengah porsi
dengan komposisi nasi, lauk, sayur, dan minum 6 7 gelas / hari.
3. Pola eliminasi:
Sebelum sakit dan selama klien dirawat di rumah sakit pola eleminasi klien
tidak mengalami gangguan, klien buang air besar 1 kali sehari dengan
12

konsistensi padat, bau khas, kuning dan buang air kecil 4 6 kali / hari
berwarna kuning, jernih dan tidak ada keluhan selama buang air kecil.
4. Pola aktivitas & latihan:
Sebelum sakit dan dirawat di rumah sakit klien dapat melakukan berbagai
aktifitas secara mandiri, dan klien sering membantu suaminya berjualan. Klien
tidak biasa berolahraga, klien menganggap bersih-bersih rumah dan
membantu suami berjualan sebagai olahraganya. Selama sakit dan dirawat di
rumah sakit klien tidak dapat beraktifitas secara mandiri, karena post operasi
fraktur clavicula dan susah menggerakkan tangan kirinya karena nyeri. Dalam
melakukan aktifitasnya klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
5. Pola tidur & istirahat:
Sebelum dan selama dirawat di rumah sakit klien mengatakan tidak
mengalami gangguan dalam pola istirahat dan tidur, klien dapat tidur 7 8
jam tiap hari dan terkadang klien dapat tidur siang 1- 2 jam.
6. Pola kognitif & perceptual:
Sebelum dan selama dirawat di rumah sakit klien mengatakan tidak memiliki
gangguan dalam indera pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan penghidu.
Selama dirawat dirumah sakit klien merasakan nyeri di bahu sebelah kiri
dengan :
P : kecelakaan motor
Q : nyeri
R : nyeri dirasakan di lengan tangan kanan
S : skala nyeri 5
T : nyeri kadang timbul dan hilang saat digerakkan
7. Pola persepsi diri:
1) Identitas Diri : Klien adalah seorang pedagang.
2) Body Image : Sebelum dan selama sakit klien tetap menyukai seluruh
anggota tubuhnya. Klien bersyukur anggota tubuhnya masih utuh tidak kurang
satupun setelah kecelakaan
13

3) Peran : Klien adalah seorang pedagang yang kesehariannya bekerja untuk


mencari nafkah. Selama sakit dan dirawat di rumah sakit klien tidak dapat
mencarikan nafkah untuk istri dan kedua anaknya
4) Harga Diri : Baik sebelum dan selama sakit klien merasa tidak mengalami
gangguan harga diri. Klien selalu tabah dan sabar dalam menghadapinya.
5) Ideal Diri : Klien berharap cepat sembuh dari sakit yang dideritanya saat
ini. Dan lekas sembuh agar bisa beraktifitas seperti biasa di rumah dan
kembali bekerja seperti biasanya
8. Pola seksualitas & reproduksi:
Klien berumur 39 tahun, klien sudah mengerti bahwa dirinya adalah seorang
laki-laki, klien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak.
9. Pola peran & hubungan:
Sebelum dirawat di rumah sakit klien mampu berkomunikasi dengan orang
lain dengan baik. Selama sakit dan dirawat di rumah sakit klien mampu
berkomunikasi dengan klien lain dan tenaga kesehatan dengan baik.
10. Pola manajemen koping-stress:
Sebelum sakit dan dirawat di rumah sakit klien bisa melakukannya sendiri
namun biasa dibantu oleh keluarga. Selama sakit dan dirawat di rumah sakit
klien berusaha mematuhi segala sesuatu yang dianjurkan oleh tenaga
kesehatan.
11. System nilai & keyakinan:
Sebelum dan selama dirawat di rumah sakit menurut klien, sumber
kekuatannya adalah Allah SWT, sebelum sakit klien menjalankan sholat lima
waktu, namun setelah klien sakit klien hanya menjalankan ibadahnya diatas
tempat tidur karena kelemahan tubuhnya. Tidak ada keyakinan atau
kebudayaan klien yang bertentangan dengan pengobatan kesehatannya.

IV. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum:
14

Lemah, kesadaran compos mentis


b. Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg Nadi : 85 x / menit
Suhu : 37 C RR : 13 x / menit
c. Kepala:
Bentuk mesochepal, rambut panjang bersih, kulit kepala bersih.
d. Mata:
Konjungtiva tak anemis, sclera tak ikterik, penglihatan baik.
e. Telinga:
Tak ada secret, tak ada nyeri tekan, pendengaran baik.
f. Hidung:
Bersih tak ada secret, tak ada nafas cuping hidung.
g. Mulut:
Mukosa lembab, terdapat darah
h. Leher:
Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran tiroid, tidak terpasang
trakeostomi
i. Dada:
Simetris, tidak ada lesi
1. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS ke V
Perkusi : redup
Auskultasi : bunyi jantung normal I, II, tak ada bunyi gallop
2. Paru-paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : vocal fremitus sama kanan-kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi vesikuler, tak ada ronchi, tak ada wheezing
15

j. Abdomen:
Inspeksi : datar, tak ada lesi
Auskultasi : bising usus 16 x/ menit
Perkusi : bunyi timpani
Palpasi : tak ada nyeri tekan
k. Urogenital:
Tidak terpasang cateter
l. Ekstremitas:
Atas : tangan kiri terpasang infuse RL ( Ringer laktat ) 20 tetes / menit, tak ada
edema, tak ada tanda infeksi di area pemasangan infus, rentang gerak pada lengan
tangan kanan terganggu.
Bawah : tak ada edema, tak ada lesi
m. Kulit dan kuku:
Turgor kulit baik, warna sawo matang, kuku bersih dan tidak panjang

V. Terapi
Parentral : Infus Ringer Laktat (RL) 15 tts/menit
Injeksi : Ceftazidine 2 x 1 gr , Ketorolac 3 x 2 ml
Oral : Asmef 3 x 1 tab , B complek 3 x 1 tab
Diit : Tinggi Kalori Tinggi Protein

VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium


Pemeriksaan Rontgen ( tanggal 29 Maret)
- Fraktur

B. PROBLEM LIST
N HARI/ DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH PARAF &
O TANGGAL NAMA
/JAM
1 30 Maret / 08.00 DS : Trauma (langsung / Gangguan rasa nyaman (perawat)
klien mengatakan nyeri pada tidak langsung), : nyeri
16

tangan kanan bawah patologis fraktur


P : menahan jatuhnya pada
saat kecelakaan motor
Q : nyeri dan sulit digerakkan Fraktur
R : nyeri dirasakan di tangan
kanan dan juga di bahu kanan Pergeseran fragmen
S : skala nyeri 5 tulang
T : nyeri kadang timbul dan
hilang saat digerakkan
DO : Nyeri
TD :120/80 mmHg, Nadi :85
x / menit
Suhu :37 C, RR:13 x / menit
2 30 Maret / 08.00 Ds : klien mengatakan susah Fraktur Gangguan mobilitas (Perawat)
menggerakan tangan fisik
kanannya, dan tidak bisa
beraktifitas seperti biasa Perubahan jaringan
Do : aktifitas klien sehari-hari sekitar
dibantu oleh keluarga dan
perawat
Deformitas

Gangguan mobilitas
fisik

C. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (PROBLEM ETIOLOGI


SIMTOM/PES)

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme otot dan perubahan
fragmen tulang

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur, terputusnya kontinuitas


jaringan
17

D. PERENCANAAN/NURSING CARE PLAN


N HARI/ DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL PARAF &
O TANGGAL/ KEPERAWATAN KRITERIA HASIL NAMA
JAM
1 Rabu / 30 Gangguan rasa Tujuan : Setelah a. Kaji nyeri a. Untuk (Perawat)
Maret / 08.00 nyaman nyeri dilakukan tindakan dengan skala mengetahui tingkat
berhubungan keperawatan selama 3 b. Motivasi nyeri dan
dengan spasme otot x 24 jam diharapkan penggunaan menentukan
dan perubahan kebutuhan rasa tehnik distraksi, tindakan
fragmen tulang nyaman terpenuhi contoh relaksasi selanjutnya.
Kriteria Hasil : Klien napas dalam b.Meningkatkan
menyatakan nyeri c. Berikan relaksasi, dan dapat
berkurang dan dapat tindakan meningkatkan
dikontrol, ekspresi kenyamanan, kemampuan koping,
wajah tenang contoh pijatan, mengurangi nyeri.
perubahan c. Meningkatkan
posisi sirkulasi umum,
d. Kolaborasi memberikan rasa
pemberian obat nyaman
analgetik d. Mungkin
dibutuhkan untuk
penghilangan nyeri/
ketidaknyamanan
2 Rabu / 30 Gangguan mobilitas Tujuan : Setelah a. Kaji secara a. Untuk (Perawat)
Maret / 08.00 fisik berhubungan dilakukan tindakan teratur fungsi mengetahui
dengan kelemahan keperawatan selama 3 motorik keadaan secara
umum ditandai x 24 jam diharapkan b. Anjurkan umum
dengan klien terlihat gangguan mobilisasi klien untuk b. Untuk
susah menggerakan bisa diminimalisasi melakukan mencegah
tangan kanannya, Kriteria Hasil : Klien latihan pasif dan kontraktur
dan tidak bisa mampu menunjukan aktif pada c. Memberikan
beraktifitas mandiri peningkatan mobilitas daerah yang rasa aman
seperti biasa fisik tidak ada cedera maupun d. Untuk
kontraktur, klien yang tidak membatasi dan
mampu beraktifitas c. Instruksikan mengurangi
kembali secara klien untuk nyeri yang
bertahap. memanggil bila berhubungan
18

minta dengan
pertolongan spastisitas
d. Kolaborasi
pemberian
relaksan otot
sesuai pesanan
seperti
diazepam

E. CATATAN KEPERAWATAN/NURSING NOTE

NO NO Dx KEP HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF PARAF &


NAMA
1 1 Rabu 30 Maret / 08.00 1. Mengkaji nyeri S: klien mengatakan nyeri (Perawat)
pada tangan kanan
P : kecelakaan motor
Q : nyeri
R : nyeri dirasakan di
lengan tangan kanan
T : nyeri kadang timbul
dan hilang saat digerakkan
O:
- S : skala nyeri 5
- klien masih tampak
gelisah
1,2 Rabu 30 Maret / 09.00 2. Memonitor TTV S : klien mengatakan ya,
mau diperiksa
O:
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 84 x / menit
- Suhu : 37,2 C
- RR : 12 x / menit

1 Rabu 30 Maret / 09.50 3. Mengajarkan teknik S : klien mau untuk


relaksasi nafas dalam mendengarkan dan
mempraktekkan
19

O : klien dapat
mempraktekkan teknik
relaksasi nafas dalam
1,2 Rabu 30 Maret / 11.00 4. Menganjurkan klien S : klien mengatakan mau
untuk mengatur untuk mengubah posisinya
posisi senyaman O : klien terlihat
mungkin, seperti menggeserkan tubuhnya
posisi semi fowler
2 Rabu 30 Maret / 11.55 5. Menganjurkan S: klien mengatakan ya,
kepada klien untuk bila butuh bantuan saya
meminta tolong akan minta tolong
dengan memanggil O : anjuran mau diterima
keluarga atau oleh klien
perawata untuk
membantunya
1 Rabu 30 Maret / 08.00 6. Memberikan S:-
kolaborasi injeksi O : obat masuk dengan
analgetik dan lancar
antibiotic :
- ketorolak 2 ml
- ceftazidine 1 gr
1 Rabu 30 Maret / 08.15 7. Membagikan obat per S:-
oral : O : klien mau menerima
- Asmef 1 tab obat
- B complek 1 tab
2 1 Kamis 31 Maret / 09.15 1. Menganjurkan klien S : klien mengatakan (Perawat)
untuk melawan nyeri nyerinya sudah berkurang
dengan tekhnik O : skala nyeri 3
relaksasi nafas dalam
2 Kamis 31 Maret / 10.00 2. Menganjurkan klien S : klien mengatakan ya
untuk melakukan akan mencobanya sedikit
latihan pasif dan aktif demi sedikit
pada daerah yang O : klien berusaha
cedera maupun yang menggerak gerakkan
tidak tangan kanannya
1,2 Kamis 31 Maret / 11.30 3. Memonitor TTV S : klien bertanya
hasilnya normal apa tidak
20

mas ?
O:
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 88 x / menit
- Suhu : 36,5 C
- RR : 14 x / menit
1 Kamis 31 Maret / 08.00 4. Memberikan kolaborasi S : klien bertanya obat
injeksi analgetik dan apa mas itu ?
antibiotic : O : obat masuk dengan
- ketorolak 2 ml lancar
- ceftazidine 1 gr
1 Kamis 31 Maret / 08.15 5. membagikan obat per S:-
oral : O : klien mau menerima
- Asmef 1 tab obat
- B complek 1 tab
3 1 08.30 1. Memberikan kolaborasi S:- (Perawat)
injeksi analgetik dan O : obat masuk dengan
antibiotic : lancar
- ketorolak 2 ml
- ceftazidine 1 gr
1 08.35 2. membagikan obat per S:-
oral : O : klien mau menerima
- Asmef 1 tab obat
- B complek 1 tab
2 10.00 3. Memasangkan S : klien mengatakan mau
gendongan lengan pada dipasangkan gendongan
lengan kanan klien lengan
O : gendongan lengan
terpasang dengan baik
2 10.15 4. Memberitahukan pada S : keluarga mengatakan
keluarga untuk membatasi akan memberitahukan
yang akan menjenguk pada rekan dan kerabatnya
klien, agar klien dapat O : keluarga
beristirahat mendengarkan
21

F. CATATAN PERKEMBANGAN/PROGRESS NOTE

NO HARI/TGL/ JAM NO. Dx KEP EVALUASI SUMATIF (SOAP) PARAF &


NAMA
1 Jumat 01 April / 1 S : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah (Perawat)
13.00 berkurang
O : Skala nyeri 2, ekspresi wajah klien rileks dan
tenang
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi I, II
2 Jumat 01 April / 2 S : klien mengatakan tangan kanannya sudah bisa (Perawat)
13.30 digerakkan sedikit-sedikit, dan aktifitasnya masih
dibantu oleh istrinya
O : aktifitas klien terlihat masih dibantu oleh
keluarga, dan klien masih tampak beristirahat di
tempat tidur
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi I, II
22

BAB 4. PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Fraktur ekstremitas adalah terputusnya kontinuitas tulang pada ekstremitas, baik
ekstremitas atas ataupun bawah. Insiden fraktur dapat diatasi dengan baik apabila
dilakukan tindakan segera. Kesembuhan pada penderita fraktur dipengaruhi oleh
keadaan fraktur, pemenuhan nutrisi yang baik, adanya perawatan yang baik dan
adanya kondisi psikologis yang baik dari penderita fraktur sendiri. Pada sebagian
besar penderita fraktur ditemukan adannya respon cemas yang akhirnya berdampak
kepada adanya perubahan konsep diri yang akan mempengaruhi proses keperawatan
dan proses pemenuhan nutrisi, hal ini dikarena sebagian besar penderita yang cemas
kurang memiliki nafsu makan dan kurang responsive terhadap pengobatan yang
akhirnya sangat mempengaruhi proses penyembuhan. Peran perawat pada pasien
fraktur ekstremitas sangat banyak. Disini perawat sangat diperlukan untuk
mengantisipasi terjadinya komplikasi sedini mungkin pada pasien fraktur ekstremitas.
Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak
biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih
berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa
biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai
dislokasi fragmen tulang

1.2 Saran
Dari uraian diatas dapat kami sarankan sebaiknya para pembaca khususnya
perawat dengan kasus fraktur ekstremitas mengetahui tentang: komplikasi pada klien
dengan fraktur ekstremitas, pemeriksaan diagnostik yang perlu dilakukan dan dan
asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur ekstremitas.
23

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan
Keperawatan, Jakarta : EGC.
Guyton & Hall (1997) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC.
Price, S & Wilson, L. M. (1995) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit,Jakarta : EGC.
Sudoyo Aru, dkk (2006) Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
24

Lampiran Pathway

Anda mungkin juga menyukai