Anda di halaman 1dari 40

ILMU KEPERAWATAN KLINIK 4A

MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas Ilmu Keperawatan Klinik 4A dengan dosen
pengampu Ns. Nur Widayati, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015
ILMU KEPERAWATAN KLINIK 4A
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LOW BACK PAIN

oleh:
Kelompok 10
Dwi Maulidiandari E NIM 132310101007
Novita Nurkamilah NIM 132310101028
Yulia Martha Fandiani NIM 132310101029
Ike Andriani NIM 132310101057
Bagus Arditya Husada NIM 132310101060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Low Back Pain dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Keperawatan Klinik 4A.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ns. Rondhianto, M.Kep selaku penanggung jawab mata kuliah Ilmu
Keperawatan Klinik 4A.
2. Ns. Nur Widayati, M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Keperawatan Klinik 4A.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan seluruhnya.
Guna kesempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan segala kritik dan
saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan pengetahuan bagi pembaca.

Jember, Juni 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i


Prakata ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................


1.1. Latar Belakang ............................................................................
1.2. Tujuan .........................................................................................

BAB 2 TINJAUAN TEORI .........................................................................


2.1 Pengertian Low Back Pain ..........................................................
2.2 Epidemiologi Low Back Pain .....................................................
2.3 Etiologi Low Back Pain ..............................................................
2.4 Tanda dan Gejala Low Back Pain ...............................................
2.5 Patofisiologi Low Back Pain.......................................................
2.6 Komplikasi dan Prognosis Low Back Pain .................................
2.7 Tatalaksana Medis dan Keperawatan Low Back Pain ................
2.8 Pencegahan Low Back Pain ........................................................

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ..........................................................

BAB 4 PENUTUP .........................................................................................


4.1. Kesimpulan .................................................................................
4.2. Saran ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1. Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah
satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang
kurang baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002). LBP dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi
yang salah. Menurut Rakel (2002), LBP adalah nyeri punggung bawah yang
berasal dari tulang belakang, otot, saraf atau struktur lain pada daerah
tersebut.
Nyeri pinggang di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang
nyata. Ia merupakan penyakit nomor dua pada manusia setelah influenza
(Dr.Rahajeng Tunjung, 2005). Kira-kira 80% penduduk seumur hidup
pernah sekali merasakan nyeri punggung bawah. Pada setiap saat lebih dari
10% penduduk menderita nyeri pinggang. Studi populasi di daerah pantai
utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan 13,6% pada
wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang insidensinya
sekitar 5,4 5,8%, frekuensi terbanyak pada usia 45-65 tahun. Di Amerika
Serikat lebih dari 80% penduduk pernah mengeluh low back pain dan di
negara kita sendiri diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi. Nyeri
punngung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika
Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%. Puncak insidensi
nyeri punggung bawah adalah pada usia 45- 60 tahun (Bratton, 2000).
Usia merupakan faktor yang mendukung terjadinya LBP, sehingga
biasanya di derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi
tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu
muda, Klooch (2006). Manusia dalam menjalankan pekerjaannya
dipengaruhi oleh berbagai faktor, ada yang bersifat menguntungkan maupun
yang merugikan yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja seperti
nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Faktor tersebut antara lain sikap
badan yang kurang baik dan posisi alat kerja yang tidak ergonomis dapat
menimbulkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat menimbulkan
perubahan fisik dari tubuh pekerja. Dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor
usia. Semakin tua usia seseorang semakin tinggi angka kejadian nyeri
punggung bawah.

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian low back pain
1.2.2 Untuk mengetahui epidemiologi low back pain
1.2.3 Untuk mengetahui etiologi low back pain
1.2.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala low back pain
1.2.5 Untuk mengetahui patofisiologi low back pain
1.2.6 Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis low back pain
1.2.7 Untuk mengetahui tatalaksana medis dan keperawatan low back pain
1.2.8 Untuk mengetahui pencegahan low back pain
1.2.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan low back pain
Bab 2. Tinjauan Teori

2.1 Pengertian
Low Back Pain(LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan musculoscletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik. Masalah nyeri pinggang yang timbul akibat duduk lama menjadi
fenomena yang sering terjadi pada mahasiswa (Lukman, Nurna Ningsih 2011
;128).
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha (Rakel, 2002).
LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik
(Maher, Salmond & Pellino, 2002).
Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang
secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa
hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh.
Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian.
Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot,
ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang
pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat
ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
b. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini
biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang
lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis,
rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

2.2 Epidemiologi
Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
pada semua negara. Besarnya masalah yang diakibatkan oleh nyeri pinggang
dapat dilihat dari ilustrasi data berikut. Pada usia kurang dari 45 tahun, nyeri
pinggang menjadi penyebab kemangkiran yang paling sering, penyebab
tersering kedua kunjungan kedokter, urutan kelima masuk rumah sakit dan
masuk 3 besar tindakan pembedahan. Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu
periode usia yang paling produktif, nyeri pinggang menjadi penyebab
disabilitas yang paling tinggi.
Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara
keseluruhan, LBP merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai (49 %).
Pada negara maju prevalensi orang terkena LBP adalah sekitar 70-80 %. Pada
buruh di Amerika, kelelahan LBP meningkat sebanyak 68 % antara thn 1971-
1981.
Sekitar 80-90% pasien LBP menyatakan bahwa mereka tidak
melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya jadi dapat
disimpulkan bahwa LBP meskipun mempunyai prevalensi yang tinggi namun
penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.

2.3 Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:
2.3.1 Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut
Soeharso (1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut
dapat berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak
lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya low back
pain yang disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat
menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat
lubang di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya
lamina dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina
bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot,
rudimentair foof, kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika
lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:
a. Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan
korpus vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan
korpus vertebrae (Bimariotejo, 2009). Walaupun kejadian ini
terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru
menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur
dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan
(Bimariotejo, 2009). Soeharso (1978) menyebutkan gejala klinis
dari penyakit ini adalah:
1. Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari
semestinya. Antara dada dan panggul terlihat pendek.
2. Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus
vertebra yang menimbulkan skoliosis ringan.
3. Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas
bawah.
4. Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran
antara ujung spina dan garis depan corpus pada vertebra yang
mengalami kelainan lebih panjang dari garis spina corpus
vertebrae yang terletak diatasnya.
b. Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus
spinosus bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan
tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini
hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi
lateral (Soeharso, 1978).
c. Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari
vertebra lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau
os ileum (Soeharso, 1978).
2.3.2 Low Back Pain karena Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama
LBP (Bimariotejo, 2009). Pada orang-orang yang tidak biasa
melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban
yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat
menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot
punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga
menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh
dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada
kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut (Idyan, 2008).
Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada
low back pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan
beberapa keadaan, seperti:
a. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca
adalah rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan.
Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada
pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki
pada hip joint terbatas.
b. Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra
lumbal V dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan
ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri
yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat
menyebabkan keterbatasan gerak.
2.3.3 Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan
jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan
tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi
terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain
(Soeharso, 1978).
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan
oleh perubahan jaringan antara lain:
a. Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan
otot-ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat
memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain
itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra
yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel
seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada
tulang belakang hingga ke pinggang (Idyan, 2008).
b. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler.
Penyakit ini ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya
di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap
tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe, 1995 dalam Idyan,
2008).
c. Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada
sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan
oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri
tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan
sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.
2.3.4 Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan
berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat
menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya
genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya (Soeharso,
1987). Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk
dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP
(Klooch, 2006 dalam Shocker, 2008).
Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini
disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat
penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot
(Bimariotejo, 2009).
Faktor Resiko Low Back Pain (LBP) :
Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan,
etnis, merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang
berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan
faktor psikososial (Bimariotejo, 2009).
Sifat dan karakteristik nyeri yang dirasakan pada penderita LBP
bermacam-macam seperti nyeri terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam, hingga
terjadi kelemahan pada tungkai (Idyan, 2008). Nyeri ini terdapat pada daerah
lumbal bawah, disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain
sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha, tungkai,
dan kaki (Bimariotejo, 2009).

2.4 Tanda dan gejala


Berdasarakan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan ke
dalam kelompok :
a. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik :
1. Adanya nyeri pada daerah lumbal atau lumbal sacral tanpa penjalaran
atau keterlibatan neurologis
2. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung
dari aktivitas fisik
3. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.
b. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1 atau
lebih tanda atau gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan
neurologis
1. Gejala : nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa
baal di daerah nyeri
2. Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik maupun
sensorik/refleks.
c. Red flag a LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi
patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum :
1. Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan
kendaraan bermotor
2. Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif
3. Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal
4. Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi
terlentang
5. Riwayat atau adanya kecurigaan kanker, HIV, atau keadaan
patologis lainnya yang dapat menyebabkan kanker
6. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
7. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil
dan atu demam
8. Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten
9. Saddle anestesi, dan atau adanya inkonentinensia urin
10. Risiko terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan LPB pada
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun.
2.5 Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi
nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system
nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara
individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama
mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang
mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak,
dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri
merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang
sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke
pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat.
Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan
mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral
dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis
paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar.
Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri
meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin
dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri
dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor
terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan
dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses
sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system
assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor
nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi
karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini
kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik
yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang
diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot
paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang
maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang
akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang
tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan
toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah
dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur,
masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang
dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5
dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat.
Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan
pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan
nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

2.6 Komplikasi dan Prognosis Low Back Pain


2.6.1 Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan
pada penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini
terjadi karena pasien selalu memposisikan tubuhnya ke arah yang
lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini
didukung oleh ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit.
2.6.2 Prognosis
Dengan penanganan yang teratur kesembuhan pada penderita
nyeri punggung bawah diperkirakan 70% dalam 1 bulan, 90% dalam
3-6 bulan dan 4% sembuh setelah lebih dari 6 bulan. Kesembuhan
mutlak pada penderita nyeri punggung bawah karena spondilosis
lumbal tidak bisa diharapkan karena spondilosis adalah degeneratif
sekitar annulus fibosus, lamina dan artikularis yang mengeras karena
terjadinya kalsifikasi.

2.7 Tatalaksana medis dan Keperawatan


Penatalaksanaan Keperawatan
1. Informasi dan edukasi.
2. Pada LPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas
dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan :
jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain
korset, tongkat)
3. LPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat
badan posisi tubuh dan aktivitas.
Penatalaksanaan Medis
a. Formakoterapi.
1. LPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid
(nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk
nyeri radikuler
2. LPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha
blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
1. Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
2. Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik
punggung bawah yang intractable)
c. Bedah
Indikasi operasi :
1. Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
2. Defisit neurologik memburuk.
3. Sindroma kauda.
Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
4. Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologik.

2.8 Pencegahan
1. Latihan Punggung Setiap Hari
a. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras.
Tekukan satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan
beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain.
Lakukanlah beberapa kali.
b. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu
luruskanlah ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu
tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa detik kemudian
relaks. Ulangi beberapa kali.
c. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada
flat di lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di
tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai.
Lakukan beberapa kali.
2. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
a. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
b. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang
lebih rendah
c. Peganglah benda dekat perut dan dada
d. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
e. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
3. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
a. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
b. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja,
pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu
(seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
c. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki
pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan
mengubah posisi secara periodic.
d. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik
tidak teregang.
e. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada
saat duduk dikursi
4. Tetaplah aktif dan hidup sehat
a. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman
dan sepatu berhak rendah
b. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
c. Tidurlah di kasur yang nyaman.
d. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi
trauma.
Bab 3. Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Dsn. Pondok Waluh Kec. Kencong, Kab. Jember
Agama : Islam
Pedidikan : SMP
Status : Menikah
Pekerjaan : Kuli bangunan
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri punggung bagian bawah yang menyebar
kebagian kaki dan leher, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri bertambah
ketika pasien beraktivitas.
c. Riwayat Keperawatan Sekarang
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengeluhkan
nyeri punggung bagain bawah dan terkadang sampai menjalar ke kaki dan
leher, skala nyeri 6. Pasien bekerja sebagai seorang kuli bangunan yang
mengharuskannya selalu mengangkat beban yang berat seperti semen dan
bahan bangunan lainnya. Nyeri punggung yang dialami pasien sudah
dirasakannya sejak 2 bulan yang lalu, kemudian pasien memeriksakan
keadaannya ke puskesmas terdekat, di puskesmas terdekat pasien hanya
disarankan untuk kompres air hangat untuk mengurangi nyeri yang
dialaminya dan juga memijat area yang sakit selain itu pasien juga
dianjurkan untuk melakukan beberapa latihan untuk melemaskan otot-otot
punggungnya.
d. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat inap di
RS. Bila sakit pasien langsung dibawa ke Puskesmas/ mantri di
daerahnya. Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien tidak
pernah mengalami cidera apapun seperti kecelakaan atau jatuh.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
pernah mengalami kondisi yang sama dengan pasien.
f. Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit:Pasien mengatakan bahwa ia dan keluarganya sangat
memperhatikan masalah kesehatan. Jika ada anggota keluarga yang
sakit, segera diberi obat atau diperiksakan ke Puskesmas atau mantri,
pasien mandi 2x sehari begitupun juga dengan ganti baju
Saat sakit: Keluarga pasien mengatakan pasien tetap mandi 2x sehari
begitupun juga dengan ganti baju.
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasanya makan 3x sehari dengan
porsi 1 piring habis, pasien biasa minum 6-8 gelas.
Saat sakit :Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi
makan sedang tetapi pasien hanya makan dan habis 3/4 porsi
makanan. Pasien minum air putih 5-6 gelas setiap harinya 1200
cc.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB (Buang Air Besar) 1 kali
sehari biasanya saat pagi hari dengan konsistensi feses lunak, warna
kuning kecoklatan, bau khas, tidak ada lendir/ darah, tidak ada
keluhan. Pasien mengatakan sehari BAK (Buang Air Kecil) 7-8 x/ hari
dengan konsistensi jernih, kekuningan dan bau khas.
Selama sakit : Pasien mengatakan semenjak sakit, BAB jadi agak
susah waktunya tidak tentu kadang dalam 3 hari hanya BAB 1 kali.
Warna feses kuning kecoklatan, bau khas dan tidak ada lendir/
darah. Pasien mengatakan BAK 4-5 x/ hari dengan konsistensi jernih,
kekuningan dan bau khas.
4) Pola Latihan dan Aktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sehari-hari bekerja sebagai kuli
bangunan. Berangkat jam 07.00 pagi dan pulang tidak tentu, tapi
paling sorenya pulang jam 17.00 WIB. Keseharian pasien hanya
dilakukan untuk bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Selama sakit : Pasien mengatakan izin bekerja selama masih
sakit. Pasien mengatakan aktivitas sehari-harinya dibantu keluarga,
untuk makan disuapi, minum diambilkan, BAK dan BAB juga dibantu
oleh keluarga. Pasien dibantu keluarga karena sering merasa nyeri
nya bertambah ketika berjalan.
5) Pola Kognitif dan Perseptual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak tahu bahaya dari nyeri
punggung bagian bawah jika tidak segera diatasi.
Selama sakit : Pasien mengatakan sudah tahu tentang tindakan
penangananan dari nyeri punggung yang dialaminya pasien
mendapatkan informasi dari perawat di puskesmas
6) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur malam 6-7 jam dimulai
pukul 21.0004.00 WIB, tidurnya tidak ada gangguan. Pasien
mengatakan bahwa dirinya tidak pernah tidur siang.
Selama sakit : Pasien mengatakan tidur malam 5 jam dan sering kali
tidak dapat tidur siang karena nyeri punggung yang dialaminya.Pasien
sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan menahan nyeri
yang hebat
7) Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri
Sebelum sakit : Pasien merasa dirinya sehat dantidak ada penyakit
maupun gangguan yang dialaminya
Selama sakit : Pasien mengatakan khawatir dengan nyeri yang
dialaminya, tapi setelah pasien memeriksakannya ke mantri dan ke
puskesmas, pasien sudah tidak merasa khawatir dan berkeinginan
untuk cepat sembuh.
8) Pola Peran dan Hubungan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga,
teman, tetangga baik tidak ada masalah, pasien dapat melakukan
perannya sebagai kepala keluarga dalam mencari nafkah untuk
keluarganya
Selama sakit : Hubungan pasien dengan keluarga, teman dan tetangga
baik. Namun pasien tidak dapat menjalankan perannya sebagai kepala
keluarga selain itu pasien harus ijin dari tempat kerjanya.
9) Pola Reproduksi atau Seksual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada keluhan dengan alat
genetalianya. Pasien mengatakan masih melakukan hubungan seksual
dengan istrinya 2 kali dalam seminggu.
Selama sakit : Pasien mengatakan tidak ada keluhan dengan alat
genetalianya. Pasien mengatakan selama dirinya sakit, istri senantiasa
merawatnya.
10) Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Sebelum sakit : Bila ada masalah, pasien menceritakan kepada
keluarga. Pasien mengatakan bila ada masalah maka diselesaikan
secara musyawarah.
Selama sakit : Pasien mengatakan berusaha sabar, pasrah dan
menerima keadaannya serta menyerahkan kepada Tuhan dengan
keadaannya saat ini.
11) Pola Keyakinan Dan Nilai
Sebelum sakit : Pasien mengatakan selalu rajin beribadah ke masjid,
dan selalu sholat berjamaah setiap magrib, isya dan subuh.
Selama sakit : Pasien mengatakan aktivitas ibadahnya terganggu.
Pasien hanya bisa sholat ditempat tidur.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : pasien tampak lemah dan gelisah.
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 120/80 mmHg
b) Nadi : 88x/menit
c) RR : 24x/menit
d) Suhu : 37C
3) Pemeriksaan Head Toe toe
a) Kepala
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat lesi, kulit kepala bersih,
rambut agak beruban, lurus, rambut pendek.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b) Mata
Inspeksi : Simetris, konjungtiva kemerahan, sklera putih,
tidak ada tidak ada gangguan penglihatan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c) Telinga
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada gangguan pendengaran,
tidak terdapat serumen
Palpasi : tidak ada nyeri saat telinga ditekan dan ditarik
d) Hidung
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada
gangguan penciuman, tidak ada massa, tidak ada sekret, tidak ada
perdarahan, tidak terpasang O2.
.Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
e) Mulut
Inspeksi : Mulut berbau, gigi tidak caries, lidah kotor, tidak
ada stomatitis, tidak memakai gigi palsu, fungsi pengecapan baik,
membran mukosa bibir lembab.
f) Leher
Inspeksi: Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi: terdapat nyeri tekan dan tidak teraba adanya benjolan
abnormal.
g) Dada
Paru paru
Inspeksi: simetrik
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, gerakan fokal fremitus antara
kanan dan kiri sama.
Perkusi : Bunyi paru sonor
Auskultasi : Suara dasar paru normal, terdengar vesikuler,
tidak ada suara tambahan
Jantung
Inspeksi : IC (Ictus Cordis) tidak nampak
Palpasi : IC (Ictus Cordis) tidak kuat angkat
Perkusi : Pekak, batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal terdengar lupdup,
bising negatif, tidak ada suara tambahan
h) Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, kontur kulit lentur, tidak ada
benjolan/ massa.
Auskultasi : terdengar bising usus
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
Perkusi : Tidak ada pembesaran pada hati, suara tympani
i) Ekstremitas
Atas : Tangan kanan dan kiri dapat melawan tahanan pemeriksa
dengan kekuatan maksimal, tidak ada luka pada ekstremitas atas,
dapat digerakkan dengan bebas, dan tidak ada edema.
Bawah : Kaki kanan dan kiri ada gerakan pada sendi tetapi
tidak dapat melawan gravitasi, terdapat nyeri tekan pada tungkai
dan punggung bagian bawah, dan terdapat lebam dan bengkak.
P (Paliatif) : tungkai nyeri jika untuk bergerak
Q (Quality) : nyeri seperti tertusuk-tusuk
R (Regio) : Tungkai kedua kaki
S (Scale) : skala nyeri: 6 saat dilakukan pengkajian
T (Time) : saat pasien istirahat dan nyeri bertambah ketika
beraktivitas.
j) Kulit dan kuku:
Inspeksi: Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, CRT (< 2
detik), kuku agak kotor dan panjang, tidak ada biang keringat,
pada tungkai kaki dan punggung bawah tampak lebam dan
bengkak.
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada bagian tungkai kaki
k) Genetalia dan anus
Inspeksi: pasien tidak terpasang kateter dan tidak ada keluhan
didaerah genetalia.
h. Pemeriksaan Diagnostik
1) Neurologik
a) Elektromiografi (EMG) , dilakukan bila dicurigai adanya disfungsi
radiks
b) Somatosensory Evoked Potensial (SSEP) , berguna untuk stenosis
kanal dan mielopati spinal .
2) Radiologik
a) Foto Polos , untuk mengesampingkan adanya kelainan tulang
b) Mielografi , Mielo-CT , CT-scan,Magnetic Resonance Imaging
(MRI), untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor , HNP
perlengketan .
3) Laboratorium
a) Laju Endap Darah , darah perifer lengkap , C-reactive protein ,factor
rheumatoid ,alkalin fosfatase ,kalsium ( atas indikasi )
b) Urinalisis , untuk penyakit non spesifik seperti infeksi
c) Liquor serebrospinalis ( atas indikasi )
3.2 Pathway (Web Of Causion)

Masalah musculoskeletal,
gangguan ginjal, masalah
pelvis, tumor

Kontraksi punggung

Tulang belakang menyerap


goncangan vertikal

Terjadi perubahan struktur


Otot abdominal dan dengan discus susun atas fibri
toraks melemah fertilago dan matrik gelatinus

Mobilitas fisik
Jarang bergerak
terganggu
Febri kartilago padat
dan tidak teratur
Struktur
Kerusakan melemah
mobilitas fisik
Penonjolan diskus/
kerusakan sendi pusat
Penumpuka
n lemak
karena Menekan akar syaraf
kurang
bergerak

Gangguan rasa
nyaman nyeri
Nutrisi lebih
dari kebutuhan
3.3 Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d melemahnya otot abdominal dan toraks
b. Nutrisi lebih dari kebutuhan b.d penumpukan lemak
c. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penekanan akar syaraf

3.4 Perencanaan/Intervensi Keperawatan


No Hari/ Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Paraf
Tanggal Keperawatan Kriteria Hasil &
/Jam Nama
1 Selasa/2 Kerusakan Setelah 1. Kaji 1. Pasien
Juni 2015/ mobilitas fisik dilakukan derajat mungkin
08.00 b.d tindakan imobilita dibatasi
WIB melemahnya keperawatan s yang oleh
otot abdominal selama 3x24 jam dihasilka persepsi
dan toraks masalah n oleh diri
kerusakan cedera tentang
mobilitas fisik dan keterbatas
dapat teratasi persepsi an
dengan kriteria pasien fisiknya
hasil: terhadap sehingga
1. Dapat imobilita membutuh
meningkatka s kan
n mobilitas informasi
pada tingkat untuk
paling tinggi meningkat
yang kan
mungkin 2. Bantu kemajuan
2. Meningkatka pasien 2. Dapat
n kekuatan dalam meningkat
yang sakit rentang kan tonus
dan gerak otot,
mengkompen pada memperta
sasi bagian daerah hankan
tubuh yang gerak
3. Menunjukka sakit sendi,
n teknik yang ataupun mencegah
memampuka yang atrofi, dan
n melakukan tidak resopsi
aktivitas sakit kalium
4. Mempertaha karena
nkan posisi tidak
fungsional 3. Ba digunakan
ntu 3. Meningka
perawata tkan
n diri kontrol
pasien pasien
dalam
situasi dan
kesehatan
diri
4. Be langsung
rikan 4. Mobilisasi
mobillis dini
asi menurunk
dengan an
kursi komplikas
roda, i tirah
kruk baring dan
atau meningkat
tongkat kan
sesegera penyembu
mungkin han serta
normalisa
si fungsi
organ
5. Hipotensi
postural
5. A adalah
wasi masalah
tekanan umum
darah menyertai
pasien tirah
dan baring
perhatik lama dan
an dapat
keluhan memerluk
umum an
intervensi
khusus
6. Memcega
h insiden
komplikas
6. Ub i kulit
ah posisi
secara
periodik
2. Selasa/2 Nutrisi lebih Setelah 1. Ka 1. Menentuk
Juni 2015/ dari kebutuhan dilakukan ji adanya an
08.30 b.d tindakan faktor intervensi
WIB penumpukan keperawatan penyeba yang tepat
lemak selama 3x24 jam b diberikan
masalah pasien peningka
teratasi dengan tan berat
kriteria hasil: badan 2. Mengetah
1. Kebutuhan 2. Uk ui
nutrisi dan ur intake hubungan
berat badan makanan intake dan
yang dalam24 adanya
terkontrol jam perubahan
2. Tidak 3. Hi 3. Mencegah
terjadi ndari penumpuk
penurunan makanan an lemak
berat badan yang yang
yang banyak berlebih
berlebihan mengand
ung
lemak 4. Sebagai
4. Bu program
at pengganti
program olahraga
latihan yang
untuk mampu
mobilita membakar
s penumpuk
an lemak
5. Mencegah
perubahan
yang tidak
5. Ko diinginkan
laborasi
dengan
ahli diet
yang
tepat
3. Selasa/2 Gangguan rasa Setelah 1. Pertahan 1. Menghila
Juni 2015/ nyaman nyeri dilakukan kan ngkan
09.00 b.d penekanan tindakan imobilis nyeri dan
WIB akar syaraf keperawatan asi mencegah
selama 3x24 jam bagian kesalahan
masalah pasien yang posisi
teratasi dengan sakitden
kriteria hasil: gan tirah
1. Pasien baring,
menyatakan gips,
nyeri pembeba
berkurang t, atau
bahkan traksi 2. Meningka
hilang 2. Tinggika tkan aliran
2. Menunjukan n dan balik
tindakan dukung vena,
santai; ekstrimit menurunk
mampu as yang an edema
beraktivitas, terkena dan nyeri
istirahat, dan
tidur secara 3. Mempeng
tepat 3. Evaluasi aruhi
3. Menunjukka keluhan pilihan
n nyeri/ket keefektifa
penggunaan idaknya n
keterampilan manan, intervensi
relaksasi perhatik
an lokasi
dan
karakteri
stik
termasuk
intensita
s
4. Memperta
4. Lakukan hankan
dan kekuatan/
awasi mobilitas
latian otot yang
gerak sakit dan
aktif/pas memudah
if kan
resolusi
inflamasi
5. Berikan 5. Meningka
alternatif tkan
tindakan sirkulasi
kenyama umum,
nan, menurunk
misalkan an area
pijatan tekanan
atau lokal dan
perubaha kelelahan
n posisi otot
6. Kolabo 6. Meningka
rasi tkan
pemberi relaksasi
an obat otot dan
menguran
gi nyeri

3.5 Implementasi
No No Dx Hari/tgl/ Implementasi Paraf &
Keperawatan Jam Nama
1. 1 Selasa/ 2 Juni 1. Mengkaji derajat
2015/ 14.30 imobilitas yang
WIB dihasilkan oleh
cedera dan persepsi
pasien terhadap
imobilitas
2. Membantu pasien
dalam rentang gerak
pada daerah yang
sakit ataupun yang
tidak sakit
3. Membantu perawatan
diri pasien
4. Memberikan
mobillisasi dengan
kursi roda, kruk atau
tongkat sesegera
mungkin
5. Mengawasi tekanan
darah pasien dan
perhatikan keluhan
umum
6. Mengubah posisi
secara periodik
2 Rabu/ 3 Juni 1. Mengkaji adanya
2015/ 08.00 faktor penyebab
WIB peningkatan berat
badan
2. Mengukur intake
makanan dalam24
jam
3. Menghindari
makanan yang
banyak mengandung
lemak untuk pasien
4. Membuat program
latihan untuk
mobilitas
5. Mengkolaborasikan
dengan ahli diet
yang tepat
Rabu/ 3 Juni 1. Mempertahankan
2015/ 14.30 imobilisasi bagian
WIB yang sakitdengan
tirah baring, gips,
pembebat, atau
traksi
2. Meninggikan dan
dukung ekstrimitas
yang terkena
3. Mengevaluasi
keluhan
nyeri/ketidaknyama
nan, perhatikan
lokasi dan
karakteristik
termasuk intensitas
4. Melakukan dan
awasi latian gerak
aktif/pasif
5. Memberikan
alternatif tindakan
kenyamanan,
misalkan pijatan
atau perubahan
posisi
6. Mengkolaborasikan
pemberian obat

3.6 Evaluasi
No Hari/tgl/jam No Dx Kep Evaluasi Paraf & Nama
1. Jumat/5 juni 1 S : Pasien
2015/ 08.00 mengatakan
WIB sudah bisa
melakukan
aktifitas
meskipun
sedikit
terbatas
O : a.Pasien
mampu
mempertah
ankan
posisi
fungsional
b. pasien
sedikit
mampu
melakukan
aktivitas
A : masalah
teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
Sabtu/6 juni 2 S : Pasien
2015/ 08.00 mengatakan
WIB semakin
nyaman dan
mampu
beraktifitas
O : a. nutrisi dan
berat
badan
pasien
dalam
batas
normal
b. edema
berkurang
dan hampir
hilang
A : Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
Sabtu/6 juni 3 S : Pasien
2015/ 14.30 mengatakan
WIB nyeri sedikit
berkurang
O : a. pasien
mampu
beraktifitas
dengan
skala nyeri
yang
sedikit
berkurang
b. Pasien
mampu
menunjuka
n relaksasi
A : Masalah
teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
BAB 4. Penutup

4.1 Kesimpulan
Low Back Pain(LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan musculoscletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik. Masalah nyeri pinggang yang timbul akibat duduk lama menjadi
fenomena yang sering terjadi pada mahasiswa. Etiologi low back pain antara
lain kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir, low back pain karena
trauma, low back pain karena perubahan jaringan, low back pain karena
pengaruh gaya berat.

4.2 Saran
Bagi Pihak Rumah Sakit agar dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai masalah Nyeri Punggung Bawah (Low back Pain) 2.
Pada masyarakat luas agar lebih memperhatikan sikap kerjanya terutama
bagi karyawan yang dalam melakukan pekerjaanya duduk dalam jangka
waktu lama. Sebaiknya setiap 1 jam sekali dapat berdiri untuk jalan-jalan
beberapa menit untuk mengurangi kelelahan pada tulang belakang. 3.
Dihimbau pada masyarakat agar melakukan senam untuk mengurangi resiko
terkena Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain). 4. Saran bagi peneliti lain
agar melakukan penelitian srupa karena masih perlu dilanjutkan dengan
penelitian lain dengan jumlah data yang lebih banyak agar dapat
memperolah gambaran yang signifikan.

Daftar Pustaka

Brunner, Suddarth, 2002.Alih Bahasa Monica Ester, SKP; Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2000.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:


EGC

Doenges E Mailyn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC.

Priharjo, Robert.2007.Pengkajian Fisik Keperawatan.Jakarta:EGC

Brunner and Suddarth., 1984. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB


Lippincot Company..

Harsono. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Waddel. G, A.K.Burton. Occupational Health Guideline for The Management
Low Back Pain at Work Evidence Review. Occup Med vol.51no. 2 pp 124
135. Oxford University Press. Great Britain. 2001

Anda mungkin juga menyukai