Anda di halaman 1dari 10

Nama Kelompok :

1. Abdul hakim
2. Ade Audin fadli
3. Arum Hayyu Primaharani
4. Diah Ardita
5. Eka Noor Faridha
6. Marfuah
7. Zis Sholeha
VACCINES
(VAKSIN)
Vaksin

- Vaksin melindungi resipien dari agen pathogen dengan memberikan kekebalan terhadap
infeksi
- Pada tahun 1790, Edward Jenner secara eksperimental menguji gagasan berbasis cerita
fiksi rakyat bahwa manusia yang terinfeksi penyakit cacar air tidak akan terinfeksi
kembali oleh penyakit tersebut.
- Dokter-dokter telah menemukan prinsip vaksinasi penyakit menular seperti tuberculosis,
cacar, kolera, tipes, wabah pes, dan poliomeititis
- Dengan adanya vaksinasi, antibiotic dan tindakan kesehatan masyarakat yang efektif,
penyakit epidemic ini sebagian besar sudah dapat dikendalikan (tabel 12.1)
- Tidak semua penyakit dapat dicegah melalui vaksin seperti sindrom defisiensi imun
(AIDS)
- Vaksin memiliki daya simpan yang terbatas
- Tidak semua agen infeksi dapat tumbuh dalam media kultur
- Produksi virus hewan dan manusia memerlukan sel hewan yang mahal
- Hasil dan tingkat produksi virus hewan dan manusia dalam kultur seringkali cukup
rendah
- Strategi untuk mengembangkan vaksin
Gen virulen bisa dihapus dari agen infeksi yang mempertahankan kemampuan
untuk menstimulasi respons imunologi
Sistem pembawa non pathogen hidup yang membawa determinasi antigenic distrik
dari agen pathogen yang tidak terkait
Sistem pembawa memfasilitasi induksi respon imunologi yang kuat yang diarahkan
terhadap agen pathogen
Untuk agen infeksius yang tidak dapat dipertahankan dalam kultur
Gen untuk protein yang memiliki determinasi antigenic yang dapat didekomposisi,
diklon, dan diekspresikan dalam sistem inang seperti E. coli atau sel manusia.
Protein gen cloning ini dapat diformulasikan menjadi vaksin
Untuk penyakit manusia, sebagian besar vaksin tambahan saat ini dalam berbagai
tahap perkembangan, mencakup uji klinis (tabel 12.2).

Subunit Vaksin

Vaksin pada umumnya terdiri dari dari bahan yang di lemahkan yang berasal dari agen
patogen. Antibodi menimbulkan inisiasi vaksin pada respons imun untuk organisme patogen
inactiv oleh pengikatan protein pada permukaan agen. Vaksin menggunakan komponen
organisme patogen yang lebih baik di sebut subunit vaksin. Teknologi DNA rekombinasi
mempersiapkan perkembangan sup unit vaksin baru.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan subunit vaksin. Sisi positifnya
ialah penggunaan protein murni menjamin reparasi yang stabil dan aman serta bebas dari
hubungan protein dan asam nukleat yang dapat menginisiasi pada 1 sisi di organisme inang. Sisi
negatifnya ialah pemurnian protein membutuhkan biaya mahal dan pada isolasi protein formasi
bentuknya mungkin tidak sama dengan bentuk aslinya.

Herpes SimplexVirus (HSV)

HSV dapat menyebabkan implikasi penyakit kanker, HSV merupakan penyakit yang
yang penyebarannya bisa melalui seks bebas, beberapa menyebabkan iritasi pada mata,dan
radang otak. Virus HSV dapat di lemahkan menjadi vaksin untuk penyakit kanker. Dengan
demikian, perlindungan terhadap HSV terbaik menggunakan subunit vaksin tapi tidak dengan
oncogenik. HSV tipe 1 (HSV-1) dengan penutup glicoprotein D (gD) sebagai komponenkarena
setelah di injeksikan pada tikus, dengan sendirinya membentuk antobodi terhadap HSV. Gen
HSV-1 gD disiolasi dan kemudian di clone pada vektor berupa mamalia dan di ekspreikan pada
sel ovary hamster China. Tidak seperti sistem E.coli protein eukariota asing glikosilat. Kode gen
gD sequens lengkap pada sebuha protein dapat dilihat pada sel inang mamalia. Bagaimanapun,
sebuah membran rantai protein sangat sunah untuk dimurnikan dari pada sesuatu yang mudah
larut. Gen gD di modifikasi oleh perpindahan kode nukleutida terminal. Modifikasi gen
kemudian bertransform ke dalam sel CHO yang memproduksi glycosilat dan sekret di dalam
medium External. Pada percobaan klinis, bentuk gD efektif untuk melawan HSV-1 dan HSV-2.

Penyakit Kaki Dan Mulut (Foot And Mouth Diases Virus/ Fmdv)

FMDV merupakan penyakit yang menyerang binatang ternak dan sangat mematikan,
tetapi efek negatif dari virus dapat di minimalisir dengan vaksin yang telah melemahkan FMDV.
Genom FMDV terdiri dari single-stranded RNA (hingga 8000 nucleotida). Untuk manipulasi
rekombinasi DNA, yang pertama ialah sintesis DNA pada seluruh genom dan fragmen di clone
pada E. Coli sebagai vektor. Produk dari kode sequens VP1ialah mengidentifikasi sistem imun
pada peleburan protein di bawah kontrol promotor-sistem reseptor c1. Peleburan protein pada
asam amino 369 dan terdiri dari protein pembawa penstabil seperti replikasi protein bakteriofage
MS2, dan seluruh sequens kode protein FMDV VP1. Peleburan protein yang terdiri dari fragmen
protein VP1 adalah untuk membentuk antibodi terhadap FMDV.
Peleburan protein, mendapatkan kesulitan perikanan dari pemerintah dari pada VP1
karena berpotensial menimbulan efek immunogenic pada komponen yang tidak memiliki VP1.
Oleh karena itu, sequens VP1 sendiri, harus memiliki vektor ekspresi yang berbeda. Meskipun
demikian, subunit vaksin untuk penyakit FMDV akan di ujicobakan pada percobaan klinis.

Cholera (Kolera)

Bakteri Vibrio cholerae, merupakan agen causatif, berbentuk koloni pada saluran usus
kecik; dan mengeluarkan sekret hexameric enterotoxin dalam jumlah besar sebagai agen
patogenik. Proteinnya terdiri dari sebua subunit yaitu subunit A untuk aktivitas ADP dan
menstimulasi siklus adinilat dan 5 subunit B yang mengenali sel reseptor mukosa pada usus
halus. Subunit A memiliki 2 bentuk yaitu peptida A1 yang mengatur aktivitas toksin dan peptida
A2 yang menghubungkan subunit A dengan subunit B. Beberapa tahun yang lalu , sebuah vaksin
cholera tradisional yang berisi Vibrio cholerae telah di gunakan. Vaksin ini bersifat sementara
yang hanya bertahan 3-6 bulan. Sekarang, sebuah vaksin (dukoral) terdiri dari strain Vibrio
cholerae Inaba in-aktif, strain Ogawa klasik in-aktif, strain Inaba El Tor in-aktif dan sebuah
rekombinasi toksin cholera subunit B mulai digunakan. Vaksin ini digunakan secara oral dan di
claim dapat menambah kekebalan imun.

SARS

Pada tahun 2003, terdapat sebuah kejadian yang menyerang secara bersamaan pada
beberapa wilayah meliputi Hong Konf, Singapura dan Toronto, suatu penyakit baru yang tidak
diketahui. Kasus pertama pada penyakit ini, sindrom saluran pernapasan akut atau SARS
diberitakan terjadi di provinsi Guangdong, Republik China Selatan pada tahun 2002.
Penyebarannya sangat cepat melalui udara, menyebar ke 29 negara di 5 Benua. Ada sekitar 8.096
kasus dan 774 dilaporkan meninggal. Dengan waktu singkat, ilmuwan mengeluarkan buku
corona-virus sebagai agen penyebab penyakit ini. Virus SARS terdiri dari sebuah single strand
genom RMA plus-sense berjumlah 30 kb. Di alam, protein virus Spike, di sisipkan ke dalam
membran virus, mengikat sebuah reseptor protein yang di melekat pada permukaan sel inang
mamalia. Dengan mengikat virus pada reseptor, virus dan sel membran dapat menyatu. Protein
Spike merupakan calon untuk mengembangkan sup unit vaksin.
Kelengkapan sequens nukleotida virus SARS ditemukan pada tahun 2003, ia
mengekspresikan optimisasi-codon 192 asam amino protein Spike, DNA masuk ke dalam CHO
sel dengan sigma sekret., sebuah terminal N protein murni dan sembah tobbaco tetrtanam pada
bagian virus protease. Sintesis protein rekombinasi yang di sekretasikan masuk pada tahap
pertumbuhan medium, pemurnian oleh kromatografi pada bagian imunoglobin G dan kemudian
di cerna oleh tobbaco Tech virus proteaseuntuk memindah Dag protein A murni. Dengan
menggunakan hal tersebut, fragmen protein Spike dapat di sintesis dan dimurnikan. Hingga saat
ini, bentuk penuh glycosilatdari sup unit vaksin dapat menjadi imun yang kuat pada tikus. Hal
tersebut masih dalam pengembangan untuk menjadi vaksin yang dapat memperkuat sistem imun
pada hewan dalam menghadapu virus SARS.

Staphylococcus aureus
Human Papillomavirus

Peptide Vaccines (Vaksin Peptida)

Foot and Mouth Disease (Penyakit Kaki dan Mulut)

Genetic Immunization : DNA Vaccines

Dental Caries (Karies Gigi)

Bakteri gram positif, anaerobic fakultatif Streptococcus mutans dan Streptococcus


sobriunus dianggap sebagai agen primer penyebab karies gigi (kerusakan gigi). Organisme ini
berada di permukaan gigi dan melakukan proses metabolism gula untuk memproduksi asam
laktat, yang menyebabkan enamel gigi rentan mengalami kerusakan. Sukrosa tersebut digunakan
juga untuk menghasilkan getah (lender) ekstraseluler, dasar dextran polisakarida yang
memfasilitasi sel streptococcus untuk melekat satu dengan yang lain pada permukaan gigi
membentuk plak. Ini merupakan kombinasi plak dan asam yang menyebabkan kerusakan gigi.
Vaksin DNA didesain untuk mencegah kerusakan gigi seperti mengkode sequen peptida-
alanin dan prolin. Vaksin DNA ini dikodekan 2 peptida terpisah antara yang mengikat sel
streptococcus pada permukaan gigi. Pembuatan vaksin DNA terdiri atas 2 elemen tambahan.
Pertama, domain ekstraseluler sitotoksik T-Lymphocite antigen 4 (CTLA4) yang mengikat
protein B7 yang diekspresikan di permukaan antigen sel. Ke dua, bagian FC dari molekul
immunoglobulin yang mengikat reseptor FC antigen. Sel yang didesain spesifik dalam
penggabungan protein multidomain (gambar 12.9) untuk sistem imun sel dan menguatkan respon
imun serta menambah tingkat keberhasilan vaksin.
Attenuated Vaccines (Vaksin yang Dilemahkan)

Manipulasi genetik digunakan untuk modifikasi bentuk organisme (bakteri atau virus)
yang digunakan sebagai vaksin rekombinan hidup. Vaksin ini merupakan salah satu organisme
nonpatogen yang direkayasa untuk membawa dan mengekspresikan determinan antigen berupa
gen virulen yang telah dimodifikasi atau dihapus.

Cholera (Kolera)

Ada beberapa keuntungan dalam pengembangan vaksin hidup, karena lebih efektif dari
ada vaksin yang telah dimatikan atau berupa subunit. Syarat utama vaksin hidup yaitu tidak ada
bentuk virulen pada bahan inokulasi. Kolera disebabkan oleh bakteri V. cholere yang bekerja
secara cepat pada penyakit pencernaan seperti demam, dehidrasi, sakit perut, dan diare. Penyakit
ini ditularkan melalui kontaminasi air minum oleh feses. Karena V. cholera berkolonisasi di
permukaan mukosa usus, vaksin kolera lebih efektif diberikan cera oral.

Salmonella Species (Spesies Salmonella)

Strain genus Salmonella menyebabkan demam tipus, kematian bayi, dan keracunan
makanan. Oleh sebab itu, vaksin efektif melawan organisme ini. Delesi jumlah gen yang berbeda
digunakan untuk melemahkan jenis strain Salmonella (gambar 12.4 gen yang dihapus dan
fungsinya dalam pelemahan strain Salmonella). Mutasi ini bisa dikelompokkan dalam 3 kategori
dasar yaitu mutasi dalam biosintesis gen, regulasi gen, dan keterlibatan gen virulen. Salmonella
dilemahkan lebih efektif dengan vaksin secara oral.

Leishmania Species (Spesies Leishmania)

Meskipun sistem imun manusia mampu merespon infeksi parasi protozoa dari genus
Leishmania, tetap sulit dalam pengembangan vaksin yang efektif untuk melawan organisme ini.
Pelemahan Leishmania terkadang efektif sebagai vaksin, namun seringkali kembali virulensi.
Selain itu, parasit yang dilemahkan dapat bertahan dalam waktu lama pada orang yang terinfeksi
namun terlihat tanpa gejala. Untuk mengatasi masalah tersebut, strain Leishmania yang
dilemahkan dibuat dengan penghilangan gen esensial metabolic yang ditargetkan agar tidak
kembali virulen.
Herpes Simplex Virus

Seperti organisme patogen lain yang telah dikembangkan sebagai vaksin hidup, bagian
genom HSV telah dihapus. Pada awalnya diperkirakan respon imun yang kuat bisa diperoleh jika
virus mampu bereplikasi. Pengembangan HSV avirulen penting karena sejauh ini vaksin subunit
tidak mampu menginduksi kekebalan untuk melawan virus tersebut. Untuk mempersiapkan
vaksin HSV hidup yang aman dan ampuh, dua penghapusan di lokasi yang berbeda dalam
genom virus yang dihasilkan secara bebas kemudian digabungkan untuk membentuk virus strain
ganda.

VAKSIN VEKTOR

Vaksin Diterapkan Melawan Virus

Virus Vaccinia, dalam bentuk vaksin hidup, telah menyebabkan pemberantasan cacar
secara global, virus Vaccinia adalah anggota keluarga poxvirus. Virus yang sepenuhnya
sequencing ini memiliki genom DNA beruntai ganda yang mengandung 187 pasangan kilobase
(kb) dan mengkodekan sekitar 200 protein yang berbeda. DNA bereplikasi dalam sel yang
sitoplasma terinfeksi. DNA virus vaccinia mengandung gen untuk DNA polimerase, RNA
polimerase, dan enzim dan polyadenylate jika genom virus gen asing di bawah dimasukkan ke
dalam vaccinia kontrol dari vaccinia itu akan diekspresikan secara independen dari fungsi
pengaturan host dan enzimatik. Virus ini bisa menginfeksi manusia dan banyak vertebrata
lainnya. Selain memiliki jangkauan inang yang luas, virus vaccinia juga teroksigenasi pada
tingkat molekuler yang stabil selama bertahun-tahun pengeringan), dan biasanya merupakan
virus jinak. Untuk alasan ini, ini adalah kandidat yang kuat sebagai vaksin vektor.
Fungsi vaksin vektor adalah mengantarkan dan mengekspresikan gen yang disamarkan
yang mengkodekan antigen yang menghasilkan zat anti neutron terhadap agen patogen.
Sayangnya genom vaciniavirus sangat besar dan tidak memiliki situs pembatasan yang unik.
Oleh karena itu, tidak mungkin memasukkan DNA tambahan secara langsung ke dalam genom
kebutuhan virus, gen untuk antigen spesifik harus diperkenalkan ke dalam genom virus dengan
rekombinasi homologi in vivo.
1. Urutan DNA yang mengkodekan antigen spesifik, seperti HBCAg, dimasukkan ke
dalam vektor plasmid segera di hilir promotor virus vaccinia kloning dan di tengah
gen virus vaccinia yang generik, seperti gen untuk enzim timidin kinase.
2. Plasmid ini digunakan untuk mentransfeksi sel dalam jaringan hewan, biasanya
embrio ayam embrio, yang sebelumnya telah terinfeksi virus wild-type vacania,
yang menghasilkan tiroid kinase fungsional.
3. Rekombinasi antara urutan DNA yang mengapit promotor dan gen antigen penetral
pada plasmid dan urutan homogen pada genom virus menghasilkan penggabungan
gen kloning ke dalam DNA virus.
Untuk menghindari gangguan gen vaccinia vinus atau perlunya penyaringan untuk
spidol yang dapat dipilih, sistem anovels telah diputuskan di mana setiap virus rekombinan
yang dapat membentuk plak akan berisi dan mengekspresikan gen target. Virus vaccinia tipe
liar mengandung gen, pp37, yang bertanggung jawab untuk pembentukan plak saat virus
ditanam pada monolayer sel hewan (Gambar 122HA. Menghapus gen yp37 dan
menggantinya dengan gen penanda E apli (Gbr. 12.24B) menciptakan mutan virus vaccinia
yang tidak membentuk plak setelah terjadi pertumbuhan pada kultur sel. Prosedur ini
sederhana dan Langsung, berlaku untuk penyamaran dan ekspresi gen target, tidak
memerlukan gen penanda ekstra, dan tidak mengganggu gen virus vaccinia. Sejumlah gen
antigen telah berhasil dimasukkan ke dalam vaksinasi virus angie dan kemudian
diekspresikan dalam sel hewan dalam kurun. Virus vaksinasi lainnya yang mengekspresikan
gen gen antigen virussurface dapat menghasilkan antibodi penetralisir pada rubah, yang
merupakan pembawa utama rabies di Eropa, dan telah digunakan di lapangan untuk beberapa
waktu, termasuk di daerah seluas 10.000 km di Belgia. Vaksin virus rekombinan glikoprotein
virus yang ada di pasaran (Raboral) adalah vaksin virus hidup yang mengandung 10 unit
pembentuk plak (PFU), atau bagian virus hidup, per dosis. Penggunaan vaksin vektor yang
dibangun dari virus vaocinia juga menawarkan kemungkinan untuk memvaksinasi individu
terhadap beberapa penyakit yang berbeda dengan satu perlakuan. Hal ini dapat dicapai
dengan menggunakan virus vacania rekombinan yang membawa gen yang tidak mengandung
pengkodean sejumlah antigen yang berbeda. Waktu produksi obat asing yang gennya dibawa
dalam virus vaccinia tergantung pada apakah fungsi promoter virus vaccinia.
Vaksin virus rekombinan hidup memiliki beberapa keunggulan dibandingkan virus
yang dibunuh atau vaksin subunit. Pertama, virus bisa mengekspresikan antigen asli dengan
cara yang menyerupai infeksi alami. Kedua, menguatkan jumlah host, sehingga antigen yang
mengaktifkan pelepasan antibodi dari sel B Respon otumoral dan merangsang produksi sel T
(respons kekebalan yang dimediasi oleh perantara) Kerugian menggunakan vaksin virus
rekombinan hidup adalah vaksinasi dari host imunosupresi seperti individu dengan AIDS,
menyebabkan infeksi virus yang serius.
Berdasarkan keberhasilan vaccinia yang dilemahkan ini, diusulkan bahwa virus ini
dianggap sebagai pembawa penyakit umum untuk kampanye vaksinasi massal di negara-
negara berkembang. Untuk tujuan ini, para periset menguji kemampuan dua vaksinasi
berbasis virus yang dilemahkan untuk disampaikan secara efektif melalui imunisasi aerosol.
Faktanya, ditemukan bahwa pemberian aerosol aman dan efektif, menghasilkan respons imun
sistemik dan mukosa yang tahan lama saat dikirim ke kera rhesus (monyet). Pendekatan ini
masih perlu diuji coba dengan manusia; ini menawarkan cara yang efektif untuk
mensosialisasikan jumlah besar Individu di masa depan Poliovirus dapat dilepaskan secara
oral dan vaksin mukosa semacam itu, yang diarahkan ke reseptor di paru-paru atau saluran
gastrointestinal, mungkin berguna untuk melawan berbagai penyakit, termasuk kolera,
demam tipus, influenza, pneumonia, dan rabies. Namun, keamanan dan kemanjuran dari
virus yang tampaknya jinak harus dipastikan sebelum dilakukan klinis.

Vaksin Diterapkan Melawan Bakteri

Sejak ditemukannya penyebaran antibiotik secara luas, hanya sejumlah penelitian


sederhana yang mengarah pada pengembangan vaksin untuk penyakit bakteri. Namun, ada
alasan bagus untuk mengembangkan vaksin bakteri: Tidak semua penyakit bakteri mudah
ditangani dengan antibiotik. Penggunaan 40 terakhir dalam pro strain bakteri yang resisten
terhadap beberapa fasilitas pendingin yang dapat diandalkan untuk penyimpanan antibiotik
tidak umum tersedia di banyak negara tropis. antibiotik Seringkali untuk memastikan bahwa
individu yang menerima terapi menjalani perawatan penuh. Mengingat kebutuhan untuk
memproduksi vaksin yang akan efektif melawan penyakit-penyakit. Dalam kasus di mana
penyakit yang menyebabkan bakteri tidak tumbuh dengan baik dalam kultur, perkembangan
strain atterruated tidak mungkin dilakukan. Untuk bakteri ini, sebuah pendekatan harus
digunakan. Diperkirakan bahwa kira-kira 2 miliar orang saat ini terinfeksi organisme dan
bahwa 2 juta sampai 3 juta kematian per tahun diakibatkan oleh infek ini.
Selama 50 tahun terakhir, antibiotika telah digunakan untuk mengobati pasien dengan
strain tuberkulosis yang lazim. Di Amerika Serikat, di antara pasien HIV sekarang strain M.
tuberculosis dengan angka kematian 50% di bawah 60 hari. Secara kebetulan, telah inaktif
yang tertular infeksius bakteri yang disuntikkan ke dalam organisme penghasil antibodi
terhadap kekebalan tubuh. Ada sejumlah kelemahan pada vaksin ini. Misalnya, tidak semua
organisme patogen dapat dimasukkan volume besar yang diperlukan untuk membuat vaksin,
Ada kekhawatiran ketika volume besar organisme patogen ditangani, strain yang dilemahkan
dapat kembali ke keadaan inferensi, inaktivasi mungkin tidak lengkap, dan umur simpan
tergantung pada pendinginan. Telah digunakan dalam teknologi DNA rekombinan aktif
untuk menciptakan vaksin yang ampuh.
Gen penyakit menular secara imunologis diproduksi dengan menghilangkan
penyebab virulensi, dengan penghapusan ini, vaksin hidup dapat kembali ke bentuk infeksi.
Virus atau bakteri yang jinak digunakan sebagai organisme saat ini. Vaksin adalah organisme
pembawa yang dapat menjadi organisme patogenik dari genom manapun yang secara
patogen menjadi Determinan antigen utama yang mengkodekan faktor penentu utama
organisme patogen menjadi vektor ekspresi kloning, dan sejumlah besar produk dapat
dipanen, dimurnikan, dan digunakan sebagai vaksin. Vaksin peptida juga dapat diproduksi
dengan sintesis kimia. Sebagai alternatif penggunaan antigenik kloning atau peptida kloning
untuk inokulasi, konstruksi DNA yang mengkodekan protein antigenik atau peptida dapat
digunakan. DNA ini dapat dikirim langsung ke hewan atau manusia.

Anda mungkin juga menyukai