MIRZA INDRAJANTI S.
NPM: 1006732723
PENDIDIKAN KEDOKTERAN
JAKARTA
DESEMBER 2010
DAFTAR ISI
Halaman
Judul i
Daftar isi ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
4.1. Simpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Problem based learning adalah suatu pendekatan student centred efektif untuk
pembelajaran. Hal ini merupakan pokok yang berbeda dari program yang berbasis pada
pengajaran didaktik ditambah dengan kegiatan berbasis kasus. Tutor ataupun fasilitator
lebih baik dari pada seorang content expert. PBL pada program medis biasanya
dilaksanakan sedini mungkin, walaupun mungkin diperpanjang sampai tahun
berikutnya. Selama lebih dari 30 tahun terkumpul fakta yang menunjukkan bahwa cara
itu berhasil efektif menyenangkan dan belajar mandiri, berpikir kritis, kerja tim,
pengertian lebih baik dari pada penghafalan, dipermudah dengan bahasa profesional 1.
Baik mahasiswa maupun staf menyenangi proses ini. PBL diperkaya jika dipersatukan
dengan sumber berbasis komputer.
Suatu masalah memulai kegiatan. Kelompok (yang terdiri dari 10 orang atau lebih)
dirangsang untuk menyelidiki mekanisme ilmiah dasar dan klinis bersama-sama dengan
masalah pokok sosial, psikologi, etis atau profesional. Ilmu pengetahuan terintegrasi
dan digunakan. Karena proses kemungkinan besar open-ended, dosen berkewajiban
untuk mendesain masalah-masalah terstruktur yang baik mempertemukan tujuan yang
jelas. Masalah dalam skenario merangsang mahasiswa untuk membuat alasan,
berpikir kritis dan mempertimbangkan fakta; mereka akan mencari informasi yang
relevan. Kelompok tidak membutuhkan ilmu pengetahuan sebelumnya untuk
membangkitkan ide-ide baik seperti mereka mengenal area-area untuk pembelajaran
bersama dan pribadi lebih lanjut. Setiap mahasiswa membawa pengalaman pribadi dan
membuat kontribusi tersendiri. Peran tutor adalah memimpin interaksi daripada
memberi informasi.
1
Pada saat pemaparan klinis diperkenalkan secara bersamaan, keterampilan intelektual
dan praktek berkembang secara paralel. Pengalaman kinis memperkaya diskusi tutorial.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dan menguatkan yang semua berpusat untuk menjelaskan proses pembelajaran. Ada
suatu keadaan klasik, perilaku menjadi suatu respons refleks untuk perangsang
(Pavlov).3
Pengajaran adalah hubungan timbal balik antara guru (dosen) dan mahasiswa
untuk membawa perubahan yang diharapkan dalam perilaku mahasiswa. Tujuan
pengajaran adalah menolong mahasiswa agar menyukai, menguasai dan dapat
menggunakan ilmu pengetahuan, mengerti, menganalisa/menguraikan, memadukan dan
mencapai keterampilan, membentuk kebiasaan, mengembangkan sikap. Pendekatan
pengajaran antara lain percakapan kepada mahasiswa, percakapan dengan mahasiswa,
bersama mereka diadakan percakapan bersama, menunjukkan mahasiswa bagaimana,
mengawasi mereka, menyediakan peluang untuk praktek/berlatih.
Metode pengajaran dapat didefinisikan sebagai suatu jalan dari tindakan guru
(dosen) dalam hubungan dengan mahasiswanya yang dititikkan pada tujuan dari
pelajaran khusus di mana metode pengajaran digunakan 8. Melihat definisi ini maka
hal ini menunjukkan bahwa suatu metode pengajaran adalah sesuatu yang digunakan
dalam sebuah pelajaran yang dihubungkan dengan tujuan dari pelajaran itu. Klasifikasi
metode pengajaran yaitu metode pengajaran yang melatih yang terdiri atas metode
instruksi, metode interaksi sampai metode studi independent. Pembagian dari metode
pengajaran didasarkan pada peran yang dilakukan guru (dosen) dan mahasiswa. Metode
instruksi adalah keadaan yang menggambarkan di mana dosen melakukan tugas
pemberi keterangan/informasi. Mahasiswa cenderung untuk melakukan tugas pasif
dalam metode-metode itu. Metode interaksi adalah memfasilitasi /memudahkan
partisipasi bersama dari mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran, contoh
diskusi. Pada metode studi independent mahasiswa bekerja tanpa hubungan timbal
balik langsung dengan dosen, mahasiswa bekerja sendiri
4
atau dalam group, contohnya melakukan pekerjaan rumah.8
Metode belajar mengajar terdiri atas large group teaching, small group teaching,
independent learning, peer assisted learning, teaching in the clinical settings, teaching
in the community, distance learning.1
Problem based learning banyak digunakan di fakultas kedokteran di Inggris dan seluruh
dunia 5. Problem based learning adalah metode belajar mengajar dalam kelompok kecil
dan mempunyai pengaruh yang kuat dan penting pada pendidikan kedokteran. Problem
based learning merupakan metode pembelajaran dalam bentuk kelompok kecil, yang
menggabungkan pengetahuan dengan perkembangan keterampilan umum dan sikap.
Dalam PBL mahasiswa menggunakan pemicu dari kasus masalah atau skenario untuk
menetapkan sasaran pembelajaran mereka. Kemudian mereka melakukan belajar
langsung mandiri sebelum kembali ke kelompok untuk mendiskusikan dan menyaring
pengetahuan yang didapat. Jadi PBL bukan tentang pemecahan masalah, tetapi lebih
baik menggunakan masalah-masalah yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengertian. Prosesnya tegas jelas, dan beberapa variasi yang ada semua mengikuti suatu
rangkaian langkah serupa.
5
pokok yang lain untuk desain kurikulum dan pelaksanaannya butuh dibantu. PBL
biasanya dimasukkan dalam konteks kurikulum inti yang jelas dan integrasi dari ilmu-
ilmu dasar dan klinik. Juga merupakan pelaksanaan untuk susunan staf , sumber
pembelajaran dan pendekatan berbeda untuk penjadualan dan beban kerja, dan
penilaian. PBL sering digunakan untuk menyampaikan materi inti dalam bagian-bagian
non klinis dari kurikulum. Naskah berbasis skenario-skenario PBL untuk dasar
kurikulum inti dan memastikan semua mahasiswa mendapat masalah yang sama 5.
Akhir-akhir ini teknik PBL yang dimodifikasi sudah dimasukkan ke dalam pendidikan
klinis dengan pasien sebenarnya yang digunakan sebagai perangsang pembelajaran.
Walaupun sifat dasar khusus yang penting dari pembelajaran ilmu kedokteran klinis,
sebuah pendekatan kasus kuncidapat memungkinkan PBL digunakan untuk
menyampaikan kurikulum inti klinis.
Tutorial PBL sudah diadakan dengan beberapa contoh yang diteladani pada
Maastricht seven jump process (Proses tujuh langkah Maastricht), tetapi format dari
tujuh langkah mungkin dipersingkat. Tutorial PBL yang khas terdiri atas suatu
kelompok mahasiswa (biasanya 8 sampai 10 orang) dan tutor, yang memfasilitasi sesi.
Lamanya (jumlah sesi) bahwa suatu kelompok tetap bersama dengan yang lain dan para
tutor perorangan bervariasi di antara institusi. Suatu kelompok membutuhkan cukup
lama untuk mengembangkan menjadi kelompok dinamis tetapi mungkin butuh
perubahan adakalanya jika masing-masing pribadi berselisih atau timbul disfungsi
perilaku.
Mahasiswa memilih ketua untuk masing-masing skenario PBL dan sekretaris untuk
mencatat diskusi. Peran ini digilirkan untuk setiap skenario. Flip chart yang sesuai atau
whiteboard dapat digunakan untuk catatan laporan diskusi. Pada awal sesi, bergantung
pada materi pemicu, salah satu mahasiswa ketua membacakan skenario seluruhnya atau
semua mahasiswa memperlajari materi. Kalau pemicu adalah pasien sesungguhnya
dalam bangsal, klinik atau bagian bedah kemudian seorang mahasiswa mungkin
bertanya tentang riwayat klinis atau pengenalan tanda fisik abnormal sebelum
kelompok pindah ke suatu ruang tutorial. Untuk masing-masing modul, mahasiswa
mungkin diberi buku penuntun berisi skenario masalah, dan dianjurkan sumber
pembelajaran atau materi pembelajaran mungkin dibagikan pada waktu-waktu yang
tepat sebagai kemajuan tutorial. 6
Peran tutor memfasilitasi diskusi (membantu ketua mempertahankan kelompok
dinamis dan perpindahan kelompok selesai tugas) dan memastikan bahwa kelompok
meningkatkan sasaran pembelajaran yang tepat dalam urutannya oleh tim desain
kurikulum. Tutor mungkin membutuhkan peran lebih aktif dalam proses 7 langkah
untuk memastikan bahwa semua mahasiswa sudah melakukan pekerjaan yang tepat dan
membantu ketua untuk menganjurkan sebuah format yang sesuai untuk anggota
kelompok yang digunakan untuk menunjukkan hasil studi mereka. Tutor menganjurkan
para mahasiswa untuk mencek pengertian mereka akan materi. Ia dapat melakukan ini
oleh anjuran para mahasiswa untuk bertanya dengan pertanyaan terbuka dan saling
bertanya untuk menjelaskan topik-topik dengan kata-kata mereka sendiri atau oleh
penggunaan gambar-gambar dan diagram-diagram. Contoh materi pemicu untuk
skenario PBL: naskah berbasis skenario-skenario klinis, data percobaan atau
laboratorium klinis, foto-foto, video klip, artikel-artikel surat kabar, sebagian atau
seluruh artikel dari sebuah jurnal ilmiah, pasien sesungguhnya atau simulasi, pohon
keluarga yang menunjukkan suatu gangguan yang diturunkan.
Proses tutorial PBL (the Maastricht seven jump process) terdiri atas langkah 1:
identifikasi dan klarifikasi istilah-istilah yang tidak dimengerti yang terdapat pada
skenario, langkah 2: menetapkan masalah-masalah untuk didiskusikan, langkah 3: sesi
brainstorming untuk mendiskusikan masalah, memberikan pendapat berdasarkan prior
knowledge dan mengidentifikasi area pengetahuan yang belum lengkap, langkah 4:
meninjau kembali langkah ke 2 dan 3 dan menata solusi sementara, langkah 5:
membuat formula sasaran pembelajaran; kelompok mencapai persetujuan dari sasaran
pembelajaran, langkah 6: belajar mandiri (mahasiswa mencari informasi yang
berhubungan dengan sasaran pembelajaran), langkah 7: kelompok membagi hasil dari
belajar mandiri.
PBL berhasil baik hanya jika skenario berkualitas tinggi. Kurikulum PBL fakultas
pada lulusan S1 mengalami kemajuan dalam sasaran pembelajaran. Skenario
memimpin mahasiswa ke suatu area studi khusus untuk mencapai sasaran
pembelajaran.
Cara menciptakan skenario PBL yang efektif: sasaran pembelajaran yang ditetapkan
7
mahasiswa setelah mempelajari skenario harus konsisten dengan sasaran pembelajaran
fakultas; masalah harus tepat pada tingkatan kurikulum dan tingkatan pemahaman
mahasiswa; skenario harus dapat menarik mahasiswa atau mempunyai relevansi dalam
praktek nanti; ilmu dasar harus disajikan dalam konteks skenario klinik untuk
tercapainya pengetahuan terintegrasi; skenario harus mengandung petunjuk untuk
merangsang diskusi dan membangkitkan mahasiswa untuk mencari penjelasan dari
pokok persoalan; permasalahan harus cukup terbuka, sehingga tidak membatasi diskusi
secara dini dalam proses; skenario harus dapat meningkatkan partisipasi mahasiswa
dalam mencari informasi dari berbagai sarana pembelajaran.
Keuntungan PBL:
Kerugian PBL:
Tutor who cant teach : tutor hanya memiliki pengetahuan dan pemahaman di
bidang mereka sendiri sehingga dapat mempersulit dalam memfasilitasi; Human
resources: membutuhkan banyak staf; Other resources: mahasiswa dalam jumlah yang
besar membutuhkan perpustakaan dan akses komputer pada saat yang bersamaan; Role
models: mahasiswa tidak mendapatkan pengalaman dari dosen; Information overload:
mahasiswa mungkin tidak yakin seberapa banyak belajar mandiri yang harus dikerjakan
dan apakah informasi yang dicari relevan dan berguna.
8
Masuknya PBL ke dalam mata pelajaran membuat tuntutan baru pada para tutor,
kebutuhan mereka akan fungsi sebagai fasilitator untuk kelompok belajar kecil lebih
baik dari pada sebagai pemberi informasi. Perkembangan staf diperlukan dan
memungkinkan para tutor PBL untuk mendapatkan keterampilan dalam fasilitasi dan
manajemen kelompok dinamik (termasuk kelompok disfungsional: suatu karakter
dominan yang mungkin menyulitkan mahasiswa lain untuk mendengarkan). Para tutor
akan diberikan informasi tentang strategi pendidikan institusi dan program kurikulum
sehingga mereka dapat
9
dalam kelompok mengurangi kemungkinan para mahasiswa gagal untuk melanjutkan
dengan beban kerja dan pemberian tanda kelompok ditambahkan untuk masing-masing
jadual penilaian perorangan dan menganjurkan para mahasiswa untuk mencapai tujuan-
tujuan umum yang disatukan dengan PBL.
PBL mungkin digunakan salah satunya sebagai yang utama dari seluruh kurikulum
atau untuk rangkaian pembelajaran mahasiswa. Dalam praktek, PBL biasanya bagian
dari suatu kurikulum terintegrasi menggunakan suatu sistem berbasis pendekatan
dengan materi non klinis yang disampaikan dalam konteks praktek klinis. Sebuah
modul atau kursus singkat dapat didesain untuk memasukkan mixed teaching
method/metode pengajaran campuran
10
Peran dalam kelompok 5
meneliti
semua
learning
objective
berbagi
informasi
11
Tentukan learning outcomes untuk modul 5
Mencatat learning objectives tiap PBL Buat skenario PBL Buat catatan tutor
Diimplementasikan
12
Evaluasi
BAB III
DISKUSI
13
dilaksanakan dengan pendekatan/strategi SPICES. Strategi SPICES terdiri atas 6
dimensi yang dapat memberikan dampak positif pada proses belajar mengajar dalam
kurikulum kedokteran, yaitu student centred, problem based, integrated, community
based, electives dan systematic.6
Pelaksanaan PBL dilakukan sebagai berikut: dibuat skenario oleh dosen ahli di
bidangnya, kemudian dilakukan briefing bersama semua dosen untuk membahas
skenario tersebut guna memperbaikinya bila perlu. Dalam 1 blok terdiri atas 7- 10
skenario. Dilakukan PBL sebanyak 3 kali pertemuan, masing-masing pertemuan
lamanya 100 menit. Pada PBL mahasiswa dibagi atas kelompok A B dan C - D,
kelompok A terdiri atas A1 A 10, kelompok B terdiri atas B1 B10, kelmpok C terdiri
atas C1 C10, kelompok D terdiri atas D1- D10. Tiap-tiap kelompok A1 terdiri atas 10
12 orang, demikian pula A2, dan seterusnya.Dari Kelompok A B dibagi 20 kelompok,
dari kelompok C D dibagi 20 kelompok. Masing-masing kelompok mendapat 1
skenario. Tiap-tiap kelompok difasilitasi oleh 1 tutor. Dalam 1 hari berlangsung 2 shift
PBL yaitu shift I pk 07 30 09 20 : kelompok A B; shift II pk 09 20 11 00:
kelompok C - D
Pada PBL I (pertemuan pertama): mahasiswa memilih ketua kelompok dan 2 orang
sekretaris (yang menulis di whiteboard dan di kertas/komputer). Mahasiswa membahas
skenario menurut 7 jumps yaitu langkah 1. Identifikasi masalah, langkah 2. Identifikasi
masalah, langkah 3. Analisa masalah, langkah 4. Hipotesis, langkah 5. Sasaran
pembelajaran, langkah 6. Belajar mandiri dengan mencari narasumber. Tutor menilai
aktivitas mahasiswa secara perorangan dan per kelompok dengan scoring dan sebagai
fasilitator.
14
Pada PBL 2 (pertemuan kedua): mahasiswa mempresentasikan tugas belajar
mandirinya masing-masing sesuai dengan sasaran pembelajaran yang didapatkan pada
PBL 1, dilakukan tanya jawab di antara mahasiswa, kemudian dibuat langkah 7.
Simpulan/rangkuman dari kasus.Tutor hanya sebagai fasilitator.
Tutor menilai tugas belajar mandiri mahasiswa, aktivitas perorangan saat presentasi,
aktivitas per kelompok.
Pada PBL 3 (pertemuan ketiga): dilakukan pleno. Dalam hari yang sama diadakan 2
kali pertemuan masing-masing 100 menit. Pertama: kelompok A B, kedua: kelompok
C D. Ada moderator (dosen) dan 2 orang sekretaris (mahasiswa). Kelompok
mahasiswa yang maju presentasi dilakukan berdasarkan undian. Dihadiri para dosen
pakar pengampu mata kuliah pada blok tersebut dan para tutor. Mahasiswa
mempresentasikan skenarionya masing-masing sesuai kelompoknya. Setiap selesai
presentasi dilakukan tanya jawab antara mahasiswa. Pertanyaan-pertanyaan mahasiswa
dicatat oleh sekretaris. Tutor menilai aktivitas perorangan dan per kelompok pada
kelompoknya yang tampil presentasi. Pada akhir pleno maka semua dosen pakar
menjelaskan semua pertanyaan mahasiswa tersebut.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Pada PBL perkembangan staf sangat penting, jadi setiap dosen harus mempelajari
skenario dengan baik supaya pada saat PBL mereka dapat menjadi fasilitator yang baik.
Peran tutor atau fasilitator juga agar pada saat tutorial dapat memfasilitasi jangan
sampai terjadi kelompok disfungsional dan harus dapat menciptakan kelompok yang
dinamis.
Karena mahasiswa harus belajar mandiri maka dibutuhkan sarana perpustakaan dan
media elektronik yang lengkap.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sefton A. Problem based learning. In: Dent JA, Harden RM (ed.). A practical guide for
medical teachers. 2 nd ed. London: Elsevier Churchill Livingstone; 2005. pp. 143,144
http://www.simplypsychology.pwp.blueyonder.co.uk/cognitive.html
3. Omrod JE. Human Learning. 4 th ed. USA: Pearson Education Inc. 2004.
5. Wood DF. ABC of learning and teaching in medicine: Problem based learning. BMJ
2003; 326; pp. 328-330
17