Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu sumber energi yang terpenting di dunia adalah air. Air
merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Oleh karena
itu jika kebutuhan akan air belum tercukupi maka dapat memberikan dampak
yang besar terhadap kerawanan kesehatan maupun sosial. Di dalam sel hidup,
baik tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di
dalam sel tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan
terkandung lebih dari 67% (Manik, Ristiati, 2004). Dari jumlah 40 juta mil
kubik air yang berada di permukaan dan didalam tanah, ternyata tidak lebih dari
0,5% (0,2 juta mil kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk
kepentingan manusia. Menurut departemen kesehatan (1994), di Indonesia rata-
rata keperluan air adalah 60 liter per kapita, meliputi : 30 liter untuk keperluan
mandi, 15 liter untuk keperluan minum dan sisanya untuk keperluan lainya.
Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka
jumlah penyediaan air selalu meningkat untuk setiap saat. Akibatnya banyak
kegiatan pengadaan sumber-sumber air yang berasal dari air tanah. Padahal
permasalahannya, air tanah sering mengandung zat besi (Fe) cukup besar.
Unsur Fe2+ adalah unsur alam dari tanah dan batuan. Keberadaan Fe di air
biasanya berhubungan dengan pelarutan batuan dan mineral, terutama oksida,
sulfide, karbon dan silikat yang mengandung logam logam tersebut
konsentrasi Fe tinggi umumnya terdapat pada air sumur dalam, dimana
konsentrasi Fe dapat mencapai lebih dari 10 mg/L. ( Kawamura, 2000). Adanya
kandungan Fe dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi
kuning-coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara. Di samping dapat
mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau yang kurang enak serta

1
menyebabkan warna kuning pada diding bak serta bercak-bercak kuning pada
pakaian.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, salah satu alternatif yang dapat
dilakukan dengan cara mengolah air tersebut sehingga didapatkan air dengan
kualitas yang memenuhi syarat kesehatan. Oleh karena itu, sangat perlu cara-
cara pengolahan air minum terkait dengan penghilangan konsentrasi Fe di
dalam air salah satunya dengan menggunakan metode aerasi. Salah satu metode
aerasi yang dapat digunakan yaitu dengan waterfall aerator (aerator air terjun).
Aerasi adalah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen
kedalam air. Penambahan oksigen dilakuan sebagai salah satu usaha
pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam air,
sehinggang konsentrasi zat pencemar akan hilang atau bahkan dapat
dihilangkan sama sekali. Pada prakteknya terdapat dua cara untuk
menambahkan oksigen kedalam air yaitu dengan memasukkan udara ke dalam
air dan atau memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen (Sugiharto,
1987).
Tujuan utama proses aerasi ialah agar O2 di udara dapat bereaksi dengan
kation yang ada di dalam air olahan. Reaksi kation dan oksigen menghasilkan
oksidasi logam yang sukar larut dalam air sehingga dapat mengendap. Manfaat
yang didapat dari proses ini yaitu menghilangnya rasa serta bau tidak enak,
menghilangnya gas-gas yang tidak dibutuhkan (CO2, methane, hydrogen
sulfida), meningkatnya derajat keasaman air (karena kadar CO2 dihilangkan),
serta menambah gas-gas yang diperlukan ataupun untuk mendinginkan air.
Selain itu dengan proses aerasi juga dapat menurunkan kadar besi (Fe) dan
magnesium (Mg).Kation Fe2+ atau Mg2+ bila disemburkan ke udara akan
membentuk oksida Fe3O3 dan MgO .
Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan adanya percobaan
pembuatan aerator jenis waterfall aerator (aerator air terjun) yang berfungsi
mengkontakan oksigen kedalam air, sehingga kadar Fe dapat diturunkan.

2
Pembuatan waterfall aerator (aerator air terjun) dalam percobaan ini di
bedakan menjadi 2 aerator, aerator yang pertama dengan ketinggian 150 cm dan
aerator kedua dengan ketinggian 190 cm. Ketingian pada kedua aerator dibuat
berbeda, sehingga dapat diketahui tingkat keefektifan alat yang paling efekfit.
Hasil dari percobaan yang dilakukan dapat direkomendasikan untuk
diimplementasikan kepada masyarakat. Diharapkan dengan penggunaan
metode ini dapat membantu penyediaan air bersih.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembuatan waterfall aerator (aerator air terjun)?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil antara waterfall aerator (aerator air terjun)
dengan ketinggian yang berbeda (150 cm dan 190 cm)?

C. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Membuat media penurunan kadar Fe dalam air
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bahan baku untuk membuat waterfall aerator (aerator air
terjun)
b. Mengatuhi langkah-langkah atau cara pembuatan waterfall aerator
(aerator air terjun)
c. Mengetahui hasil dari pembuatan waterfall aerator (aerator air terjun)
d. Mengetahui perbedaan hasil antara waterfall aerator (aerator air terjun)
dengan ketinggian berbeda

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Air
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang
dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas ataupun
dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air
tanah, air hujan, air laut yang berada didarat. Air adalah salah satu diantara
pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. upaya
air yang masuk ketubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak
menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan
transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya
kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan.
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air).Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi
dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus
kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat
secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak berbau pada kondisi standar.

B. Penyediaan Air Bersih


Dengan perkembangan peradapan serta semakin bertambahnya jumlah
penduduk di dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya
yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air yang pada
hakikatnya dibutuhkan. Berbeda dengan beberapa abad yang lalu, saat ini
khususnya di kota yang sudah langka akan sumber air minum tidak mudah

4
untuk mendapatkan air minum yang bersih. Adapun beberapa sumber air
minum, antara lain:
a. Air Laut
Mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCl air kuat 3% sehingga air laut tidak memenuhi persyaratan untuk air
minum.
b. Air Atmosfer,
Dalam keadaan murni sangat bersih, pengotoran dapat terjadi oleh
kotoran atau debu industri dan lain sebagainya melalui udara. Air hujan
mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-
bak reservoir sehingga mempercepat terjadinya korosi (karatan). Air hujan
juga memiliki sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.
c. Air Permukaan
Air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air
permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya
oleh lumpur, batang kayu, dedaunan, kotoran industri kota dan sebagainya.
Air permukaan ada 2 macam, yakni:
1) Air Sungai
Dalam penggunaanya sebagai air minum, haruslah mengalami
suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai pada
umumnya mempunyai derajat pengotoran sangat tinggi.
2) Air Rawa (Danau)
Kebanyakan air rawa berwarna, disebabkan oleh adanya zat-zat
organis yang membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air
yang menyebabkan warna kuning coklat.

5
d. Air Tanah
1) Air Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Lumpur akan tertahan, demikian juga dengan sebagian bakteri,
sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat
kimia (garam-garam yang larut) karena melalui lapisan tanah yang
mempunyai unsure-unsur kima tertentu. Lapisan tanah ini berfungsi
sebagai saringan, tetapi pengotoran juga masih terus berlangsung
terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah setelah menemui
lapisan rapat air.
2) Air Tanah Dalam
Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama.Pengambilan air
tanah dalam tak semudah pada air dangkal, harus menggunakan bor dan
memasukkan pipa kedalamnya (biasanya antara 100-300 m).
3) Mata Air
Merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kualiatas (kualitasnya sama dengan
keadaan air dalam).
Air permukaan dan air sumur Biasanya mengandung bahan-bahan
metal terlarut seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Air yang mengandung komponen-
komponen tersebut dalam jumlah yang tinggi disebut air sadah. Air yang
tidak terpolusi tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air yang tidak
mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang
ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk
keperluan tertentu, misalnya untuk air minum (aie ledeng, air sumur),
berenang/rekreasi (kolam renang, air laut di pantai), mandi (air ledeng,air
sumur), kehidupan hewan air (air sungai, danau), pengairan dan keperluan
industri. Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak

6
dapat digunakan secara normal disebut polusi. Karena kebutuhan makhluk
hidup akan air sangat bervariasi, maka batasan polusi untuk jenis air juga
berbeda (Heny, 2010).

C. Kadar Besi (Fe) dalam Air


Menurut Sutrisno, 2010 besi adalah salah satu elemen kimiayang dapat
ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan
badan air. Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat:
a. Terlarut sebagai Fe 2+ (Fero) atau Fe 3+ (Feri).
b. Tersuspensi sebagai butiran koloid (diameter < 1 m) atau lebih besar,
seperti Fe2O3, FeO, FeOH, Fe (OH), dan sebagainya.
c. Tergabung dengan zat organik atau zat padat yang inorganis (seperti tanah
liat). Pada air permukaan jarang ditemukan kadar besi (Fe) lebih besar dari
1 mg/l, tetapi di dalam air tanah kadar besi (Fe) dapat jauh lebih tinggi.
Konsentrasi kadar besi (Fe) yang tinggi ini dapat dirasakan dan dapat
menodai kain, dan perkakas dapur. Pada air yang tidak mengandung
oksigen (O2) seperti seringkali air tanah, besi berada sebagai Fe2+ (ferro)
yang cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan
terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini sulit larut pada pH 6
sampai 8 (kelarutan hanya di bawah beberapa m/1), bahkan dapat menjadi
Fe(OH)3 atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa
mengendap. Demikian pula dalam air sungai, besi berada sebagai Fe2+, Fe3+
terlarut dan Fe3+ dalam bentuk senyawa organis berupa koloid (Alaerts
dalam Sutrisno, 2010).

Menurut Sutrisno, 2010 Kadar besi (Fe) berada dalam tanah dan batuan
sebagai feroksida (Fe2O3) dan ferihidroksida (Fe(OH)2), ferosulfat (FeSO4)
dan besi organik komplek. Air tanah mengandung besi terlarut berbentuk ferro
(Fe2+) akan teroksidasi menjadi ferihidroksida (Fe(OH)3). Ferihidroksida dapat

7
mengendap dan berwarna kuning kecoklatan. Hal ini dapat menodai peralatan
dan cucian. Bakteri Besi (Crenothrix dan Gallionella) memanfaatkan besi ferro
(Fe3+) sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya dan mengendapkan
ferihidroksida. Pertumbuhan bakteri besi yang terlalu cepat (karena adanya besi
fero) menyebabkan diameter pipa berkurang dan lama kelamaan pipa akan
tersumbat.

D. Aerasi
Perpindahan masa zat dari proses gas ke fase cair atau sebaliknya,
terjadi bila ada kontak antara permukaan cairan dengan udara. Di dalam praktek
pengolahan air umumnya udara dan proses perpindahan gas umumnya diberi
istilah Aerasi. Gas gas yang menjadi perhatian dibidang pengolahan air
adalah O2, CO2 CH H2S4, NH3 dan CI2. Gaya penggerak perpindahan massa
dari udara ke dalam air atau sebaliknya, dikendalikan oleh perbedaan
konsentrasi zat di dalam air atau sebaliknya dikendalikan oleh perbedaan
konsentrasi zat di dalam larutan dan kelarutan gas pada konsentrasi tertentu
(Sutrisno, 2010).

E. Prinsip Pengolahan Air secara Aerasi


Menurut Tjokrokusumo dalam Sutrisno, 2010, aerasi adalah
pengolahan air dengan cara mengontakkannya dengan udara. Aerasi secara luas
telah digunakan untuk mengolah air yang mempunyai kandungan kadar besi
(Fe) terlalu tinggi (mengurangi kandungan konsentrasi zat padat terlarut). Zat
zat tersebut memberikan rasa pahit pada air, menghitamkan pemasakan beras
dan memberikan noda hitam kecoklat coklatan pada pakaian yang dicuci.

F. Proses Aerasi
Proses aerasi adalah oksigen yang ada di udara, akan bereaksi dengan
senyawa ferus dan manganous terlarur merubah mereka menjadi ferric (Fe) dan

8
manganic oxide hydrates yang tidak bisa larut. Setelah itu dilanjutkan dengan
pengendapan (sedimentasi) atau penyaringan (filtrasi). Perlu dicatat bahwa
oksidasi terhadap senyawa besi di dalam air tidak selalu terjadi dalam waktu
yang cepat.
Apabila air mengandung zat organik, pembentukan endapan besi
melalui proses aerasi terlihat sangat tidak efektif. Untuk pengolahan iar minum,
kebanyakan dilakukan dengan menyebarkan air agar kontak dengan udara
melalui tetesan tetesan air yang kecil (Waterfall aerator / aerator air terjun),
atau dengan mencampur air dengan gelembung gelembung udara (bubble
aerator). Dengan kedua cara tersebut jumlah oksigen bisa dinaikkan sampai 60
80% (dari jumlah oksigen yang tertinggal, yaitu air yang mengandung
oksigen sampai jenuh). Pada aerator terjun (waterfall aerator) cukup besar bisa
menghilangkan gas gas yang terdapat dalam air (Sutrisno, 2010).
Penurunan karbon dioksida (CO2) oleh waterfall aerator cukup berarti,
tetapi tidak memadai apabila air yang diolah sangat korosif. Pengolahan
selanjutnya seperti pembubuhan kapur atau dengan saringan marmer atau
delomite yang dibakar masih dibutuhkan (Pujiati, dkk, 2007).

G. Tujuan Aerasi
Tujuan aerasi adalah menghilangkan rasa dan bau (yang disebabkan
hidrogen sulfida dan komponen organik) dengan oksida/velatilisasi,
mengoksidasi Fe, transfer O2 ke dalam air dan membebaskan volitali gas dari
dalam air. Oksidasi Fe dapat berjalan dengan baik pada pH 7,5 8 dalam waktu
15 menit. Endapan besi yang terbentuk dapat dihilangkan dengan koagulan dan
filtrasi. Aerasi mampu mengendapkan besi jika tidak ada zat organik jenis
humik dan fulvik acid (jika ada zat tersebut akan membentuk senyawa
kompleks dengan besi yang tidak dapat mengendap secara sempurna setelah
aerasi, dan biasanya ikatan kompleks ini berwarna, selain itu memperlambat
proses oksidasi).

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan media
penurunan Fe adalah sebagai berikut:
a. Alat
Solder listrik
Botol plastik air mineral ukuran 1 liter yang digunakan sebagai tempat
hasil penyaringan air
Botol gelas 250 ml untuk wadah sampel air hasil penyaringan
Nampan
Kayu
Gunting
Pisau
Penggaris
Paku
Penyangga
Bak
Kawat
Spons
b. Bahan
Besi berkarat 5 kg
Air bersih secukupnya
Air keruh secukupnya

10
B. Cara Pembuatan
Proses pembuatan media penyaringan air secara sederhana dengan
metode aerasi adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan percobaan.
2. Menyiapkan beberapa kayu, kemudian diukur sesuai dengan ketentuan
masing-masing model alat, dan dipotong sesuai dengan ukuran yang
ditentukan.
3. Melubangi 20buah nampan yang akan digunakan sebagai media aerasi
menggunakan solder .
4. Merangkai alat dengan 2 model yang masing-masing model memilki
ketentuan yang berbeda. Pada model alat pertama menggunakan model
dengan ketentuan 3 buah nampan dan jumlah lubang yang sama pada tiap
nampan. Dirangkai dengan jarak yang sama yakni 85 cm dan jarak 20 cm
dari nampan paling bawah dengan wadah hasil aerasi.
5. Memodifikasi alat kedua dari alat pertama dengan ketentuan 3 buah
nampan dan jumlah lubang yang sama pada tiap nampan. Dirangkai dengan
jarak yang sama yakni 85 cm dan jarak 20 cm dari nampan paling bawah
dengan wadah hasil aerasi.

C. Proses
Media Aerasi dibuat dalam 2 model, yakni model waterfall aerator
dengan perbedaan ketinggian antar media. Media 1 dengan tinggi 1,5 m dan
media 2 dengan tinggi 1,9 m. Air mengandung besi (air baku) yang dimasukkan
ke dalam media aerasi akan mengalami serangkaian proses kimia hingga akan
terjadi penurunan kadar besi dalam air baku. Berikut merupakan serangkaian
proses yang dilalui oleh air tersebut.
1. Sebelum dituang ke dalam media, air baku yang telah dimasukkan ke
dalam beberapa botol air mineral 1 liter di homogenkan dalam wadah bak

11
tujuannya agar konsentrasi kekeruhan dan kandungan besi pada air baku
merata.
2. Air baku dituangkan diatas media aerator secara bersamaan antara media 1
dan media 2. Waktu yang dibutuhkan dari masing-masing air baku pada
tiap media mulai dituang ke dalam media aerator hingga air tertampung
semua di wadah dihitung dengan stopwatch. Pada masing-masing media
terdapat 3 lapisan papan yang terbuat dari plastik dengan jumlah lubang 20
buah dengan diameter masing-masing 0,5 cm. Ketinggian papan antara
media 1 dan 2 berbeda-beda. Pada setiap papan diberi lapisan busa yang
berfungsi untuk menyaring molekul ferri yang tidak larut dalam air. Selain
itu busa juga dapat digunakan untuk menyaring zat padat yang terdapat
pada air baku.
3. Air baku mengalir secara perlahan melewati masing-masing papan yang
dilengkapi busa dari papan pertama, kedua, hingga ketiga. Dibagian bawah
aerator, diberi wadah sebagai tempat air hasil aerasi.
4. Perjalanan air mulai dituang hingga tertampung pada wadah hasil aerasi,
mengakibatkan air berkontak dengan oksigen dan terjadilah reaksi oksidasi
ferro (ion besi bervalensi 2+) menjadi ferri (partikel besi bervalensi 3+)
dengan oksigen. Reaksinya sebagai berikut :

Senyawa ferro (besi bervalensi 2+) memiliki kelarutan yang tinggi


dalam air. Sedangkan ferri (besi bervalensi 3+) sifatnya tidak larut dalam
air. Senyawa Fe(OH)3 akan mengendap dan tidak tercampur dengan air.

5. Setelah semua air hasil aerasi tertampung dalam wadah, stopwatch


dihentikan, dan air dihitung jumlahnya dengan gelas ukur. Tujuannya
untuk membandingkan jumlah air sebelum dan sesudah proses aerasi.
Selain itu, tingkat kejernihan air hasil aerasi pada masing-masing media
dibandingkan untuk mengetahui efektivitas kinerja masing-masing media.

12
6. Selama air baku mengalami kontak dengan udara, terjadi penurunan kadar
besi (Ferro) dalam air baku, sehingga air yang diperoleh kadar besinya
(Ferro) lebih rendah dari awalnya.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Percobaan dilakukan dengan media 1 lalu dilanjutkan dengan media 2.
Air keruh (air baku) diperoleh dengan merendam besi berkarat dalam air
selama 72 jam agar terbentuk cairan pekat yang mengandung Fe.
Pengukuran kekeruhan awal air baku dengan menggunakan parameter fisik
saja, yakni bau, rasa, dan warna. Hasil penyaringan dengan media I dan II
diperoleh hasil sebagaimana tertera pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Percobaan penyaringan air menggunakan alat filtrasi


sederhana
No. Kriteria Variasi 1 (150 Variasi 2 (190
cm) cm)
1. Volume air baku 1500 ml 1500 ml
2. Volume air baku setelah 980 ml 910 ml
melewati alat
3. Kekeruhan air baku Sangat keruh Sangat keruh
4. Kekeruhan air baku setelah Lebih jernih dari Lebih jernih dari
melewati alat air baku variasi 1
5. T melewati aerator 4 menit 28 detik 4 menit 1 detik

Sumber : Data Primer Terolah

14
B. PEMBAHASAN
Penyaringan air keruh (air baku) dengan menggunakan media 1 dan 2
memberikan hasil yang berbeda secara fisik. hal ini sesuai dengan kondisi air
hasil penyaringan media 1 yang lebih keruh dari media 2 serta jumlah partikel
padat yang melayang pada media 1 lebih banyak pula dari media 2. Hal ini
dapat disebabkan perbedaan ketinggian penampang dan jarak antar nampan.
Media pertama memiliki komponen dengan ketinggian 150 cm, jarak
antar nampan 20 cm, 65 cm, 65 cm (bawah ke atas) nampan setinggi 3 cm
berjumlah 3 buah dan lubang nampan 0,5 cm serta diberikan spon ketebalan 0,3
cm setiap nampan. Sedangkan media kedua memiliki ketinggian 190 cm, jarak
antar nampan 20 cm, 85 cm, 85 cm (bawah ke atas) nampan setinggi 3 cm
berjumlah 3 buah dan lubang nampan 0,5 cm serta diberikan spon ketebalan 0,3
cm setiap nampan.Dari semua komponen penyusun media aerasi, yang
memiliki ketinggian lebih tinggi diperoleh hasil yang lebih jernih. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya kontak air dengan O2 lebih besar dengan media
yang memiliki ketinggian lebih. Oleh karena itu hasil penyaringan air diperoleh
tingkat kejernihan yang berbeda.
Selain itu, adanya spon disetiap nampan berguna untuk penyaring
partikel-partikel padat yang terdapat dalam air baku seperti ranting-ranting
kayu, paku, dan lain-lain. Sehingga air yang dihasilkan terbebas dari benda-
benda tersebut.

15
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terdapat beberapa kesimpulan yang bisa ditarik dari percobaan aerasi
sederhana ini. Beberapa kesimpulan tersebut yakni sebagai berikut:
1. Media 1 yang lebih keruh dari media 2 serta jumlah partikel padat yang
melayang pada media 1 lebih banyak pula dari media 2 dengan alat ukur
menggunakan parameter fisik, yakni rasa, bau, dan warna.
2. Perlakuan perbedaan jarak nampan terhadap media aerasi berpengaruh
terhadap kejernihan air hasil yang dihasilkan.

B. Saran
Dalam percobaan yang dilakukan untuk menjernihkan air dengan cara
aerasi, dibuat dua media dengan susunan komponen yang sama namun
ketinggian nampan yang berbeda. Untuk menghasilkan air yang lebih jernih
sebaiknya menggunakan nampan yang lebih banyak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Heny. 2010. Pencemaran Air. [serial online]


http://henithree.student.umm.ac.id/download-aspdf/umm_blog_article26.pdf [11
Desember 2017]

Kawamura, S.2000.Integrated Design Of Water Treatment Facilities, John Wiley &


Sons Inc, New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapura.

Manik, Ristiati.2004. Analisis Kualitas Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum Isi
Ulang Di kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No1.,
diterbitkan Apri;l 2004;64-73.

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air

Pujiati, Rahayu Sri, dkk. 2007. Buku Panduan Praktikum Kesehatan Lingkungan.
Jember: Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Sugiharto (1987), Dasar dasar Pengelolaan Air Limbah, Cetakan Pertama, UI


Press, Jakarta.

Sutrisno, Joko. 2010. Removal Kadar Besi (Fe) dalam Air Bersih Secara Spray
Aerator Disertai Pembubuhan Kaporit [serial online].
http://digilib.unipasby.ac.id/files/disk1/6/gdlhubjokosutris-284-1-joko.pdf
[11 Desember 2017]

17

Anda mungkin juga menyukai