Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 6

AKUISISI DATA DAN PROSESING DATA GEOMAGNET

1. AKUISISI DATA METODE GEOMAGNET


A. peralatan
Alat yang digunakan dalam proses pengukuran medan magnet total adalah
Proton Precession Magnetometer (PPM), di mana alat ini bekerja berdasarkan
prinsip bahwa inti yang berputar yang memiliki momentum angular dan moment
magnetik akan berpresesi terhadap medan magnet bumi seperti giroskop. Proton
precession magnetometer bergantung pada pengukuran frekuensi presesi proton
(hydrogen nuclei) yang dipolarisasikan dalam arah mendekati normal dengan
medan magnet bumi. Ketika medan polarisasi tiba-tiba berpindah, maka presesi
proton seperti memutar ke atas. Analogi ilustrasi seperti pada Gambar di bawah ini:

Gambar Proton precession dan analogi perputaran ke atas (Telford et al.,


1990)
Proton berpresisi pada kecepatan angular , yang dikenal sebagai frekuensi
presisi larmor dan sebanding dengan medan magnetik, seperti terlihat pada
persamaan berikut :

= F

di mana konstanta disebut gyromagnetik ratio proton, yang merupakan rasio


antara momen magnetiknya dengan momen angular spinnya. Proton sebagai
muatan yang bergerak, menginduksi dan mengelilingi sampel dalam sebuah koil
dengan tegangan yang bervariasi pada frekuensi presisi . Sehingga medan magnet
dapat ditentukan dari persamaan.
2
F=

2
di mana factor = 23,4870,002 nT/Hz.

Proton Precession Magnetometer (PPM) adalah suatu sensor untuk


mengukur induksi medan magnet total. Sensor ini berisi zat cair yang kaya
akan proton, misalnya methanol atau kerosene. Di dalam sensor ini terdapat
koil atau kumparan yang melingkupi zat cair yang kaya akan proton tersebut.
Koil ini dihubungkan dengan sumber arus DC dan sirkuit penghitung frekuensi.

Jika arus listrik dilewatkan melalui koil tersebut, maka akan timbul medan
magnet dan mempolarisasikan proton pada arah koil. Pada saat arus diputus,
koil akan dihubungkan dengan sirkuit penghitung frekuensi, sementara proton
akan berpresisi pada arah medan magnet bumi. Gerakan momen magnetik
proton akan menghasilkan medan magnet siklik yang menginduksi arus ac
pada kumparan selama 2 3 detik sebelum proton berhenti berpresisi. Selama
2 3 detik ini, sirkuit penghitung frekuensi akan mengukur frekuensi presisi
proton. Nilai frekuensi presisi proton ini dikonversi ke unit intensitas medan
magnet dan ditransmisikan ke data logger yang dapat dibaca langsung. Prisip
kerja Proton Preccesion Magnetometer (PPM) disajikan pada gambar dibawah ini
Beberapa peralatan bantu lainnya adalah :
1. Theodolit, untuk menentukan arah lintasan titik-titik pengukuran di lapangan.
2. Kompas geologi, untuk menentukan arah utara sensor PPM dan
membantu menentukan posisi supaya urut.
3. GPS, untuk menentukan posisi lintang dan bujur serta ketinggian lokasi
penelitian.
4. Meteran, untuk mengukur jarak grid.
5. Jam, untuk mengetahui waktu pengambilan data di lapangan.
6. Catatan lapangan, untuk mencatat hari, tanggal, jam, kondisi cuaca dan
lingkungan saat pengambilan data.

B. Metode Pengumpulan Data


Data-data yang dicatat dalam survei geomagnetik antara lain :
1. Waktu : meliputi hari, tanggal, jam
2. Data geomagnetik :

a. Medan Total : minimal lima kali pengukuran pada tiap titik pengukuran
untuk mengurangi gangguan lokal (noise).

b. Medan Vertikal : dua orientasi yaitu utara-selatan dan timur-barat dengan


masingmasing minimal lima kali pengukuran pada setiap titik pengamatan.
c. Variasi harian
d. Medan utama bumi (IGRF)
3. Posisi titik pengukuran
4. Kondisi cuaca dan topografi lapangan

Pengumpulan data bergantung pada target dan kondisi lapanganPengukuran


dengan target lokal biasanya dilakukan untuk daerah survei yang tidak terlalu luas,
dengan spasi 50 -500 meter, sedang untuk target regional mencakup daerah yang lebih
luas dengan spasi 1 5 km.
Pada prinsipnya, survei metode magnetik harus menggunakan 2 buah PPM
yang berfungsi sebagai base dan rover. Base station untuk mengukur variasi
harian yang akan dikoreksikan terhadap data yang terbaca di rover. Bila
menggunakan 2 buah PPM, maka satu PPM dengan dipasang di tempat yang sama
selama pengukuran yang berlaku sebagai base statiton dan dioperasikan secara
otomatis merekam data medan magnet dengan selang waktu selama dua menit. Tujuan
dari pemasangan basestation ini adalah untuk mendapatkan data variasi harian.

2. PENGOLAHAN DATA METODE GEOMAGNET


Untuk mendapatkan anomali medan magnetik yang menjadi target survei,maka
dilakukan koreksi-koreksi yang mempengaruhi data magnetik, diantaranya koreksi
IGRF (International Geomagnetic Reference Field) yang sesuai dengan posisi serta
waktu pengukuran (akuisisi data) dan Koreksi Variasi Harian.
a. Koreksi Harian
Karena adanya penyimpangan dan guncangan pada alat sewaktu
pengukuran dan dalam perjalanan memungkinkan bergesernya pembacaan titik nol
pada alat tersebut. Pergeseran titik nol ini disebut drift, dan besarnya adalah sebagai
fungsi waktu. Koreksi drift dilakukan dengan mengadakan pembacaan ulang pada
titik ikat dalam satu loop, sehingga dapat diketahui penyimpangannya.Besarnya
koreksi drift pada tiap-tiap stasiun dapat dirumuskan sebagai berikut :

1 0
1 = (0 0 )
0 0

Dimana : 1 = Koreksi Drift pada stasiun 1


1 = Waktu Pembacaan pada stasiun S1
0 = Waktu pembacaan pada stasiun 0
0 = Waktu pembacaan ulang(looping) pada stasiun 0
0 = Pembacaan Gravimeter ulang (looping) pada stasiun 0
0 = Pembacaan Gravimeter pada stasiun 0
b. Koreksi IGRF
Pada dasarnya data hasil pengukuran magnetik merupakan kontribusi dari
tiga komponen dasar, yaitu medan magnet utama, medan magnet luar, dan anomali
medan magnet. Nilai medan magnet utama bumi adalah nilai IGRF. Tujuan utama
melakukan koreksi IGRF adalah untuk menghilangkan variasi medan magnet
internal bumi sehingga diperoleh medan magnet anomali (Kearey et.al.,2002).
Persamaan koreksi tersebut dilakukan :
=
Variasi medan magnetik yang terukur di permukaan merupakan target dari
survey magnetik (anomali magnetik). Besarnya anomali magnetik berkisar ratusaan sampai
dengan ribuan nano-tesla, tetapi ada juga yang yang lebih besar dari 100.000 nT
yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali ini disebabkan oleh medan
magnetik remanen dan medan magnet induksi.

Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar pada magnetisasi


batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetnya serta sangat rumit diamati karena
berkaitan dengan peristiwa kemagnetan yang dialami sebelumnya. Sisa kemagnetan ini
disebut dengan Normal Residual Magnetism yang merupakan akibat dari magnetisasi
medan utama.

Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan dari keduanya,
bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka
anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek
medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnet kurang dari 25 % medan
magnet utama bumi.

Metode pengolahan data anomali geomagnetik secara garis besar ditunjukkan pada
diagram alir sebagai berikut :
Dengan mengoreksi dengan medan magnet utama bumi atau dapat
menggunakan model yang dikeluarkan oleh IGRF pada epoch yang bersangkutan dan
koreksi variasi harian yang dipengaruhi oleh medan magnet luar bumi, maka dapat
diperoleh data anomali medan geomagnet bumi pada daerah survei. Selanjutnya data
anomali ini diolah (misalnya dengan filtering) untuk dilakukan penafsiran (interpretasi
data) misalnya dengan pemodelan untuk mendapatkan struktur batuan di bawah permukaan
bumi. Besarnya nilai anomali tersebtu dapat dihitung dengan persamaan :

HT = HM + HL + HA

dengan HT = medan magnetik total (Pembacaan alat)

HM = medan magnetik utama bumi (IGRF)

HL = medan magnetik luar (koreksi variasi harian)

HA = anomali medan magnetik (Hasil yang dicari)

Bila besar HA << HT dan arah HA hampir sama dengan arah HT maka anomali magnetik
totalnya adalah :

Pemisahan anomali regional dan residual merupakan tahapan yang sangat penting
dilakukan pada data megnetik. Pemisahan anomali ini disebut juga koreksi efek regional.
Besar anomali magnetik total hasil observasi terdiri atas dua komponen yang saling
bersuperposisi yaitu komponen anomali regional dan anomali residual. Data anomali
medan magnet yang menjadi target survey selalu bersuperposisi dengan anomali medan
magnet lain yang bersumber sangat dalam dan luas di bawah permukaan yang disebut
dengan medan regional. Untuk menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi
target survey (anomali residual), maka perlu dilakukan koreksi efek regional atau
pemisahan antara efek anomali regional atau pemisahan antara efek anomali regional
dengan anomali residual dengan tujuan untuk menghilangkan efek anomali regional dari
data anomali magnet total.

Dalam pemisahan anomali magnetik regional dan residual digunakan beberapa


metode antara lain graphiical smoothing, polynomial fitting, moving averaging, upward
continuation, wavelength filtering, second vertical derivative, dan lain-lain. Anomali
residual merupakan anomali yang diakibatkan oleh sumber anomali dangkal yang dicirikan
dengan frekuensi spasial tinggi dan panjang gelombang pendek. Sedangkan anomali
regional adalah anomali yang diakibatkan oleh sumber anomali dalam dan dicirikan oleh
frekuensi spasial rendah dan panjang gelombang tinggi.

3. PENGOLAHAN LANJUTAN METODE GEOMAGNET

Secara umum, setelah diperoleh anomaly medan magnet total, maka masih
perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut terhadap anomaly tersebut. Pengolahan lanjut
biasanya dimulai dari pemisahan efek lokal regional. Salah satu cara yang paling umum
digunakan adalah kontinuasi ke atas (upward continuation).

Kontinuasi ke atas (Upward continuation) merupakan cara untuk


menghilangkan anomali lokal. Penentuan ketinggian kontinuasi dilakukan dengan cara
trial and errors dengan melihat kecenderungan pola kontur hasil kontinuasi. Prinsip dari
kontinuasi ke atas adalah bahwa suatu medan potensial dapat dihitung pada setiap titik di
dalam suatu daerah berdasarkan sifat medan pada permukaan yang melingkupi daerah
tersebut. Kontinuasi ke atas dilakukan dengan mentransformasi medan potensial yang
diukur di permukaan tertentu ke medan potensial pada permukaan lainnya yang lebih jauh
dari sumber.

Konsep dasar kontinuasi ke atas berasal dari identitas ketiga teorema Green.
Teorema ini menjelaskan bahwa apabila suatu fungsi U adalah harmonik, kontinyu
dan mempunyai turunan yang kontinyu di sepanjang daerah R maka nilai U pada suatu
titik P di dalam daerah R dapat dinyatakan (Blakely, 1995) :

dengan S menunjukkan permukaan daerah R, n menunjukkan arah normal ke luar dan r


kecil adalah jarak dari titik P ke suatu titik pada permukaan S. Persamaan diatas
menggambarkan secara dasar prinsip dari kontinuasi ke atas, di mana suatu medan
potensial dapat dihitung pada setiap titik di dalam suatu daerah berdasarkan sifat
medan pada permukaan yang melingkupi daerah tersebut.

Gambar kontinuasi keatas dari permukaan horizontal (Bakley 1995)

Dengan menggunakan sistem koordinat kartesian, dengan sumbu z berarah ke


bawah, kita asumsikan bahwa suatu medan potensial diukur pada permukaan z = z0
dan medan yang kita inginkan terletak pada suatu titik P (x,y, z0 - z) yang berada di atas
permukaan tersebut, dimana z < 0.Permukaan S ini mengandung kedua level
permukaan ditambah sebuah hemisphere dengan radius , sebagaimana digambarkan
pada gambar diatas . Sumber anomali berada pada z. z0. apabila menjadi besar, maka
integrasi pada persamaan kontinuasi di seluruh hemisphere menjadi kecil. Dengan
demikian, jika mendekati tak terhingga, maka persamaan menjadi:

Anda mungkin juga menyukai