Penanggulangan Tuberkulosis merupakan program nasional yang harus dilaksanakan di seluruh Unit Pelayanan
Kesehatan termasuk Rumah Sakit. DOTs Merupakan strategi penanggulangan Tuberkulosis di Rumah Sakit
melalui pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung. Khusus bagi pelayanan pasien tuberkulosis di
Rumah Sakit dilakukan dengan strategi DOTS. Pojok DOTs adalah tempat untuk konsultasi pasien TB.
Hal ini memerlukan pengelolaan yang lebih spesifik, karena dibutuhkan kedisplinan dalam penerapan semua
standar prosedur operasional yang ditetapkan, disamping itu perlu adanya koordinasi antar unit pelayanan dalam
bentuk jejaring serta penerapan standar diagnosa dan terapi yang benar, dan dukungan yang kuat dari jajaran
Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe
menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demikian menurunkan insidens TB di
masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan
penularan TB.
Sejarah upaya penanggulangan TB dimulai pada awal tahun 1990-an WHO dan IUALTD (International Union
Against Tb and Lung Diseases) telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi
DOTS, dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost efective).
WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam penanggulangan TB sejak tahun 1995. Bank
dunia menyatakan strategi DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Integrasi ke dalam
pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan efektifitasnya. Satu studi cost benefit yang
dilakukan oleh WHO di indonesia menggambarkan bahwa dengan menggunakan strategi DOTS, setiap dolar
yang digunakan untuk membiayai program penanggulangan TB akan menghemat sebesar US$ 55 selama 20
tahun.
1. Komitmen politis
3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk
Strategi DOTS di atas telah dikembangkan oleh kemitraan global dalam penanggulangan TB (stop TB
Adanya pengorganisasian kelompok SMF (staf medis fungsional) berasal dari unit terkait dengan pasien TB dalam
Ketua tim adalah seorang dokter spesial paru atau penyakit dalam atau dokter umum yang bersertifikat Pelatihan
1. Anggota
Terdiri dari:
1. SMF Paru
4. SMF lainnya bila ada (Bedah, Obgyn, Kulit dan Kelamin, Saraf, dll)
6. Instalasi Farmasi
Tugas Tim DOTS di Rumah Sakit sendiri adalah menjamin terselenggaranya pelayanan TB dengan membentuk
unit DOTS di rumah sakit sesuai dengan strategi DOTS termasuk sisitem jejaring internal dan eksternal. Dimana
1. Perencanaan terhadap semua kebutuhan bagi terselenggaranya pelayanan TB di rumah sakit, meliputi
2. Pelaksanaan termasuk mengadakan rapat rutin untuk membicarakan semua hal temuan terkait dengan
3. Monitoring dan Evaluasi terhadap pelayanan DOTS di RS dan dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan setiap
1. Penemuan tersangka TB
Pasien dengan gejala utama pasien TB paru: batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih dianggap sebagai
seorang tersangka pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA positif dan pada keluarga anak yang
2. Diagnosis TB
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB melalui pemeriksaan dahak
:BTA. Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, biakan dan uji kepekaan dapat juga sebagai penunjang diagnosis.
3. Pengobatan TB
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (obat anti tuberkulosis).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan.
Tahap Awal
pada tahap awal ini pasien mendapatkan obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya resistensi obat, bila pengobatan tahap awal ini diberikan secara tepat biasanya pasien menular menjadi
tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam 2
bulan.
Tahap Lanjutan
Pasien mendapat obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama (kurang lebih4 -6 bulan), tahap
lanjutan ini penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah kekambuhan.
4. Rujukan
Melakukan rujukan ke UPK lain bagi pasien yang ingin pindah dengan menggunakan formulir rujukan yang ada.
Melalui strategi DOTS ini diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan
rantai penularan, serta mencegah MDR-TB, dengan target program penanggulanga TB adalah tercapainya
penemuan pasien baru TB BTA positif paling sedikit 70 % dari perkiraan dan menyembuhkan 85 % dari semua
pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi dan
kematian akibat TB hingga separuhnya dan mencapai tujuan MDGs (millenium development goals) pada tahun
2015. (sumber dari buku Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis : Depkes RI, 2011)