Anda di halaman 1dari 3

PROGRAM REHABILITASI PADA PENDERITA JANTUNG

A. Rehabilitasi Jantung

Program rehabilitasi pada penderita gangguan jantung merupakan program multi fase
yang dirancang untuk memulihkan gangguan jantung terutama gangguan pembuluh
darahkoroner jantung. Pada program ini pasien dilatih agar dapat kembali menjalankan
hidup secaraoptimal dan produktif.

Rehabilitasi jantung merupakan suatu proses mengembalikan sebuah individu


yangmempunyai permasalahan jantung kepada tingkatan aktivitas maksimal yang dapat
dicapaidengan kapasitas fungsional jantung yang dimilikinya. Secara tradisional, program
rehabilitasi jantung ini terdiri dari pasien dengan penyakit arteri koroner dan pada saat ini
mulai diikuti oleh pasien dengan miokard infar akut (AMI). Pada dua dekade terakhir,
rehabilitasi jantung digunakan secara luas pada pasien dengan berbagai tipe penyakit
jantung seperti pada angioplasti koroner atau bedah jantung. Pasien disarankan melakukan
rehabilitasi setelah menerima operasi bypass arteri koroner (CABG), penggantian katup
jantung, dan transplantasi janntung. Umur dan kompleksitas pengobatan bukanlah menjadi
kendala yang berarti. Pada tahun 1996-1997, The Cardiopulmonary Rehabilitation
Program Directory yang diterbitkan oleh American Association of Cardiovascular and
Pulmonary Rehabilitation (AACVPR) mendata mengenai 1191 program. Dari keseluruhan
didapatkan, 511 program rehabilitasi jantung, 584 program rehabilitasi jantung dan paru,
serta sebesar 96 program rehabilitasi paru. Directory of Exercise Programs for Cardiacs
pertama kali diterbitkan pada tahun 1970an sebagai hasil kolaborasi dari Presiden Council
on Physical Fitness and Sport dan American Heart Association. Menurutnya terdapat 83
program rehabilitasi jantung dengan tiga program yang menyediakan pelayanan tambahan
seperti tes fungsi paru dan manajemen diet.

B. PROGRAM PENGAWASAN : AHLI KARDIOLOGI DAN FISIATRIS

Program rehabilitasi jantung dapat diawasi oleh seorang ahli jantung maupun fisiatris.
Program yang tidak diawasi seharusnya dikonsultasikan pada kasus yang kompleks seperti
misalnya jika seorang fisiatis akan melakukan terapi secara langsung maka konsultasi
kepada ahli jantung diperlukan untuk mengetahui frekuensi terapi yang dibutuhkan, atau
pada kasusyang dapat menyebabkan permasalahan klinis sehingga diperlukan diagnosis
yang mendalam. Sebaliknya, jika ahli kardiologi akan menjalankan program sendiri,
konsultasi kepada fisiatris diperlukan jika pasien mempunyai masalah yang multi sistem
seperti pada stroke atau penyakit obstruksi pada pembuluh darah ekstremitas bawah
dengan tambahan penyakit arteri koroner. Pada pasien baik pada stroke dan AMI baik
pada stroke ketika serangan atau pasca serangan ( 2% dari 750 kasus setelah serangan
AMI) setelah 4 minggu dengan prevalensi tertinggi sebesar 77% terjadi pada minggu
pertama. Pasien dengan penyakit obstruksi vaskuler pada ekstremitas bawah dan iskemik
mioakrd sering kali muncul pada pada tes kegiatan berat, sedangkan iskemik miokard dan
infark menimbulkan komplikasi tersering pada rekonstruksi bedah vaskuler. Pada
amputasi ekstremitas bawah, faktor yang menyebabkan komplikasi secara signifikan pada
pasien ini adalah masalah kardiopulmo. Fisiatris akan mempertimbangkan program
rehabilitasi jantung lengkap secara langsung berdasarkan beberapa kriteria berikut :

1. Merekam dan menginterpretasikan 12 lead pada elektrokardiogram (ECGs)


2. Menunjukkan dan menginterpretasikan ECG standar pada tes latihan berat,
mengertimengenai teknik pencitraan inti dan interpretasinya meskipun tidak
ditunjukkan secara personal
3. Pengawasan ECG pada latihan dengan telemeter on-line atau transtelefon.
4. Obat jantung seperti digitalis, beta adrenergik, dan calsium channel blocker, ACE
inhibitor, vasodilator koroner, obat antiaritmia, antikoagulan, dan obat yang
menurunkankadar lipid termasuk dalam terapi maintenens.
5. Data yang berkaitan mengenai teknik, arti dan penerapan dari kateterasi jantung,
angiografi, ekokardiografi dengan tekanan, program stimulasi elektrik, dan
pengawasan Holter.
6. Ketidakmengertian mengenai konsep dari trombolisis, angioplasti koroner, stenting,
atherektomi, endarterektomi.
7. Keahlian dalam mengatur latihan untuk jantung, progres, dan folow up jangka
panjang ( Aerobik sebaik latihan angkat beban)
8. Prosedur intervesi diet pada arti yang luas, yang memerlukan peranan ahli gizi dan
edukator diabetes.
9. Penilaian Keahlian : prosedur dan impilkasi dari beberapa evaluasi gangguan dan
kecacatan.
10. Segala sesuatu yang berhubungan erat dengan melibatkan terapis okupasi dan
fisik, pekerja sosial, konselor ahli, ahli psikologi, perawat, pada program rehabilitasi
jantung jika individu ini memungkinkan dilibatkan dalam program.
11. Bantuan dasar dan tambahan kehidupan.
12. Teknik komunikasi untuk menginformasikan kepada rekannya mengenai ekspektasi,
hasil, dan metode dari rehabilitasi jantung.

C. Manfaat mengikuti Rehabilitasi


Menurunkan tekanan darah; Menjaga agar berat badan tetap stabil; Menjaga kadar
kolesterol yang sehat; Menurunkan kadar gula; Menurunkan stres, depresi dan anxietas;
Meningkatkan sirkulasi, kekuatan otot; Meningkatkan semangat untuk tetap sehat.

D. Fase Rehabilitasi

Dalam proses rehabilitasi, dokter instalasi rehabilitasi biasanya akan memeriksa dan
mempelajari berkas-berkas bawaan pasien. Setelah semuanya dilakukan, dokter akan
mengatur tahap berikutnya yakni tes pembebanan jantung, hingga melakukan rehabilitasi
yang terbagi atas tiga fase yakni:

Fase1:
Tujuan: mempersiapkan pasien agar dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
dirumah setelah keluar dari rumah sakit.
Pada pasien yang tidak dioperasi, program rehabilitasi akan diberikan sesegera mungkin di
Ruang Perawatan Intensif Kardiovaskuler begitu kondisi jantung pasien sudah dinyatakan
stabil oleh dokter. Sedangkan untuk pasien yang akan menjalani operasi, program
rehabilitasi mulai diberikan minimal satu hari sebelum hari operasi dan dilanjutkan satu
hari kemudian setelah operasi. Program yang diberikan akan ditingkatkan secara bertahap
setiap harinya, sesuai kemampuan pasien serta dievaluasi secara medis.

FaseII:
Tujuan: Mempersiapkan pasien untuk kembali bekerja atau kembali pada aktivitas semula
Lama:4-8 minggu.
Program rehabilitasi fase II dimulai sesegera mungkin setelah pasien pulang ke rumah.
Program latihan dilaksanakan 3 kali seminggu. Pada awal latihan pasien dipasang alat
monitor Telemetri untuk mengetahui respon jantung terhadap dosis latihan awal yang
diberikan. Apabila respon dari jantung selama latihan normal, maka pada kunjungan
berikutnya tidak diperlukan pemasangan alat monitor Telemetri. Pada akhir fase II
keseluruhan program yang telah diberikan akan evaluasi, antara lain dengan menggunakan
treadmil atau sepeda ergometer. Hasil tes ini nantinya akan dipakai sebagai pedoman dasar
untuk latihan selanjutnya di fase III.

Fase III :
Tujuan: Untuk mempertahankan kondisi yang telah dicapai sekarang dan mencegah
terjadinya serangan berulang.
Berbeda dengan latihan sebelumnya, pada fase ini pasien dapat melakukan latihannya
sendiri di rumah atau bergabung dengan Klub Jantung Sehat.

Tujuan Rehabilitasi Jantung :

1. Medical Goals: Meningkatkan fungsi jantung; Mengurangi resiko kematian


mendadak dan infark berulang; Meningkatkan kapasitas kerja; Mencegah
progresivitas yang mendasari proses atheroskeloris; Menurunkan mortalitas dan
morbiditas.
2. Psychological Goals: Mengembalikan percaya diri; Mengurangi anxietas and
depressi; Meningkatkan managemen stres; Mengembalikan fungsi seksual yang baik.
3. Social Goals: Bekerja kembali; Dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari hari
secara mandiri.
4. Health Service Goals: Mengurangi biaya medis; Mobilisasi dini dan segera pasien
bisa pulang; Mengurangi pemakaian obat-obatan; Mengurangi kemungkinan dirawat
kembali.

Anda mungkin juga menyukai