Anda di halaman 1dari 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERAWATAN ANAK KEJANG

1. TUJUAN
Mencegah atau mengurangi risiko cedera, aspirasi/hypoksia dan kecemasan keluarga
akibat kejang pada anak.

2. RUANG LINGKUP
Dilakukan pada bayi / anak yang mengalami kejang

3. DEFINISI
Perawatan anak kejang adalah memberikan tindakan perawatan pada anak yang
mengalami perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat/ sementara
karena aktifitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang sangat
berlebihan, akibat dari malformasi otak kongenital,faktor genetis atau adanya penyakit
seperti meningitis, encephalitis serta demam, atau gangguan metabolisme, trauma, dsb.

5. PROSEDUR
Pelaksanaan

a. Observasi / kaji adanya riwayat kejang, perilaku anak sebelum dan selama kejang,
sifat atau jenis kejang, lama kejang, awitan, gerakan saat kejang, perubahan wajah,
mata, upaya pernafasan (ada dan lamanya apneu serta mengorok), lain-lain (termasuk
berkemih dan defekasi involunter).
b. Persiapan klien :
· Bina trust pada keluarga (lihat SOP komunikasi terapeutik pada anak dan keluarga
sesuai tahap usia)
· Beri penjelasan pada anak / keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.
· Bayi / anak diatur dalam keadaan aman dan nyaman, dalam posisi berbaring.

c. Persiapan Alat :
Ø Obat anti-epileptik sesuai resep dokter (spt stesolid, diazepam, dsb)
Ø Selimut atau bantalan lunak
Ø Bengkok atau nierbekken, tongue spatel dibalut kasa
Ø Tabung oksigen dan alat bantu pernafasan
Ø Set infus/ tranfusi dan cairannya
Ø Set alat pengukuran tanda vital

d.Persiapan lingkungan :
Ciptakan lingkungan yang tenang dan banyak sirkulasi udara secara tidak panas.

e. Pelaksanaan kerja :
1. Libatkan keluarga dalam tindakan keperawatan
2. Lindungi anak selama kejang ; jangan gunakan restrain / paksaan pada anak
(kecuali anak dalam bahaya). Jaga lidah agar tidak sampai tergigit pada fase kejang,
berikan karet atau tong spatel untuk mencegah lidah tergigit.
Bila anak berdiri atau duduk di kursi roda pada awal episode, bantu anak untuk
mencapai lantai/ tempat baring. Jangan membuat anak teragitasi, bicara dengan suara
lembut dan sikap tenang. Jangan mengharapkan anak untuk mengikuti instruksi, karena
adanya kerusakan kesadaran.
3. Tempatkan selimut kecil yang lunak atau tangan perawat sendiri di bawah kepala
anak.
4. Jangan masukkan benda apapun di mulut anak, keluarkan sisa makanan yang
tertinggal di mulut.
5. Lepaskan kacamata atau gigi palsu bila ada.
6. Longgarkan pakaian anak.
7. Cegah anak dari membenturkan kepala pada objek keras, singkirkan benda-benda
(perabotan) yang dapat menimbulkan bahaya atau cedera.
8. Beri bantalan lunak disekitar tempat tidur / kursi ( pertahankan kondisi ini tetap
terpasang ketika anak sedang tidur,istirahat atau mengalami kejang)
9. Bila mungkin posisikan anak pada garis tengah, hiperektensi, untuk meningkatkan
ventilasi yang adekuat.
10. Bila anak mulai muntah, miringkan dengan hati hati (pertimbangkan posisi
dekubitus lateral bila anak mulai muntah dan pengisapan tidak cukup untuk mengontrol
saluran nafas). Dekatkan bengkok / wadah muntah di sisi dekat mulut anak.
11. Bila tak terdapat peralatan medis lengkap hubungi pelayanan medis darurat.
12. Bila peralatan memadai, berikan terapi oksigen (lihat SOP cara pemberian cairan
elektrolit per infus) sebagai perawatan pendukung.
13. Berikan obat Antipiletikdalam dosis yang sesuai denganberat badan anak (lihat SOP
cara pemberian obat pada anak )
14. Lakukan perawatan gigi dengan baik selama terapi fenitoin untuk menurunkan
hyperflasi gusi
15. Berikan vitamin d dan asam folat selama terpai fenitoin dan phenobartial untuk
mencegah defisiensi.
16. Lindungi anak pada periode pasca kejang :
Pertahankan posisi miring; tetaplah bersama anak dan tenangkan anak sampai ia sadar
( karena anak mungkin bingung dan takut)
17. Tanyakan perasaan anak dan keluarga setelah tindakan.
18. Ajarkan orang tua dan anak cara mengantipasi kejang dan beradaptasi terhadap
situasi pencetus kejang secara tepat.
19. Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
20. Bereskan semua peralatan, kembalikan ke tempat semula.
21. Cuci tangan (lihat SOP cuci tangan)

e. Pendokumentasian :
Dokumentasikan hasil tindakan, termasuk reaksi/ res[on bayi / anak saat dilakukan
tindakan dan sesudahnya.
KONSEP KEJANG (KEJANG DEMAM)

DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal > 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

KLINIS
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berusia 6 bulan - 5 tahun. Kejang disertai
demam pada bayi < 1 bulan tidak termasuk kejang demam. Jika anak berusia < 6 bulan
atau > 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain seperti
infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Anak yang pernah
mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang saat demam, tidak termasuk dalam
kejang demam.
Kejang demam dibagi atas 2 jenis:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure); yaitu :
Kejang demam yang berlangsung singkat, < 15 menit dan umumnya akan berhenti
sendiri. Kejang berupa kejang umum tonik atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang
demam tidak berulang dalam 24 jam. Kejang jenis ini merupakan 80% dari seluruh
kejang demam
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure); yaitu :
Kejang dengan salah satu ciri berikut :
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin; dilakukan untuk evaluasi
penyebab demam, atau keadaan lain; misalnya pemeriksaan darah perifer, elektrolit dan
gula darah. Punksi lumbal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis; risiko meningitis bakterialis adalah 0.6% - 6.7 %. Jika yakin
klinis bukan meningitis, tidak perlu dilakukan.
Mengingat manifestasi klinis meningitis sering tidak jelas pada bayi maka pada:
1. Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan punksi lumbal
2. Bayi antara 12 – 18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
EEG tidak direkomendasikan karena tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau
memperkirakan risiko epilepsi dikemudian hari. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan
pada kejang demam tak khas; misalnya pada anak usia > 6 tahun atau kejang demam
fokal.
Pencitraan seperti foto X ray, CT scan atau MRI kepala hanya dilakukan jika ada:
1. Kelainan neurologik fokal menetap (misal hemiparesis)
2. Paresis n.VI (n. abdusens) - bola mata tidak dapat melirik ke lateral
3. Papiledema
PENATALAKSANAAN
Saat kejang
Umumnya kejang berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Jika masih kejang diberikan
diazepam intravena 0.3 – 0.5 mg/kg.bb iv diberikan dalam waktu 3 – 5 menit, dosis
maksimal 20 mg. Atau diazepam per rektal 5 mg. untuk anak dengan berat badan < 10
kg,. dan 10 mg. jika berat badan > 10 kg. Atau diazepam per rektal 5 mg. untuk usia < 3
tahun dan 7.5 mg. untuk usia > 3 tahun. Jika setelah pemberian diazepam per rektal
kejang belum berhenti, dapat diulang dengan dosis sama setelah selang waktu 5 menit.
Jika setelah dua kali pemberian diazepam per rektal masih belum berhenti, dianjurkan
ke rumah sakit.
Di rumahsakit :
Diberikan diazepam intravena 0.3 – 0.5 mg/kg.bb. Jika masih tetap kejang, berikan
fenitoin intravena 10-20 mg/kg.bb/kali dengan kecepatan 1 mg/menit atau < 50
mg/menit. Jika berhenti dosis selanjutnya fenitoin 4-8 mg/kg.bb/hari dimulai 12 jam
setelah dosis awal. Jika masih belum berhenti, rawat di ruang intensif.

Pemberian obat saat demam


Tidak ada bukti bahwa pemberian antipiretik mengurangi risiko kejang demam; tetapi
dapat diberikan parasetamol dengan dosis 10 -15 mg/kg.bb/kali diberikan 4 kali sehari,
tidak lebih dari 5 kali sehari. Obat lain ibuprofen dengan dosis 5-10 mg/kgbb/kali, 3 – 4
kali sehari.Asam asetil salisilat tidak dianjurkan terutama pada usia < 18 bulan karena
risiko sindrom Reye Diazepam oral 0.3 mg/kg.bb tiap 8 jam saat demam menurunkan
risiko berulangnya kejang demam pada 30% - 60 % kasus, begitu pula diazepam rektal
0.5 mg/kg.bb setiap 8 jam pada suhu > 38.5ºC. Hati-hati dengan efek samping ataksia,
iritabel dan sedasi berat yang terjadi pada 25% - 39% kasus. Fenobarbital, fenitoin dan
karbamazepin saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.

Pengobatan rumat/pencegahan/profilaksis
Diberikan jika:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya paresis Todd,
cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
Dipertimbangkan jika:
1. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
2. Terjadi pada bayi < 12 bulan
3. Kejang demam ≥ 4 kali/tahun
Jenis obat :
Pilihan pertama saat ini ialah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kg.bb/hari dibagi 2-
3 dosis; atau fenobarbital 3-4 mg/kg. bb/hari dibagi dalam 1-2 dosis. Asam valproat
dapat menyebabkan gangguan fungsi hati pada sebagian kecil kasus terutama pada usia
< 2 tahun; fenobarbital dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar
pada 40% - 50% kasus.
Lama pengobatan:
Diberikan selama 1 tahun bebas kejang; kemudian dihentikan bertahap dalam 1-2 bulan.
PROGNOSIS
Risiko cacad akibat komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan
mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
Ada penelitian retrospektif yang melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil
kasus, biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang. Kematian
akibat kejang demam tidak pernah dilaporkan.

Risiko berulang
Faktor risiko berulangnya kejang demam :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia < 12 bulan
3. Suhu rendah saat kejang demam
4. Cepatnya kejang setelah demam
Jika semua faktor risiko ada , risiko berulang 80%; jika tidak ada hanya 10-15%.
Sebagian besar berulang pada tahun pertama (setelah kejang).

Risiko epilepsi
Faktor risiko epilepsi adalah jika ada :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung.
Masing-masing faktor risiko meningkatkan risiko epilepsi sampai 4% – 6%; kombinasi
faktor risiko tersebut meningkatkan risiko epilepsi menjadi 10%– 49%. Risiko epilepsi
tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat/profilaksis pada kejang demam.

EDUKASI PADA ORANGTUA


Orangtua sering panik menghadapi kejang karena merupakan peristiwa yang
menakutkan.
Kecemasan ini dapat dikurangi dengan antara lain:
1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberi informasi tentang risiko kejang berulang
4. Pemberian obat pencegahan memang efektif, tetapi harus diingat risiko efek samping
obat
Jika anak kejang, lakukan hal berikut :
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher
3. Jika tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut dan/atau hidung. Walaupun ada risiko lidah tergigit, jangan
masukkan apapun ke dalam mulut.
4. Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk/sifat kejang
5. Tetap bersama anak selama kejang
6. Berikan diazepam per rektal. Jangan diberikan jika kejang telah berhenti.
7. Bawa ke tenaga kesehatan atau rumahsakit jika kejang berlangsung ≥ 5 menit.

Anda mungkin juga menyukai