Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN TUTORIAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial

BLOK KURHAB III

DISUSUN OLEH :

TUTORIAL 15

Pembimbing: drg. Sri Lestari, M. Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2018

1
Jadwal Tutorial : 27 Februari dan 1 Maret 2017

Tutor : drg. Sri Lestari, M. Kes.

Ketua : Fiftiani Syarah (151610101123)

Scriber : Moh. Fahmi Rizqi A. (151610101127)

Anggota Kelompok :

1. Erryska Wira T. (151610101119)


2. Firyal (151610101120)
3. Fiolina Fajar Febrianingrum H. (151610101121)
4. Siti Nosya Rachmawati (151610101122)
5. Kiki Rahmi Zukri (151610101124)
6. Hanna Estherita E. (151610101125)
7. Mega Sepathika Niti (151610101126)

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL......................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

KATA PENGANTAR.....................................................................................iv

SKENARIO....................................................................................................1

STEP 1............................................................................................................2

STEP 2............................................................................................................3

STEP 3............................................................................................................4

STEP 4............................................................................................................6

STEP 5............................................................................................................7

STEP 7............................................................................................................7

KESIMPULAN..............................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................37

KATA PENGANTAR

iii
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial yang berjudul
“Perawatan Periodontal Fase I". Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil
diskusi tutorial kelompok 15 pada skenario pertama.
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg. Sri Lestari, M. Kes. selaku tutor yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok 15 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
dan memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan – perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita.

Jember, 5 Maret 2018

Tim Penyusun

iv
SKENARIO I
PERAWATAN PERIODONTAL FASE I

Seorang laki-laki berusia 35 tahun sangat khawatir karena gusinya sering


berdarah saat menggosok gigi sejak 1 bulan yang lalu dan giginya terasa kasar bila
tersentuh lidah sejak 1 tahun yang lalu. Oleh karena itu, dia datang ke Klinik
Periodonsia RSGM UNEJ. Pada pemeriksaan intra oral terlihat plak dan kalkulus
subgingiva di seluruh regio rahang atas maupun rahang bawah. Regio anterior
rahang bawah terlihat gigi geligi berdesakan. Pasien didiagnosis menderita
gingivitis kronis dengan etiologi utama plak. Keberadaan kalkulus dan gigi
malposisi dinyatakan sebagai faktor predisposisi/etiologi sekunder. Dokter
menjelaskan rencana perawatan pada pasien tersebut adalah DHE, scalling dan
root planing sebagai perawatan periodontal fase I (etiotropik). Setelah perawatan
periodontal fase I keadaan pasien akan dievaluasi kembali.

1
STEP 1
MENGKLARIFIKASI ISTILAH

1. Perawatan periodontal fase I:


- Perawatan non-bedah yang dilakukan untuk menghilangkan faktor
etiologi utama dan faktor predisposisi penyakit periodontal pada
pasien.
2. Root planning:
- Perawatan setelah scalling yang bertujuan untuk menghaluskan
permukaan akar yang kasar setelah tertempel kalkulus, meregenerasi
kembali perlekatan gingival attachment.
3. Plak sub gingiva:
- Deposit plak yang berada di bawah margin gingiva, diperiksa
menggunakan probe pada bagian sulcus gingiva.
4. Scalling:
- Tindakan pembuangan plak dan kalkulus yang berada di permukaan
gigi.
5. Gingivitis kronis:
- Peradangan gingiva yang terjadi dalam jangka waktu yang lama.
6. Kalkulus :
- Kalkulus adalah sekumpulan plak (protein, debris, bakteri) yang
mengalami kalsifikasi, dimana pada gigi tampak gambaran klinis keras
dan berwarna akibat kalsifikasi oleh Ca pada saliva.

STEP 2
MENETAPKAN PERMASALAHAN

2
1. Apa saja fase-fase perawatan periodontal?
2. Bagaimana hubungan malposisi gigi terhadap adanya kalkulus dan apakah
dapat dikoreksi pada perawatan periodontal fase 1?
3. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi scalling dan root planning?
(Bagaimana batas kedalaman perawatan scalling dan root planning
sehingga bisa diselesaikan?)
4. Mengapa DHE penting dilakukan pada perawatan fase 1 dan apa saja yang
disampaikan?
5. Apakah kemungkinan kegagalan pada fase 1 harus dilanjutkan ke fase
selanjutnya?
6. Apakah perawatan preliminasi perlu dilakukan pada kasus di skenario?
7. Bagaimana prosedur scalling dan root planning?

STEP 3
MENGANALISIS PERMASALAHAN

1. (NO.1)
- Fase preliminasi: perawatan emergency yang harus dilakukan segera;

3
- Fase 1: menghilangkan faktor etiologi dan predisposisi (DHE, scalling
& root planning,penumpatan, terapi antibiotik, terapi orthodonti minor,
splinting, kontrol diet yang dapat mempengaruhi kondisi sistemik
pasien), pada fase 1 bisa dilakukan koreksi pada malposisi gigi;
Evaluasi: probe jika <3 cukup fase 1 / jika > 3 mm lanjut ke fase
selanjutnya (jika evaluasi fase 1 gagal, bisa dilakukan ke fase 2);
- Fase 2: fase pembedahan;
- Fase 3: final restoration;
- Fase 4: pemeliharan jaringan, kontrol periodik 6 bulan sekali.

2. (NO.2) Malposisi tidak menyebabkan secara langsung penyakit


periodontal, tetapi menyediakan tempat retensi plak dan bakteri sehingga
timbul kalkulus / penyakit periodontal.
3. Scalling: indikasi= akumulasi plak dan kalkulus (untuk anak-anak
menggunakan ultrasonic). Kedalaman scalling pada kalkulus sub gingiva
sampai probing depth 4 mm.
Root planning: dilakukan pada gigi dengan PB > 4 mm, karena terjadi
penurunan gingival attachment dan kemungkinan terdapat kalkulus sub
gingiva.

Kontra indikasi scalling & root planning: pasien riwayat hemofili,


diabetes yang tidak terkontrol, gigi goyang.

4. Menyampaikan apa saja makanan dan penyebab terbentuknya plak,


mengedukasi mengenai kontrol plak / OH yang baik kepada pasien dan
memotivasi pasien agar bisa melakukan instruksi dokter. Serta
menjelaskan perlunya perawatan scalling maupun root planning. Kontrol
plak dilakukan untuk mencegah terbentuknya plak berlebih, yakni dengan
menjelaskan cara menggosok gigi yang benar (pemilihan sikat gigi, durasi
dan frekuensi sikat gigi) menggunakan metode yang disesuaikan keadaan /
usia pasien, penggunaan alat tambahan seperti dental floss, penggunaan
obat kumur jika perlu. Diet pasien juga perlu disampaikan untuk
mencegah terbentuknya plak berlebih dan kalkulus.

5. Perlu dilanjutkan. Fase selanjutnya dapat dilanjutkan ke fase bedah apabila


dengan adanya perawatan pada fase pertama belum bisa teratasi. Jika

4
penyakit sudah dapat teratasi pada perawatan fase pertama, perawatan
selanjutnya itu fase keempat yaitu fase pemeliharaan.

6. Tidak perlu. Karena kasus dalam scenario tidak memerlukan pencabutan


gigi maupun tidak ada keadaan kegawatdaruratan dental.

7. Metode Scalling & Root planing:


- Probing pada sulcus gingiva pada 6 titik / bagian sevikal gigi (tidak
digeser), jika kedalaman > 3mm maka terbentuk poket.
- Scalling menggunakan berbagai macam alat scaller baik pada
ssupragingiva maupun sub gingiva.
- Penggunaan alat ultrasonic digunakan pada kalkulus yang sudah keras,
jika masih lunak gunakan alat scaller manual, bisa juga digunakan
secara kombinasi.
- Jika setelah scalling masih terdapat sisa-sisa kasar pada permukaan
gigi maka perlu dipoles.

STEP 4
MAPPING

GINGIVITIS KRONIS ETIOLOGI DAN FAKTOR


PREDISPOSISI

RENCANA
DHE PERAWATAN DASAR
PEMIKIRAN
SCALLLING DAN
PERAWATAN FASE I
PROSEDUR
ROOT PLANNING
EVALUASI

5
BERHASIL TIDAK BERHASIL

FASE FASE
PEMELIHARAAN SELANJUTNYA

STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu Menjelaskan Fase-fase Perawatan Periodontal.


2. Mahasiswa mampu Menjelaskan Perawatan Periodontal Fase I.
3. Mahasiswa mampu Menjelaskan Dasar Pemikiran & Prosedur DHE.
4. Mahasiswa mampu Menjelaskan Dasar Pemikiran & Prosedur Scalling.
5. Mahasiswa mampu Menjelaskan Dasar Pemikiran & Prosedur Root
Planning.
6. Mahasiswa mampu Menjelaskan Evaluasi & Pemeliharaan Setelah
Perawatan Fase I.

STEP 6
BELAJAR MANDIRI

STEP 7
MENJAWAB LEARNING OBJECTIVE

6
LO 1 FASE-FASE PERAWATAN PERIODONTAL

Fase preliminari/pendahuluan

 (Perawatan kasus darurat/emergency).

• Dental atau periapikal

• Periodontal

 Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada harapan, dan pemasangan


gigi tiruan sementara (protesa).

Terapi Fase I (Fase etiotropik) :

 Kontrol plak;

 Kontrol diet (bagi penderita karies rampan);

 Penskeleran dan penyerutan akar;

 Koreksi restorasi dan protesa yang mengiritasi;

 Ekskavasi karies dan restorasi (sementara /permanen tergantung prognosis


gigi yang final dan lokasi karies);

 Terapi antimikrobial (lokal/sistemik);

 Terapi oklusal (penyelarasan oklusal);

 Pergerakan gigi secara ortodontik.

Evaluasi Setelah Fase I

 Pengecekan kembali kedalaman saku.


 Periksa ada tidaknya inflamasi gingiva, yang ditandai dengan ada atau
tidak adanya perdarahan saat melakukan probing.
 Periksa plak, kalkulus, serta keadaan ginggiva.

7
Terapi Fase II (Fase bedah)

Bertujuan:

 Root cleaning and planning


 Eliminasi plak retentiv pada area periodontal poket
 Meregenerasi jaringan periodontal

• Bedah periodontal

• Perawatan saluranakar

Terapi Fase III (Fase restoratif)

• Restorasi final

• Gigi tiruan cekat dan lepasan

Terapi fase IV:

 Kunjungan berkala
 Plak dan kalkulus
 Kondisi gingiva (kedalaman poket dan inflamasi gingiva)
 Oklusi dan derajat kegoyangan gigi

Bila perawatan periodontal aktif telah selesai perlu terapi periodontal supportif
(supportive periodontal treatment) hasil periodontal terpertahankan. Prosedur
terapi periodontal supportif mencakup :

 Instruksi kontrol plak.


 Kunjugan berkala yang teratur dengan interval kunjungan yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
 Kondisi restorasi yang kemungkinan dapat mempengaruhi periodonsium.

LO 2 PERAWATAN PERIODONTAL FASE I

Pada skenario dijelaskan bahwa pasien mengeluhkan gusinya sering


berdarah saat menggosok gigi sejak 1 bulan yang lalu dan giginya terasa kasar bila
tersentuh lidah sejak 1 tahun yang lalu. Saat dilakukan pemeriksaan intra oral
terlihat plak dan kalkulus subgingiva di seluruh regio rahang atas maupun rahang
bawah. Regio anterior rahang bawah terlihat gigi geligi berdesakan. Pasien

8
didiagnosis menderita gingivitis kronis dengan etiologi utama plak. Keberadaan
kalkulus dan gigi malposisi dinyatakan sebagai faktor predisposisi/etiologi
sekunder.

Penanganan pasien ini adalah dengan perawatan periodontal fase 1


(etiotropik) yakni DHE, scalling dan root planing. DHE (Dental Health
Education) yang diberikan kepada pasien berupa kontrol plak, bagaimana cara
memilih sikat gigi yang baik, cara menggosok gigi yang benar, etiologi penyebab
penyakit, hal hal yang dapat menyebabkan menumpuknya plak dan cara
mencegah terbentuknya tumpukan plak. Scalling dilakukan kepada pasien karena
faktor predisposisi yang menyebabkan keluhan pasien adalah adanya kalkulus
supra gingiva diseluruh permukaan gigi yang dapat dihilangkan dengan scalling.
Pasien dilakukan root planing karena juga didapatkan kalkulus sub gingiva
sehingga harus dilakukan root planing agar permukaan akar pasien dapat halus
dan tidak terjadi gingivitis kronis.

LO 3 DASAR PEMIKIRAN DAN PROSEDUR DHE

Dasar Pemikiran DHE

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan atau aplikasi konsep


pendidikan dan konsep sehat. Konsep sehat adalah konsep seseorang dalam
keadaan semputrna baik fisik, mental dan sosialnya serta bebas dari penyakit cacat
dan kelemahannya. Adapun konsep pendidikan kesehatan adalah proses belajar-
mengajar pada indvidu atau kelompok masyarakat tentang nilai kesehatan
sehingga mereka mampu mengatasi masalah kesehatan.

Menurut division of health education and public health (1990) berpendapat


bahwa pendidikan kesehatan adalah alat yang digunakan untuk memeberi
penerangan yang baik kepada masyarakat supaya masyarakat dapat bekerja sama
dan mencapai apa yang diinginkan.

Seperti halnya pendidikan kesehatan konsep pendidikan kesehatan gigi pun


merupakan penerapan dari konsep pendidikan dan konsep sehat. Bertitik tolak dari

9
kedua konsep tersebut maka pendidikan gigi adalah suatu proses belajar yang
ditunjukkan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan gigi yang setinggi-tingginya.

Bastian berpendapat bahwa pendidikan kesehatan gigi adalah semua aktivitas


yang membantu menghasilkan penghargaan masyarakat akan kesehatan gigi dan
memberikan pengertian akan cara-cara bagaiman memelihara kesehatan gigi dan
mulut. Jadi diharapkan dengan adanya kesehatan gigi dan mulut ini akan
bertambah baik yang akhirnya akan diperoleh kesehatan gigi dan mulut yag
setinggi-tingginya.

Semua proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan


pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berhubungan dengan kesehatan gigi
dan mulut agar mereka dapat menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

Tahapan DHE:

1. Motivasi
Agar pasien dapat terdorong untuk melakukan kontrol plak secara adekuat,
pasien harus termotivasi. Tahap memotivasi pasien adalah tahap yang paling
menentukan untuk tercapainya pelaksanaan kontrol plak yang adekuat.
Memotivasi pasien adalah prosedur yang sukar karena untuk dapat termotivasi
pasien harus berusaha untuk:
a. Menerima
Pasien harus bersedia menerima dan memahami penyuluhan yang
diberikan berkaitan dengan konsep – konsep pathogenesis, perawatan dan
pencegahan penyakit periodontal. Pasien diharapakan dapat termotivasi
apabila ia dapat memahami apa itu penyakit periodontal, efek penyakit
tersebut, bagaiman kerentanan dirinya terhadap penyakit tersebut, dan apa
yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai dan mempertahankan kesehatan
jaringan periodontalnya.

b. Perubahan Kebiasaan
Dari pasien diharapkan diharapkan adanya perubahan kebiasaan dalam
hal cara – cara pembersihan mulut sesuai dengan metode yang diajarkan

10
untuk itu pasien harus berkemauan dan mampu menguasai keterampilan
penggunaan alat–alat pembersih.
c. Perubahan tingkah laku
Pasien harus menyesuaikan pandangan dan nilai – nilai yang
dianutnya mengenai pembersihan mulut. Pasien harus tergugah bahwa
prosedur kontrol plak yang dilakukanya bukanlah untuk menyenangkan hati
dokter gigi, tetapi untuk tercapainya kesehatan periodonsium itu sendiri.

2. Edukasi
Dalam hal edukasi pasien harus diberitahukan tentang etiologi, perjalanan
penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit periodontal. Pasien dengan pada
gingiva. Dengan penjelasan yang diberikan diharapakan pasien dapat
mengevaluasi sendiri.
Pasien diinformasikan bahwa perawatan periodik dan debridement yang
dilakukan oleh dokter gigi adalah hal yang dilakukan untuk mencegah
rekurrensi dari penyakit periodontal dan untuk mengidentifikasi adanya
kelainan yang lain. Prosedur ini dapat berjalan dengan baik apabila
dikombinasi dengan kekooperativan pasien dalam meningkatkan dan menjaga
oral hygiene.

3. Instruksi
Dengan instruksi tentang bagaimana cara menyikat gigi yang efektif,
diharapkan nantinya angka kejadian terbentuknya plak yang menyebabkan
gingivitis dapat berkurang. Pada pemberian instruksi ini dijelaskan cara
pembersihan gigi yang meliputi cara, alat, dan waktu. Instruksi untuk menjaga
oral hygiene ini dapat dilakukan dengan cara pembersihan gigi secara mekanis
dan obat kumur.
Pada instruksi kunjungan pertama pasien diberitahu cara penggunaan sikat
gigi, dental floss, dan disclosing agent. Pada kunjungan berikutnya dilakukan
evaluasi dari instruksi yang dilakukan sebelumnya. Ciri klinis penyakit
periodontal harus diberitahukan kepada pasien, seperti adanya stain yang
timbul dipermukaan gigi akibat plak, perdarahan.

Definisi DHE

11
 DHE atau Dental Health Education merupakan suatu program terarah atau
kegiatan belajar mengajar bersifat persuasif dan sugestif yang dilakukan
untuk mendapatkan keadaan rongga mulut yang sehat. Dalam program ini
meliputi motivasi, penyuluhan dan praktik secara langsung. Proses
pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut agar
mereka dapat menjaga kesehatan gigi dan mulutnya sehingga tercapailah
derajat kesehatan gigi dan mulut yang setinggi-tingginya.

Tujuan dilakukannya Dental Health Education adalah :

1. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut.


2. Mengubah sikap dan tingkah laku individu / kelompok orang kearah upaya
hidup yang lebih sehat.
3. Menambah pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
4. Menjabarkan akibatnya jika lalai dalam menjaga kesehatan dan kebersihan
rongga mulut.
5. Mengingarkan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan
gigi dan mulut.
6. Meminimalisir prevalensi terjadinya penyakit gigi dan mulut serta
gangguan lainnya pada gigi dan mulut.

DHE yang diberikan kepada pasien adalah cara mengontrol plak.


Pengunyahan makanan dalam bentuk kasar dan banyak tidak dapat mencegah
pembentukan plak. Oleh karena itu pencegahan dan pengontrolan terhadap
pembentukan plak gigi harus didasarkan atas usaha pemeliharaan hygiene oral
secara aktif. Keberadaan karbohidrat menjadi sumber bakteri menghasilkan
Polisakarida Ekstra Selular (PES). Bersama dengan protein saliva dan aktivitas
bakteri dapat terbentu plak gigi. Polisakarida Ekstra Selular (PES) menjadi bahan
perekat pada matriks plak. Dari dasar pemikiran tersebut usaha yang dapat
dilakukan adalah mencegah dan mengontrol pembentkan plak yang meliputi :

a. Mengatur pola makanan


Dengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat
terutama sukrosa. Berdasarkan bukti-bukti ilmiah bahwa karbohidrat merupakan

12
bahan utama dalam pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energi
untuk bakteri dalam membentuk plak.
b. Tindakan secara kimiawi
Tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dapat dengan menggunakan obat
kumur sebanyak 10 ml 2dd 1. Seperti penggunaan obat kumur yang mengandung
klorhexidin dapat membunuh bakteri gram posittif maupun negatif dan
merupakan zat antijamur.
c. Tindakan secara mekanis (Fisioterapi Oral)
Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara
luas untuk membersihkan gigi dan mulut. Di pasaran dapat ditemukan beberapa
macam sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan
bentuk.
Adanya variasi pada sikat gigi tergantung pada variasi waktu menyikat, variasi
gerakan menyikat, variasi tekanan saat menyikat, serta bentuk dan jumlah gigi.
Metode menyikat gigi yang umum digunakan antara lain :

1. Metode horizontal
Metode horizontal dilakukan dengan cara semua permukaan gigi
disikat dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Permukaan bukal dan lingual
disikat dengan gerakan ke depan dan ke belakang. Metode horizontal
terbukti merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomis permukaan
oklusal. Metode ini lebih dapat masuk ke sulkus interdental dibanding
dengan metode lain. Metode ini cukup sederhana sehingga dapat
membersihkan plak yang terdapat di sekitar sulkus interdental dan
sekitarnya.

2. Metode roll
Metode roll adalah cara menyikat gigi dengan ujung bulu sikat
diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi sehingga sebagian bulu
sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga
kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan melalui permukaan
gigi. Yang perlu diperhatikan pada penyikatan ini adalah sikat harus
digunakan seperti sapu, bukan seperti sikat untuk menggosok. Metode roll
mengutamakan gerakan memutar pada permukaan interproksimal tetapi

13
bagian sulkus tidak terbersihkan secara sempurna. Metode roll merupakan
metode yang danggap dapat membersihkan plak dengan baik dan dapat
menjaga kesehatan gusi dengan baik, teknik ini dapat diterapkan pada anak
umur 6-12 tahun.
3. Metode vertical
Metode vertical dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi,
kedua rahang tertutup lalu gigi disikat dengan gerakan keatas dan
kebawah. Untuk permukaan gigi belakang gerakan dilakukan dengan
keadaan mulut terbuka. Metode ini sederhana dan dapat membersihkan
plak, tetapi tidak dapat menjangkau semua bagian gigi seperti metode
horizontal dengan sempurna sehingga apabila penyikatan tidak benar maka
pembersihan plak tidak maksimal.
4. Metode Fone
Teknik menyikat gigi dibagi menjadi teknik mayor dan minor.
Teknik mayor adalah teknik yang digunakan kebanyakan orang, sedangkan
teknik minor adalah teknik yang jarang dan hanya digunakan pada pasien
tertentu. Fone’s method merupakan salah satu teknik minor dalam
menyikat gigi yang lazim digunakan pada anak dan pasien disabilitas
dengan gerakan sirkuler yang dinilai efektif, sederhana dan tidak
menyebabkan abrasi geligi dan iritasi gingiva, sehingga sesuai dengan
kondisi rongga mulut penggunanya.

Struktur Sikat Gigi

A. Kepala Sikat
Kepala sikat gigi merupakan bagian dari sikat gigi yang berfungsi
sebagai tempat melekatnya bulu sikat gigi. Bentuk kepala sikat gigi yang
baik adalah yang berbentuk oval, karena bentuk kepala sikat gigi yang
membulat atau lonjong di bagian sudutnya akan memberikan kenyamanan
dan kemudahan untuk menjangkau gigi bagian belakang.
B. Bulu Sikat Gigi
Pembagian jenis sikat gigi jika ditinjau dari derajat kekakuan bulu
sikat dibagi menjadi bulu sikat gigi lembut (soft), bulu sikat gigi sedang
(medium), dan bulu sikat gigi keras (hard). Derajat kekakuan bulu sikat

14
ditentukan oleh diameter dan panjang bulu sikat, semakin tebal dan
pendek bulu sikat maka derajat kekakuan bulu sikat akan semakin
meningkat sehingga disebut dengan sikat keras (hard), sebaliknya semakin
tipis dan panjang bulu sikat maka derajat kekakuan bulu sikat akan
semakin menurun, atau dengan kata lain memiliki sifat lembut dan
fleksibel sehingga disebut dengan sikat lembut (soft. Pada umumnya bulu
sikat gigi lembut (soft) diameternya berkisar pada 0,07 inchi (0,2 mm)
sedangkan pada bulu sikat gigi sedang (medium) diameternya berkisar
pada 0,012 inchi (0,3 mm) dan pada bulu sikat gigi keras (hard)
diameternya berkisar pada 0,014 inchi (0,4 mm).
Variasi derajat kekakuan bulu sikat gigi memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, kelebihan dari bulu sikat gigi lembut
(soft) adalah diameternya yang kecil dan fleksibilitasnya tinggi sehingga
dapat menjangkau sela-sela antar gigi (daerah inteproksimal), sulkus
gingiva serta daerah lekukan pada gigi. Kelebihan lain dari bulu sikat gigi
lembut (soft) tidak menimbulkan resesi gingiva (peradangan pada gusi),
tetapi bulu sikat gigi lembut (soft) kurang maksimal dalam mengikis
timbunan plak pada permukaan gigi yang teksturnya keras. Bulu sikat gigi
keras (hard) memiliki efektifitas yang tinggi dalam mengikis plak pada
permukaan gigi, tetapi sering mengakibatkan peradangan pada gingiva.
C. Leher Sikat
Leher sikat gigi merupakan bagian dari sikat gigi yang
menghubungkan kepala dengan tangkai sikat gigi. Bentuk dan ukuran
leher sikat gigi bervariasi. Leher sikat gigi yang tidak membentuk sudut
terhadap tangkai dan kepala sikat gigi, dan dewasa ini terdapat sikat gigi
dengan angulasi ganda pada lehernya, desain ini dimaksudkan untuk
mempermudah akses dan meningkatkan kenyamanan dalam menggunakan
sikat gigi, sehingga lebih efektif mengurangi plak khususnya pada daerah
bukal dan lingual gigi posterior.

D. Tangkai Sikat
Tangkai sikat gigi merupakan bagian dari sikat gigi yang berfungsi
sebagai pegangan pada sikat gigi, tangkai sikat gigi memungkinkan kita

15
untuk menggenggam dan mengendalikan sikat gigi serta menjangkau
daerah yang sulit pada rongga mulut. Pertimbangan utama dalam memilih
tangkai sikat gigi adalah lebih mudah dipegang dan genggaman lebih
nyaman terkendali. Jenis tangkai sikat gigi yang paling banyak beredar di
pasaran adalah tangkai sikat gigi yang berbentuk lurus, sedangkan tangkai
sikat gigi yang bersudut lebih efektif membersihkan daerah yang sulit
dijangkau oleh bulu sikat karena bentuknya didesain mengikuti lengkung
rahang. Pada sikat gigi anak, tangkai sikat dibuat agak panjang (minimal
14 cm) agar orang tua atau perawat dapat menggenggam dengan baik pada
saat membantu anak-anak menyikat gigi.

LO 4 DASAR PEMIKIRAN DAN PROSEDUR SCALLING

Scalling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak,


kalkulus dan stain pada permukaan mahkota dan akar gigi. Bertujuan
meningkatkan kesehatan gingiva dengan mengambil elemen penyebab inflamasi
gingiva yaitu plak, kalkulus, endotoksin dari permukaan gigi. Batas letak pllak
dan kalkulus dapat diketahui yaitu dengan menggunakan sonde yang ujungnya
tumpul. Plak dan kalkulus bisa dirasakan yaitu dengan terasanya rasa kasar pada
daerah pemukaan gigi ataupun di subgingival dengan menggunakan alat sonde.

Alat-alat Scalling:

1. Sickle
Terdapat 2 jenis: Shank lurus (anterior) shank bengkok (posterior maupun
anterior) dan Cara penggunaanya dengan memegang scaler dengan modified pen
grasp, dengan bertumpu relatif dekat daerah kerja. Menggerakan dengan tarikan
(pull stroke) dalam arah vertikal atau miring).
Permukaan sickle scaler adalah datar dengan dua cutting edge yang
menyatu membentuk ujung yang runcing. Penampang melintangnya berbentuk
segitiga dan sisi pemotong pada kedua sisi. Karena desainnya, alat ini hanya
digunakan untuk penyingkiran kalkulus supragingival. Apabila digunakan
untuk instrumentasi subgingival akan mencederai jaringan gingiva. Banyak sekali
jenis sickle scaler.

16
Ada scaler yang khusus untuk regio anterior dan ada yang khusus untuk
regio posterior. Masing-masing jenis scaler ada yang lurus dan ada yang
melengkung lehernya. Pada scaler sabit untuk region anterior, baik yang lurus
maupun yang melengkung, mata pisau, leher dan gagangnya berada dalam satu
bidang. Sebaliknya mata pisau, leher dan gagang untuk regio posterior tidak
berada dalam satu bidang, karena tangkainya membengkok agar mudah
diadaptasikan pada gigi posterior.

2. Kuret
Kuret merupakan scaler halus untuk scalling dan root planing.
Permukaannya yang lebih halus dibandingkan dengan sickle dan tidak banyak
memiliki permukaan yang tajam sehingga scaler dapat diadaptasikan dan
dimasukkan ke dalam poket dengan trauma jaringan yang sangat minimal. Oleh
karena itu, kuret banyak digunakan untuk penyingkiran kalkulus subgingiva dan
root planing.
Kuret secara keseluruhan ada 2 yakni kuret universal dan kuret gracey.
Kuret universal merupakan kuret yang dapat digunakan diseluruh rongga mulut.
Dengan muka dari blade didesain dengan sudut 80 0 – 900 serta memiliki 2 cutting
edge. Sedangkan untuk kuret gracey merupakan kuret untuk daerah spesifik.kuret
gracey ini memilki muka blade dengan sudut 600 – 700 dan hanya memiliki 1
cutting edge. Sudut untuk muka blade ini tidaka lebih dari 90 0 dan tidak kurang
dari 450 karena sudut angulasi untuk alat sclaer antara 45 0 – 900 (Lihat Gambar a
dan b)

17
Gambar a Kuret Universal Gambar b. Kuret Gracey
3. Hoe
Hoe digunakan untuk meratakan dan menghaluskann permukaan akar gigi
serta menghilangkan sisa kalkulus dan sementum yang rusak. Bladenya bengkok
membentuk sudut 990 – 1000. Cutting edge dibentuk oleh pertemuan adanya
permukaan ujung yang datar dengan aspek dalam dari blade.

4. Scaler Ultrasonic
Instrumen ultrasonik dapat digunakan untuk scalling, kuretase dan
menghilangkan stain. Mekanisme kerjanya berasal dari fibrasi (getaran fisikal)
dari alat tersebut. Frekuensi getarannya berkisar antara 20.000 sampai jutaan
getaran perdetik. Untuk instrumentasi periodontal, getaran instrumennya dapat
mencapai 29.000 getaran/detik.
Alat ultrasonik efektif untuk menghilangkan kalkulus dan membersihkan
dinding epitel poket. Alat ini menimbulkan sedikit jaringan nekrotik yang
kemudian akan terkelupas dari dinding epitel poket. Alat ini menyebabkan
permukaan akar menjadi kasar dan menghilangkan substansi gigi lebih banyak.
Volume dan banyaknya struktur gigi yang hilang dapat dikurangi dengan menyetel
instrumen sehingga kekuatannya lebih rendah dan menggunakannya dengan
sentuhan yang ringan.

18
5. Alat Polishing
a. Rubber cusp
Rubber cusp digunakan di handpiece dengan spesial profilaxis angle yang
setelah digunakan harus disterilisasi. Penggunaan rubber cusp dengan bahan
abrasive memungkinkan untuk menghilangkan lapisan sementum yang tipis
di area servikal gigi.
b. Bristle Brushes
Benda ini ada yang berbentuk wheel dan cup, karena bahannya yang kaku
maka hanya digunakan untuk membersihkan mahkota dan dihindarkan untuk
polish sementum dan gingiva karena dapat menimbulkan injuri.
c. Air Powder polishing
Alat ini efektif untuk menghilangkan stain dan deposit yang halus.

Prosedur Scalling
1. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan tindakan
scalling.
2. Pengaturan posisi kerja.
3. Dilakukan pengecekan kedalaman pocket menggunakan probe periodontal dan
juga mengecek perbatasan kalkulus pada gigi.
4. Lalu dilakukan scalling bisa menggunakan scaler manual ataupun ultrsonik
tergantung kebutuhan.
5. Dilakukan polishing menggunakan alat polishing.

Teknik scalling.
1. Teknik scalling kalkulus supragingiva
Kalkulus supragingiva tidak sekeras kalkulus subgingiva. Keuntungan lain
adalah pada kalkulus subgingiva tidak dibatasi oleh jaringan yang
mengelilinginya. Hal ini merupakan kemudahan dalam aplikasi dan penggunaan
alat. Sickle lebih umum digunakan untuk scalling supragingiva, sedangkan hoe
dan chisel lebih jarang digunakan.

19
Tata cara scalling supragingiva diawali dengan penempatan alat pada
apikal dari kalkulus supragingiva, membentuk sudut 450 - 900 terhadap area
permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam
jarak pendek arah vertikal (koronal), horisontal maupun oblique mendorong
maupun mengungkit kalkulus sampai terlepas dari gigi. Scalling dilakukan
sampai permukaan gigi terbebas dari kalkulus baik secara visual maupun perabaan
dengan bantuan alat (misalnya: sonde).
Scalling dikatakan bersih jika tidak ada kalkulus pada permukaan gigi dan
permukaan gigi tidak ada yang kasar. Alat dengan ujung yang tajam (sickle)
hendaknya digunakan secara hati-hati karena lebih mudah melukai jaringan lunak
di bawahnya.
2. Teknik scalling dan root planing kalkulus subgingiva
Scalling subgingiva jauh lebih kompleks dan rumit dibandingkan scalling
supragingiva. Kalkulus subgingiva umumnya lebih keras daripada supragingiva,
selain itu kalkulus subgingiva kadang melekat pada permukaan akar yang sulit
dijangkau (misalnya daerah bifurkasi). Jaringan lunak yang membatasi kalkulus
subgingiva juga merupakan masalah, karena pandangan operator menjadi
terhalang, terutama jika saat tindakan scalling, darah yang keluar cukup banyak
maka pandangan menjadi semakin tidak jelas. Oleh karena itu operator dituntut
menggunakan kepekaan perasaan dengan bantuan scaler untuk mengetahui
keberadaan dan posisi kalkulus subgingiva.
Pada scalling subgingiva, arah dan keleluasaan menjadi sangat terbatas
dengan adanya dinding poket yang mengelilinginya. Oleh karena itu untuk
mencegah trauma dan kerusakan jaringan yang lebih besar, maka alat scaler harus
diaplikasikan dan digunakan secara hati-hati serta yang lebih penting lagi adalah
pemilihan alat dengan penampang yang tipis agar mudah masuk ke dalam
subgingiva. Selain itu operator dituntut untuk menguasai morfologi gigi per gigi
dengan berbagai kemungkinan variasinya. Hal ini penting untuk membedakan
antara adanya kalkulus atau karena adanya bentukan yang variatif dari permukaan
akar.
Daerah lain yang sulit dijangkau adalah kalkulus di bawah titik kontak
antara 2 gigi, yaitu daerah batas sementum dan enamel (cemento-enamel
junction / CEJ) karena pada daerah ini terdapat cekungan yang lebih dalam

20
dibanding CEJ pada permukaan fasial maupun lingual/palatal. Kalkulus pada
daerah ini umumnya melekat erat pada cekungan, sehingga diperlukan berbagai
variasi gerakan scaler secara vertikal, oblique maupun horisontal agar kalkulus
dapat terlepas.
Tata cara scalling kalkulus subgingiva mirip dengan scalling kalkulus
supragingiva, hanya ada batasan-batasan tertentu seperti yang tersebut di atas.
Scalling subgingiva diawali dengan penempatan scaler sedapat mungkin pada
apikal dari kalkulus subgingiva, membentuk sudut 450 - 900 terhadap area
permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam
jarak pendek arah vertikal (koronal), maupun oblique mengungkit dan menarik
kalkulus terlepas dari gigi.
3. Scalling dengan ultrasonic scaler
Scalling dengan alat ultrasonic scaler lebih mudah untuk menghilangkan kalkulus
pada permukaan gigi dibanding scalling dengan alat manual. Alat ini mempunyai
ujung (tip) yang dapat ergetar sehingga dapat melepaskan kalkulus dari
permukaan gigi. Alat ini dapat mengeluarkan air sehingga daerah perawatan
menjadi lebih bersih karena permukaan gigi langsung dicuci dengan air yang
keluar dari alat ini.
Gerakan alat sama dengan gerakan dengan scaler manual tetapi tidak boleh
ada gerakan mengungkit. Ujung scaler hanya digunakkan untuk memecah
kalkulus yang besar dengan cara ditempelkan pada permukaan kalkulus dengan
tekanan ringan sampai kalkulus terlepas. Selanjutnya untuk menghaluskan
permukaan gigi dari sisa kalkulus, maka tepi blade ultrasonic scalerditempelkan
pada permukaan gigi kemudian digerakkan dalam arah lateral (vertikal, horisontal
dan oblique) ke seluruh permukaan sampai diperkirakan halus. Kepekaan alat ini
untuk mendeteksi sisa kalkulus tidak sebagus manual scaler, sehingga umumnya
setelah dilakukan scalling dengan ultrasonic, maka tetap disarankan scalling dan
root planing dengan manual scaler. Perlu ketrampilan khusus dalam
penggunaanya, karena alat ini dijalankan dengan mesin yang kadang sulit kita
kontrol gerakannya.

LO 5. DASAR PEMIKIRAN, DAN PROSEDUR ROOT PLANING

21
Root planing adalah teknik untuk membersihkan sementum nekrosis dan
kalkulus serta menghaluskan permukaan akar ( J.D. Manson,1993). Root planing
adalah teknik untuk menghilangkan sementum atau dentin permukaan yang
berubah karena adanya penyakit. Istilah lain dari root planing adalah
‘detoksifikasi akar’, yang lebih menggambarkan perawatan yang dimaksud karena
istilah root planing sering disalah artikan. Detoksifikasi akar adalah prosedur
untuk membuat permukaan akar yang berpenyakit menjadi bebas plak sehingga
sementum dan permukaan dentin bebas dari toksin atau mikroorganisme.

Dasar pemikiran
Dasar pemikiran perawatan scalling dan rootplaning adalah
menghilangkan etiologi utama penyakit periodontal yang berupa bakteri plak dan
mengehentikan proses perjalanan penyakit.

A. Indikasi dan KontraIndikasi


 Indikasi
1. Preventiv Periodontic
Tindak preventif ini berhubungan dengan control bakteri yang merupakan
etiologi utama dari penyakit periodontal, sehingga dengan adanya scalling dan
rootplaning ini mampu menghilangkan etiologi dari penyakit periodontal sebelum
terjadinya penyakit periodontal tersebut serta mampu mencegah perjalanan
penyakit ke arah yang lebih parah jika telah terjadi keradangan.

2. Terjadi keradangan berupa gingivitis dan periodontitis

Inflamasi yang terjadi di gingival memiliki etiologi utama yakni bakteri plak.
Dengan prosedut scalling dan rootplaning dapat mengurangi bahkan
mengeliminasi keradangan tersebut. Selain itu Scalling dan rootplaning dapat
mengirangi terjadinya edema dan haemorage (Gerald J. Tussing,1982).

3. Mempertahankan kesehatan jaringan periodontal


Dengan mengeliminasi factor – factor etiologi utama dari penyakit
periodontal maka diharapakan kesehatan jaringan periodontal dapat tetap terjaga.

 Kontra Indikasi Scalling dan Rootplaning

22
 Scalling dan rootplaning tidak diindikasikan untuk pasien Hemophili
(Genco,Robert.J, dkk,1990).
 Pasien yang mengalami penyakit atau kondisi keradangan dan adanya abses.
 Kalkulus yang meluas hingga ke apical dan mucogingival junction.

B. Alat untuk root planning

Kuret adalah alat berbentuk seperti sendok dan digunakan untuk


mengambil kalkulus yang berada didaerah subgingiva atau dibawahnya, serta
membuang sementum yang tercemar toksin dan nekrosis pada permukaan
subgingival dari akar gigi. Selain itu, desain kuret juga memungkinkan kuret
untuk beradaptasi pada bagian subgingiva dengan lebih sedikit kemungkinan
untuk merusak jaringan atau terambilnya permukaan akar dibandingkan dengan
instrumen lainnya.

Gambar Permukaan Mata Pisau Kuret

Umumnya kuret lebih kecil dan lebih tipis dari alat scalling dan root
planning lainnya sehingga memungkinkan untuk tes tactile. Ukurannya yang kecil
dan tepinya yang membulat membuat kuret lebih mudah dimasukkan ke dalam
jaringan fibrotic dan poket yang dalam dan sempit. Sisi pemotong yang cembung
beradaptasi lebih baik pada permukaan cembung gigi daripada sisi pemotong yang
lurus pada sickle, hoe dan file. Selain itu, toe yang membulat memberikan
keamanan selama prosedur. Sickle, hoe dan file memiliki kekurangan dalam hal
mengakses sudut dan titik yang tajam karena dapat merusak jaringan lunak.

23
Gambar Posisi Toe di Dalam Sulkus Gingiva

Gambar Angulasi sisi potong skaler. A: 0 derajat, angulasi yang benar untuk
memasukkan sisi potong, B: 45 sampai 90 derajat, angulasi yang tepat untuk
skeling dan root planning. C: Angulasi kurang dari 45 derajat, angulasi kurang
tepat untuk skeling dan root planning. D: Angulasi lebih dari 90 derajat, tidak
tepat untuk skelling dan root planning, tepat untuk kuretase gusi.

Pada saat membersihkan kalkulus, setiap sisi pemotong tidak dapat


digunakan bersamaan pada permukaan gigi karena toe dan sisi pemotong lainnya
akan berfungsi membantu beradaptasi selama root planning guna mencegah luka
pada jaringan lunak.

24
Gambar Bagian-Bagian Blade Dan Toe

Gambar di atas menunjukkan bahwa blade memiliki dua sisi pemotong,


yang bila bertemu akan membentuk ujung yang membulat yang disebut toe. Sisi-
sisi pemotong ini dibentuk oleh pertemuan dari permukaan datar dan permukaan
lateral atau permukaan bengkok dari blade. Permukaan lateral meluas dari tiap-
tiap sisi pemotong dan bertemu untuk membentuk sisi cembung dari blade. Ketika
blade dimasukkan ke subgingiva, permukaan blade beradaptasi pada gigi agar
hanya sisi cembung dan permukaan lateral saja yang berkontak dengan jaringan.
Hal ini dapat meminimalisasikan terjadinya luka atau rasa tidak nyaman pada
pasien. Hal ini juga memungkinkan sisi pemotong yang sedang bekerja dapat
mencapai bagian terdalam poket tanpa merusak jaringan.

Kuret yang digunakan untuk prosedur root planning :

 Kuret Gracey
 Kuret Universal

Perbedaan antara kuret universal dengan kuret khusus/Gracey adalah:

 Kuret universal dapat digunakan pada semua daerah dan sisi/permukaan


sedangkan kuretkhusus hanya pada daerah dan sisi tertentu.
 Sisi pemotong pada kuret universal ganda, sedangkan pada kuret khusus
tunggal.

 Kuret universal melengkung ke arah atas saja, sedangkan kuret khusus


melengkung ke arah atas dan samping.

25
 Kuret universal melengkung ke arah atas saja, sedangkan kuret khusus
melengkung ke arah atas dan samping.

 Permukaan mata pisau kuret universal tegak lurus (90o) terhadap leher
alat, sedangkan mata pisau kuret khusus membentuk sudut 70° terhadap
leher alat.

Gambar Perbedaan Permukaan Mata Pisau (Blade) pada Kuret Gracey dan Kuret
Universal

Kuret Gracey memiliki 14 ukuran yang digunakan spesifik untuk tiap gigi dan
permukaannya. Kuret nomor 1-4 digunakan untuk gigi anterior, kuret nomor 5-6
digunakan untuk gigi anterior dan premolar, kuret nomor 7-10 digunakan untuk
bagian fasial dan lingual gigi posterior, kuret nomor 11-12 digunakan untuk
bagian mesial gigi posterior, serta kuret nomor 13-14 digunakan untuk bagian
distal gigi posterior.

26
Gambar Kuret Gracey

C. Teknik Root Planning

Teknik root planning dapat dilakukan dengan kuret melalui cara berikut:

1. Kuret dipegang dengan menggunakan teknik modified pen grasp.


2. Dibutuhkan tumpuan yang tepat untuk kestabilan alat.

3. Blade diadaptasikan secara ringan pada permukaan gigi.

4. Blade dimasukkan dengan pelan ke dalam ephitelium junction.

5. Sudut kerja harus lebih dari 45 derajat dan kurang dari 90 derajat.

6. Exploratory strokes dilakukan hingga kalkulus atau kekasaran pada


permukaan ditemukan.

7. Jika kalkulus telah ditemukan, dilakukan scalling strokes dengan tekanan


lateral yang kuat, pendek, terkontrol dan berulang hingga semua kalkulus
terangkat.

27
8. Jika bekerja pada permukaan akar, root planning strokes dengan tekanan
lateral yang kuat dan dilanjutkan dengan strokes yang panjang, berulang
dan mengikis hingga permukaan akar halus dan keras.

9. Lalu kita lakukan pengecekan dengan menjalankan eksplorer atau sonde


ke semua permukaan gigi dan akar gigi.

10. Poles permukaan gigi dengan menggunakan rubber cups dan pasta poles.

Scalling subgingiva dan root planing dilakukan baik dengan kuret


universal maupun dengan kuret gracey. Cutting edge diadaptasikan dengan ringan
pada gigi dimana shank (tangkai instrumen) bagian bawah dibuat sejajar dengan
permukaan gigi. Shank bagian bawah digerakkan menghadap kegigi sehingga
dengan demikian bagian depan dari blade berada dekat dengan permukaan gigi.
Blade (mata pisau instrumen) kemudian diinsersikan di bawah gingival sampai
dasar poket dengan gerakan eksplorasi ringan. Bila cutting edge telah mencapai
dasar poket, angulasi 45° dan 90° harus dipertahankan.

Pada tahap pertama prosedur root planning didahului dengan eksplorasi


atau pencarian jejak kalkulus di permukaan gigi dan akar. Eksplorasi strokes
dilakukan dengan menggunakan eksplorer (sonde) ke area permukaan gigi dan
akar hingga dapat dirasakan kekasaran permukaan. Eksplorasi dilakukan dengan
cara pemegangan alat yang ringan namun stabil. Ini memberikan sensitivitas
perabaan yang maksimal untuk mendeteksi kalkulus subgingival dan kekasaran
permukaan lainnya.

Bantalan dari ibu jari dan jari-jari lain, terutama jari tengah, harus bisa
merasakan sedikit getaran melalui gagang instrumen sebagai kekasaran dari
permukaan gigi yangditemui. Setelah posisi istirahat jari stabil, ujung dari
instrumen dimasukkan secara subgingival hingga kedasar dari pocket. Eksplorasi
ringan dilakukan secara vertikal pada permukaan akar. Ketika kalkukus
ditemukan, ujung dari instrumen harus dimajukan ke arah apikal, ini dilakukan
untuk menemukan batas akhir dari kalkulus yang melekat pada permukaan akar.

28
Biasanya jarak dari apikal kalkulus terhadap bagian bawah poket berkisar antara
0,2 hingga 1 mm.

Tahap selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan dan perabaan posisi


kalkulus, lakukan prosedur penghilangan kalkulus dengan skalling strokes dengan
tekanan lateral yang kuat, pendek, terkontrol dan berulang hingga semua kalkulus
terangkat. Ketika stroke digunakan untuk menghilangkan kalkulus, kekuatan bisa
dimaksimalkan dengan memusatkan tekanan lateral ke sepertiga bagian bawah
mata pisau.

Di bagian ini, beberapa milimeter dari terminal pisau, diposisikan sedikit


apikal ke tepi lateral kalkulus, dan stroke vertikal atau miring digunakan untuk
membagi kalkulus dari permukaan gigi. Tanpa menarik instrumen dari saku, blade
maju ke lateral untuk mengenai bagian berikutnya dari kalkulus yang tersisa.
Stroke vertikal atau miring lainnya dibuat, sedikit tumpang tindih dengan stroke
sebelumnya. Jika bekerja pada permukaan akar, root planning strokes dengan
tekanan lateral yang kuat dan dilanjutkan dengan strokes yang panjang, berulang
dan mengikis hingga permukaan akar halus dan keras. Tekanan lebih ke lateral
diperlukan untuk menghilangkan seluruh kalkulus di satu stroke. Proses ini
diulang sampai kalkulus hilang.

Meskipun beberapa dokter mungkin bisa menghilangkan seluruh kalkulus.


Dalam hal ini kekuatan yang lebih tepat diperlukan untuk mengurangi jaringan
trauma. Sebuah stroke tunggal biasanya tidak cukup untuk menghapus kalkulus
seluruhnya. Stroke dibuat dengan ujung yang cenderung mengambil deposit
kalkulus di bagian bawah lapis demi lapis. Setelah prosedur root planing selesai,
lakukan pengecekan dengan melakukan strokes di sekitar line angle, sisi-sisi yang
cembung dan sisi-sisi yang cekung, sehingga dirasakan permukaan akar yang
halus, keras dan bersih dari sisa-sisa kalkulus.

Teknik root planing dan scalling subgingiva jauh lebih kompleks dan sulit
dilakukan dibanding scalling supragingival karena beberapa alasan berikut:

29
 Kalkulus subgingiva berkonsistensi lebih keras dibanding kalkulus
supragingiva.
 Kalkulus serta deposit lainnya terperangkap di bagian lebih dalam dan
sulit terjangkau, apalagi pada akar gigi dengan morfologi yang irreguler.

 Dinding poket yang terbatas, namun kalkulus yang lebih dalam masih ada.

 Lapang pandang operator minimal akibat perdarahan saat instrumentasi.

Oleh karena kesulitan-kesulitan tersebut, maka operator harus


memperhatikan instrumentasi yang tepat, baik pemilihan alat, posisi dan cara
memegang instrumen, serta keterampilan operator. Sickle, hoe, file dan alat
ultrasonik digunakan untuk scalling supragingiva tapi tidak dianjurkan untuk root
planing. Meskipun beberapa jenis file dapat menghancurkan deposit yang keras
tetapi file, hoe, dan alat ultrasonik yang besar sulit diinsersikan ke dalam poket
yang dalam. Hoe dan file tidak bisa digunakan untuk mendapatkan permukaan
yang halus seperti kuret, kuret sangat baik digunakan untuk menghilangkan
sementum nekrosis subgingiva.

Sebuah kesalahan umum instrumentasi pada permukaan proksimal adalah


kegagalan untuk mencapai wilayah midproximal apikal ke titik kontak gigi.
Daerah ini relatif tidak dapat diakses, dan membutuhkan tehnik keterampilan lebih
dari instrumentasi bukal atau permukaan lingual. Hal ini sangat penting untuk
memperluas stroke di seluruh permukaan proksimal sehingga tidak ada kalkulus
di daerah interproksimal. Dengan kuret yang baik, hal ini dapat dicapai dengan
menjaga tangkai bawah kuret tetap paralel dengan sumbu panjang gigi. Dengan
paralel tangkai yang lebih rendah dengan sumbu panjang gigi, pisau dari kuret
akan mencapai dasar soket dan melampaui garis tengah di permukaan proksimal.

30
Gambar Posisi shank pada saat pembersihan kalkulus di daerah proksimal ; A.
posisi yang benar, shank paralel dengan sumbu gigi, B. posisi yang salah, shank
dimiringkan dan jauh dari gigi, C. Posisi yang salah, shank miring dekat ke arah
gigi

Hubungan antara letak jari dan daerah kerja penting untuk dua alasan.
Pertama, sisa jari atau titik tumpu harus diposisikan untuk memungkinkan tangkai
yang lebih rendah dari instrumen yang akan paralel atau hampir sejajar dengan
permukaan gigi yang sedang dirawat. Paralelisme merupakan persyaratan
mendasar untuk optimalisasi sudut kerja. Kedua, sisa jari harus diposisikan untuk
memungkinkan operator menggunakan gerak pergelangan tangan (lengan). Pada
rahang atas posterior, persyaratan ini dapat dipenuhi hanya dengan menggunakan
tumpuan ekstraoral atau sebaliknya. Ketika jari terletak intraoral digunakan di
daerah lain mulut, sisa jari harus cukup dekat dengan daerah kerja sebagai titik
tumpu dalam penggunaan instrumen.

Sebagai prosedur instrumentasi ke gigi selanjutnya, posisi tubuh operator


dan lokasi dari sisa jari harus sering disesuaikan atau diubah untuk
memungkinkan paralelisme dan gerak pergelangan tangan. Untuk cara lain yang
mungkin dan dapat diterima jika cara tersebut memberikan efisiensi yang sama
dan memberikan kenyamanan. Berikut salah satu contoh pendekatan yang dapat
digunakan:

31
Gambar Pendekatan Sekstan Posterior Kanan Maksila: Aspek Fasial (Bukal)
Sekstan posterior kanan maksila: aspek fasial (bukal). Posisi Operator : posisi
samping. Iluminasi : Langsung. Visibilitas: langsung (tidak langsung untuk
permukaandistal molar)

D. Evaluasi Tindakan Root Planning

Ketepatan prosedur root planning dievaluasi selama prosedur dilakukan


maupun sesudahnya setelah terjadi penyembuhan jaringan lunak. Perabaan harus
dilakukan segera setelah instrumentasi juga dengan cara visual dengan
pencahayaan yang optimal dengan bantuan kaca mulut setelah dibersihkan dengan
aliran air. Perabaan dilakukan dengan eksplorer (sonde). Permukaan gigi di bawah
gingival harus keras dan licin, karena jika dibersihkan secara menyeluruh,
sementum yang bersih akan menjadi tempat perlekatan serat-serat baru antara
sementum dan jaringan lunak yang berdekatan.

LO 6 EVALUASI DAN PASCA PERAWATAN FASE 1

Evaluasi terapi periodontal non bedah (fase I) menentukan tindakan ke


fase selanjutnya yaitu apabila setelah dilakukan terapi pada fase I namun penyakit
belum disembuhkan, maka fase selanjutnya yaitu terapi periodontal bedah (fase
II). Namun, apabila setelah dilakukan terapi fase I dan setelah dilakukan evaluasi
berhasil, maka fase selanjutnya yaitu fase pemeliharaan atau suportif. Fase

32
pemeliharaan sendiri bertujuan untuk memperkuat motivasi pasien sehingga oral
hygiene pasien dapat meningkat serta dapat tmencegah kekambuhan.Fase ini
memiliki perhatian yang tinggikarena relative mudah.
Waktu evaluasi penyembuhan jaringan periodontal tidak terjadi dengan
segera, dan pada sebagian besar kasus dimungkinkan untuk melakukan evaluasi
pada respon jaringan 1 bulan setelah terapi periodontal non bedah.Langkah-
langkah evaluasiantara lain :
1. Kontrol atau evaluasi pertama adalah melakukan pengecekan status kesehatan
secara umum.
2. Melakukan pemeriksaan terhadap jaringan periodontal.
1– 2 minggu setelah scalling dan rootplaning

 Edema mulai menghilang.


 Penyusutan pada gingival margin / pembengkakan berkurang.
 Kedalaman poket berkurang, tetapi kemungkinan masih terjadi sedikit
perdarahan ataupun tidak sama sekali dari dasar poket saat melakukan
probing.
 Kalkulus tidak tampak secara visual.
 Oral hygiene sangat bagus
2 – 3 minggu setelah scalling dan rootplaning
 Warna gingiva coral pink dan konsistensi gingival tampak normal .
 Tidak terjadi perdarahan dari dasar poket saat dilakukan probing.
 Kegoyangan gigi mulai berkurang.
 Jaringan ikat telah mengalami kematangan selama 21- 28 hari dan
akhirnya kontur gingiva tampak normal setelah 3 - bulan.
3. Melakukan perbandingan dari hasil pemeriksaan pasien sebelumnya dengan
hasil pemeriksaan evaluasi pasien.
4. Membuat keputusan yang berkaitan dengan langkah selanjutnya dalam terapi.
Langkah tersebut dapat berupa :
 Terapi non bedah tambahan yang diperlukan.
 Kebutuhan menjaga kesehatan periodontal / fase pemeliharaan.
 Kebutuhan terapi periodontal bedah
Evaluasi perawatan periodontal merupakan pemeriksaan dari tindakan yang telah
diberikan untuk mengetahui tindakan tersebut efektif atau tidak.Dasar pemikiran
dari tindakan ini adalah karena jaringan periodontal tidak dapat tersembuhkan
secara langsung, jadi tidak dapat diketahui respon perawatan secara langsung.

33
Jaringan yang sesungguhnya dapat sembuh kurang lebih 4 minggu setelah
tindakan sehingga perlu dijadwalkan untuk evaluasi (Nield, 2011).

Evaluasi setelah perawatan dilakukan 3-6 minggu dari terapi awal meliputi :

• Memperbarui rekam medis pasien (Nield, 2011; Mitchell, 2016).


• Pemeriksaan menyeluruh pada jaringan periodontal (kontrol plak, BOP,
kondisi gingiva) (Nield, 2011; Mitchell, 2016).
• Membandingkan kondisi pasien di awal perawatan dengan keadaan saat
evaluasi (Nield, 2011; Mitchell, 2016).
• Evaluasi ulang oral hygiene, pasien menjelaskan bagaiman cara untuk
menjaga kesehatan rongga mulutnya. Jika diperlukan, diberikan kembali
instruksi dalam menjaga kesehatan rongga mulutnya (Khalid dan Bassel,
2014).
• Menentukan keputusan apakah perawatan dilanjutkan fase bedah atau
tidak (Nield, 2011; Mitchell, 2016).

KESIMPULAN

Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan
gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks

34
interseluler dan akan terus terakumulasi bila tidak dibersihkan secara adekuat.
Plak yang terakumulasi dan termineralisasi akan membentuk suatu plak yang
dapat menyebabkan kelainan pada gingiva maupun jaringan periodontal. Seperti
pada scenario pasien mengalami gingivitis kronis akibat plak dan kalkulus,
didukung pula oleh keadaan gigi yang berjejal.

Maka dari itu perawatan yang tepat ialah memberikan Dental Health
Education agar pasien dapat memahami penyebab kelainan tersebut dan
termotivasi untuk menjaga kebersihan rongga mulut dengan baik, lalu untuk
menghilangkan plak dan kalkulus sipraginggiva harus dilakukan scalling, serta
membersihkan kalkulus subginggiva dilakukan root planing. Agar kesehatan
gingiva maupun jaringan periodontal membaik.

DAFTAR PUSTAKA

Caranza, Fermin A et all. 2002. Caranza’s Clinical Periodontology. 9th edition. St


Louis: Elseveir.

35
Chesnutt, Ivor G.,dkk . 2007. Churchill’s Pocketbooks : Clinical Dentistry 3th
Edition. Amerika Serikat : Elsevier.
Destiya Dewi Haryanti, Rosihan Adhani, Didit Aspriyanto, Ike Ratna Dewi. 2014.
Efektifitas Menyikat Gigi Metode Horizontal, Vertikal, dan Roll Terhadap
Penurunan Plak pada Anak usia 9-11 tahun. Banjarmasin : DENTINO
Jurnal Kedokteran Gigi, Vol 2. No 2 : 150-154.
Genco,Robert J. 1990. Contemporary Periodontics.Giny Doulgas : Judit Bange.
Habibie Aldiaman, Rosihan Adhani, dan Adenan. 2016. Efektifitas Menyikat Gigi
dengan Metode Fone Terhadap Indeks Kebersihan Rongga Mulut.
Banjarmasin : DENTINO Jurnal Kedokteran Gigi, Vol 2, No 2 : 119-123.
Krismariono, Agung. 2009. Prinsip-prinsip dasar scalling dan root planing
dalam perawatan periodontal. Periodontic Journal Vol 1, No. 1: 1-5.
Manson, J.D., Eley, B.M. 1993. Buku Ajar Periodonti. Jakarta: Hipokrates.
Mitchell, Laura., David A. Mitchell dan Lorna McCaul. 2016. Kedokteran Gigi
Klinik Semua Bidang Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Nield, Gehrig. 2011. ‘Foundations of Periodontics for the Dental Hygienist 3rd
ed’. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Srigupta, A. A. 2004. Panduan Singkat Perawatan Gigi & Mulut: Buku Ini
Membantu Anda Bagaimana Mengambil Langkah Bijak Merawat Gigi Dan
Kesehatan Mulut, Ed. ke-1. Jakarta : Prestasi Pustaka.

36

Anda mungkin juga menyukai