DEFINISI
Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan
mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah
wabah.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu .
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita,
mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau kematian baru pada Kejadian
Luar Biasa yang sedang terjadi.
Program Penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar
KLB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan terjadinya KLB
dengan melakukan upaya perbaikan kondisi rentan KLB, kesiapsiagaan menghadapi
kemungkinan adanya KLB dan tindakan penyelidikan dan penanggulangan KLB yang
cepat dan tepat.
Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan
cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap
perkembangan penyakit berpotensi KLB dan perubahan kondisi rentan KLB agar dapat
mengetahui secara dini terjadinya KLB.
Penyakit berpotensi KLB adalah jenis penyakit yang dapat menimbulkan KLB. Jenis-
jenis penyakit penyebab terjadinya KLB ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan,
yang secara operasional bergantung pada kajian epidemiologi yang dilakukan secara
nasional, propinsi atau kabupaten/kota menurut waktu dan daerah.
Kondisi rentan KLB adalah kondisi masyarakat, lingkungan - perilaku, dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB.
Dikatakan Kejadian Luar Biasa apabila:
1. Terjadi peningkatan jumlah atau virulensi dari penyebab.
2. Adanya penyebab baru yang sebelumnya tidak pernah ada.
3. Terjadi peningkatan kecepatan penularan penyakit sehingga kelompok populasi rentan
yang terekspos jauh lebih banyak.
4. Terjadi peningkatan kerentanan terhadap penyebab .
KLB dapat terjadi melalui penyebaran secara kontak, udara (droplet atau airborne),
maupun benda perantara (common source vehicle). Penyebab KLB antara lain :
1. Produk tercemar
KLB disebabkan karena tercemarnya produk atau peralatan yang digunakan oleh pasien.
Produk yang dapat tercemar antara lain cairan infus, produk transfusi, cairan dialisis,
yang merupakan produk yang langsung masuk ke pembuluh darah, maupun produk
sewaktu pemakaian, rnisalnya disinfektan, susu bayi.
2. Peralatan tercemar
Tercemarnya peralatan dapat disebabkan pencucian dan tindakan disinfeksi tidak benar,
mesin pencuci automatik tidak bekerja dengan baik dan penanganan peralatan steril
yang tidak benar.
3. Prosedur yang tidak benar
a. Tindakan endoskopi, hemodialisis, peritoneal dialisis
Tindakan operasi : antiseptik tercemar, peralatan, melalui tangan petugas Tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan carrier S.aureus, Streptococcus hemolitik
grup A, Candida, Hepatitis B/C, HIV dan penularan penyakitnya pada pasien.
4. Lingkungan
Lingkungan yang seringkali menjadi sumber pencemaran penyakit pada KLB adalah air
dan tanah. Pada air yang tercemar dapat ditemukan bakteri Pse udomonas, Acinetobacter,
Mycobacteria other than TB (MOTT) dan Legionella. Sedangkan organisme yang
seringkali didapatkan pada tanah adalah Aspergillu
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup KLB di RS. Kartika Husada Setu meliputi seluruh ruang area di RS mulai
dari depan gerbang sampai dengan belakang
BAB III
TATA LAKSANA
Sebelum dilakukan investigasi, Tim PPI dan para ahli mempersiapkan bahan
literatur, konsultasi dengan tim ahli terkait, menganalisa masalah, konsultasi dengan
bagian laboratorium untuk jenis spesimen dan biaya, serta menyiapkan peralatan
kesekretariatan yang diperlukan (komputer, kamera, dll).
d. Epidemiologi Deskriptif
Tentukan informasi yang dikumpulkan pada tiap kasus:
1) Identifikasi lnformasi:
a) Ulang rekam medic jika timbul pertanyaan
b) Hasil laboratorium
c) Periksa untuk ada tidak duplikasi data
d) Buat pemetaan lokasi tempat terjadi KLB
2) Demografi :
Tentukan karakteristik orang/petugas untuk populasi definitif yang beresiko.
Informasi ini didapatkan dari
1) Penemuan klinis
a) Definisi kasus jelas
b) Waktu terjadinya kasus
c) Data suplemen (kematian)
2) Informasi faktor resiko : dapat digunakan untuk penyakit spesifik yang
masih dalam pertanyaan
3) Informasi pelapor, identitas pembuat laporan
4) Membuat Hipotesa
Dalam membuat hipotesa, harus diketahui mengenai karakteristik
penyakit. Apa penyebabnya, bagaimana transmisinya, apa reservoimya
dan faktor resiko apa yang menyebabkan timbulnya penyakit. Hal-hal
tersebut harus ditanyakan pada pasien dan staff rumah sakit dan
kemudian gunakan epidemiologi deskriptif sebagai dasar pembuatan
hipotesa.
5) Uji Hipotesa
6) Pengawasan sumber penularan
e. Menyempumakan Hipotesa
1. Membuat dan mendistribusi laporan KLB
2. Komunikasi
Saat KLB berlangsung dilakukan komunikasi mengenai terjadinya KLB
dengan prosedur :
a. Melaporkan kepada Direktur RS
b. Konsultasikan kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien
c. Bila KLB bertambah banyak, lapor ke Dinas Kesehatan
d. Mengadakan pertemuan dengan media elektronik, jika perlu
2. Manajemen
Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB harus dilaksanakan sedini
mungkin sebenarnya pada saat diagnosa telah diverifikasi. Dengan mengetahui
diagnosa suatu penyakit, tindakan pengobatan sudah dilaksanakan segera. Hal-hal
yang berkaitan dengan kebijakan anggaran perlu dibicarakan dengan pihak
manajemen Rumah Sakit.
3. Pengawasan
Pada proses pengawasan, Sub komite PPI mengatur mengenai hal-hal sebagai
berikut:
a. Implementasikan peraturan mengenai isolasi
b. Memberikan Imunisasi jika diperlukan
c. Memberikan antibiotik profilaksis jika dibutuhkan
d. Definisikan indikasi rawat dan dirujuk
e. Definisikan pertemuan dengan anggota
f. Evaluasi pengawasan
4. KLB berakhir
Pada saat KLB berakhir , Sub komite PPI segera mengumumkan bahwa KLB
telah berakhir secepatnya. Kemudian Sub komite PPI membuat laporan lengkap
KLB kepada Direktur RS. Kartika Husada Setu
Keterangan :
1. Petugas Pelaksana /IPCN keliling ruangan setiap hari untuk memonitor pada
pasien yang dilakukan tindakan invansif, sehingga komite PPI bisa
mengetahui kejadian infeksi atau KLB secara dini. Selanjutnya bila terjadi out
break petugas pelaksana IPCN melaporkan ke komite PPI.
2. Sub Sub komite PPI mengecek kebenarannya ke tempat yang dilaporkan .
3. Setelah itu, atas persetujuan Direktur Rumah Sakit, Sub komite PPI membentuk
Tim Pengendali KLB.
4. Hasil investigasi Tim Pengendali KLB selanjutnya dilaporkan pada Direktur
RS. Kartika Husada Setu
BAB IV
DOKUMENTASI
Pencatatan laporan dilakukan setiap ada outbreak dan dilaporkan ke Direktur setiap
bulan sekali atau secara insidentil.
Panduan penanganan dan pengendalian kejadian luar biasa (KLB) sangat penting
untuk meningkatkan kewaspadaan setiap pekerja rumah sakit agar selalu terhindar dari
infeksi-infeksi yang mungkin terjadi. Diharapkan agar buku ini menjadi acuan bagi
pihak manajemen dan setiap petugas dalam meningkatkan penanganan dan
pengendalian kejadian luar biasa dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di
RS. Kartika Husada Setu.
DAFTAR PUSTAKA