Oleh:
Kelompok 2
UNIVERSITAS JEMBER
2015
DAFTAR ISI
2.5 Patofisiologi....................................................................................................... 5
A. PENGKAJIAN ................................................................................................. 10
V. Terapi ............................................................................................................ 15
i
B. PROBLEM LIST .............................................................................................. 15
BAB 4. PENUTUP.................................................................................................... 22
ii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur
ekstremitas atas
2
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang pengertian fraktur ekstremitas atas
b. Mengetahui etiologi dan faktor resiko fraktur ekstremitas atas
c. Mengetahui patofisiologi dan pathway fraktur ekstremitas atas
d. Mengetahui tanda dan gejala fraktur ekstremitas atas
e. Mengetahui indikasi dan komplikasi dari fraktur ekstremitas atas
f. Mampu melakukan pemeriksaan diagnostik fraktur ekstremitas atas
g. Penatalaksanaan medis
h. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur
ekstremitas atas.
3
2.1 Pengertian
Fraktur pada anggota tubuh disesuaikan manurut anatominya , jadi fraktur
tertutup Radius sinistra adalah suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang
berlebihan yang terjadi pada Lengan bawah sinistra (radius sinistra).
Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna. Yang
dimaksud dengan antebrachii adalah batang (shaft) tulang radius dan ulna (andi,
2012).
Fraktur antebrachii merupakan suatu perpatahan pada lengan bawah yaitu
pada tulang radius dan ulna dimana kedua tulang tersebut mengalami perpatahan.
Dibagi atas tiga bagian perpatahan yaitu bagian proksimal, medial , serta distal dari
kedua corpus tulang tersebut. (Putri, 2008)
2.2 Epidemiologi
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan
mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi
peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi
masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah kesemrawutan arus lalu
lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan
terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali
menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur. Fraktur radius ulna yang paling
sering terjadi adalah fraktur radius ulna pars sepertiga distal. Fraktur ini mencakup
14% dari kasus fraktur tulang panjang yang muncul. Untuk fraktur femur yang
terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada fraktur collum, fraktur
subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih dari 60
tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik, trauma yang dialami oleh wanita
tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan pada penderita
4
2.3 Etiologi
1. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda
paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi
fraktur pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri
rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan
fraktur patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.
2.5 Patofisiologi
Fraktur kaput radii sering terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga dengan
siku ekstensi. Bila terkumpul banyak darah dalam sendi siku (hemarthosis) harus
diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan memungkinkan gerakan awal.
Bila fraktur mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan eksisi
kaput radii bila perlu. Paska operasi lengan dimobilisasi dengan bebat gips posterior
dan sling. Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya
terjadi pada anak-anak. Baik radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah.
Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.
Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan
pada beberapa bagian. Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat
mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum
kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan
mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak
ini sampai pada pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih besar
daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran darah yang
mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat
karena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan kerusakan pada tulang itu
sendiri mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat
6
yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur fraktur dengan
sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih
besar
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai
darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang
kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor faktor yang dapat
menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak,
pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis..
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas,
angulasi atau pergeseran
A. PENGKAJIAN
Tn.J datang ke UGD RS.T dengan diantar warga sekitar setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas, karena mabuk. Waktu kejadian pasien dalam keadaan setengah
sadar karena masih dalam pengaruh alkohol. Pasien hanya bisa mengingat kalau
dirinya menabrak motor lain sehingga terpental dan jatuh terduduk dan berusaha
menahan dengan tangan kanan. Terdapat juga luka lecet di bahu kanan pasien.
Setelah kejadian pasien mengeluhkan tangan kanan bawahnya terasa nyeri dan sulit
untuk digerakkan. Untuk kronologis yang lebih lengkap pasien tidak dapat
menjelaskan secara rinci karena proses kejadian yang sangat singkat sehinngga pasien
tidak dapat mengingatnya.
I. Identitas Klien
Nama : Tn.J No. RM :-
Umur : 39 tahun Pekerjaan : Pedagang
Jenis : Laki-laki Status : Menikah
Kelamin Perkawinan
Agama : Islam Tanggal MRS : 25 Maret
Pendidikan : SMP Tanggal :-
Pengkajian
Alamat : Jl. Bengawan Solo Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga
konsistensi padat, bau khas, kuning dan buang air kecil 4 6 kali / hari
berwarna kuning, jernih dan tidak ada keluhan selama buang air kecil.
4. Pola aktivitas & latihan:
Sebelum sakit dan dirawat di rumah sakit klien dapat melakukan berbagai
aktifitas secara mandiri, dan klien sering membantu suaminya berjualan. Klien
tidak biasa berolahraga, klien menganggap bersih-bersih rumah dan
membantu suami berjualan sebagai olahraganya. Selama sakit dan dirawat di
rumah sakit klien tidak dapat beraktifitas secara mandiri, karena post operasi
fraktur clavicula dan susah menggerakkan tangan kirinya karena nyeri. Dalam
melakukan aktifitasnya klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
5. Pola tidur & istirahat:
Sebelum dan selama dirawat di rumah sakit klien mengatakan tidak
mengalami gangguan dalam pola istirahat dan tidur, klien dapat tidur 7 8
jam tiap hari dan terkadang klien dapat tidur siang 1- 2 jam.
6. Pola kognitif & perceptual:
Sebelum dan selama dirawat di rumah sakit klien mengatakan tidak memiliki
gangguan dalam indera pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan penghidu.
Selama dirawat dirumah sakit klien merasakan nyeri di bahu sebelah kiri
dengan :
P : kecelakaan motor
Q : nyeri
R : nyeri dirasakan di lengan tangan kanan
S : skala nyeri 5
T : nyeri kadang timbul dan hilang saat digerakkan
7. Pola persepsi diri:
1) Identitas Diri : Klien adalah seorang pedagang.
2) Body Image : Sebelum dan selama sakit klien tetap menyukai seluruh
anggota tubuhnya. Klien bersyukur anggota tubuhnya masih utuh tidak kurang
satupun setelah kecelakaan
13
j. Abdomen:
Inspeksi : datar, tak ada lesi
Auskultasi : bising usus 16 x/ menit
Perkusi : bunyi timpani
Palpasi : tak ada nyeri tekan
k. Urogenital:
Tidak terpasang cateter
l. Ekstremitas:
Atas : tangan kiri terpasang infuse RL ( Ringer laktat ) 20 tetes / menit, tak ada
edema, tak ada tanda infeksi di area pemasangan infus, rentang gerak pada lengan
tangan kanan terganggu.
Bawah : tak ada edema, tak ada lesi
m. Kulit dan kuku:
Turgor kulit baik, warna sawo matang, kuku bersih dan tidak panjang
V. Terapi
Parentral : Infus Ringer Laktat (RL) 15 tts/menit
Injeksi : Ceftazidine 2 x 1 gr , Ketorolac 3 x 2 ml
Oral : Asmef 3 x 1 tab , B complek 3 x 1 tab
Diit : Tinggi Kalori Tinggi Protein
B. PROBLEM LIST
N HARI/ DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH PARAF &
O TANGGAL NAMA
/JAM
1 30 Maret / 08.00 DS : Trauma (langsung / Gangguan rasa nyaman (perawat)
klien mengatakan nyeri pada tidak langsung), : nyeri
16
Gangguan mobilitas
fisik
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme otot dan perubahan
fragmen tulang
minta dengan
pertolongan spastisitas
d. Kolaborasi
pemberian
relaksan otot
sesuai pesanan
seperti
diazepam
O : klien dapat
mempraktekkan teknik
relaksasi nafas dalam
1,2 Rabu 30 Maret / 11.00 4. Menganjurkan klien S : klien mengatakan mau
untuk mengatur untuk mengubah posisinya
posisi senyaman O : klien terlihat
mungkin, seperti menggeserkan tubuhnya
posisi semi fowler
2 Rabu 30 Maret / 11.55 5. Menganjurkan S: klien mengatakan ya,
kepada klien untuk bila butuh bantuan saya
meminta tolong akan minta tolong
dengan memanggil O : anjuran mau diterima
keluarga atau oleh klien
perawata untuk
membantunya
1 Rabu 30 Maret / 08.00 6. Memberikan S:-
kolaborasi injeksi O : obat masuk dengan
analgetik dan lancar
antibiotic :
- ketorolak 2 ml
- ceftazidine 1 gr
1 Rabu 30 Maret / 08.15 7. Membagikan obat per S:-
oral : O : klien mau menerima
- Asmef 1 tab obat
- B complek 1 tab
2 1 Kamis 31 Maret / 09.15 1. Menganjurkan klien S : klien mengatakan (Perawat)
untuk melawan nyeri nyerinya sudah berkurang
dengan tekhnik O : skala nyeri 3
relaksasi nafas dalam
2 Kamis 31 Maret / 10.00 2. Menganjurkan klien S : klien mengatakan ya
untuk melakukan akan mencobanya sedikit
latihan pasif dan aktif demi sedikit
pada daerah yang O : klien berusaha
cedera maupun yang menggerak gerakkan
tidak tangan kanannya
1,2 Kamis 31 Maret / 11.30 3. Memonitor TTV S : klien bertanya
hasilnya normal apa tidak
20
mas ?
O:
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 88 x / menit
- Suhu : 36,5 C
- RR : 14 x / menit
1 Kamis 31 Maret / 08.00 4. Memberikan kolaborasi S : klien bertanya obat
injeksi analgetik dan apa mas itu ?
antibiotic : O : obat masuk dengan
- ketorolak 2 ml lancar
- ceftazidine 1 gr
1 Kamis 31 Maret / 08.15 5. membagikan obat per S:-
oral : O : klien mau menerima
- Asmef 1 tab obat
- B complek 1 tab
3 1 08.30 1. Memberikan kolaborasi S:- (Perawat)
injeksi analgetik dan O : obat masuk dengan
antibiotic : lancar
- ketorolak 2 ml
- ceftazidine 1 gr
1 08.35 2. membagikan obat per S:-
oral : O : klien mau menerima
- Asmef 1 tab obat
- B complek 1 tab
2 10.00 3. Memasangkan S : klien mengatakan mau
gendongan lengan pada dipasangkan gendongan
lengan kanan klien lengan
O : gendongan lengan
terpasang dengan baik
2 10.15 4. Memberitahukan pada S : keluarga mengatakan
keluarga untuk membatasi akan memberitahukan
yang akan menjenguk pada rekan dan kerabatnya
klien, agar klien dapat O : keluarga
beristirahat mendengarkan
21
BAB 4. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Fraktur ekstremitas adalah terputusnya kontinuitas tulang pada ekstremitas, baik
ekstremitas atas ataupun bawah. Insiden fraktur dapat diatasi dengan baik apabila
dilakukan tindakan segera. Kesembuhan pada penderita fraktur dipengaruhi oleh
keadaan fraktur, pemenuhan nutrisi yang baik, adanya perawatan yang baik dan
adanya kondisi psikologis yang baik dari penderita fraktur sendiri. Pada sebagian
besar penderita fraktur ditemukan adannya respon cemas yang akhirnya berdampak
kepada adanya perubahan konsep diri yang akan mempengaruhi proses keperawatan
dan proses pemenuhan nutrisi, hal ini dikarena sebagian besar penderita yang cemas
kurang memiliki nafsu makan dan kurang responsive terhadap pengobatan yang
akhirnya sangat mempengaruhi proses penyembuhan. Peran perawat pada pasien
fraktur ekstremitas sangat banyak. Disini perawat sangat diperlukan untuk
mengantisipasi terjadinya komplikasi sedini mungkin pada pasien fraktur ekstremitas.
Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak
biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih
berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa
biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai
dislokasi fragmen tulang
1.2 Saran
Dari uraian diatas dapat kami sarankan sebaiknya para pembaca khususnya
perawat dengan kasus fraktur ekstremitas mengetahui tentang: komplikasi pada klien
dengan fraktur ekstremitas, pemeriksaan diagnostik yang perlu dilakukan dan dan
asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur ekstremitas.
23
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan
Keperawatan, Jakarta : EGC.
Guyton & Hall (1997) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC.
Price, S & Wilson, L. M. (1995) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit,Jakarta : EGC.
Sudoyo Aru, dkk (2006) Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
24
Lampiran Pathway