Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGARUH KELEMBAPAN UDARA TERHADAP

CURAH HUJAN DI KOTA MATARAM DAN KOTA DENPASAR


MENGGUNAKAN METODE REGRESI DAN KORELASI

Baiq Ulfa Putri Elinda dan Siti Alaa’


Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram
Jalan Majapahit No.62, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat
Email: Baiqulfa64@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh Kelembapan udara terhadap Curah Hujan
di Kota Mataram dan Kota Denpasar menggunakan metode Regresi dan Korelasi. Data yang digunakan
sebagai sampel yaitu data sekunder dari stasiun Meteorologi Bandara Internasional Lombok untuk Kota
Mataram dan Stasiun Geofisika Sanglah untuk Kota Denpasar yang berupa data Curah hujan dan data
Kelembapan udara 5 tahun yaitu data pada tahun 2006, 2008, 2010, 2012 dan 2014.Dari hasil penelitian
menggunakan Analisis Regresi dan Korelasi didapatkan nilai koefisien Regresi untuk Kota Mataram adalah
Y= 0.593 x – 43.43 dan nilai untuk Korelasi adalah 0.50242, nilai tersebut menunjukkan bahwa bentuk
korelasi yang didapatkan adalah Korelasi positif, jika dilihat dari nilai korelasi hubungan variabel tersebut
termasuk kategori sedang. Sedangkan untuk kota Denpasar, nilai koefisien Regresinya adalah Y= 1.208 x –
90.26 dan nilai Korelasi adalah 0.76577. Nilai korelasi yang didapatkan di kota Denpasar tidak jauh berbeda
dengan nilai korelasi yang didapatkan di daerah Mataram, sehingga bentuk korelasi yang didapatkan sama
yaitu korelasi positif dengan kategori kuat. Dari bentuk korelasi yang didapatkan maka dapat disimpulkan
bahwa semakin besar kelembaban udara yang didapatkan maka curah hujan akan semakin tinggi untuk kota
Mataram maupun kota Denpasar.

Kata kunci : Curah hujan, kelembaban,regresi,korelasi


I. PENDAHULUAN yang lebih efektif untuk mengetahui
Indonesia merupakan negara ketergantungan dan pengaruh antar dua
beriklim tropis yang mempunyai dua variabel dibandingkan dengan metode
musim yaitu musim hujan dan musim statistik yang lain.
kemarau. Dalam siklus hidrologi hujan Kota Mataram memiliki topografi
merupakan faktor penting dalam wilayah yang berada pada ketinggian
menentukan kapasitas air yang ada di kurang dari 50 meter di atas permukaan
suatu Daerah dan juga kelembapan dalam laut (dpl) dengan rentang ketinggian
suatu daerah. Hujan yang turun di suatu sejauh 9 km, Kota Mataram terletak pada
daerah akan masuk ke dalam DAS, 08° 33’ - 08° 38’ Lintang Selatan dan
mengalir ke dalam sungai, dan akhirnya 116° 04’ - 116° 10’ Bujur Timur.
ke laut. Hujan yang terjadi akan berbeda- Umumnya Suhu udara di Kota Mataram
beda di setiap daerah, tergantung pada berkisar antara 20.4 °C sampai dengan
ketinggian daerah, iklim, musim, dan 32.10 °C. Kelembapan maksimum yaitu
faktor-faktor lain yang menyebabkan itu 92% dengan curah hujan rata-rata
turun. Curah hujan dan durasi hujan juga mencapai 1.256,66 mm per tahun, dan
menentukan banyaknya jumlah air yang jumlah hari relatif 110 hari per tahun.
turun pada daerah tersebut Sedangkan Kota Denpasar berada pada
(Prawaka,2016). ketinggian 0-75 meter dari permukaan
Pada penelitian ini lokasi yang laut, Kota Denpasar terletak pada posisi
digunakan adalah Kota Mataram dan 8°35’31” sampai 8°44’49” Lintang
Kota Denpasar, Latar belakang pemilihan Selatan dan 115°00’23” sampai
dua lokasi tersebut adalah untuk 115°16’27” Bujur Timur. Curah hujan
mengetahui seberapa besar curah hujan rata-rata sebesar 244 mm per bulan,
yang dipengaruhi oleh kelembapan udara dengan curah hujan yang cukup tinggi
di dua kota tersebut sedangkan yang terjadi pada bulan Desember. Sedangkan
secara umum diketahui Kota Mataram suhu udara rata-rata sekitar 29.8 °C.
dan Kota Denpasar tersebut termasuk Oleh karena itu, untuk mengetahui
Kota yang Panas. Pengolahan Data yang faktor-faktor yang mempengaruhi curah
digunakan adalah Analisis Regresi dan hujan yang terjadi di dua kota tersebut
Analisis Korelasi, Kedua metode tersebut dilakukan Analisis Regresi dan Korelasi,
digunakan karena merupakan metode sehingga diketahui pula seberapa besar
pengaruh faktor atau variabel-variabel
meteorologi terhadap curah hujan di Kota
Mataram dan Kota Denpasar. 𝑛 (∑ 𝑥𝑦)−( ∑ 𝑥).(∑ 𝑦)
b = 2 (2.2)
𝑛 (∑ 𝑥 2 )−(∑ 𝑥)

II. METODE
∑ 𝑦 − 𝑏.( ∑ 𝑥)
Dalam penelitian ini, Data yang a = 𝑛
(2.3)

digunakan berupa data sekunder dari


stasiun Meteorologi Bandara 2.2 Analisis Korelasi
Internasional Lombok untuk kota Dalam analisis Korelasi ini
Mataram dan Stasiun Geofisika Sanglah terdapat dua variabel yang dikatakan
untuk kota Denpasar yang berupa data berkorelasi apabila perubahan pada
curah hujan dengan data kelembapan variabel yang satu akan diikuti
udara. Metode yang digunakan dalam perubahan pada variabel yang lain
pengolahan data ini adalah metode secara teratur dengan arah yang sama
Regresi dan Korelasi menggunakan (korelasi positif) atau berlawanan
software Microsoft Exel dan (korelasi negatif), hubungan dua
OriginPro2016 64Bit. variabel tersebut dapat terjadi karena
adanya hubungan sebab akibat.
2.1 Analisis Regresi Untuk menentukan hubungan antara
Dalam analisis regresi, dua variabel, digunakan persamaan
variabel yang mempengaruhi disebut berikut (Walpole, 1993).
variabel independent (variabel bebas)
dan variabel dependent (variabel 𝑛 (∑ 𝑥𝑦)−(∑ 𝑥).(∑ 𝑦)
r= (2.4)
2
√𝑛(∑ 𝑥 2 )−(∑ 𝑥)2 .√𝑛 (∑ 𝑦 )−(∑ 𝑦)2
terikat). Dalam penelitian ini
kelembapan udara sebagai variabel Tabel 1. Interpretasi serta analisis
bebas dan curah hujan sebagai koefsien korelasi
variabel terikat. Untuk mengetahui Interval Keterangan
ketergantungan suatu variabel 0.00 - 0,199 sangat rendah
digunakan digunakan persamaan 0,20 - 0,3999 Rendah
berikut untuk menghitung nilai 0,40 - 0,5999 Sedang
Koefisien regresi (Soleh,2005). 0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 sangat kuat
y = a + bx (2.1) Sumber :Sugiyono,2010
III. HASIL DAN PEMBAHASAN sedangkan kelembapan minimum
A. Hasil pengolahan data Kelembapan 67% terjadi pada bulan Oktober, akan
udara dan curah hujan untuk Kota tetapi pada penelitian ini dengan
Mataram dan Kota Denpasar. interval tahun 2006, 2008, 2010,
2012 dan 2014 kelembapan
maksimum 89.7 % terjadi pada bulan
Juni 2012, sedangkan kelembapan
minimum 73.76 % terjadi pada bulan
Agustus 2008. Sedangkan untuk kota
Denpasar kelembapan maksimum
88.35 % terjadi pada bulan Maret
2012, dan kelembapan minimum 73.9
% terjadi pada bulan September
Gambar 1. Grafik kelembapan udara antara
2014. Terlihat bahwa pada titik
kota mataram dan Kota Denpasar
maksimum terjadinya kelembapan di
kota Mataram, hampir berbanding
terbalik dengan kelembapan yang
terjadi di kota Denpasar dengan
kelembapan 74.03 %.
Berdasarkan grafik pada
Gambar 2 terlihat bahwa ada

Gambar 2. Grafik curah hujan antara kota perbedaan curah hujan di kota

mataram dan Kota Denpasar Mataram dan Kota Denpasar dalam

Berdasarkan grafik pada waktu yang berbeda-beda, di kota

Gambar 1 terlihat bahwa ada Mataram curah hujan maksimum

perbedaan Kelembapan udara di kota 19.73 mm terjadi pada bulan Februari

Mataram dan Kota Denpasar dalam 2014 dan untuk curah hujan

waktu yang berbeda-beda, secara minimum 0 untuk bulan September

umum karakteristik kota Mataram 2014 serta 0.03 mm pada bulan Juli

memiliki Kelembapan maksimum 2014. Sedangkan untuk Kota

92% yang terjadi pada bulan Januari, Denpasar curah hujan maksimum

April, Oktober dan November, 23.56 mm terjad pada bulan Januari


2012 dan untuk curah hujan
minimum 0 terjadi pada bulan hujan sebesar 25.2 % sedangkan
September 2012. sisanya sebesar 74.8 % dipengaruhi
oleh faktor lain. Sedangkan untuk nilai
B. Hasil Pengolahan Data Kelembapan Regresi yang didapatkan adalah Y =
udara dengan curah hujan untuk 0.593 x – 43.43 yang menunjukkan
Kota Mataram bahwa jika 1 % kenaikan kelembapan
udara, maka akan menaikkan 0.593 mm
curah hujan dan jika kelembapan udara
bernilai nol maka curah hujan yang
terjadi -43.43.

C. Hasil pengolahan data Kelembapan


udara dengan curah hujan untuk

Gambar 3. Grafik Hubungan antara Kota Denpasar

Kelembaban udara dengan curah hujan


di Kota Mataram
Berdasarkan Grafik pada
Gambar 3, yang menunjukkan bahwa
bentuk hubungan kelembapan udara
dengan curah hujan di Kota Mataram
adalah Linier Positif dengan nilai
korelasi sebesar 0.50242, dari nilai
korelasi yang didapatkan maka Gambar 4. Grafik hubungan antara
diketahui bahwa hubungan antara kelembapan udara dengan curah
kelembapan udara dengan curah hujan hujan di kota Denpasar.
tersebut termasuk kategori sedang. Berdasarkan grafik pada
Dengan demikian berarti kelembapan Gambar 4, yang menunjukkan bahwa
udara memiliki hubungan sedang bentuk hubungan kelembapan udara
terhadap curah hujan. Nilai koefisien dengan curah hujan di Kota Mataram
determinasi sebesar 0.252, nilai ini adalah Linier Positif dengan nilai
menunjukkan kemampuan kelembapan korelasi sebesar 0.76577, dari nilai
udara dalam mempengaruhi curah korelasi yang didapatkan maka
diketahui bahwa hubungan antara Gambar 5 Grafik kelembapan udara
kelembapan udara dengan curah kota mataram pada interval 5 tahun
hujan tersebut termasuk kategori
kuat. Dengan demikian berarti Berdasarkan Grafik pada
kelembapan udara memiliki gambar 5 terlihat bahwa pola yang
hubungan kuat terhadap curah hujan. dibentuk adalah seragam, hal ini
Nilai koefisien determinasi sebesar menandakan kelembapan udara di
0.586, nilai ini menunjukkan Kota Mataram pada tahun 2006, 2008
kemampuan kelembapan udara dalam 2010,2012 dan 2014 pola waktu
mempengaruhi curah hujan sebesar kelembapan udaranya hampir sama.
58.6 % sedangkan sisanya sebesar Pada tahun 2006 kelembapan
41.4 % dipengaruhi oleh faktor lain. maksimum 84.28 % terjadi pada
Sedangkan untuk nilai Regresi yang bulan April, sedangkan kelembapan
didapatkan adalah Y = 1.208 x – minimum 74.23 % terjadi pada bulan
90.26 yang menunjukkan bahwa jika September, pada tahun 2008
1 % kenaikan kelembapan udara, kelembapan maksimum 84.11 %
maka akan menaikkan 1.208 mm terjadi pada bulan Desember,
curah hujan dan jika kelembapan sedangkan kelembapan minimum
udara bernilai nol maka curah hujan 73.76 % terjadi pada bulan Agustus,
yang terjadi 90.26. pada tahun 2010 kelembapan
maksimum 84.07 % terjadi pada
D. Hasil pengolahan data Kelembapan bulan juni, sedangkan kelembapan
udara dengan curah hujan untuk minimum 79.33 % terjadi pada bulan
Kota Denpasar Interval 5 tahun April, pada tahun 2012 kelembapan
maksimum 89.7% terjadi pada bulan
juni, sedangkan kelembapan
minimum 81.81 % terjadi pada bulan
Januari, dan pada tahun 2014
kelembapan maksimum 88.64 %
terjadi pada bulan Mei, sedangkan
kelembapan minimum 77.5 % terjadi
pada bulan November.
minimum 0 terjadi pada bulan
September, dan pada tahun 2014
curah hujan maksimum 19 mm
terjadi pada bulan Februari,
sedangkan curah hujan minimum
0.03 terjadi pada bulan Juli. Terlihat
pada Grafik tersebut bahwa di bulan
Oktober untuk tahun 2010 kelihatan
menjulang tinggi mencapai 15.58
Gambar 6. Grafik curah hujan kota mm, berbeda dengan bulan-bulan
mataram pada interval 5 tahun lainnya yang berbentuk seperti
mangkok, hal yang
Berdasarkan Grafik pada mempengaruhinya adalah suhu,
gambar 6 terlihat bahwa pada tahun Suhu pada bulan oktober sebesar
2006, 2008, 2012, dan 2014 polanya 32.168o C, sehingga curah hujan pada
seperti mangkok tetapi pada tahun bulan oktober besar. Selain itu yang
2010 terlihat ada yang berbeda. Pada mempengaruhi curah hujan pada
tahun 2006 curah hujan maksimum bulan oktober adalah Angin Monsun
10.42 mm terjadi pada bulan Maret, Barat yang berhembus di bulan
sedangkan curah hujan minimum oktober-april, Angin monsun barat
0.03 mm terjadi pada bulan bergerak pada saat matahari berada di
September, pada tahun 2008 curah belahan bumi bagian selatan yang
hujan maksimum 13.18 mm terjadi mengakibatkan daerah Benua
pada bulan Desember, sedangkan Australia akan mengalami musim
curah hujan minimum 0 terjadi pada panas, sehingga bertekanan rendah,
bulan Agustus, pada tahun 2010 sedangkan suhu di Benua Asia lebih
curah hujan maksimum 15.58 mm dingin dan bertekanan lebih tinggi.
terjadi pada bulan Oktober, Sifat dari angin itu sendiri akan
sedangkan curah hujan minimum bertiup dari daerah bertekanan tinggi
1.83 mm terjadi pada bulan April, ke daerah yang bertekanan rendah,
pada tahun 2012 curah hujan sehingga angin akan bertiup dari
maksimum 17 mm terjadi pada bulan Benua Asia menuju Benua Australia,
Februari, sedangkan curah hujan karena menuju ke daerah selatan
garis Khatulistiwa , maka angin akan Juli, pada tahun 2010 kelembapan
dibelokkan kea rah kiri. Jika angin maksimum 83.55 % terjadi pada bulan
Monsun Barat terjadi maka wilayah Desember, sedangkan kelembapan
Indonesia khususnya akan minimum 75.45 % terjadi pada bulan
mengalami musim hujan akibat Maret, pada tahun 2012 kelembapan
adanya massa uap air yang dibawa maksimum 88.35 % terjadi pada bulan
oleh angin ini, saat melelui Samudera Maret, sedangkan kelembapan
Pasifik dan Laut Cina Selatan. minimum 74.03 % terjadi pada bulan
Oktober, dan pada tahun 2014
kelembapan maksimum 83.09 % terjadi
pada bulan Desember, sedangkan
kelembapan minimum 73.9 % terjadi
pada bulan September. Perbedaan pola
Kelembapan udara di kota Denpasar
terjadi karena pada bulan Mei, Juni,
Juli, Agustus Lama penyinaran yang
terjadi kecil yaitu 3-4 Knot. Hal itulah
yang menyebabkan Kelembapan udara

Gambar 7. Grafik Kelembapan udara pada bulan tersebut Tinggi.

kota Denpasar pada interval 5 tahun

Berdasarkan Grafik pada


Gambar 7 terlihat bahwa pola yang
terbentuk sama, kecuali untuk tahun
2010. Pada tahun 2006 kelembapan
maksimum 82.61 % terjadi pada bulan
Januari, sedangkan kelembapan
minimum 74.52 % terjadi pada bulan
oktober, pada tahun 2008, kelembapan Gambar 8, Grafik curah hujan kota
maksimum 81.71 % terjadi pada bulan Denpasar pada interval 5 tahun
November, sedangkan kelembapan
minimum 75.96 % terjadi pada bulan
Berdasarkan Grafik pada adalah 0.50242, nilai tersebut
gambar 8 terlihat bahwa pola curah menunjukkan bahwa bentuk korelasi
Hujan yang dibentuk dari tahun ke yang didapatkan adalah korelasi positif,
tahun adalah seragam. Pada tahun 2006 jika dilihat dari nilai korelasi hubungan
curah hujan maksimum 15.58 mm variabel tersebut termasuk kategori
terjadi pada bulan Januari, sedangkan sedang. Sedangkan untuk kota Denpasar,
curah hujan minimum 0.03 mm terjadi nilai koefisien regresinya adalah Y=
pada bulan September, pada tahun 2008 1.208 x – 90.26 dan nilai korelasi adalah
curah hujan maksimum 13.51 mm 0.76577. Nilai korelasi yang didapatkan
terjadi pada bulan Februari, sedangkan tidak jauh berbeda dengan Kota
curah hujan minimum 0.024 mm terjadi Mataram. Sehingga bentuk korelasi yang
pada bulan Agustus, pada tahun 2010 didapatkan sama yaitu korelasi positif
curah hujan maksimum 14.23 mm dengan kategori kuat. Dari bentuk
terjadi pada bulan Desember, korelasi yang didapatkan maka dapat
sedangkan curah hujan minimum 1.16 disimpulkan bahwa semakin besar
mm terjadi pada bulan Maret, pada kelembaban udara yang didapatkan maka
tahun 2012 curah hujan maksimum curah hujan akan semakin tinggi untuk
23.56 mm terjadi pada bulan Januari, kota Mataram maupun Kota Denpasar.
sedangkan curah hujan minimum
0.0064 mm terjadi pada bulan Agustus,
dan pada tahun 2014 curah hujan DAFTAR PUSTAKA
maksimum 13.19 mm terjadi pada
bulan Desember, sedangkan curah Prawaka Fanny.Dkk.2016. Analisis Data
hujan minimum 0 mm terjadi pada Curah Hujan yang Hilang Dengan
bulan September. Menggunakan Metode Normal Ratio,
Inversed Square Distance, dan Rata-
IV. KESIMPULAN Rata Aljabar (Studi Kasus Curah
Berdasarkan uraian hasil dan Hujan Beberapa Stasiun Hujan Daerah
pembahasan diatas, dapat disimpulkan Bandar Lampung). Universitas
bahwa dengan Analisis Regresi dan Lampung.Lampung.
Korelasi didapatkan nilai koefisien Sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif
regresi untuk Kota Mataram adalah Y= kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.
0.593 x – 43.43 dan nilai untuk korelasi
Soleh, Ahmad Z. 2005. Ilmu Statistika
Pendekatan Teoritis dan Aplikatif
disertai contoh penggunaan SPSS.
Rekayasa Sains Bandung. Bandung.
Walpole, Ronald E. 1993, Pengantar
Statistika edisi ke-3. PT Gramedia
Pustaka Utama.
Jakarta.
http://www.bmkg.go.id/cuaca/prakiraan-
cuaca.bmkg?Kota=Mataram&AreaID
=501421&Prov=22. Diakses pada 10
Juni 2017.
http://balai3.denpasar.bmkg.go.id/. Diakses
pada 10 Juni 2017.

Anda mungkin juga menyukai