Anda di halaman 1dari 9

BAB 2.

KONSEP DASAR

2.1 Definisi
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui
mulut, hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui, kulit, atau di
gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak
kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau
jaringan (Sartono 2001 : 1). Selain itu, racun adalah zat yang bekerja pada tubuh
secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan
gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Pemeriksaan toksikologi
ditujukan untuk mencari jenis racun yang masuk dan penyebab kematiannya.
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya. Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan
mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang
terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth Vol.3)

2.2 Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang

Penggolongan racun berdasarkan cara kerja atau efeknya, dibedakan:


1. Racun local:
Zat korosif, zat iritan seperti arsen dan HgCl 2, anastetik seperti kokain dan
asam karbolat.
2. Racun sistemis:
Narkotika, barbiturate, dan alcohol (terutama berpengaruh terhadap susunan
saraf pusat), digitalis dan asam oksalat (terutama terhadap jantung), CO dan
sianida (terutama terhadap enzim pernapasan intrasel), insektisida golongan
fosfor organic karbamat dan chlorinated-hidrokarbon, striknin (terutama
terhadap medulla spinalis), catharides dan HgCl2 (terutama terhadap ginjal).
3. Racun campuran:
Asam oksalat, asam karbolat, arsen dan garam Pb.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi keracunan, yaitu efek racun


bervariasi tergantung dari cara masuk, umur (orang tua, anak biasanya lebih
sensitif), kondisi tubuh (adanya demam, penyakit hati, ginjal, lambung, bentuk
fisik, dan lain sebagainya), kebiasaan (alcohol dan morfin dapat terjadi toleransi),
idiosinkrasi dan alergi (dipengaruhi oleh konsentrasi, struktur kimia, adanya efek
adiksi dan sinargisme), dan waktu pemberian (absorbsi sebelum makan lebih
baik).
2.3 Patofisiologi
Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor
bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi
vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh.
Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut
kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati
(sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia). Terjadi mual, muntah di
karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat.
Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat
(inktivasi) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim
KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh–
KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan
IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di
tempat–tempat tertentu, sehingga timbul gejala–gejala rangsangan Akh yang
berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan SSP
(menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP)

2.4 Manifestasi Klinis


1. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Virus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal

2.5 Prosedur Diagnostik


1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darah, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
2. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum (N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit
serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl).
3. Foto thorax, jika ada kecurigaan udema paru.
4. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering
diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus
bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi
ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi
timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik,
hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah,
hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.

2.6 PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan/ penatalaksaan untuk keracunan, yaitu:
1. Memuntahkan (kontraindikasi untuk kasus keracunan dengan kesadaran
menurun, racun korosif dan larut lemak).
2. Asprirasi/ bilas lambung (indikasi untuk racun non-korosif yang menekan
SSP dengan pemberian air hangat/ garam lemah/ norit, kontraindikasi pada
keracunan dengan kesadaran turun, zat korosif, larut lemak).
3. Pemberian pencahar, diuretic, antidotum, dan demulcent (menghambat
absorbsi).
4. Terapi simptomatik-supportif.

Selain itu, tindakan yang bisa dilakukan untuk menangani kasus keracunan,
antara lain :
1. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan dibersihkan, periksa pernafasan dan
nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O 2, hisap lendir dalam saluran
pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator
pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab
racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya
di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag-valve-mask.
3. Identifikasi Penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya
usaha mencari penyebab keracunan namun jangan sampai menunda usaha – usaha
penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.
4. Mengurangi Absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif
dan membersihkan usus
5. Meningkatkan Eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau
asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus

G. KOMPLIKASI
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas (Apneu)
5. Syok
PATHWAY

Faktor bahan kimia, mikroba, toksin, kebersihan makanan

Makanan terkontaminasi toksik atau zat


racun

Makanan masuk mulut

Adanya obstruksi jalan Makanan sampai lambung


napas oleh bakteri

Lambung mengadakan
perlawanan sebagai proses
Bersihan jalan nafas tidak efektif pertahanan diri

Lambung mengalami iritasi

inflamasi akibat racun Nyeri Akut


Asam lambung meningkat

Hipertermi
Gangguan nutrisi kurang
Mual dan Muntah
dari kebutuhan tubuh

Gangguan Tubuh mengalami dehidrasi


keseimbangan
volume cairan:
kurang dari Tubuh lemas dan berkeringat Ansietas
kebutuhan tubuh

Gangguan
pola tidur

Defisit perawatan
Intoleransi aktivitas diri
PATHWAY

Faktor Penyebab (bahan kimia/kuman)

Makanan terkontaminasi toksik atau zat

Racun masuk kedalam darah, paru, hati & ginjal

Depresi SSP (sistem saraf pusat)

Distress pernapasan penurunan kesadaran & G3 organ2 tubuh


depresi kardiovaskuler
Iritasi pada Lambung
Obstruksi Kekurangan O2 (Hipoksia)
Trakheobronkeal HCL meningkat
Perubahan perfusi jaringan
Pola napas tidak efektif
Enzim asrtikolinesteras tubuh
khE) terhambat

Perubahan nutrisi kurang Anorexia


dari kebutuhan tubuh
Mual, Muntah

Devisit volume cairan


DAFTAR PUSTAKA :
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Vol. 3 E/8. Alih bahasa oleh hartono, dkk. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius. FKUI.

Sartono. 2001. Racun Dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai