Anda di halaman 1dari 18

A.

PENDAHULUAN
Alam semesta kita merupakan suatu tempat yang luasnya tak terbatas dan tak
terhingga.Sampai saat ini, para penelitipun belum dapat menjelaskan dan menggambarkan
sampai dimana batas alam semsta ini.Para ilmuwan talah melakukan berbagai penelitian
untuk menyusuri alam semesta ini.Mareka telah membuat penjelasan bahwa alam semesta ini
n terdiri dari galaksi-galaksi.Dimana setiap galaksi terdiri dari ribuah bahkan jutaan hingga
milliaran bintang-bintang dan planet-planet. Galaksi adalah gugusan bintang yang sangat
luas, galaksi merupakan sekumpulan bintang dan debu gas yang jumlahnya sangat banyak
sekali.[1]Kata galaksi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu gala yang berarti susu. Orang
orang yunani melihat sabuk kabut putih di langit malam, mengingatkan mereka pada bentuk
tumpahan susu. Galaksi yang mereka lihat itu akhirnya terkenal dengan sebutan jalur susu
atau Milky Way[2]Untuk mengetahui dimana letak suatu tempat, dilukiskan beberapa garis
diatas bola Bumi. Garis-garis itu ada dua macam, yaitu garis kutub kekutub atau lingkaran
lintang (parallel).Garis kutub kekutub ialah garis (lingkaran) menaruh bumi melalui kedua
kutub.Adapun garis lintang ialah garis (lingkaran), sejajar dengan istiwak.[3]Kemudian yang
dinamakan panjang tempat ialah jauh tempat dari garis kutub kekutub 0 0(yang melalui kota
Greenwich) ditimur atau dibaratnya dengan ukuran derajah sepanng Istiwak, Misalnya kota
Mekkkah lebar tempanya 21 0, 30 sebelah utara kota Jogyakarta 7 0, 48 sebelah selatan.
Dalam istilah Arab, panjang tempat disebut Thulul balad dan lebar tempat disebut Urdlul
Balad[4]Salah satu bintang yang dapat dilihat di siang hari adalah matahari . Matahri
termasuk anggota bintang dalam galaksi Bimasakti.Glaksi Bimasakti bukanlah satu-satunya
galaksi yang ada di alam semesta ini.Dalam alam semsta,ada banyak system galaksi yang
mengisi setiap sudut. Dari berbagai pengmatan yang dilakukan dengan menggunakan alat,
diketahui bahwa galaksi memiiki bentuk yang berbeda- beda. Bentuk galaksi ada yang spiral,
ellips, dan tak beraturan.Bintang berasal dari awan, debu-debu, dan gas yang ada di ruang
angkasa.Debu dan gas itu disebut Nebula. Awan awan bias mengecil karena pengaruh
gravitasi. Karena gaya gravitasi ini maka debu dan gas akan menyatu. Suhu dan kumpulan
awan debu, dan ini sangat panas . Suhu ini akan terus meningkat sampai akhirnya membentuk
bintang baru.

B. TITIK KOORDINAT HORIZON


Titik-titik kutub pada tata koordinat Horizon adalah titik Zenith dan Nadir.Titik Zenith adalah
suatu titik khayal pada bola langit tepat vertical diatas kepala pengamat.Titik Nadir adalah
kebalikan dari titik zenith, berada pada bola langit dibawah disebut lingkaran horizon yang
merupakan perpotongan antara perluasan bidang datar tempat pengamat berdiri (sering
bidang horizon) dengan bola langit. Di daerah pegunungan memang agak sulit
membayangkan lingkaran horizon ini, akan tetapi jika kita berdiri di tepi pantai maka
perpotongan antara kaki langit dengan permukaan laut dapat dipandang sebagai lingkaran
horizon, [5]
Pada lingkaran horizon terdapat empat titik istimewa yang disebut dengan titik-titik Kardinal
yaitu titik Utara, Timur, Selatan dan Barat. Bagaimana cara menentukan titik-titik Kardinal
itu ?Untuk menentukan arah Utara-Selatan dapat digunakan kompas.Jarum kompas menunjuk
kira-kira kea rah Utara-Selatan.Untuk mengetahui arah Timur dan barat dapat dilihat arah
matahari terbit dan terbenam.Meskipun tidak mengetahui titik Timur dan Barat dengan
ketepatan yang tinggi, lihatlah titik terbit dan terbenam tanggal sekitar 21 Maret atau
September.[6]

Ada sebuah lingkaran vertical yang istimewa yaitu meridian pengamat.Lingkaran ini adalah
lingkaran yang melalui titik Utara, Zenith dan Selatan. Jika langit dibagi dua sama besar
menjadi belahan Barat dan Timur, lingkaran meridian ialah pemisahnya. Dilingkaran inilah
semua bintang- bintang mencapai titik tertinggi (kulminasi atas) didalam perbedaan
hariannya.Lingkaran meridian bagi dua pengamat yang berbeda di dua tempat pengamatan
berbeda pula.Pengamat yang berada dititik utara atau kutub selatan bumi tidak dapat
menentukan meridian.Disana semua bintang tidak pernah berubah tingginya sehingga tidak
dapat ditentukan mana kulminasi atasnya.
Lintang didalam tata koordinat horizon disebut dengan istilah tinggi (a=Altitude) yang
didefinisikan sebagai jarak sudut benda langit dari lingkaran horizon. Dalam gambar 3 tinggi
bintang adalah busur *K*. Bujur di istilahkan dengan Azimuth (Az), yang kalau bintang
berada disebelah barat meridian, diukur dari titik Utara kearah Barat hingga proyeksi benda
langit pada lingkaran horizon, yaitu busur *UBK* atau sudut *UZK* pada gambar 3. Jika
bintang berada disebelah timur meridian, Azimuth diukur dari Utara kearah Timur.Dengan
0 0
demikian angka azimuth adalah 0 sampai 180 ditambah dengan keterangan Timur atau
Barat.Ada juga astronom yang menggunakan cara lain dalam menyatakan Azimuth, mislanya
0
diukur dari Utara kearah Timur dari 0 sampai 360 0. Ada pula yang membedakan antara
belahan bumi Utara dan Selatan, untuk pengamat dibelahan bumi selatan Azimuth diukur dari
titik Selatan.Untuk menghindari kesalah pahaman, sebaiknya pada saat menyatakan Azimuth
disebutkan juga titik awal dan arah pengukurannya.
Pada tata koordinat horizon juga dikenal istilah jarak Zenith (z), yaitu jarak sudut benda
langit dari titik Z, maka Z = 90 0 a. Dengan demikian, koordinat suatu benda langit dalam
koordinat horizon dapat dinyatakan dalam (Az,a) atu dalam (Az,z). Pada saat kita mengamati
suatu benda langit, tinggi benda langit itu tercermin dari kemiringan teropong.Jika teropong
tepat sudut dengan bidang horizontal, maka tinggi benda langit tersebut adalah .

Koordinat horizon sangat bermanfaat ketika kita berurusan dengan derapan cahaya bintang
oleh atmosfir. Lingkaran lintang adalah tempat kedudukan benda langit yang mengalami
serapan atmosfir yang sama. Semakin rendah posisi bintang, cahayanya menembus atmosfir
yang semakin tebal sebelum mencapai pengamat semakin banyak cahayanya yang diserap,
sehingga tampak semakin redup.Jika benda langit itu adalah Matahari, pada saat posisinya
diatas kepala, tampak sangat terang, semakin sore, posisinya semakin rendah cahayanya
semakin redup dan semakin merah.Cahaya dari bintang yang masuk ke atmosfir bumi selain
mengalami serapan dan hamburan juga mengalami pembelokan (refraksi) bila bintang jauh
dari zenith. Hal ini disebabkan kerapatan atmosfir bumi yang lebih tinggi daripada angkasa
luar sehingga kecepatan cahaya di atmosfir bumi rendah (dengan kata lain indeks bias
atmosfir lebih tinggi). Akibatnya bintang akan Nampak lebih tinggi dari pada kalau tidak ada
Atmosfir.

C. TATA KOORDINAT HORIZON


1. Koordinat Bola
Sistem koordinat yang paling banyak digunakan di dalam pelajaran sekolah menengah
adalah kartesius
Dalam hal-hal tertentu, penggunaan sistem koordinat bola dapat lebih menyederhanakan
persoalan
Contoh : penentuan posisi di permukaan bumi akan lebih mudah dengan koordinat bola,
karena permukaan bumi lebih menyerupai bola daripada kotak.
2. Gerak Benda Langit
Benda langit nampak bergerak, terutama, karena rotasi bumi
Jika bumi tidak berotasi, posisi bintang-bintang akan tetap
Zaman dahulu orang membayangkan bahwa langit adalah sebuah kubah raksasa yang
berputar, bintang-bintang menempel di kubah itu
Untuk menentukan posisi sebuah benda langit digunakan aturan koordinat bola
3. Tata Koordinat Horizon
Titik-titik kutubnya adalah titik Zenith dan Nadir
Lingkaran lintang terbesar adalah lingkaran horizon
Pada lingkaran horizon ada 4 titik kardinal, Timur, Barat, Utara dan Selatan
Lingkaran lintang lain sejajar dengan horizon.
Lingkaran-lingkaran bujurnya adalah lingkaran vertikal yang melalui zenith dan nadir, tegak
lurus terhadap lingkaran horizon
4. Tata Koordinat Horizon
Koordinat suatu bintang dalam tata koordinat horizon dinyatakan sebagai Azimut (~bujur)
dan Tinggi (~lintang)
Tinggi bintang ( a ) diukur pada lingkaran vertikal yang melalui bintang dari bintang sampai
horizon
Azimuth ( W ), jika bintang di sebelah timur meridian, azimuth diukur dari arah Utara, ke
arah Timur sampai proyeksi bintang pada lingkaran horizon, jika bintang berada di sebelah
barat meridian, pengukuran dilakukan dari Utara ke Barat
Jarak zenith : z = 90 - a

5. Tata Koordinat Katulistiwa


Letak bintang di langit selalu berubah.
Di dalam tata koordinat horizon angka koordinat bintang selalu berubah karena bumi
berotasi.
Tata koordinat katulistiwa dibuat agar diperoleh koordinat bintang yang relatif tetap.
Titik-titik kutub: Kutub Langit Utara (KLU) dan Kutub Langit Selatan (KLS)
KLU dan KLS adalah titik tembus perpanjangan sumbu rotasi bumi di bola langit
Tingginya KLU atau KLS sama dengan lintang geografis tempat pengamat berada
6. Tata Koordinat Khatulistiwa
Lingkaran lintang terbesarnya adalah lingkaran Katulistiwa (Equator) Langit
Lingkaran katulistiwa langit adalah perpotongan antara bidang katulistiwa bumi (yang
diperluas) dan bola langit
Katulistiwa membagi langit menjadi dua yaitu belahan langit utara dan selatan
Busur yang menghubungkan KLU, Zenith dan titik Selatan bagi pengamat di belahan bumi
Utara atau yang menghubungkan KLS, Zenith dan titik Utara bagi pengamat di Belahan
Bumi Selatan disebut Meridian Pengamat .
7. Tata Koordinat Khatulistiwa
Posisi bintang tertinggi pada saat berada di meridian, pada saat itu bintang dikatakan
berkulminasi atas
Lintang di dalam tata koordinat Khatulistiwa diberi nama deklinasi yang berarti jarak antara
khatulistiwa dengan lingkaran peredaran harian bintang tersebut
Dalam arah bujur, ada dua koordinat yang dapat digunakan, yaitu sudut jam ( HA ) dan
Asensiorekta ( )
Sudut jam adalah jarak sudut yang sudah ditempuh bintang sejak transit (melintasi meridian),
satuan yang digunakan biasanya jam, tapi bisa juga derajat
Sudut jam suatu bintang selalu berubah (dengan laju yang tetap) karena rotasi bumi.
Lingkaran lintang terbesarnya adalah lingkaran Katulistiwa (Equator) Langit
Lingkaran katulistiwa langit adalah perpotongan antara bidang katulistiwa bumi (yang
diperluas) dan bola langit
Katulistiwa membagi langit menjadi dua yaitu belahan langit utara dan selatan
Busur yang menghubungkan KLU, Zenith dan titik Selatan bagi pengamat di belahan bumi

Utara atau yang menghubungkan KLS, Zenith dan titik Utara bagi pengamat di Belahan
Bumi Selatan disebut Meridian Pengamat .
10.Tata Koordinat Khatulistiwa
Posisi bintang tertinggi pada saat berada di meridian, pada saat itu bintang dikatakan
berkulminasi atas
Lintang di dalam tata koordinat ) yang berarti jarak antara khatulistiwaKhatulistiwa diberi
nama deklinasi ( dengan lingkaran peredaran harian bintang tersebut
Dalam arah bujur, ada dua koordinat yang dapat digunakan, yaitu sudut jam ( HA ) dan
Asensiorekta ( )
Sudut jam adalah jarak sudut yang sudah ditempuh bintang sejak transit (melintasi
meridian), satuan yang digunakan biasanya jam, tapi bisa juga derajat
Sudut jam suatu bintang selalu berubah (dengan laju yang tetap) karena rotasi bumi.
11.Tata Koordinat Khatulistiwa
Asensiorekta ( ) diukur dari suatu titik di langit yang relatif tetap terhadap bintang, yaitu
titik musim ), satuannya adalah jamsemi (Vernal Equinox=
disebutSudut jam (HA) titik waktu bintang lokal (Local Sidereal Time, LST)
sekitar tanggalMatahari di titik 21 Maret.
berada diatasPada saat titik ke arah timur sampai proyeksi bintang padahorizon,
diukur dari titik katulistiwa
) bintang relatifKoordinat ( , tetap, hanya berubah sedikit dalam beberapa tahun.
D. Macam-macam benda langit, sebagai berikut :
1. Bintang tetap (vaste sterren = tsawa abit), dianataranya Matahari kita )
2. Bintang Sajjarah (planet ), dianataranya Bumi yang kita tempati
3. Bintang berekor (komet = munzannibat)
4. Bintang Carit (meteoor = syuhub)
5. Bintang beruap (nevelvlek = sadim)
6. Kabut Bintang (melkweg = majarrah)
7. Bulan (satellit) yaitu bintang-bintang pengikut sajjarah
Bintang tetap
Bintang-bintang tetap itu sejenis dengan Matahari yaitu benda langit mengandung zat
menyala dan bersinar serta beredar pada sumbunya.
Dalam hal ini berbeda dengan bintang sajjarah tidak bernyala dan tidak bersinar.Adapun sinar
yang Nampak pada muka bintang-bintang itu, adalah sinar Matahari yang mengenai
permukaannya sebagaimana bersinarnya Bulan. Diantara bintang-bintang tetap, terdapat
segerombolan bintang berjuta-juta bnyaknya,nampaknya dari muka bumi seperti awan
bercahaya memanjang dari jurusan timur laut kebarat daya. Segerombolan bintang-bintang
itu disebut kabut bintang (melkweg = majarah). Diantaranya pula terdapat sekumpulan
bintang berjuta-juta pula bermacam-macam, ada yang bulat seperti bola, ada pula yang
seperti gelang, garis melingkar dan lain-lainya. Beberapa kumpulan bintang ini disebut
bintang beruap (nevelvlek = sadim).Sembilan planet sebagai satelit matahari, didalam system
tata surya terdapat Sembilan planet (jika dihitung dengan pluto) yang mengorbit mengelilingi
Matahri beserta benda-benda kecil lainnya seperti halnya Bulan yang mengelilingi Bumi
Bintang Sajjarah (Planet)
Bintang sajjarah ialah bintang bintang yang mengedari Matahari, beredar diatas falaknya
berupa ellips.Kecuali mengedari Matahari beredar pula pada sumbunya.Dinatara bintang
bintang sajjarah ialah bumi ya kita tempati.
E.BINTANG- BINTANG PENGIKUT MATAHARI :
1. Bintang Utharid (Mercurius)
Bintang Utharid ialah bintang sajjarah yang pertama, jauhnya dari Matahari 58 juta Km,
besarnya 0,052 X besar bumi dan garis tengahnya 0,37 X garis tengaherak Bumi Geraknya
harian ialah beredar pada sumbunya dalam 24 jam 5 menit. Gerknya tahun mengelilingi
Matahari selama 2 bulan 27 hari 23 jam 15 46 (l.k 88 hari). Oleh karena terlalu dekat
dengan Matahari, bintang Utharid nampaknya dari muka Bumi hanya waktu pagi disebelah
timur sebelum Matahari terbit dan pada waktu petang disebelah barat sesudah Matahari
terbenam.Nampaknya tidak lama dan tidak pada tiap-tiap hari.Sekali edaran Nampak lagi
disebelah timur atau disebelah barat (geraknya synodisch) ialah tiap 116 hari.Bintang ini
diketahui sejak tahun 265 S.M.
2. Bintang Zuharoh (Venus)
Bintang Zuharoh ialah bintang sajjaroh yang kedua, jauhnya dari Matahari 108 juta Km,
besarnya 0,954 X garis tengah bumi. Geraknya harian beredar pada sumbunya dalam 23 jam,
21 menit geraknya tahun 224 hari 16 jam 49 8 (hampir berbentuk cirkel). Kenampakannya
kebumi hamper sama seperti bintang Utharid.

Diketahui sejak 658 S.M oleh bangsa Babylon.


3. Bintang Bumi
Bumi termasuk bintang sajjaroh yang ketiga, Jauhnya dari Matahari rata rata 149 juta Km,
besarnya 1079,5 milliard M kubik. Garis tengahnya dari kutub kekutub 12711 Km, dan garis
tengahnya cht. Istiwak 12756 Km, berarti bentuk bumi tidak bulat benar tetapi mendatar
dibagian kutubnya. Perbedaan kedua garis tengah ialah 45 Km. Luas mukanya 511 juta Km,
persegi, yang 384 juta Km, persegi merupakan lautan.Sekedar untuk menambah wawasan
kita, baik juga disini kami terangkan berapakah kecepatan Bumi beredar pada sumbunya,
demikian pula kecepatannya beredar mengelilingi Matahari. Lebih dahulu harus kita ketahui
keliling Bumi, yaitu 400776630 M atau k.l 40.000 Km. Jarak yang sejauh itu ditempuh Bumi
dalam 24 Jam, berarti dalam sejamnya 1666 2/3 Km, dan sedikitnya k,l setengah Km jadi
hamper melebihi kecepatan peluru senapan. Kecepatan peluruh senapan tiap detiknya 400 M.
Kecepatan ini masih jauh sekali kurangnya jika dibandingkan dengan kecepatan beredar
mengelilingi Matahari. Keliling falak bumi lebih dari 900 juta Km, Jarak yang sejauh itu
ditempuh Bumi selama 365,5 hari (setahun), tiap hari ditempuhnya jarak k.l 2,5 juta Kmm
seetiknya ialah 30 Km, jadi sama dengan 75 kali kecepatan peluru.Bumi mempunyai sebuah
pengikut namanya Bulan, bentuknya bulat,Kecuali beredar pada sumbunya, beredar juga
mengelilingi Bumi diatas falaknya, Jauhnya dari Bumi k.l 384421 Km,
garis tengahnya 3480 Km (k.l setengahnya garis tengah bumi). Bulan tersebut adalah benda
langit gelap dan pada tidak bersinar seperti juga Bumi dan bintang bintang sajjaroh.
4. Bintang Mirrich (Mars)
Bintang Mirrich ialah bintang yang pertama dianatara bintang-bintang sajjaroh disebelah luar.
Jauhnya dari Matahari 228 juta Km, garis tengahnya 0,54 X garis tengah Bumi besarnya 0,14
X besar Bumi. Geraknya harian dalam 24 jam 37 23 geraknya tahun selama 1 tahun 322
hari. Porosnya tidak tegak lurus pada falaknya
tetapi miring 24 0 52 hamper sama dengan miring poros Bumi (23 0 27 )
5. Bintang Musytari (Yupiter)
Jauhnya dari Matahari 778 Km, garis tengahnya 11, 1 X garis tengah Bumi dan besarnya
1279 X besar Bumi.Geraknya harian dalam 9 jam 51 dan geraknya tahun ialah 11 tahun 10
bulan 17 hari. Geraknya synodisch tiap 399 hari.

Porosnya hamper tegak lurus pada falaknya, yaitu miringnya hanya 3 derajah.
6. Bintang Zuhal (Saturnus)
Jauhnya dari Matahari 1428 juta Km, garis tengahnya 9,4 X garis tengah Bumi, besarnya 719
X besar Bumi. Geraknya harian dalam 10 jam 15 geraknya tahun tiap 29 tahun 167 hari.
Geraknya synodisch ialah tiap 387 hari. Porosnya tidak tegak lurus pada falaknya, miringnya
28 0.Bintang ini sudah dikenaul sejak tahun 228 S.M
7. Bintang Uranus
Di temukan pada tahun 1781 oleh seorang ahli bintang bernama William Herschel didapati
sebuah bintang sajjaroh sesudah bintang Zuhal, yaitu bintang Uranus.Meskipun baru pada
waktu itu dikenalnya, tetapi menurut pendapanya para ahli bintang.Uranus sudah ada
sebelum berujudnya Bumi. Jauhnya dari Matahari 2873 juta Km, garis tengahnya 4,0 X garis
tengah Bumi dan besarnya 69 kali besar Bumi. Geraknya harian selama 11 jam dan geraknya
tahun dalam 84 tahun 28 hari. Dan geraknya synodisch tiap 369,3 hari.
8. Bintang Neptunus
Neptunus adalah bintang sajjaroh yang kedelapan dan yang terakhir sendiri, tetapi oleh
diantara ahli bintang diterangkan bahwa sesudah Neptunus mungkin masih terdapat beberapa
bintang sajjaroh. Jauhnya dari Matahari 4601 juta Km, garis tengahnya 4 X garis tengah
Bumi dan besarnya 84 X besar Bumi. Geraknya harian dalam 11 jam dan geraknya tahun 164
tahun 321 hari. Falaknya berupa ellips.Bintang Neptunus baru dikenal pada tahun 1846 oleh
seorang ahli bintang bernama Le Varrier, tetapi meskipun demikian menurut pendapat para
ahli. Pada tahun 1930 terdapat lagi sebuah bintang sajjaroh baru sesudah Neptunus, yang
kemudian diberinama PLUTO jauhnya dari Matahari rata-rata 7660 juta Km. Pada tahun
1801 diantara falak bintang Mirrich dan falak Musytari, oleh seorang ahli bintang bernama
Piazzi didapati sebuah bintang sajjaroh kecil baru, kemudian diberi nama bintang Ceres.
Kemudian sesudah itu sehingga tahun 1807 didapati pula tiga buah lagi dan
diberi nama Pallas, Yuoo dan Vesta.
Kemudian oleh para ahli bintang ada lagi yitu sajjaroh kecil seperti tersebut diatas hingga
sampai berjumlah 914 buah, diantaranya bernama Eros, Albert, Hungaria, Astraea,
Hobe,Iris, Victoria, Electra, Minerva,Tokio,Harmonia, Virginia, Erica, dll dan biasanya
disebut Bintang-Bintang Sajjaroh Kecil (Astroide).

Nama Jauh Besar Garis Gerak Gerak Gerak Exen Pengikut


Matahari Tengah harian tahun synodisch trioteit
Km
Matahari 0, juta 137.000 109,1 25 hari - - - -
Utharid 58 juta 0,052 0,37 24 j 5 87,97 hari 116 hr 0,2 -
Zuharroh 108 juta 0,975 0,954 23 j 21 224,70 584 hr 0,0068 -
Bumi 149 juta 1,----- 1,---- 23 j 56 365, 5 J - 0,0168 1
48 46
Mirrich 228 juta 0,15 0,54 24j,3723 686,97 hr 780 hr 0,0933 2
Musytari 778 juta 1279,- 11,1 9 j,51 11 th, 10 bl 399 hr 0,048 9
17 hr
Zuhal 1428 juta 719,- 9,4 10j,15 29th,167hr 378hr 0,056 10
Uranus 2873 juta 69,- 4,0 11j 84th,28hr 369,3 0,9463 5
th
Neptunus 4501 juta 84,- 4,3 11j 164 ,321 - 0,009 1

F. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan dan kami mohon koreksi demi kebaikan kami
untuk selanjutnya dan makalah ini yang masih banyak kekurangan agar dapat dimaklumi atas
koreksinya tak lupa kami ucapkan terima kasih

DAFTAR PUSTAKA
1. Delik Iskandar, dkk Jelajah Ilmu Pengetahuan Jilid 1 Aneka Ilmu
2. Adriansyah Arifin Mengenal Tata Surya PT Graha Bandung Kencana
3. Haditiya K Bumi dan Alam Semesta CV Media Komunikasi
4. Wardan . M Kitab Falak dan Hisab Toko Pandu Yogyakarta
5. Kunjaya C. Tata Koordinat Benda Langit Departemen Astronomi ITB

LAMPIRAN : DAFTAR PANJANG DAN LEBAR TEMPAT KOTA DI INDONESIA


Daftar dibawah ini, menerangkan panjang dan lebar tempat bagi sementara kota-kota ditanah
air kita Indonesia

Nama tempat Lebar tempat Panjang tempat


darojah menit darojah Menit
Amuntal 2 24 s 115 9t
Amurang 1 12 s 124 35 t
Ambon 3 42 s 128 10 t
Aru (pulau) 6 00 s 134 30 t
Bali 8 20 s 115 0t
Balikpapan 1 13 s 116 51 t
Banjarnegara 7 26 s 109 40 t
Banjarmasin 3 22 s 114 40 t
Bandung 6 57 s 107 37 t
Bangkalan 7 03 s 112 46 t
Bangil 7 38 s 112 47 t
Banyuwangi 8 14 s 114 23 t
Baturaja 4 07 s 104 12 t
Banten 6 01 s 106 9t
Bengkulen 3 48 s 102 15 t
Bengkalis 1 31 s 102 8t
Bima 8 27 s 118 45 t
Binjai 3 39 s 98 27 t
Bintuhan 4 47 s 103 21 t
Bogor 6 37 s 106 48 t
Bojonegoro 7 10 s 111 53 t
Bondowoso 7 55 s 113 50 t
Ceram 3 00 s 129 0t
Jakarta 6 10 s 106 49 t

Zenith adalah titik di angkasa yang berada persis di atas pengamat. Posisi zenith di angkasa
tergantung pada arah gaya gravitasi bumi di tempat pengamat berada. Jarak angular antara zenith
ke celestial body disebut jarak zenith. Titik nadir adalah lawan dari zenith, yaitu suatu titik di angkasa
yang berada persis di bawah pengamat.

Altitudo (atau elevasi) adalah posisi vertikal (ketinggian) suatu objek dari suatu titik tertentu
(datum). Datum yang biasa digunakan adalah permukaan laut dan permukaan geoid WGS-84
yang digunakan oleh GPS. Oleh karena itu, altitudo seringkali dinyatakan sebagai ketinggian
dari permukaan laut (biasa disingkat dpl). Di Amerika Serikat dan Britania Raya, altitudo
aviasi biasa diukur dalam satuan kaki, sedangkan di seluruh bagian dunia lain ketinggian
diukur dengan satuan meter.

Tekanan atmosfer turun bersama dengan naiknya ketinggian. Prinsip ini merupakan dasar
operasi altimeter tekanan, yang merupakan barometer aneroid yang dikalibrasi untuk
menunjukkan ketinggian dan bukan tekanan. Penurunan tekanan ini akan menyebabkan
kurangnya suplai oksigen (hipoksia) pada manusia yang berada pada ketinggian.

Pengertian Azimuth dan Back Azimuth


serta Cara Menghitungnya dilengkapi
dengan Contohnya
11 November 2015 Navigasi Darat
Pembahasan Kali ini adalah tentang pengertian sudut azimuth, pengertian sudut back
azimuth, cara menghitung azimuth, rumus mencari azimuth, cara menghitung sudut azimuth,
cara mencari sudut azimuth, bilangan kuantum azimuth, proyeksi azimuthal, arti dan definisi
azimuth.

Sudut, baik sudut peta atau sudut kompas atau yang lebih umum disebut azimuth merupakan
sesuatu yang harus dipahami dengan benar dalam mempelajari navigasi, begitu juga dengan
nilai kebalikan sudut atau yang sering disebut back azimuth. Azimuth dan back azimuth akan
selalu dipergunakan dalam setiap praktek navigasi.

1. Pengertian Azimuth (Bearing)

Sudut azimuth atau juga sering disebut bearing merupakan sudut yang dibentuk oleh dua
garis lurus, garis pertama menuju utara peta/grid atau utara kompas dan garis ke dua
menuju suatu titik sasaran yang dihitung searah jaraum jam.

Atau dengan kata lain bahwa sudut azimuth adalah sudut yang dibentuk dari pengamat
menuju objek dengan arah utara sebagai acuannya.

Cara menghitung sudut Azimuth

Garis yang dijadikan acuan dari kedua garis tersebut adalah garis yang menuju utara peta atau
utara kompas.

Jika garis acuannya adalah utara peta, maka sudut tersebut dinamakan sudut peta dan jika
garis acuannya adalah utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas maka sudut tersebut
dinamakan sudut kompas.

Sudut peta diperoleh dari isi muka peta topografi dengan menggunakan alat bantu
protractor/busur derajat sebagai alat hitungnya, sedangkan sudut kompas diperoleh di
lapangan menggunakan alat kompas dengan membidikkan kompas ke sebuah sasaran, hasil
bidikan tersebutlah yang dinamakan sudut kompas.

Sudut peta dapat dikonversi ke sudut kompas dan begitu juga sebaliknya.

Gambar: Perbedaan Azimut dan Back Azimuth

2. Pengertian Back Azimuth (Back Bearing)


Back azimuth merupakan suatu nilai sudut kebalikan dari nilai azimuth pada suatu bidang
lingkaran dengan titik tengah sebagai titik pusat lingkaran.

Atau dengan kata lain bahwa sudut back azimut adalah besarnya sudut dari objek ke
pengamat dengan arah utara sebagai acuannya.

Cara menghitung sudut back azimuth

Untuk mendapatkan nilai back azimuth dari nilai suatu azimuth dengan mudah, benar dan
cepat dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sederhana sebagai berikut :
Ketentuannya:
Bila nilai Azimuth > 180 , maka nilai Azimuth dikurangi 180
Bila nilai Azimuth < 180 , maka nilai Azimuth ditambah 180
Bila nilai Azimuth = 180 , maka nilai Azimuth +/- 180
Nilai Azimuth 0 = nilai Azimuth 360

Contoh menghitung sudut azimut dan back azimuth

Azimuth = 265, maka back azimuthnya = 265 - 180 = 85


Azimuth = 155, maka back azimuthnya = 155 + 180 = 335
Azimuth = 180, maka back azimuthnya = 180 +/-180 = 360 (atau 0)

Back azimut ini sering digunakan dalam aplikasi perhitungan resection atau saat praktek
dalam pergerakan di lapangan untuk mengoreksi jalur lintasan.

Cakrawala, kaki langit, horizon (dari bahasa Yunani orizein yang bermakna "membatasi"), atau ufuk
adalah garis yang memisahkan bumi dari langit. Lebih tepatnya, horizon adalah garis yang membagi
arah garis pandang kita ke dalam dua kategori: arah garis pandang yang memotong permukaan
Bumi, dan yang tidak. Di banyak lokasi, horizon benar terhalangi oleh pohon, bangunan, gunung, dan
sejenisnya, yang membuat perpotongan antara bidang permukaan bumi dan bidang langit kemudian
dikenal sebagai horizon tampak.
1) Ekuator langit

adalah suatu lingkaran besar semu yang merupakan perpotongan perpanjangan bidang
ekuator bumi pada bola langit (lihat gambar II.1).

Gambar II.1. Sistem Koordinat Ekuator

2) Lingkaran ekliptika

adalah lingkaran semu yang membentuk sudut 23.5o terhadap ekuator langit (lihat gambar
II.1). Perpotongan pertama pada tanggal 21 Maret saat matahari bergerak dari selatan ke arah
utara pada titik Aries (vernal equinox), dan perpotongan kedua pada saat matahari bergerak
dari utara ke arah selatan tanggal 21 September pada titik musim gugur (autumnal equinox).

Dalam lingkaran ini Matahari nampak bergeser dari barat ke arah timur. Menurut Hipparcus
(seorang peneliti astronomi), matahari mempunyai keterlambatan 36 setahun dalam
mencapai posisi titik aries (vernal ekuinox).

3) Titik Aries/vernal equinox

merupakan salah satu titik perpotongan antara bidang ekliptika dan ekuator langit, tempat
matahari berada pada tanggal 21 Maret (lihat gambar II.1). Jika diasumsikan dengan
memperbandingkan kedudukan bintang Aries tersebut terhadap vernal equinox, maka
kedudukan vernal equinox di bintang Aries terjadi pada 22 abad yang lalu. Menurut
penelitian keterlambatan matahari pada lingkaran ekliptika sebesar 50 setiap 3 tahun, ini
berarti matahari berada di titik Aries kembali pada tanggal 21 Maret selama 25600 tahun
sekali.
4) Ecliptic Longitude = Bujur Astronomis

adalah jarak Matahari dari titik Aries (Vernal Equinox), diukur sepanjang lingkaran
Ekliptika. Jika nilai Bujur Astronomis Matahari sama dengan nilai Bujur Astromonis Bulan,
maka terjadi Ijtimak/Konjungsi. Data ini diperlukan antara lain dalam penentuan Awal bulan
Qomariyah dan gerhana.

5) Ecliptic Latitude = Lintang Astronomis

Data ini adalah jarak pusat Matahari dari Lingkaran Ekliptika. Sebetulnya Ekliptika sendiri
adalah lingkaran yang ditempuh oleh gerak semu Matahari secara tahunan. Oleh karena itu
Matahari selalu berada di lingkaran Ekliptika. Namun oleh karena gerakannya tidak sama
persis, maka ada sedikit pergerseran. Keadaan seperti itu dapat kita lihat dari nilai Ecliptic
Latitude yang selalu mendekati nol. Data ini diperlukan antara ain untuk keperluan gerhana.

6) Right Ascension/RA () = Asensio Rekta = Panjatan Tegak

adalah jarak sudut benda langit dari titik Aries (titik domba/vernal equinox), diukur ke arah
timur sepanjang lingkaran ekuator langit (lihat gambar II.1).

RA bisa dibandingkan dengan garis bujur, diukur dari titik nolnya yang berada di titik vernal
equinox. RA diukur dalam jam, menit, dan detik; di mana 1 jam = 15o busur.

7) Local Hour Angle/ LHA (t) = sudut jam

adalah besaran sudut pada meredian bola langit dihitung dari titik kulminasi atas ke arah
barat, atau sudut yang diukur ke arah barat dari perpotongan lingkaran ekuator dengan
lingkaran meridian (lihat gambar II.1).

Sudut Jam dinyatakan dalam besaran derajat atau jam, dimana 1 jam = 15o busur.

8) Deklinasi (d)

adalah besar simpangan sudut benda langit pada bola langit terhadap ekuator (lihat gambar
II.1). Deklinasi bisa dibandingkan dengan garis lintang yang diproyeksikan ke bola langit.
Sebuah obyek di utara ekuator mempunyai deklinasi positif (+), dan sebaliknya obyek di
selatan ekuator mempunyai deklinasi negatif (-).

9) Tinggi Benda Langit (h)

adalah tinggi (besar sudut) yang dihitung dari bidang horizontal (cakrawala) terhadap posisi
benda langit (besar sudut COR pada gambar II.1). Tinggi benda langit bertanda positif (+)
apabila berada di atas ufuk (horizon), demikian pula sebaliknya.

10) Azimuth (Az)


adalah besar sudut pada lingkaran horison yang ditarik dari titik utara (true north) ke arah
timur dan seterusnya sampai mencapai titik proyeksi benda langit tersebut, besarnya
mulai dari 0 360 (Gambar II.1, NESWC).

11) Zenith dan Nadir

Zenith adalah titik di angkasa yang berada persis di atas pengamat (titik Z pada gambar II.1).
Posisi zenith di angkasa tergantung pada arah gaya gravitasi bumi di tempat pengamat
berada. Jarak angular antara zenith ke benda langit (celestial body) disebut jarak zenith. Titik
nadir adalah lawan dari zenith yaitu suatu titik di angkasa yang berada persis di bawah
pengamat (titik X pada gambar II.1).

12) Astronomical Unit (AU)

adalah satuan yang menyatakan jarak rata-rata matahari dari bumi, yaitu +
149.598.000 km. Karena bidang revolusi bumi yang membentuk ellips, maka suatu saat akan
ada jarak terdekat matahari dari bumi (perihelion) yaitu + 147.000.000 km dan ada jarak
terjauh matahari dari bumi (aphelion) yaitu + 152.000.000 km.

Gambar II. 2 Bidang Revolusi Bumi

13) Horizon Parallax (HP)

Parallax adalah sudut antara garis yang ditarik dari benda langit ke titik pusat bumi dan garis
yang ditarik dari benda langit kearah mata si pengamat (observer). Sedangkan Horizon
Parallax dalam penentuan koreksi untuk ketinggian Hilal adalah parallax dari bulan yang
sedang berada persis di garis ufuq (bidang horizon). Nilai HP berubah-ubah tergantung jarak
benda langit itu dari garis ufuq (horizon), semakin mendekati titik Zenith (semakin tinggi
benda langit) nilai parallax semakin kecil.

Gambar II.3. Parallax dan Horizon Parallax


14) Fraction Illumination (Fraksi Illuminasi)

adalah besar atau luas piringan bulan yang menerima sinar matahari yang tampak dari bumi.
Jika seluruh piringan bulan yang menerima sinar matahari terlihat dari bumi, maka bentuknya
akan berupa bulatan penuh. Dalam keadaan seperti ini nilai fraksi iluminasi bulan adalah 1
(satu), yaitu persis pada saat puncaknya bulan purnama.

Sedangkan saat terjadi gerhana matahari total (saat bumi, bulan dan matahari berada persis
pada satu garis lurus), nilai Fraksi iluminasi bulan adalah nol. Setelah bulan purnama, fraksi
iluminasi akan semakin mengecil sampai pada nilai terkecil yaitu saat ijtimak dan setelah itu
nilai fraksi iluminasi akan membesar kembali sampai nilai satu saat bulan purnama. Dengan
demikian data fraksi iluminasi dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui kapan terjadinya
ijtimak dan kapan bulan purnama.

15) Semi Diameter (jari-jari piringan bulan/matahari)

yaitu jarak antara titik pusat bulan/matahari dengan piringan luarnya.

16) Refraksi (Refraction)

yaitu perbedaan antara tinggi suatu benda langit yang sebenarnya dengan tinggi benda langit
itu yang dilihat sebagai adanya pembiasan sinar/cahaya bulan/matahari.

Refraksi terjadi karena sinar yang datang sampai ke mata kita telah melalui lapisan-lapisan
atmosfer, sehingga sinar yang datang itu mengalami pembengkokan, padahal yang kita lihat
adalah arah lurus pada sinar yang ditangkap mata kita.

Gambar II.4. Refraksi benda langit

17) Waktu Sideris (Sidereal Time) dan Sinodis

Dalam satu tahun bumi berotasi 366,2422 kali namun bagi pengamat di muka bumi yang
tetap akan melihat matahari melintas 365,2422 kali.Dengan perbandingan itu dan karena satu
hari matahari adalah 24 jam maka panjang satu hari sideris adalah 86164,09 detik, atau 23
jam 56 menit 4,09 detik.

Satu kali penuh revolusi bulan memerlukan waktu rata-rata 27 hari 7 jam 43 menit 12 detik.
Periode ini disebut satu bulan sideris, dimana bulan telah menempuh satu lingkaran penuh
(posisi BL sampai BL1 pada gambar II.5). Revolusi bulan ini dijadikan dasar perhitungan
bulan qamariyah. Tetapi waktu yang dipergunakan adalah satu bulan sinodis yang lamanya
rata-rata 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik, dimana bulan kembali ke posisi tepat pada garis
lurus antara matahari dan bumi.

Gambar II.5. Posisi bulan saat sideris dan sinodis

18) Ijtimak (Konjungsi)

yaitu peristiwa dimana matahari dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika
diamati dari bumi. Jika terjadi pada satu garis lurus maka akan menjadi gerhana matahari.
Saat ijtimak ini dijadikan dasar perhitungan penentuan awal bulan qomariah. Untuk
mengetahui kapan terjadinya ijtimak dapat dilihat pada The Astronomical Almanac (hal A :
New moon) atau menggunakan program Mawaaqit 2001 atau MICA Version 2.0.

19) Hilal

adalah penampakan bulan sabit dengan mata telanjang yang paling awal terlihat sesudah
matahari terbenam setelah saat konjungsi (ijtimak) pada awal qomariah, dan sabit bulan
menghadap ke arah timur.

20) Hisab

adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan sabit
(hilal), dalam penentuan dimulainya awal bulan Qamariah pada Kalender Hijriyah.

Hisab harus dilakukan sebelum pelaksanaan rukyat (pengamatan). Salah satu output hisab
adalah penentuan kapan waktu ijtimak (bulan baru), atau disebut juga konjungsi.

21) Rukyat

adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni kenampakan bulan sabit yang pertama kali
setelah terjadinya ijtimak (konjungsi) pada saat matahari terbenam di suatu tempat. Rukyat
dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop,
theodolit dan lainnya. Apabila hilal terlihat pada sore itu, maka pada petang (Maghrib) waktu
setempat telah dianggap memasuki tanggal satu bulan baru qamariah untuk tahun Hijriyah.

Anda mungkin juga menyukai