Anda di halaman 1dari 9

PROVINSI KEPRI

LAPORAN KEGIATAN
PELAKSANAAN ASESMENT TERPADU DAN CASE CONFERENCE
(GELAR PERKARA) BAGI PECANDU DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KE LEMBAGA REHABILITASI MELALUI PROSES PERADILAN

DINI BINTI BUDIMAN

18 November 2016

BIDANG REHABILITASI
BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2016
BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI KEPULAUAN RIAU
JALAN HANG JEBAT, KM 3, BATU BESAR, NONGSA, BATAM
TELEPHON : (0778) 761622, 761677, 761607, FAX : (0778) 761680
EMAIL : bnnp_kepri@bnn.go.id, bnp.kepri@gmail.com
WEBSITE : www.bnn.go.id

PROVINSI KEPRI

PELAKSANAAN ASESMENT TERPADU DAN CASE CONFERENCE


(GELAR PERKARA) BAGI PECANDU DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KELEMBAGA REHABILITASI MELALUI PROSES PERADILAN

DINI BINTI BUDIMAN

18 November 2016

1. Latar Belakang

Masalah Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di berbagai wilayah


Indonesia sudah merambah ke daerah-daerah, Selain itu tindak pidana narkoba secara
kuantitas dan kualitas berkembang, serta menunjukkan peningkatan. Hasil Penelitian BNN
dan Puslitkes UI pada tahun 2011 prevalensi jumlah penyalah- guna narkoba (umur 10 59
tahun) di Indonesia adalah 2,2% (3,8 4,2 juta) jiwa , Sedangkan di wilayah provinsi Kepri
sendiri pada tahun 2011 berkisar 4,3 % atau 24.000 jiwa. Sedikitnya pecandu narkoba
yang mendapat layanan terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia pada tahun 2010 hanya
18.000 jiwa (0,47%). Hal ini menunjukkan hampir semua pecandu, penyalahguna dan
korban penyalahguna tersebut di penjara yang mengakibatkan Lapas menjadi penuh .

Data penelitian tahun 2014 juga menyebutkan propinsi Kepri menempati


urutan ke 4 prevalensi penylahgunaan narkoba di Indonesia. Dengan jumlah
penduduk saat ini sebanyak 1,8 juta jiwa, angka prevalensi sebesar 2,9 % di tahun
2014 merupakan sebuah keprihatinan karena secara matematis jumlah pecandu dan
penyalahguna narkoba di Propinsi Kepri masih di kisaran 41.767 jiwa. Tentunya
pemerintah dalam hal ini BNNP Kepri sebagai leading dalam pelaksanaan
Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)
harus terus bekerja keras bersama semua pihak baik swasta dan masyarakat untuk
terus menekan angka prevalensi penyalahguna narkoba

Pada Prinsipnya pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika adalah


orang sakit yag wajib menjalani pengobatan dengan menempatkan mereka di
lembaga rehabilitasi medis dan atau rehabilitasi sosial. Pertimbangan tersebut
didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar narapidana dan tahanan kasus

tindak pidana narkotika masuk kedalam kategori penyalahguna narkotika dan


merupakan orang sakit . Oleh karena itu memidanakan penyalahguna narkotika
tanpa memperhatikan sakitnya bukanlah langkah yang tepat karena mengabaikan
kepentingan perawatan dan pengobatan.

Penempatan pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika kedalam


lembaga rehabilitasi tersebut sesuai dengan tujuan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi penyalahguna dan pecandu Narkotika. Secara Spesifik penempatan
rehabilitasi bagi pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika yang sedang dalam
proses hukum juga diatur peraturan Bersama antara Mahkamah Agung, Menteri
Hukum dan HAM, Jaksa Agung, Kapolri, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial dan
Kepala BNN RI tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban
Penyalahgunaan ke dalam Lembaga Rehabilitasi .

Sekalipun dalam ketentuan Peraturan Perundang-undangan tersebut diatas


telah mengamanatkan untuk memperlakukan para pecandu dan korban
penyalahgunaan Narkotika secara Humanis, namun penanganan pecandu dan
korban penyalahgunaan Narkotika yang telah memasuki ranah hukum perlu
dilakukan secara lebih cermat dan hati-hati melalui proses asesment terlebih dahulu
dalam menentukan layak atau tidaknya pecandu dan korban penyalahgunaan
Narkotika yang telah ditetapkan sebagai tersangka/terdakwa untuk ditempatkan
kedalam lembaga Rehabilitasi medis/ sosial.

Untuk menjamin obyektifitas dan untuk mengantisipasi adanya


penyalahgunaan wewenang oleh petugas asesmen terhadap hasil asesmen maka
dianggap perlu dilakukan secara terpadu dengan melibatkan perwakilan dari semua
unsur terkait .

Tim asesment terpadu itu sendiri terdiri dari Tim Dokter yang meliputi Dokter
dan Psikolog dan Tim Hukum yang terdiri dari unsur Polri, BNN, Kejaksaan dan
Kemenkumham dan apabila penanganan tersangka melibatkan anak, maka
melibatkan Balai Pemasyarakatan. Tim Asesmen Terpadu diusulkan oleh masing -
masing pimpinan instansi terkait di tingkat pusat, Propinsi dan Kab/Kota dan
ditetapkan oleh Kepala BNN, BNNP dan BNN Kab/kota.

Adapun Tugas tim Asesmen tersebut adalah melakukan analisis medis,


psikososial, analisas yang berkaitan dengan peredaran gelap narkotika atas
permintaan penyidik, terhadap seseorang yang ditangkap dan/atau tertangkap
tangan dalam kaitan peredaran gelap narkotika dan penyalahgunaan narkotika guna
menentukan kriteria tingkat keparahan penggunaan Narkotika sesuai dengan jenis
kandungan yang dikonsumsi, situasi dan kondisi ketika ditangkap pada tempat
kejadian perkara serta merekomendasi rencana terapi dan rehabilitasi seseorang
sebagaimana dimaksud.
Hasil asesment tim dokter dan tim hukum nantinya akan menjadi bahan
rekomendasi Tim Asesment terpadu berupa tingkat ketergantungan penyalahgunaan
narkotika, tempat dan lama rehabilitasi sesuai rencana terapi ( Tim Dokter) dan
status tersangka dan/atau terdakwa apakah terlibat jaringan atau tidak dan
kelanjutan proses hukumnya. Tim Asesmen terpadu nantinya akan melaksanakan
pembahasan kasus (case Conference) dipimpin oleh Ketua Tim Asesment terpadu,
Yaitu membahas hasil tim dokter dan tim hukum yang selanjutnya akan menjadi
rekomendasi Tim Asesment terpadu.

Diharapkan dengan adanya Tim Asesment Terpadu ini terjadinya


peningkatan jumlah Penyalah Guna dan/atau Pecandu Narkoba memperoleh
perawatan atau rehabilitasi medis dan sosial, selanjutnya melalui Program Pasca
Rehabilitasi mantan Penyalah Guna dan/atau Pecandu Narkoba selama 2 (dua)
tahun tidak kambuh kembali serta Meningkatnya jumlah Tersangka dan/atau
Terpidana yang mengikuti Program Rehabilitasi, dilanjutkan Program Pasca
Rehabilitasi.

Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu daerah Pilot Project


penanganan pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika ke dalam
lembaga rehabilitasi oleh karena itu dalam melakukan asesment terhadap pecandu
narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika sebagai tersangka dan /atau
narapidana sebagai penyalahguna narkotika maka di bentuk Tim Asesment Terpadu
BNNP Kepulauan Riau.

Pada hari Senin tanggal 14 November 2016 sekira pukul 21.00 Wib, didepan
halte simpang dam muka kuning Kota Batam telah dilakukan penangkapan oleh
petugas BNN Kepri terhadap tersangka Sdri. Dini Binti Budiman dan rekannya
bernama Sdr. Fian, akan tetapi sewaktu akan dilakukan penangkapan terhadap Sdr.
Fian, tersangka melarikan diri. Pada saat dilakukan pemeriksaan terhadap tersangka
Sdri. Dini Binti Budiman, petugas tidak menemukan barang bukti apapun, tetapi
petugas BNN Kepri malakukan Urine Tes terhadap tersangka yang mana hasil dari
hasil Urine Tes tersebut diketahui tersangka positif menggunakan Narkotika jenis
Sabu.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, tersangka Sdri. Dini Binti Budiman telah
mengakui perbuatannya, tersangka menerangkan bahwa tersangka mendapatkan
sabu tersebut dari temannya Sdr. Hendri disimpang dam Muka Kuning Kota Batam,
tersangka juga menerangkan bahwa tersangka membeli sabu seharga Rp. 100.000,-
(seratus ribu rupiah). Dari hasil penangkapan tersebut berdasarkan laporan kasus
Narkotika Nomor : LKN / 8 / XI /2016, tanggal 14 November 2016.

2. Dasar Hukum Pelaksanaan Kegiatan

Adapun dasar hukum pelaksanaan kegiatan di lapangan yakni:

a. Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009, tentang Narkotika.


b. Peraturan Bersama No: PERBER/01/III/2014 tentang Penanganan
Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Kedalam
Lembaga Rehabilitasi.
c. Laporan Kasus Narkotika Nomor : LKN / 08 / IX / 2016 /TAT/BNNP, tanggal 14
September 2016.
d. Surat Permohonan Nomor B/ 752 /XI/KA/Kb.01/2016/BNNP/Berantas
perihal permohonan pemeriksaan terhadap tersangka Sdri. Dini Binti
Budiman
e. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 Tentang Wajib Lapor.
f. DIPA BNNP Kepri Tahun 2016.

3. Maksud dan Tujuan

Pelaksanaan Kegiatan asesment terpadu dan case conference (gelar


perkara) bagi pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika kelembaga
rehabilitasi melalui proses peradilan dimaksudkan untuk :

a. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecanduan dan peran penyalah


guna dalam Tindak Pidana Narkotika.
b. Terlaksananya Proses Case Conference (Gelar perkara) agar diberikan
Rekomendasi Rehabilitasi bagi tersangka bila terbukti sebagai Pecandu
dan korban penyalahgunaan narkotika dari Ketua tim asesmen terpadu
BNNP Kepri

4. Hasil yang diharapkan


Adapun Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah adanya Rekomendasi
Rehabilitasi bagi tersangka bila terbukti sebagai Pecandu dan korban
penyalahgunaan narkotika dari Ketua tim asesmen terpadu BNNP Kepri

5. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan Kegiatan asesment terpadu dan case conference (gelar


perkara) bagi pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika kelembaga
rehabilitasi melalui proses peradilan dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Kamis / 18 November 2016
Tempat : Kantor BNNP Kepulauan Riau

6. Peserta

Pelaksanaan Kegiatan asesment terpadu dan case conference (gelar


perkara) bagi pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika kelembaga
rehabilitasi melalui proses peradilan sebanyak 12 orang terdiri dari Tim
Asesment Terpadu BNNP Kepri, Sekretariat TAT BNNP Kepri, Penyidik dan
Tersangka.

7. Metode Kegiatan

Metode yang digunakan Kegiatan asesment terpadu dan case conference


(gelar perkara) bagi pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika
kelembaga rehabilitasi melalui proses peradilan adalah :

1. Asessment
2. Gelar Perkara
3. Rapat dan penetapan Rekomendasi TAT

8. Susunan Acara

SUSUNAN ACARA

PELAKSANAAN ASESMENT TERPADU DAN CASE CONFERENCE


(GELAR PERKARA) BAGI PECANDU DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KELEMBAGA REHABILITASI MELALUI PROSES PERADILAN
Kamis / 18 November 2016

WAKTU ACARA KETERANGAN


09.00-10.15 Registrasi Peserta Panitia
10.15-11.00 Pembukaan acara dan Gelar Perkara KA BNNP Kepri
11.00-12.00 Asesment Tim Medis Tim Dokter

12.00-13.00 Ishoma Panitia

13.00 - 15.00 Asesment Tim Hukum Tim Hukum


15.00 - 17.00 Rapat dan Penetapan Rekomendasi Tim TAT

9. Hasil Kegiatan

Ringkasan Acara

a. Pembukaan

Pelaksanaan Kegiatan asesment terpadu dan case conference


(gelar perkara) bagi pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika ke
lembaga rehabilitasi melalui proses peradilan dibuka oleh Kepala
Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Provinsi kepri ,Drs Ali
Chozin Apt., M.Si., yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Tiem
TAT(tiem asesment terpadu) BNNP Kepri, Beliau memberikan
penekanan pentingnya peranan tim asesment terpadu ini untuk
menentukan status tersangka tersebut apakah pecandu, penyalahguna
atau korban penyalahguna yang hasilnya nanti akan direkomendasikan
pada hakim dipengadilan .

a. Assesment Tim Dokter

Kegiatan dimulai dengan asessmen tim dokter terhadap tersangka


dimana untuk menentukan :
- Info Demografis
- Status Medis
- Status Pekerjaan
- Status Penggunaan Narkotika
- Riwayat Keluarga/Sosial
- Status Psikiatris
- Pemeriksaan Fisik

a. Assesment Tim Hukum

Kegiatan dimulai dengan asessmen tim hukum terhadap tersangka


dimana untuk menentukan :
- Pemeriksaan Riwayat Hukum
- Riwayat Penggunaan Narkotika
- Pelacakan Jaringan

10. Kesimpulan Hasil Asesment

A. Tim Dokter
Medis:
Fisik sehat dan tidak ada masalah kesehatan yang terganggu.

Dukungan Hidup/Pekerjaan
Pekerjaan Klien serabutan. Mempunyai tanggungan hidup 2 orang
anak berusia 9 dan 4 tahun. Ditinggal suami 4 tahun yang lalu. Ada
masalah pada dukungan hidup.

Riwayat Penggunaan Napza


Klien menyalahgunakan sabu. Riwayat penggunaan sabu dimulai
bulan Desember 2015 dan penggunaan satu bulan terakhir
menggunakan sabu hanya 2 kali. Tingkat kecanduan klien sedang.

Keluarga
Klien sudah berkeluarga dengan 2 anak. Ditinggal suami 4 tahun
yang lalu. Tinggal di Batam sejak tahun 2005. Tidak ada masalah
dalam keluarga. Namun klien berada dalam lingkungan yang
beresiko untuk menyalahgunakan narkoba.

Riwayat Psikiatri
Tidak ada masalah, tidak mengalami gangguan kejiwaan akibat
penggunaan Napza.

B. Tim Hukum
Status dalam jaringan peredaran gelap narkotika belum jelas.
Tersangka hanya sebagai penyalahguna dan pecandu narkotika.
Proses hukum tidak dilanjutkan, tidak ada barang bukti.

11. Rencana Tindak lanjut

A. Rencana Terapi Sesuai dengan Tingkat Ketergantungan


Lama Rehabilitasi
Rehabilitasi rawat jalan selama 3 bulan.

Tempat Rehabilitasi
Klinik BNN Provinsi Kepulauan Riau.

B. Rencana Kelanjutan Pelaksanaan Proses Hukum


Proses hukum tidak dilanjutkan. Menjalani wajib lapor sesuai jadwal
rehabilitasi.

12. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan dari tim medis dan tim hukum maka kasus hukum
Sdr. DINI BINTI BUDIMAN tidak dilanjutkan, hanya menjalani wajib lapor
sesuai jadwal rehabilitasi dan Sdr. DINI BINTI BUDIMAN melaksanakan
rehabilitasi rawat jalan selama 3 bulan di Klinik BNN Provinsi Kepulauan Riau.

13. Penutup

Demikian laporan kegiatan ini dibuat untuk digunakan sebagai mana


mestinya.

Batam, 25 November 2016

Ketua Team Asesment Terpadu


BNNP Kepulauan Riau

Drs. Ali Chozin Apt., M.Si


NIP. 1966112219940301004

Anda mungkin juga menyukai