Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini begitu banyak jenis cedera medis yang dialami oleh pasien
sehubungan dengan kesalahan identifikasi pasien, baik kejadian nyaris cedera sampai
kejadian sentinel yang merugikan pasien dan keluarganya. Berbagai bentuk kesalahan
identifikasi pasien dapat dijumpai dalam pelayanan, seperti :
1. Pemberian obat yang benar pada pasien yang salah
2. Pembedahan dilakukan pada salah pasien (wrong-person surgery).
3. Pembedahan pada sisi yang salah (wrongsite surgery ), misal operasi pada ginjal
yang sehat, amputasi pada tungkai yang sehat
4. Penyerahan hasil patologi anatomi pada pasien yang salah
5. Pemeriksaan imaging pada pasien yang salah
6. Pemberian transfusi darah pada pasien yang salah
7. Pengambilan spesimen (darah, dsb) pada orang yang salah
8. Menyerahkan bayi pada orang tua yang salah
9. Penyerahan jenazah pada keluarga pasien yang salah

Meskipun kesalahan identifikasi pasien relatif tidak terlalu sering terjadi, tetapi
dampak yang ditimbulkan seringkali berakibat fatalcacat seumur hidup atau bahkan
sampai mengakibatkan kematian. Kesalahan identifikasi dimungkinkan oleh beberapa
faktor, seperti: kompleksitas dalam pelayanan dan keterbatasan petugas (baik fisik
maupun mental). Di laboratorium petugas harus melakukan pemeriksaan spesimen, baik
pada fase preanalitik (pengambilan, penandaan, pengumpulan, interpretasi permintaan),
analitik (pemrosesan sampel) maupun post analitik. Sedangkan petugas seperti perawat,
petugas radiologi, petugas farmasi memerlukan interaksi antara petugas dan pasien
dalam proses pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan mengisi lembar permintaan
pemeriksaan (laboratorium, radiologi/ imaging, resep obat).
Komunikasi yang terjadi antara dokter dokter, dokter dengan perawat, dokter
pasien, perawat dan petugas kesehatan lainnya dengan pasien. Semua proses demi proses
tersebut sangat memungkinkan untuk terjadinya suatu kesalahan (human error)-
kesalahan identifikasi salah satu di antaranya. Melihat betapa kompleksnya persoalan di
atas, maka akhirnya WHO Collaborating Centre for Patient Safety memasukkan
identifikasi pasien sebagai salah satu dari Sembilan Solusi Life Saving Keselamatan
Pasien (Nine Life Saving Patient Safety Solutions).

1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Memberikan pelayanan yang aman dan nyaman kepada pasien dengan cara
mengidentifikasi pasien secara benar.

2. Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan
atau pengobatan.
b. Menyesuaikan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
c. Mengurangi kejadian/ kesalahan yang berhubungan dengan kesalahan
identifikasi pasien.

2
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. DEFINISI
Pengertian identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala
keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan
menyamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang. Proses identifikasi pasien dapat
terjadi di rawat inap dan rawat jalan. Proses identifikasi pasien ini berlaku untuk semua staf
RS yang terkait dalam memberi layanan kepada pasien. Ketepatan mengidentifikasi pasien
harus dimulai pada saat kontak pertama dengan pasien dan itu merupakan tanggung jawab
semua staf RS Juliana.

B. RUANG LINGKUP KEGIATAN


1. Sasaran
2. Tempat
3. Pelaksana
4. Kewajiban dan Tanggung Jawab
a. Seluruh staf Rumah Sakit
b. Perawat yang bertugas (perawat penanggung jawab pasien)
c. Perawat UGD (Ruang Penerimaan pasien )
d. Bidan penerima Bayi Baru Lahir di Kamar Bersalin/ Kamar Bedah
e. Petugas Kamar Bayi/ Peristi
f. Kepala Instalasi/ Kepala Ruang
g. Manajer
h. Direksi
5. Identifikasi Pasien
6. Warna pada Gelang Pengenal
7. Proses Identifikasi
8. Edukasi kepada Pasien dan Kelaurga

3
BAB III
TATA LAKSANA

A. Sasaran
Semua pasien yang akan diberi pelayanan di rumah sakit, pasien rawat jalan maupun
rawat inap.
B. Tempat
Semua tempat pelayanan pasien di rumah sakit dari pasien masuk rumah sakit sampai
keluar dari rumah sakit baik dalam keadaan hidup maupun meninggal.
C. Pelaksana
Semua tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, analis kesehatan, radiographer, ahli gizi
dll) staf administrasi dan staf pendukung pelayaan kesehatan lainnya.
D. Kewajiban dan Tanggung Jawab
1. Seluruh staf Rumah Sakit
a. Memahami dan menerapkan prosedur identifikasi pasien.
b. Memastikan identifikasi pasien yang benar ketika pemberian obat, darah atau
produk darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, atau pemberian
pengobatan atau tindakan yang lain.
c. Melaporkan kejadian salah identifikasi pasien.
d. Melaporkan dan menggantikan segera jika tidak menemukan Gelang Identitas
pasien pada pasien Rawat Inap.
2. Perawat yang bertugas (perawat penanggung jawab pasien)
a. Bertanggung jawab memakaikan gelang pengenal pasien dan memastikan
kebenaran data yang tercatat di gelang pengenal.
b. Memastikan gelang pengenal terpasang dengan baik. Jika terdapat kesalahan
data, gelang pengenal harus diganti, dan bebas coretan.
3. Perawat UGD (Ruang Penerimaan pasien)
a. Bertanggungjawab memakaikan gelang identitas pasien dan memastikan
kebenaran data yang tercatat di gelang untuk pasien rawat inap.
b. Memastikan Gelang Identitas Pasien terpasang dengan baik.
c. Meminta penggantian Gelang Identitas Pasien pada petugas (Tempat
pendaftaran pasien rawat Inap) apabila terdapat kesalahan data.
4. Bidan penerima Bayi Baru Lahir di Kamar Bersalin/ Kamar Bedah
Bertanggung jawab memakaikan Gelang Identitas Pasien sementara pada Bayi
Baru Lahir, dengan stiker nama ibu bayi sebelum bayi mendapatkan nomor rekam
medis sendiri.
5. Petugas Kamar Bayi
Bertanggung jawab memakaikan Gelang Identitas Pasien dan memastikan
kebenaran data di gelang dari rekam medis dan Gelang Identitas sementara.
6. Kepala Instalasi/ Kepala Ruang
4
a. Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami prosedur identifikasi pasien dan
menerapkannya.
b. Menyelidiki semua insidens salah identifikasi pasien dan memastikan
terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali insiden
tersebut.
7. Manager
a. Memantau dan memastikan panduan identifikasi pasien dikelola dengan baik
oleh Kepala Ruang Perawatan.
b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan identifikasi pasien.
8. Direksi
Menetapkan kebijakan Keselamatan Pasien dengan salah satu sasaran adalah
Identifikasi Pasien.
E. Identifikasi Pasien
Secara umum, seluruh ruangan/ bagian klinis (keperawatan, penunjang medik, gizi,
unit khusus) maupun non-klinis (registrasi, tempat pendaftaran pasien, keuangan)
melakukan identifikasi pasien menggunakan 2 (dua) macam cara, yaitu:
1. Aktif (verbal) dengan menggunakan pertanyaan terbuka kepada pasien yaitu:
a. Nama lengkap (sesuai KTP/ paspor/ SIM).
b. Tanggal lahir.
Atau apabila terdapat kesamaan/ ketidakjelasan identitas nama lengkap & tanggal
lahir, dapat dipergunakan identitas tambahan berupa :
a. Alamat tempat tinggal pasien.
b. Nomor Telepon.
c. Keluarga terdekat pasien.
Catatan : Nomor kamar pasien atau lokasi tidak lagi digunakan untuk identifikasi.
Identifikasi secara aktif digunakan pada pasien rawat jalan yang kompeten, (atau
didampingi oleh keluarga / petugas yang mengantar), secara khusus digunakan oleh
bagian: UGD non-observasi, Laboratorium, Radiologi, Poliklinik, Farmasi Rawat
Jalan, Rawat Inap.
2. Pasif (visual) dengan menggunakan alat bantu sebagai berikut:
a. Pada pasien Rawat Inap: menggunakan gelang identitas pasien.
b. Pada pasien Rawat Jalan: menggunakan nota rawat jalan pasien.
Identifikasi secara pasif digunakan pada pasien rawat inap/ rawat yang tidak
kompeten seperti pada pasien tidak sadar, anak <5 th, geriatri, disfasia, pasien ICU,
pasien tanpa ada pendamping keluarga/ petugas yang mengantar, pasien tidak
dikenal.
3. Aktif dan pasif (campuran) dengan menanyakan pertanyaan terbuka dan
mencocokkan dengan data yang ada seperti rekam medis, gelang pengenal.
Digunakan pada pasien rawat inap/ rawat jalan misalnya pada proses pembagian
obat, akan melakukan tindakan/ prosedur tertentu.
4. Yang termasuk ke dalam kategori pasien tidak kompeten adalah sbb. :
5
a. Gangguan jiwa
b. Gangguan kesadaran
c. Retardasi mental
d. Hambatan berbicara (disartria)
e. Hambatan bahasa
f. Anak < 5 th
g. Geriatri > 80 th
h. Tuna rungu
i. Tuna wicara
j. Dalam kondisi tersedasi
k. Meninggal dunia
5. Informasi yang tertera pada label gelang identitas/ struk pendaftaran pasien
meliputi:
a. Nama lengkap pasien (sesuai identitas resmi: KTP/ SIM/ paspor).
b. Tanggal lahir jika tidak tahu tanggal lahir maka dituliskan tanggal kedatangan
pasien ke RS sampai diketahui tanggal lahir sebenarnya.
c. Alamat Pasien.
d. Nomor rekam medis.
6. Identitas tambahan pada struk pendaftaran pasien dapat berupa poliklinik yang dituju
& nama dokter konsulen, alamat rumah.
7. Identitas tambahan pada pemeriksaan laboratorium (blanko permintaan dan label
spesimen) berupa nama dokter yang meminta pemeriksaan, nomor spesimen
laboratorium.
8. Identitas tambahan pada pemeriksaan radiologi berupa STIKER pendaftaran
permintaan radiologi.
9. Identitas tambahan untuk rekam medik berupa jenis kelamin, pekerjaan, nomer yang
bisa dihubungi, dan lainlain.
F. Warna pada Gelang Pengenal
Warna gelang Identitas Pasien sesuai jenis kelamin pasien, yaitu merah muda
untuk perempuan, biru muda untuk laki laki. Pada kondisi khusus ditambahkan.
1. Dilakukan assesmen alergi pada semua pasien, jika terdapat alergi dipasang gelang
warna merah dengan tulisan jenis alergi baik obat, makanan, atau lainnya pada
gelang dengan menggunakan spidol marker.
2. Pada pasien resiko jatuh di pasang gelang warna kuning.
G. Proses Identifikasi
Proses identifikasi dilakukan pada saat :
1. Administrasi rawat inap
2. Registrasi rawat jalan
3. Pasien akan mendapatkan tindakan medis
4. Perpindahan pasien antar unit
5. Merujuk pasien ke rumah sakit lain
6
6. Sebelum pemeriksaan penunjang diagnostik (laboratorium dan radiologi)
7. Sebelum penyerahan hasil penunjang diagnostik (laboratorium dan radiologi)
8. Sebelum transfusi darah/ produk darah
9. Identifikasi bayi baru lahir
10. Pembagian makanan
11. Penyerahan obat
12. Pelayanan administrasi
13. Terjadi bencana/ KLB
14. Konfirmasi kematian dan penyerahan jenazah
H. Edukasi kepada Pasien dan Kelaurga
World Health Organization (WHO, 2007) menekankan pentingnya peran pasien
dan keluarga sebagai barrier di dalam gerakan keselamatan pasien. Pasien dan keluarga
pasien harus dilibatkan secara aktif dalam proses identifikasi dan menerima edukasi
mengenai pentingnya ketepatan identifikasi pasien.
WHO menyarankan materi edukasi standar untuk pasien dan keluarga meliputi hal-
hal sebagai berikut :
1. Penjelasan tentang resiko kesalahan identitas yang mungkin terjadi.
2. Meminta pasien dan keluarga untuk turut mem-verifikasi identitasnya.
3. Meminta pasien untuk aktif bertanya dan mencocokkan pemeriksaan, tindakan medis,
atau obat-obatan sebelum diberikan.
4. Mendorong pasien dan keluarga untuk berperan aktif dalam keseluruhan proses
identifikasi dan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan ketepatan jenis layanan
yang mereka terima.
Pada saat perawatan, perawat melakukan edukasi pemasangan gelang identitas mengenai
:
1. Tujuan pemasangan gelang.
2. Resiko kesalahan identitas yang mungkin terjadi.
3. Partisipasi pasien dan keluarga untuk turut memastikan ketepatan identitasnya.
4. Macam-macam warna gelang .
5. Lokasi pemasangan gelang.
6. Cara perawatan gelang.
7. Meminta pasien untuk aktif bertanya dan mencocokkan pemeriksaan, tindakan medis
atau obat-obatan sebelum diberikan.
8. Mendorong pasien dan keluarga untuk berperan aktif dalam keseluruhan proses
identifikasi dan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan ketepatan jenis layanan
yang mereka terima.
9. Kapan gelang bisa dilepas.

7
BAB IV
DOKUMENTASI

A. KEBIJAKAN
SK/ Dir/ RS-J/ VII/ 2017 tentang .......
B. PROSEDUR
1. SPO Identifikasi
2. SPO Pemasangan Gelang
3. SPO Pelepasan Gelang
4. SPO Identifikasi Bayi Baru Lahir
5. SPO Identifikasi Bayi Kembar
6. SPO Identifikasi Pasien dalam Keadaan Bencana
7. SPO Identifikasi Jenasah
8. SPO Serah Terima Jenazah
9. Seluruh SPO Tindakan Di Rumah Sakit Juliana :
10. SPO di rawat jalan, meliputi :
a. SPO Pelayanan Rawat Jalan
b. SPO Manajemen resiko jatuh pasien rawat jalan
c. SPOIdentifikasi dan specimen pasien rawat jalan
d. SPO Pemindahan pasien dari rawat jalan ke RPP, ODC, OK

Ditetapkan di Bogor
Pada tanggal ..... 2017
Direktur,

Dr. Wiwik Widiastuti

Anda mungkin juga menyukai