Tugas 6 Resume
Tugas 6 Resume
= F
2
di mana factor = 23,4870,002 nT/Hz.
Jika arus listrik dilewatkan melalui koil tersebut, maka akan timbul medan
magnet dan mempolarisasikan proton pada arah koil. Pada saat arus diputus,
koil akan dihubungkan dengan sirkuit penghitung frekuensi, sementara proton
akan berpresisi pada arah medan magnet bumi. Gerakan momen magnetik
proton akan menghasilkan medan magnet siklik yang menginduksi arus ac
pada kumparan selama 2 3 detik sebelum proton berhenti berpresisi. Selama
2 3 detik ini, sirkuit penghitung frekuensi akan mengukur frekuensi presisi
proton. Nilai frekuensi presisi proton ini dikonversi ke unit intensitas medan
magnet dan ditransmisikan ke data logger yang dapat dibaca langsung. Prisip
kerja Proton Preccesion Magnetometer (PPM) disajikan pada gambar dibawah ini
Beberapa peralatan bantu lainnya adalah :
1. Theodolit, untuk menentukan arah lintasan titik-titik pengukuran di lapangan.
2. Kompas geologi, untuk menentukan arah utara sensor PPM dan
membantu menentukan posisi supaya urut.
3. GPS, untuk menentukan posisi lintang dan bujur serta ketinggian lokasi
penelitian.
4. Meteran, untuk mengukur jarak grid.
5. Jam, untuk mengetahui waktu pengambilan data di lapangan.
6. Catatan lapangan, untuk mencatat hari, tanggal, jam, kondisi cuaca dan
lingkungan saat pengambilan data.
a. Medan Total : minimal lima kali pengukuran pada tiap titik pengukuran
untuk mengurangi gangguan lokal (noise).
1 0
1 = (0 0 )
0 0
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan dari keduanya,
bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka
anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek
medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnet kurang dari 25 % medan
magnet utama bumi.
Metode pengolahan data anomali geomagnetik secara garis besar ditunjukkan pada
diagram alir sebagai berikut :
Dengan mengoreksi dengan medan magnet utama bumi atau dapat
menggunakan model yang dikeluarkan oleh IGRF pada epoch yang bersangkutan dan
koreksi variasi harian yang dipengaruhi oleh medan magnet luar bumi, maka dapat
diperoleh data anomali medan geomagnet bumi pada daerah survei. Selanjutnya data
anomali ini diolah (misalnya dengan filtering) untuk dilakukan penafsiran (interpretasi
data) misalnya dengan pemodelan untuk mendapatkan struktur batuan di bawah permukaan
bumi. Besarnya nilai anomali tersebtu dapat dihitung dengan persamaan :
HT = HM + HL + HA
Bila besar HA << HT dan arah HA hampir sama dengan arah HT maka anomali magnetik
totalnya adalah :
Pemisahan anomali regional dan residual merupakan tahapan yang sangat penting
dilakukan pada data megnetik. Pemisahan anomali ini disebut juga koreksi efek regional.
Besar anomali magnetik total hasil observasi terdiri atas dua komponen yang saling
bersuperposisi yaitu komponen anomali regional dan anomali residual. Data anomali
medan magnet yang menjadi target survey selalu bersuperposisi dengan anomali medan
magnet lain yang bersumber sangat dalam dan luas di bawah permukaan yang disebut
dengan medan regional. Untuk menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi
target survey (anomali residual), maka perlu dilakukan koreksi efek regional atau
pemisahan antara efek anomali regional atau pemisahan antara efek anomali regional
dengan anomali residual dengan tujuan untuk menghilangkan efek anomali regional dari
data anomali magnet total.
Secara umum, setelah diperoleh anomaly medan magnet total, maka masih
perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut terhadap anomaly tersebut. Pengolahan lanjut
biasanya dimulai dari pemisahan efek lokal regional. Salah satu cara yang paling umum
digunakan adalah kontinuasi ke atas (upward continuation).
Konsep dasar kontinuasi ke atas berasal dari identitas ketiga teorema Green.
Teorema ini menjelaskan bahwa apabila suatu fungsi U adalah harmonik, kontinyu
dan mempunyai turunan yang kontinyu di sepanjang daerah R maka nilai U pada suatu
titik P di dalam daerah R dapat dinyatakan (Blakely, 1995) :