Kimia Bab1 Kelas XI
Kimia Bab1 Kelas XI
nr
BAB I
STRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK DAN IKATAN KIMIA
dengan :
c adalah cepat rambat cahaya ( 3 x 108 m/dtk )
adalah jarak antara 2 puncak berturutan atau jarak antara 2 lembah berturutan ( meter )
f adalah frekuensi atau jumlah gelombang tiap detik ( Hertz = Hz atau detik-1 )
Jenis-jenis radiasi elektromagnetik :
Panjang Gelombang
No Jenis Radiasi Frekuensi ( Hz )
( nm )
1 Sinar Gama 1020 10-3
2 Sinar X ( Rontgen ) 1018 10-1
3 Ultra Violet 1016 10
Cahaya Tampak
4 1014 < f < 1015 103 > > 102
(me-ji-ku-hi-bi-u)
5 Infra Merah 1014 1011 103 106
6 Gelombang Mikro 1010 107 107 1010
7 Gelombang Radio 106 - 102 1011 - 1015
1
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Natrium
Merkuri
Litium
Hidrogen
o Spektrum dari sinar matahari merupakan spektrum kontinu ( sinambung ) karena merupakan gabungan dari berbagai ( warna )
secara berkesinambungan.
o Spektrum garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang gelombang berbeda. Untuk gas hidrogen yang merupakan
atom yang paling sederhana, deret panjang gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu yang dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan matematis. Seorang guru matematika Swiss bernama Balmer menyatakan deret untuk gas hidrogen sebagai persamaan
berikut ini. Selanjutnya, deret ini disebut deret Balmer.
.
Dimana panjang gelombang dinyatakan dalam satuan nanometer (nm).
o Beberapa orang yang lain kemudian menemukan deret-deret yang lain selain deret Balmer sehingga dikenal adanya deret Lyman,
deret Paschen, Bracket, dan Pfund. Pola deret-deret ini ternyata serupa dan dapat dirangkum dalam satu persamaan. Persamaan ini
disebut deret spektrum hidrogen.
dengan n = 2, 3, 4, .
o Deret Balmer (m = 2) terletak pada daerah cahaya tampak
dengan n = 3, 4, 5 .
o Deret Paschen (m = 3) terletak pada daerah infra merah 1
dengan n = 4, 5, 6 .
o Deret Bracket (m = 4) terletak pada daerah infra merah 2
2
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
dengan n = 5, 6, 7, .
o Deret Pfund (m = 5) terletak pada daerah infra merah 3
dengan n = 6, 7, 8 .
o Dalam model atom Rutherford, elektron berputar mengelilingi inti atom dalam lintasan atau orbit. Elektron yang berputar dalam
lintasan seolah-olah bergerak melingkar sehingga mengalami percepatan dalam geraknya. Menurut teori elektromagnetik, elektron
yang mengalami percepatan akan memancarkan gelombang elektromagnetik secara kontinu. Ini berarti elektron lama kelamaan akan
kehabisan energi dan jatuh ke dalam tarikan inti atom. Ini berarti elektron tidak stabil. Di pihak lain elektron memancarkan energi
secara kontinu dalam spektrum kontinu. Ini bertentangan dengan kenyataan bahwa atom memancarkan spektrum garis.
o Ketidakstabilan elektron dan spektrum kontinu sebagai konsekuensi dari model atom Rutherford tidak sesuai dengan fakta bahwa
atom haruslah stabil dan memancarkan spektrum garis. Diperlukan penjelasan lain yang dapat menjelaskan kestabilan atom dan
spektrum garis atom hidrogen.
dengan :
E = energi radiasi ( joule = J )
h = tetapan Planck ( = 6,63 x 10-34 J.dtk )
3
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
c. Kuat arus fotolistrik juga akan meningkat, jika digunakan radiasi dengan frekuensi yang lebih besar meskipun intensitasnya
sama.
Contoh :
Sebatang logam mempunyai frekuensi ambang yaitu sinar hijau, artinya :
a. Logam tersebut hanya akan menghasilkan fotolistrik jika disinari dengan sinar hijau atau sinar lain yang frekuensinya lebih
besar.
b. Logam tersebut tidak akan menghasilkan fotolistrik jika disinari dengan sinar merah, jingga atau kuning ( = sinar yang
frekuensinya < frekuensi sinar hijau ), tidak terpengaruh oleh berapapun intensitas atau berapapun waktu penyinarannya.
c. Kuat arus akan meningkat, jika sinar hijau yang digunakan juga ditingkatkan.
d. Jika digunakan sinar dengan frekuensi > frekuensi sinar hijau, ( misalnya = sinar biru atau ungu ) dengan intensitas yang sama,
maka kuat arus fotolistrik akan meningkat.
untuk ditempati elektron memiliki momentum sudut yang merupakan kelipatan bulat dari nilai .
3) Perpindahan elektron dari 1 tingkat energi ke tingkat energi lainnya disertai dengan penyerapan atau pelepasan sejumlah
tertentu energi. Energi dalam bentuk foton cahaya akan dilepaskan jika elektron berpindah ke lintasan yang lebih dalam,
sedangkan energi dalam bentuk foton cahaya akan diserapkan supaya elektron berpindah ke lintasan yang lebih luar. Energi
yang dilepas atau diserap dalam paket sebesar hf sesuai dengan persamaan Planck ( E = h.f )
4
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
o Niels Bohr merumuskan tingkat-tingkat energi ( En ) dari atom hidrogen sebagai berikut :
13,6
En R H . 1 atau En eV
n2 n2
dengan :
RH = 2,18 x 10 -18 J
( E akhir E awal ).
o dirumuskan :
E = Ef - Ei
dengan :
Ei = tingkat energi awal
Ef = tingkat energi akhir
Keterangan :
Jika Ef > Ei yaitu perpindahan dari tingkat energi lebih rendah ke tingkat energi lebih tinggi, maka E akan bertanda positif
( = artinya energi diserap ).
Jika Ef < Ei maka E akan bertanda negatif ( = artinya energi dibebaskan / dipancarkan ).
Perpindahan elektron dari tingkat dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi disebut eksitasi.
Faktor-faktor penyebab terjadinya eksitasi misalnya :
a. Pengaruh suhu tinggi ( pemanasan )
b. Pengaruh medan listrik
c. Pengaruh radiasi ( foton )
5
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Keadaan tereksitasi merupakan keadaan yang tidak stabil dan bersifat sangat sementara. Elektron akan segera mengalami
relaksasi yaitu kembali ke tingkat energi yang lebih rendah dengan cara memancarkan energi sebesar E ( = berupa radiasi
elektromagnetik ).
dengan :
= panjang gelombang ( meter )
m = massa partikel ( kg )
v = kecepatan partikel ( 3 x 108 m/dtk )
Hipotesis ini terbukti kebenarannya ketika ditemukan bahwa elektron menunjukkan sifat difraksi seperti halnya sinar X.
Sifat gelombang dari elektron digunakan dalam mikroskop elektron.
Hipotesis ini sebenarnya berlaku untuk setiap benda yang bergerak namun lebih khusus berlaku untuk benda bergerak yang
massanya relatif kecil.
Jika diterapkan untuk benda-benda biasa ( seperti bola golf atau peluru = yang bermassa relatif besar ) maka persamaan de Broglie
akan menghasilkan panjang gelombang yang sangat kecil sehingga tidak teramati.
x x p h x 1
4 mv
dengan :
p = ketidakpastian momentum ( = m v )
x = ketidakpastian posisi
6
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Dipelopori oleh Schrodinger; mengajukan suatu persamaan gelombang yang memperhitungkan dualisme sifat elektron yaitu sebagai
partikel sekaligus sebagai gelombang.
Istilah mekanika kuantum merujuk kepada sifat elektron yang mempunyai energi tertentu, sedangkan mekanika gelombang merujuk
ke sifat elektron yang bergerak bagaikan gelombang.
Dalam teori mekanika kuantum, posisi elektron tidak dapat dipastikan, namun hanya dapat dinyatakan sebagai peluang menemukan
elektron pada setiap titik dalam ruang di sekitar inti atom.
Daerah dengan peluang terbesar menemukan elektron disebut orbital ( dipaparkan dengan pola titik-titik ).
Densitas / kerapatan titik-titik menyatakan besar-kecilnya peluang menemukan elektron.
Daerah dengan kerapatan titik-titik yang lebih tinggi menunjukkan peluang yang lebih besar untuk menemukan elektron, dan
sebaliknya.
Istilah lain untuk menyatakan peluang menemukan elektron adalah densitas elektron / awan elektron.
Bilangan Kuantum
o Orbit adalah lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari tertentu ( = digunakan dalam teori atom Niels Bohr ).
o Orbital adalah daerah 3 dimensi dengan peluang terbesar menemukan elektron ( = digunakan dalam teori atom mekanika kuantum ).
o Setiap orbital mempunyai ukuran, bentuk dan orientasi tertentu dalam ruangan yang dinyatakan dengan bilangan kuantum.
o Ada 4 jenis bilangan kuantum yaitu :
1) Bilangan Kuantum Utama ( n ).
Menyatakan ukuran dan tingkat energi orbital.
Nilai bilangan kuantum utama = 1, 2, 3 dst.
Semakin besar nilai n, semakin besar ukuran orbital dan semakin tinggi tingkat energinya.
Kelompok orbital dengan dengan harga n yang sama, akan membentuk kulit atom.
Harga n 1 2 3 dst
Lambang
K L M dst
Kulit
Harga n 1 2 3 4 dst
7
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Harga l 0 0, 1 0, 1, 2 0, 1, 2, 3 dst
Lambang
K L M N dst
Kulit
Bentuk orbital dinyatakan dengan lambang s, p, d, f ( didasarkan pada garis-garis spektrum yang tampak pada
spektroskop ).
Harga l 0 1 2 3
Lambang Orbital s p d f
Keterangan :
Sharp = berhubungan dengan garis spektrum yang paling terang.
Principal = berhubungan dengan garis spektrum yang terang ke-2.
Diffuse = berhubungan dengan garis kabur.
Fundamental = berhubungan dengan spektrum dari warna yang bersangkutan.
Dengan adanya bilangan kuantum azimut yang berbeda, memungkinkan untuk membagi setiap kulit menjadi subkulit
atau orbital .
Setiap subkulit dinyatakan dengan harga bilangan dari n dan huruf yang menyatakan l .
Catatan : sampai saat ini, konfigurasi elektron unsur dengan nomor atom tertinggi hanya sampai subkulit f.
Bentuk Orbital
9
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
2) Orbital p
Orbital ini berjumlah 3 buah yang terletak di subkulit p.
Ketiganya mempunyai tingkat energi yang sama, namun arah ruang / orientasinya berbeda ( meliputi = p x , p y dan p z ).
Setiap orbital berbentuk seperti balon terpilin yang digambarkan menggunakan koordinat Cartesius dengan sumbu x, y dan z.
Z Z
Z
Y Y Y
X X X
3) Orbital d
2 2 2
Orbital ini terletak di subkulit d dan terdiri dari 5 macam ( meliputi = d xy , d xz , d yz , d x y , d z )
Bentuk orbital ini dapat digambarkan sebagai 4 buah balon terpilin pada koordinat Cartesius.
Z Z
Z
Y Y Y
X X X
Z
Z
Y
Y X
X
Orbital dz2
Orbital dx2 - y2
10
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Keterangan :
Konfigurasi Elektron
Adalah suatu cara penulisan yang menunjukkan distribusi elektron dalam orbital-orbital pada kulit utama.
Penulisan konfigurasi elektron mengikuti beberapa aturan yaitu :
1) Aturan Aufbau .
Istilah Aufbau berasal dari bahasa Jerman yang artinya = membangun atau meningkat .
Aturan ini menyatakan bahwa : pengisian elektron ke dalam orbital selalu dimulai dari orbital yang mempunyai tingkat
energi rendah ke orbital yang mempunyai tingkat energi lebih tinggi.
Aturan ini dilakukan agar atom berada pada tingkat energi minimumnya sehingga dapat mencapai kondisi yang stabil.
Diagram tingkat energi menurut aturan Aufbau :
1s
2s 2p
3s 3p 3d
4s 4p 4d 4f
5s 5p 5d 5f
6s 6p 6d
7s 7p
Tinggi rendahnya tingkat energi suatu orbital ditentukan oleh jumlah dari ( n + l ) ( n = bilangan kuantum utama; l =
bilangan kuantum azimut ).
Semakin besar nilai ( n + l ), semakin tinggi tingkat energinya.
Jika harga ( n + l ) sama, maka orbital / subkulit yang harga n -nya lebih besar mempunyai tingkat energi lebih tinggi.
Contoh :
Urutan penulisan orbital 3p, 3d dan 4s
Orbital / Subkulit Harga n Harga Harga n +
11
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
l l
3p 3 1 4
3d 3 2 5
4s 4 0 4
Orbital 3p dan 4s mempunyai harga ( n + l ) yang sama, maka orbital yang mempunyai harga n lebih besar ( yaitu 4s )
akan mempunyai tingkat energi yang lebih tinggi. Jadi urutan penulisannya = 3p, 4s, 3d
2) Aturan Hund .
Jika terdapat orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama, maka elektron akan mengisi orbital sedemikian rupa sehingga
masing-masing orbital tersebut terisi oleh sebuah elektron dengan spin yang sama ( penuh ), baru kemudian berpasangan
( penuh ).
Contoh :
Konfigurasi elektron 8O = 1s2 2s2 2p4
o Jumlah maksimum elektron pada kulit ke-n : 2 n 2 ( n = nomor kulit / bilangan kuantum utama ).
o Berdasarkan asas larangan Pauli, maka setiap elektron dalam 1 atom mempunyai 1 set bilangan kuantum ( n, l , m, s )
yang spesifik.
o Ke-4 bilangan kuantum tersebut menentukan daerah dalam ruang tempat suatu elektron paling mungkin berada.
n = menunjukkan kulit atomnya.
l = menunjukkan subkulitnya.
m = menunjukkan orbitalnya.
s = menunjukkan spinnya.
12
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Fe2+ = [ Ar ] 3d6
Fe3+ = [ Ar ] 3d5
o Anion bermuatan y- terbentuk dari atom netralnya dengan menyerap y elektron. Elektron yang diserap itu mengisi orbital dengan
tingkat energi terendah yang belum penuh.
13
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
1) Golongan Unsur-Unsur.
o Terdapat 2 golongan dalam TPU yaitu golongan utama ( A ) dan golongan transisi ( B ).
o Penomoran golongan dilakukan berdasarkan elektron valensi yang dimiliki suatu unsur.
o Setiap unsur yang memiliki elektron valensi sama, akan menempati golongan yang sama.
o Berdasarkan letak elektron terakhir pada suatu orbital dalam konfigurasi elektron, unsur-unsur dalam TPU dibagi menjadi 4 blok
yaitu blok s, blok p, blok d dan blok f.
Blok s = terdiri dari golongan IA dan IIA.
Blok p = terdiri dari golongan IIIA sampai VIIIA
Blok d = terdiri dari golongan IIIB sampai IIB
14
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Tata cara penentuan nomor golongan untuk unsur-unsur blok f ( unsur transisi dalam ) :
a. Tuliskan konfigurasi elektronnya.
b. Jika elektron terakhir terletak pada orbital 4f, unsur tersebut termasuk golongan Lantanida.
c. Jika elektron terakhir terletak pada orbital 5f, unsur tersebut termasuk golongan Aktinida.
2) Periode Unsur-Unsur.
Cara menentukan nomor periode suatu unsur :
a. Tuliskan konfigurasi elektronnya.
b. Susun ulang konfigurasi elektron berdasarkan urutan kulit atom.
c. Nomor periode = nomor kulit terbesar.
d. Nomor periode juga dapat ditentukan dari nilai bilangan kuantum utama elektron terakhir pada atom tersebut atau nomor periode
= nilai n .
15
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Berdasarkan jumlah PEB dan PEI, maka bentuk dasar molekul dapat dikelompokkan menjadi :
1) Linear ( PEI + PEB = 2 )
16
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Berdasarkan bentuk dasar molekul tersebut, dapat diturunkan menjadi bentuk molekul lainnya bergantung pada komposisi jumlah
PEI dan PEB dengan rumus umum sebagai berikut :
A I Bm
dengan n:
A = atom pusat
n = jumlah PEI
m = jumlah PEB
Jumlah PEI Jumlah PEB Rumus Umum Bentuk Molekul Contoh
2 0 AI2B0 Linear BeCl2 ; HgCl2
1 AI2B1 Planar bentuk V SO2 ; O3
2 AI2B2 Bengkok H2O
3 AI2B3 Linear XeF2
3 0 AI3B0 Trigonal planar BF3
1 AI3B1 Piramida trigonal NH3
2 AI3B2 Planar bentuk T ClF3 ; BrF3
4 0 AI4B0 Tetrahedral CH4
1 AI4B1 Tetrahedron terdistorsi SF4
2 AI4B2 Segiempat planar XeF4
5 0 AI5B0 Bipiramida trigonal PCl5
1 AI5B1 Piramida segiempat BrF5 ; IF5
6 0 AI6B0 Oktahedral SF6
Keterangan :
1. Bentuk molekul linier.
Dalam bentuk ini, atom-atom tertata pada 1 garis lurus. Sudut ikatannya adalah 180 0.
2. Bentuk molekul segitiga datar / planar.
Atom-atom dalam molekul, berbentuk segitiga yang tertata dalam bidang datar, 3 atom berada pada titik sudut segitiga sama sisi dan
terdapat atom di pusat segitiga. Sudut ikatan antar atom yang mengelilingi atom pusat sebesar 120 0.
3. Bentuk molekul tetrahedron.
17
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Atom-atom berada dalam suatu ruang piramida segitiga dengan ke-4 bidang permukaan segitiga sama sisi. Sudut ikatannya 109,5 0.
4. Bentuk molekul trigonal bipiramida.
Atom pusat terdapat pada bidang sekutu dari 2 buah limas segitiga yang saling berhimpit, sedangkan ke-5 atom yang mengelilinginya
akan berada pada sudut-sudut limas segitiga yang dibentuk. Sudut ikatan masing-masing atom pada bidang segitiga = 120 0 sedangkan
sudut bidang datar dengan 2 ikatan yang vertikal = 90 0.
5. Bentuk molekul oktahedron.
Adalah suatu bentuk yang terjadi dari 2 buah limas alas segiempat, dengan bidang alasnya berhimpit, sehingga membentuk 8 bidang
segitiga. Atom pusatnya terletak pada pusat bidang segiempat dari 2 limas yang berhimpit. Sudut ikatannya = 90 0.
Nomor Bentuk Molekul Gambar Molekul
1 Linear
2 Planar bentuk V
3 Bengkok
4 Trigonal planar
5 Piramida trigonal
6 Planar bentuk T
7 Tetrahedral
8 Tetrahedron terdistorsi
9 Segiempat planar
10 Bipiramida trigonal
11 Piramida segiempat
12 Oktahedral
18
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
[ EV I ]
B
2
EV = jumlah elektron valensi atom pusat
B = jumlah PEB
I = jumlah PEI ( jumlah atom yang terikat pada atom pusat )
Dengan demikian, tipe molekul dapat ditentukan dengan urutan sebagai berikut :
a. Tentukan jumlah EV atom pusat.
b. Tentukan jumlah domain elektron ikatan atau PEI ( I ).
c. Tentukan jumlah domain elektron bebas atau PEB ( B ).
Contoh :
H2O
Jumlah EV atom pusat ( O ) = 6
Jumlah PEI ( I ) =2
( 6 2 )
Jumlah PEB ( B ) = 2
2
19
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
[ EV I' ]
B
2
EV = jumlah elektron valensi atom pusat
B = jumlah PEB
I = jumlah elektron yang digunakan atom pusat
Contoh :
POCl3
Jumlah EV atom pusat (P ) = 5
Jumlah PEI ( I ) = 4; tetapi jumlah elektron yang digunakan atom pusat = 3 x 1 ( untuk Cl ) + 1 x 2 ( untuk O ) = 5
( 55 )
Jumlah PEB ( B ) = 0
2
1s 2s 2p
Oleh karena tidak ada elektron yang tidak berpasangan, maka dalam keadaan dasar atom Be tidak dapat berikatan dengan atom-atom F.
Elektron pada orbital 2s akan mengalami promosi ke orbital 2p supaya dapat membentuk ikatan, sehingga menjadi :
1s 2s 2p
Atau bisa digambarkan :
promosi hibridisasi
1s 2s 2p 1s 2s 2p 1s sp 2p
Sekarang terdapat 2 elektron Be yang tidak berpasangan, yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen dengan 2 atom F.
Kedua orbital 2s dan 2p dari atom Be akan bergabung membentuk 2 orbital baru yang disebut orbital hibrida.
Kedua orbital hibrida ini mempunyai bentuk yang identik, tetapi memiliki arah yang berlawanan.
20
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Penulisan sp berasal dari penggabungan 1 orbital s dan 1 orbital p. Menurut teori Ikatan Valensi, molekul linier akan memiliki hibridisasi
sp.
1s 2s 2p
Agar dapat berikatan dengan 3 atom F, maka atom B harus menyediakan 3 orbital dengan cara hibridisasi.
Oleh karena elektron pada orbital 2s sudah berpasangan, maka agar dapat berikatan dengan atom F; sebuah elektron dari orbital 2s
tersebut harus promosi ke orbital 2p yang masih kosong sehingga menjadi :
1s 2s 2p
Setelah orbital hibrida dengan elektron-elektron yang belum berpasangan terbentuk, elektron-elektron dari ke-3 atom F akan berpasangan
1s 2s 2p
Atau bisa digambarkan :
1H = 1s1
Diagram orbital untuk atom C dalam keadaan dasar :
1s 2s 2p
21
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
promosi hibridisasi
1s 2s 2p 1s 2s 2p 1s sp3
1s 2s 2p 3s 3p
promosi hibridisasi
3s 3p 3s 3p 3d sp3d 3d
1s 2s 2p 3s 3p
Dapat digambarkan sebagai berikut :
promosi hibridisasi
3s 3p 3s 3p 3d sp3d2 3d
Kesimpulan :
Bentuk molekul dapat ditentukan dengan 2 cara :
1) Teori Domain Elektron = ditentukan oleh susunan PEI dan PEB atom pusat.
2) Teori Hibridisasi = ditentukan oleh hibridisasi ( penggabungan ) orbital atom-atom yang saling berikatan.
22
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Kepolaran Senyawa.
o Kepolaran suatu senyawa kovalen dipengaruhi oleh perbedaan harga keelektronegatifan atom-atom yang membentuk senyawa tersebut.
o Semakin besar harga keelektronegatifan suatu unsur, maka unsur tersebut mempunyai gaya tarik yang lebih besar terhadap pasangan
elektron ikatan.
o Jika perbedaan harga keelektronegatifan atom-atom yang saling berikatan semakin besar, maka molekul yang dibentuk akan semakin
polar.
o Kepolaran juga dipengaruhi oleh bentuk molekulnya. Jika bentuk molekulnya menyebabkan atom-atom mempunyai posisi sedemikian
rupa, sehingga menyebabkan dipol-dipol dalam ikatan atomnya saling meniadakan, maka momen dipolnya menjadi nol ( non polar ).
o Senyawa yang distribusi muatannya simetris, akan bersifat non polar sebab dipol-dipol ikatan yang ada akan saling meniadakan ( contoh
= CO2, CCl4 dan CH4 ).
+ +
- -
+ + +
- - -
b. Gaya dipol sesaat dipol terinduksi / terimbas ( Gaya London / gaya dispersi ).
Jenis gaya ini umumnya dimiliki oleh senyawa kovalen non polar. Berbeda dengan senyawa kovalen polar, senyawa kovalen non
polar tidak memiliki dipol.
Menurut Fritz London, terjadinya gaya dispersi pada molekul non polar diakibatkan oleh adanya pergerakan elektron mengelilingi inti
atom secara acak, sehingga pada suatu saat elektron-elektron tersebut akan mengumpul pada salah 1 sisi atom dari molekul.
Pengumpulan elektron pada salah 1 sisi atom ini akan mengakibatkan terjadinya dipol sesaat. Pada sisi yang banyak elektron akan
menjadi bermuatan ( - ), sedangkan pada sisi yang lain menjadi bermuatan ( + ).
23
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
Dipol yang terjadi ini akan segera menghilang atau berpindah tempat ( sisi ) seiring dengan terus berputarnya elektron.
Jika di dekat molekul non polar tersebut ada molekul non polar lainnya, maka molekul non polar dengan dipol sesaat ini akan
menginduksi / mengimbas molekul non polar lainnya sehingga terjadi dipol terinduksi / terimbas.
Akibatnya, kedua molekul tersebut akan saling berinteraksi melalui gaya tarik-menarik antara dipol sesaat dengan dipol terinduksi /
terimbas.
Kemudahan suatu molekul untuk menghasilkan dipol sesaat yang dapat mengimbas ke molekul di sekitarnya disebut polarisabilitas.
Semakin banyak jumlah elektron dalam atom maka semakin besar pula polarisabilitasnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin besar Mr-nya maka gaya London yang bekerja dalam molekul tersebut akan semakin kuat.
Contoh :
Gaya London
- + - + - +
He He He
+ Cl Cl
H - Cl
Molekul polar Awan elektron
menjadi
+ +
H - Cl -
Cl 2
+ +
H - Cl Gaya Imbas -
Cl 2
+ - - + - + + -
+ -
Kation Anion
+ - - + - + + -
gaya ion-dipol sesaat dengan molekul O 2. kation Fe2+ akan menginduksi molekul O2 yang bersifat non polar, kemudian dipol
+ O O
Kation Awan elektron
Menjadi
+ -
+
Kation Dipol terinduksi
2) Ikatan hidrogen.
Adalah ikatan antar molekul yang sangat polar. Ikatan ini terbentuk antara atom H dari molekul yang 1 dengan atom lain yang sangat
elektronegatif ( dari molekul lainnya ) yaitu atom N, O dan F.
Ikatan ini relatif lebih kuat daripada ikatan Van der Waals dan mempunyai arah yang jelas.
Ikatan-ikatan F - H, O - H dan N - H bersifat sangat polar dan gaya antar dipol yang bekerja di antara molekul-molekul senyawa NH 3,
O
ikatan hidrogen ikatan kovalen
H H
ikatan kovalen
O O H F H F H F
H H H H
ikatan hidrogen
ikatan yang terjadi pada molekul air ikatan yang terjadi pada molekul HF
25
www.nuklir.co.nr www.qmia.co.nr
mempertahankan jarak antar molekul N2 agar tetap berdekatan. Akibatnya, gas N 2 berubah wujud menjadi gas.
26