Anda di halaman 1dari 15

Farmakoterapi

Saraf, Cerna,
dan Napas
Oleh : Melin Ratu Lestari
(F1G021053)

Dosen Pegampu:
Apt. Yona Harianti P utri, M.Farm.
Kejang Demam
Kejang demam/Step adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal di atas 38 derajat Celcius) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium ( = di luar rongga
tengkorak). Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi (demam). Demamnya sendiri dapat
disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang paling utama adalah infeksi. Demam yang disebabkan oleh
imunisasi juga dapat memprovokasi terjadinya kejang demam. Insiden terjadinya kejang demam terutama
pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam.
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38°C). Kejang terjadi apabila demam disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial
seperti tonsilitis, otitis media akut dan brokitis. Selain demam yang tinggi, kejang juga bisa terjadi akibat
penyakit radang selaput otak, tumor, trauma atau benjolan dikepala serta gangguan elektrolit dalam tubuh.
Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kejang demam menurut Lumban Tobing (2005):
1. Demam itu sendiri
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik
sepintas.
Patofisiologi Kejang
Demam
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1℃ akan menyebabkan
kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat
sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium
melalui membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik
ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan
neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda
dan tergantung pada tinggi atau rendahnya ambang kejang seseorang anak pada kenaikan
suhu tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai
ambang kejang yang rendah, sedangkan pada suhu 40ºC atau lebih anak tersebut
mempunyai ambang kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah
(Ngastiyah, 2005).
Faktor Resiko Kejang Demam

Riwayat kejang Usia kurang dari Suhu tubuh kurang


dem am atau epilepsi 12 bulan dari 39 derajat
dalam keluarga Celsius saat kejang

Interval waktu yang Apabila kejang


singkat antara dem am pertam a
awitan dem am m erupakan kejang
dengan terjadinya dem am kompleks.
kejang.
Tanda dan Gejala
Kejang demam biasanya terjadi
pada awal demam. Saat kejang,
anak akan terlihat aneh untuk
beberapa saat, hilang kesadaran,
tangan dan kaki kaku,
tersentaksentak atau kelojotan, dan
mata berputar-putar sehingga
hanya putih mata yang terlihat.
Anak tidak responsive untuk
beberapa waktu, napas akan
terganggu dan kulit akan tampak
lebih gelap dari biasanya. Namun,
tidak seberapa lama kemudian,
anak akan segera normal kembali.
Assesment
Problem medic, S/O Rencana Terapi Indikasi Dosis literatur Kesesuaian
dan
montoring
Demam Antipiretik Meredakan demam 10-15 mg/kg/ 1 sampai 4
Paracetamol kali kali
diberikan tiap 4- minum, tidak
6 jam boleh lebih dari 4
kali.
Kejang Diazepam rectal Anti kejang 0,5-0,75 mg/kg atau Sudah sesuai
5 mg untuk anak
dengan berat badan
kurang dari 12 kg
dan 10 mg untuk
berat badan lebih
dari 12 kg.
Plan
1. Jika terjadi kejang longgarkan pakaian
untuk melancarkan pernafasan anak dan
melancarkan pasokan oksigen kedalam
tubuh khususnya otak anak.
2. Memiringkan kepala saat anak mengalami
kejang dem am bertujuan untuk
m em inim alisir anak tersedak ludah atau
muntahnya sendiri.
3. Jika terjadi alergi kulit akibat
paracetam ol m aka dapat diberikan
antihistam in
4. Bila setelah pem berian diazepam rektal
kejang
belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama
dengan interval waktu 5 m enit. Bila
setelah 2 kali pem berian diazepam rektal
m asih tetap kejang, dianjurkan ke rum ah
sakit. Di rum ah sakit dapat diberikan
diazepam intravena
Penatalaksanaan
Terapi
Terapi Farm akologi dan Non Farm akologi
Terapi Farmakologi
M enurut Livingston (2001) penatalaksanaan m edis ada:
a. Menghentikan kejang secepat mungkin. Diberikan antikonvulsan secara intravena
jika klien masih kejang.
b. Pemberianoksigen
c. Penghisapan lendir kalau perlu
d. Mencari dan mengobati penyebab Pengobatan rumah profilaksis intermitten. Untuk
mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan
antipiretika.

Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit
atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg. Secara umum,
penatalaksanaan kejang akut mengikuti algoritma kejang pada umumnya. Bila setelah
pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan
dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian
diazepam rektal m asih tetap kejang, dianjurkan ke rum ah sakit.
Antipiretik tetap dapat diberikan dengan Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-
15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Terapi Non Farmakologi
a) Semua pakaian ketat dibuka.
b) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
c) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.
d) Monitor suhu tubuh, Cara paling akurat adalah dengan suhu rektal.
e) Obat untuk penurun panas, pengobatan ini dapat mengurangi ketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu
1 sampai 1,5 ºC.
f) Berikan Kompres Hangat Mengompres dilakukan dengan handuk atau washcloth (washlap atau lap
khusus
badan) yang dibasahi dengan dibasahi air hangat (30ºC) kemudian dilapkan seluruh badan. Penurunan suhu
tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap atau
handuk basah atau didiamkan dalam air karena penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila
demamnya semakin tinggi. Sebenarmya mengompres kurang efektif dibandingkan obat penurun demam. Karena
itu sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat penurun demam, kecuali anak alergi terhadap obat tersebut.
g) Menaikkan Asupan Cairan Anak-Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya tidak memaksa
anak untuk makan. Akan tetapi cairan seperti susu (ASI atau atau susu formula) dan air harus tetap diberikan
atau bahkan lebih sering. Anak yang lebih tua dapat diberikan sup atau buah-buahan yang banyak mengandung
air.
h) Istirahatkan Anak Demam menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman. Orang tua sebaiknya
mendorong
anaknya untuk cukup istirahat. Sebaiknya tidak memaksa anak untuk tidur atau istirahat atau tidur bila anak
Pencegahan
Berikan obat penurun panas saat Si Kecil dem am . Obat
antikejang akan diberikan sesuai rekomendasi dokter untuk
m encegah kejang terjadi. Berikut langkah penanganan
kejang demam pada anak menurut Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI):
● Tetap tenang dan tidak panik.
● Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
● Bila Si Kecil tidak sadarkan diri, letakkan ia dalam posisi
miring. Bila ada muntah, bersihkan muntahan atau lendir
di m ulut atau hidungnya.
● Bila lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke
dalam mulut.
● Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama
kejang yang terjadi.
● Tetap dampingi Si Kecil selama dan sesudah kejang.
● Berikan obat jika kejang m asih berlangsung lebih
dari 5 menit. Jangan berikan bila kejang telah
berhenti.
Edukasi
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi
setiap orangtua. Pada saat kejang, sebagian besar
orangtua beranggapan bahwa anaknya akan
meninggal. Kecemasan tersebut harus dikurangi
dengan cara diantaranya:
1. Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam
um um nya m em punyai prognosis baik.
2. Memberitahukan cara penanganan kejang.
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan
kejang kembali.
4. P em berian obat profilaksis untuk
m encegah berulangnya kejang memang efektif,
tetapi harus
diingat adanya efek sam ping obat.
Daftar Pustaka
Cahyanigrum, E, D. 2016. Penatalaksanaan Anak Demam Oleh
Orang Tua Di Puskesmas Kembaran I Banyumas. Viva Medika,
9(17), 44- 53.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Perawatan Bayi
Dan
Anak. Edisi 1. Jakarta: Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Rekomendasi
Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: ECG.
Resti, H, E., Indriati, G., dan Arneliwati. 2020. Gambaran
Penanganan Pertama Kejang Demam Yang Dilakukan Ibu Pada
Balita. Jurnal Ners Indonesia, 10(2), 238-248.
Tobing, L, S, M. 2003. Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada
Sumber
Thanks
!

Anda mungkin juga menyukai