Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program pengembangan imunisasi sudah berjalan sejak tahun 1974.
Namun menurut survei kesehatan nasional 2003, cakupan imunisasi lengkap
hanya 51% pada laki-laki dan 52% pada perempuan.(Mathilda Albetina
dkk.2009).
Tujuan mengetahui kelengkapan imunisasi dasar anak balita, alasan
ketidaklengkapan imunisasi, serta hubungan pendidikan orangtua, pendapatan
keluarga, pengetahuan, dan sikap orangtua dengan kelengkapan imunisasi di
beberapa rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya.(Mathilda Albetina dkk.2009).
Metode penelitian potong lintang menggunakan kuesioner dengan subjek
orangtua dari anak usia 1-5 tahun yang berkunjung ke poliklinik anak RS. Dr.
Cipto Mangunkusumo, RS. Fatmawati, RS. Tarakan, dan RS. Mary Cileungsi
Hijau Bogor. Hasil.Didapatkan kelengkapan imunisasi dasar 61%.
Ketidaklengkapan imunisasi umumnya disebabkan orangtua tidak tahu jadwal
imunisasi (34,8%) dan anak sakit (28,43%). Terdapat hubungan antara
pengetahuan orangtua dengan kelengkapan imunisasi. Tidak terdapat
hubungan antara pendidikan orangtua, pendapatan keluarga, serta sikap
orangtua dengan kelengkapan imunisasi.(Mathilda Albetina dkk.2009).
Kesimpulan kelengkapan imunisasi dasar anak balita di tempat penelitian
61%. Faktoryang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi ialah
pengetahuan orangtua. (Mathilda Albetina dkk.2009).
Oleh karena itu, imunisasi sangat diperlukan demi memberikan
perlindungan, pencegahan, sekaligus membangun kekebalan tubuh anka
terhadap berbagai penyakit menular maupun penyakit berbahaya yang dapat
menimbulkan kecacatan tubuh, bahkan kematian. Pemberian imunisasi secara
lengkap dan sesuai kekebalan tubuh terhadap penyakit, melainkan juga
mencegah penularan penyakit atau wabah (Fida,2012).

B. Tujuan

1
1. Untuk mengetahui pengertian imunisasi
2. Untuk mengetahui tujuan dari imunisasi
3. Untuk mengetahui maca-macam imunisasi
4. Untuk mengetahui jenis imunisasi dasar dan booster
5. Untuk mengetahui jadwal imunisasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi termasuk salah satu usaha memberikan kekebalan kepada anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh guna membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan
vaksin adalah bahan yang digunakan untuk merangsang pembentukan zat anti,
yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan misal: vaksin BCG, DPT,
dan Campak dan mulut contohnya: vaksin polio (Fida ,2012).
Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk
mencegah terjangkitnya penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan
imunisasi(Mathilda, 2009).

2
B. Tujuan Imunisasi
Pelaksanaan imunisasi bertujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang sekaligus menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat, bahkan menghilangkan suatu penyakit. Dengan adanya imunisasi,
diharapkan bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas, serta mampu
mengurangi kecacatan akibat penyakit. (Dewi, 2010)

C. Macam-macam Imunisasi
Menurut Putra, 2012. imunisasi dibagi menjadi dua, yaitu imunisasi aktif
dan imunisasi pasif.
1. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagian antigen yang diharapkan
bisa terjadi proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi
imunologi spesifik yang dapat menghasilkan respon seluler dan hormonal,
serta dihasilkan cell memory. Jika benar-benar mengalami infeksi maka
tubuh secara cepat mampu merespons.
Dalam imunisasi aktif, terdapat empat macam kandungan dalam setiap
vaksin. Diantaranya ialah sebagai berikut:
a) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida,
toksoid, virus yang dilemahkan atau bakteri yang dimatikan ).
b) Pelarut bisa berupa air steril atau cairan kultur jaringan.
c) Preservatif, stabilizer, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah
tumbuhnya mikroba sekaligus stabiliasi antigen.
d) Adjuvans yang terdiri atas garam alumunium yang berfungsi
meningkatkan imunogenitas antigen.
2. Imunisasi Pasif
Imunisasi Pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu
suatu zat yang dihasilkan melalui sutau proses infeksi yang bisa berasal
dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi
mikroba yang diduga sudah masuk ke dalam tubuh yang terinfeksi.

D. Jenis Imunisasi Dasar dan Booster


Menurut (Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017) jenis imunisasi dasar dan
booster sebagai berikut:
1. Imunisasi BCG

3
Imunisasi BCG ( basillus calmette guerin) adalah imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat. Sebab,
terjangkitnya penyakit TBC yang primer ataupun ringan bisa saja terjadi,
walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG.
Adapun jenis TBC yang berat ialah TBC pada selaput otak, milier pada
seluruh lapngan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG yang disuntikan
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
Dosis yang diberikan 0,05 ml
a. Jumlah Pemberian Imunisasi BCG
Vaksin BCG cukup diberikan 1 kali, tidak perlu diulang(booster).
Sebab, vaksin ini berisikan kuman hidup, sehingga antibodi yang
dihasilkan sangat tinggi. Tentunya, itu berbeda dengan vaksin yang
berisi kuman mati, sehingga memerlukan pengulangan
b. Usia Pemberian Imunisasi BCG
Imunisasi BCG bisa diberikan ketika anak masih usia 0-2
bulan.Waktu optimal 1 bulan Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan,
disarankan untuk tes mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui
apakah anak sudah kemasukan kuman mycrobacterium tuberculosis
atau belum. Vaksinasi dilakukan jika hasil tesya negatif.
c. Lokasi Penyuntikan
Menurut anjuran yang disampaikan oleh badan kesehatan dunia
WHO, bagian tubuh yang disuntik dengan vaksin BCG ialah lengan
kanan atas (insersio M. Deltoideus). Dengan rute IC sudut 150
d. Efek samping
Biasanya imunisasi BCG tidak menimbulkan efek samping. Akan
tetapi, pada beberapa anak, timbul mlinting memerah akan keluar
darah dan nanah sedikit. Namun efek samping tersebut biasanya
sembuh dengan sendirinya.
e. Tanda keberhasilan
Ada beberapa tanda bahwa imunisai BCG berjalan sukses, seperti
munculnya bisul kecil dan nanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6
minggu, tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi dengan panas.
Apabila bisul tidak muncul, orang tua tidak perlu cemas. Bisa saja
hal itu dikarenakan cara penyuntikan yang salah, cara penyuntikan
BCG memerlukan keahlian khusus.

4
Dengan demikian, meskipun bisul tidak muncul antibodi tetap
terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Sehingga, imunisasi BCG
tidak oerlu diulang.
f. Kontraindikasi
Imunisasi BDG tidak diberikan kepada anak berpenyakit TBC atau
menunjukkan mantoux positif.
2. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya hepatitis. Imunisasi hepatitis melalui intramuskuler.
Pemberian imunisasi hepatitis B berdasarkan status HbsAg ibu saat
melahirkan. Pertama, anak lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak
diketahui. Maka, anak mesti diberi vaksin rekombinan (HB vax-11
sebanyak 5 mikrogram). Atau vaksin plasma derived sebanyak 10
mikrogram, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan saat
ank usia 1-2 bulan, sedangkan dosis ketiga diberikan ketika usianya
memasuki 6 bulan. Apabila selanjutnya diketahui ibu HbsAg-nya positif,
segera berikan 0,5 ml HBIG( sebelum satu minggu).
Kedua, anak lahir dari ibu HbsAg positif. Dalam waktu 12 jam setelah
anak lahir, secara bersamaan diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin
rekombinan intramuskuler disisi tubuh berlainan. Dosis kedua diberikan
pada 1-2 bulan sesudahnya, sedangkan dosis ketiga diberikan ketika
usianya mencapai 6 bulan.
Ketiga, anak ketika lahir ibu dengan HbsAg negatif. Maka anak harus
diberikan vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived secara
intramuskuler saat usianya 2-6 bulan. Dosisnya kedua diberikan 1-2 bulan
kemudian, sedangkan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama.
a. Jumlah pemberian
Imunisasi Hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali, sengan interval 1
bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara
suntikan kedua dan ketiga.
b. Lokasi penyuntikan
Penyuntikan vaksin hepatitis B dilakukan dilengan dengan cara
intramuskuler pada anak. Sedangkan pada bayi dipaha.
c. Efek samping

5
Vaksin BCG tidak menimbulkan efek samping tetapi hanya berupa
keluhan nyeri pada bekas suntikan, demam ringan.
d. Kontraindikasi
Penyuntikan vaksin hepatitis B tidak dapat diberikan anak yang
sakit berat.
Sebagai tambahan, vaksin hepatitis B yang telah dibuka hanya
boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan:
1) Vaksin belum kadaluwarsa
2) Vaksin disimpan dalam suhu 2-80C
3) Tidak pernah terendam air
4) Sterilitasnya terjaga
5) VVM masih dalam kondisi A dan B
3. Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang bisa menyebabkan kelumpuhan
pada anak.
Imunisasi dasar polio 0,1,2,3 vaksin diberikan 2 tetes peroral dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu.
a. Usia pemberian imunisasi polio
Pemberian imunisasi polio dapat langsung diberikan langsung saat
anak lahir 0 bulan, kemudian pada usia 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian
imunisasi berikutnya bisa dilakukan pada usia 18 bulan dan 5 tahun.
b. Cara pemberian imunisasi polio
Pemberian imunisasi polio bisa melalui suntikan dan maupun lewat
mulut.
c. Efek samping
Penggunaan vaksin polio hampir memiliki efek samping. Pada
anak bisa pusing, diare ringan, sakit otot.
d. Kontraindikasi
Vaksin polio tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita
penyakit akut atau demam tinggi, muntah atau diare, penyakit kanker,
sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum,
serta dengan anak yang mengalami mekanisme kekebalan yang
terganggu,
4. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT ( dipteri, pertusis, dan tetanus) adalah imunisasi yang
diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan
tetanus. Dosis pemberian obat 0,5ml dengan rute penyuntikan IM 900

6
a. Usia dan Jumlah Imunisasi DPT
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 5 kali dan dilakukan secara
bertahap. DPT 1 diberikan saat anak usia 2-4 bulan, DPT 2 diberikan
ketika umur 3-5 bulan, dan DPT 3 saat usia memasuki 4-6 bulan, DPT
4 diberikan 1 tahun setelah DPT 3, DPT 5 diberikan ketika anak mulai
masuk sekolah yaitu sekitar 5-7 tahun.
b. Efek samping Imunisasi DPT
Pemberian imunisasi DPT menimbulkan demam. Efek samping ini
dapat diatasi dengan obat penurun panas, apabila demam lebih dari 2
hari, maka anak segera dibawa ke dokter. Efek samping yang kadang
muncul rewel dan pembengkakan dibagian imunisasi.
c. Kontraindikasi Imunisasi DPT
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami
kejang yang disebabkan oleh suatu penyakit seperti epilepsi, menderita
kelainan saraf yang betul-betul berat.
5. Imunisasi Campak
Imunisasi Campak berasal dari virus hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin campak harus disimpan pada suhu 2-80C, karena sinar matahari
atau panas dapat membunuh virus vaksin campak. Jika virus campak mati
sebelum disuntikan, vaksin tersebut tidak akan mampu merangsang
pembentukan antibodi atau imunisasi tersebut gagal.
a. Usia dan jumlah Pemberian Imunisasi Campak
Imunisasi campak diberikan dengan cara penyuntikan pada otot
paha atau lengan bagian atas. Dosis yang diberikan 0,5ml dengan rute
SC 45-600. Vaksin anak diberikan ketika anak berusia 9 bulan,
kemudian vaksin pengulangan 2 - 6 tahun.
b. Kontrak indikasi
Malnutrisi, demam
c. Efek samping
Bisa menyebabkan demam, rewel.
Menurut (Ikatan Dokter Anak Indonesia.2017) jenis imunisasi yang
dianjurkan sebagai berikut:
1. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR (measles, mumps, dan rubella) adalah imunisasi yang
digunakan untuk memberikan kekebalan sekaligus mencegah penyakit
campak(measles), gondong, campak jerman (rubella).
a. Usia dan jumlah pemberian imunisasi MMR

7
Imunisasi MMR diberikan ketika anak sudah berumur 12 bulan
atau anak usia 15 bulan. Kemudian pemberian vaksin ulang ketika usia
4-6 tahun.
2. Imunisasi varisela
Imunisasi varisela hanya nama lain dari imunisasi cacar, imunisasi ini
bertujuan menimbulkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh virus varisela zoster.
a. Usia dan jumlah pemberian imunisasi
Dari data ikatan dokter anak indonesia(IDAI), vaksin varisela
diberikan saat anak berusia 12-18 bulan sebanyak 1 kali suntikan,
dengan dosis 0,5 ml.
3. Imunisasi Tifus Abdominalis
Imunisasi tifus abdominalis adalah imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit tifus abdominalis. Di Indonesia terdapat tiga
jenis vaksin tifus abdominalis, yaitu kuman yang dimatikan, kuman yang
dilemahkan, dan antigen.
Vaksin kuman yang dimatikan diberikan kepada anak yang sudah
berusia 6-12 bulan, 1-2 tahun, 2-12 tahun. Bisa diberikan sebanyak 2 kali
dengan interval 4 minggu. Vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan
dalam bentuk capsule enteric coated sebelum makan pada hari ke 1, 2, dan
5 bagi anak diatas usia 6 tahun. Edangkan antigen capsular diberikan
kepada anak yang telah berusia di ats 2 tahun.
4. Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi Hepatitis A adalah imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis A. Imunisasi ini diberikan pada
anak usia diatas 2 tahun.
5. Imunisasi HiB
Imunisasi HiB (haemophilus influenzae tipe b) dalah imunisasi untuk
mencegah penyakit influnza tipe b. Pada imunisasi dengan PRP-T( toksoid
tetanus) awal dilakukan 3 kali pada interval 2 bulan, sedangkan dengan
vaksin PRP-OMPC( kuman monongokokus) dilakukan 2 suntikan dengan
interval 2 bulan.

E. Jadwal Imunisasi menurut( Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2017)

Usia

8
Bulan Tahun
Imunisasi lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 9 10 12 18
Hepatitis B 1 2 3 4

Polio 0 1 2 3 4
BCG 1 kali
DPT 1 2 3 4 5 6 7
(TD/TD (TD)
AP)
Hib 1 2 3 4

PCV 1 2 3
Rotavirus 1 2 3
a

Influenza Ulangi 1 kali setiap tahun

Campak 1 2 3
MMR 1 2

Tifoid Ulangan setiap 3 tahun


Hepatitis A 2 kali, interval 6-12 bulan
Varisela 1 kali
HPV 2 atau 3 kali

Japonese 1 2
encephalitis
Dengue 3 kali interval
6 bulan

F. Pro-Kontra Imunisasi dan Vaksin


Jika membaca yang Pro, kita ada kecendrungan hati mendukung.
Kemudian jika membaca yang Kontra, bisa berubah lagi. Berikut saya sajikan
pendapat dari masing-masing pihak dari informasi yang kami kumpulkan
1. Pendapat yang Kontra
Vaksin haram karena menggunakan media ginjal kera, babi, aborsi
bayi, darah orang yang tertular infeksi yang notabene pengguna alkohol,
obat bius, dan lain-lain. Ini semua haram dipakai secara syariat. Efek
samping yang membahayakan karena mengandung mercuri, thimerosal,
aluminium, benzetonium klorida, dan zat-zat berbahaya lainnya yang akan
memicu autisme, cacat otak, dan lain-lain.Lebih banyak bahayanya dari
pada manfaatnya, banyak efek sampingnya.
2. Pendapat yang Pro
Vaksinasi penting dilakukan untuk mencegah penyakit inveksi
berkembang menjadi wabah seperti kolera, difteri, dan polio. Apalagi saat ini
berkembang virus flu burung yang telah mewabah. Hal ini menimbulkan

9
keresahan bagi petugas kesehatan yang menangani. Jika tidak ada, mereka tidak
akan mau dekat-dekat. Juga meresahkan masyarakat sekitar. Walaupun
kekebalan tubuh sudah ada, akan tetapi kita hidup dinegara berkembang yang
notabene standart kesehatan lingkungannya masih rendah. Apalagi pola hidup di
zaman modern. Belum lagi kita tidak bisa menjaga gaya hidup sehat. Maka untuk
antisipasi terpapar penyakit infeksi, perlu dilakukan vaksinasi. Ada beberapa
fatwa halal dan bolehmya imunisasi. Ada juga sanggahan bahwa vaksin halal
karena hanya sekedar katalisator dan tidak menjadi bagian vaksin. Contohnya
fatwa MUI yang menyatakan halal. Dan jika memang benar haram, maka tetap
diperbolehkan karena mengingat keadaan darurat, daripada penyakit infeksi
mewabah di negara kita. Harus segera dicegah karena sudah banyak yang
terjangkit polio, Hepatitis B, dan TBC.

G. KIPI pada Imunisasi menurut (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2017).

Jenis vaksin Gejala klinis KIPI Saat Timbul KIPI

Toksoid Tetanus Syok anafilaksis, Neuritis 4 jam 2-18 hari tidak


(DPT, DT, TT) brachial, Komplikasi akut tercatat
termasuk kecacatan dan
kematian.
Pertusis whole cell Syok anafilaksis, 4 jam72 jam tidak
(DPwT) Ensefalopati, Komplikasi tercatat
akut termasuk kecacatan dan
kematian
Campak Syok anafilaksis, 4 jam 5-15 hari tidak
Ensefalopati, Komplikasi tercatat
akut termasuk kecacatan dan
kematian
7-30 hari 6 bulan tidak
tercatat
Polio hidup (OPV) Trombositopenia, Klinis 30 hari 6 bulan
campak pada resipien
imunokompromais,
Komplikasi akut termasuk
kecacatan dan kematian
Hepatitis B Syok anafilaksis, Komplikasi 4 jam tidak tercatat
akut termasuk kecacatan dan
kematian

10
BCG BCG-it is 4.6 minggu

H. Penanganan masalah paska imunisasi menurut (IDAI,2017).


1. Abses pada tempat suntikan. Bengkak tidak perlu diobati dikompres
dengan air hangat atau larutan fisiologis NaCl bila timbul nanah, tetapi
bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan ke dokter
2. Limfadenitis. Limfadenitis BCG adalah timbulnya pembesaran kelenjar
disekitar tempat suntikan BCG seperti diketiak atau di lipatan paha.
Limfadenitis BCG merupakan efek samping yang sering dijumpai
padavaksinasi BCG meskipun jarang menimbulkan masalah yang serius.
Kejadiannya berkisar 1-2 per1000 vaksinasi. Penanganan limfadenitis
BCG masih diperdebatkan. Di lapangan tidak jarang kelainan ini diberi
obat antituberkulosis (Isoniasid, INH) meskipun hasilnya tidak
memuaskan. Bahkan ada yang melakukan oprasi pengambilan kelenjar
yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Pada tipe lirnfadenitis non-
supuratif, tindakan eksisi tidak dianjurkan, sedangkan pada tipe
supuratif,eksisi dapat dianjurkan. Tindakan eksisi dilakukan apabila
dengan aspirasi tidak menunjukkan hasilyang baik, sudah terjadi bentuk
sinus, atau kelenjarnya multipel. Selain itu tindakan eksisi
lebihdiindikasikan pada kosmetik yaitu rnencegah pecahnya kelenjar
secara tidak beraturan. Pemberianobat antituberkulosis setelah eksisi tidak
memberikan hasil yang lebih baik. Kalau eksisi dianjurkan,maka tindakan
insisi pada limfadenitis BCG tidak dianjurkan.
3. BCG-itis. BCG, luka tidak perlu diobati cukup dibersihkan atau
dikompres dengan air hangat atau larutan fisiologis NaCl bila timbul
nanah, tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan ke dokter.
4. DPT, bila panas atau rewel diberikan obat penurun panas dan berikan
kompres air hangat.
5. Campak, bila timbul panas atau rewel berikan obat panas
6. Shock anafilaksis. Shock anafilaksis adalah suatu syndroma klinis yang
ditandai dengan adanya hipotensi, tacycardia, kulit yang dingin, pucat

11
basah, hiperventilasi, perubahan status mental, penurunan produksi urine
yang diakibatkan oleh reaksi anafilaksis.
7. Penanganan Shock anafilaksis. 1. Baringkan penderita dalam posisi
shock yakni tidur terlentang dengan tungkai lebih tinggi dari kepala pada
alas yang keras 2. Bebaskan jalan nafas 3. Tentukan penyebab dan lokasi
masuknya bahan alergen 4. Bila masuk melalui ekstremitas pasang
torniquette 5. Berikan Adrenalin 1 : 1000 sebanyak 0,25 ml sub cutane 6.
Monitor pernafasan dan hemodinamika 7. Berikan suplemen oksigen 8.
Untuk kasus yang sedang berikan Adrenalin 1 : 1000 sebanyak 0,25 ml
intra muskuler 9. Bila berat berikan Adrenalin 1 : 100- sebanyak 2,5 5 ml
intra vena 10.Bila vena colaps berikan Adrenalin sub lingual atau trans
tracheal 11.Berikan Aminophillin 5 6 mg/ kg BB Iv bolus diikuti 0,4
0,9 mg/kg BB/ menit per drip ini untuk bronchospasme yang persisten
12.Berikan cairan infus dengan berpedoman pada kadar hematokrit
13.Monitor hemodinamika dan pernafasan 14.Bila tidak membaik rujuk ke
intitusi yang lebih tinggi
8. Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema dalam keadaan tertentu
dapat diberikan antihistamin, sebaiknya tidak diberikan kortikosteroid.
Gejala ini dalam beberapa saat akan membaik, bila terdapat faktor utama
yang lain bisa berkepanjangan tetapi dalam ekadaan ini imuniasasi hanya
dalam keadaan kebetulan (co-accident).
9. Artralgia diberi antipiretik atau analgesik sejenis paracetamol atau NSID
lainnya
10. Demam tinggi >38,5C. Bila mengganggu diberi antipiretik atau analgesic
11. Menangis menjerit yang terus menerus (3jam). Bila mengganggu diberi
antipiretik atau analgesic
12. Neuritis brakhial. Dapat diberi vitamin neurotropik Bila mengganggu
diberi antipiretik atau analgesik

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Imunisasi termasuk salah satu usaha memberikan kekebalan kepada anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh guna membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan
vaksin adalah bahan yang digunakan untuk merangsang pembentukan zat anti,
yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan.
Tujuan diberikan imunisasi Pelaksanaan imunisasi bertujuan mencegah
terjadinya penyakit tertentu pada seseorang sekaligus menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat, bahkan menghilangkan suatu penyakit.
Dengan adanya imunisasi, diharapkan bisa menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas, serta mampu mengurangi kecacatan akibat penyakit.
Macam-macam imunisasi vaksin BCG, Hepatitis B, Polio, DPT, Campak,
MMR, Varisela, Tifus Abdominal, Hepatitis A, HIB.

B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan,
kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik
dikemudian hari.

13
14

Anda mungkin juga menyukai