ABSTRAK
of conservation areas in the long term. Control efforts to capture and understand
the dynamics of fisheries, as well as managing fishing is a priority for the
management of fish resources, while the concept of community-based management
and co management issued as a supplement to cover the weakness of legal aspects
of the fishery management area or fishery resource
102
Upaya-Upaya Pengelolaan ........... Berkelanjutan di Indonesia (Banon, S., et al.)
103
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.3 No. 2 Nopember 2011 : 101-113
104
Upaya-Upaya Pengelolaan ........... Berkelanjutan di Indonesia (Banon, S., et al.)
105
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.3 No. 2 Nopember 2011 : 101-113
wilayah pesisir dan pulau pulau kecil, juga hidupnya atau dikenal sebagai highly
turut mewarnai perkembangan kebijakan migratory straddling (Maguire et al., 2006).
kawasan konservasi di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Dalam peraturan ini, Perikanan tangkap di Indonesia dapat
Menteri Kelautan dan Perikanan berwenang dibedakan berdasarkan kemampuan
menetapkan suatu kawasan konservasi jangkauan daerah penangkapan, dengan
perairan, dimana pengelolaannya diberikan mengacu pada klasifikasi Yamamoto
kepada pemerintah daerah, khususnya (1983), yaitu: (i) perikanan pesisir atau
untuk pengembangan KKLD (Kawasan coastal fishery, (ii) perikanan lepas pantai
Konservasi Laut Daerah). atau offshore fishery dan (iii) perikanan laut
lepas atau distant-water fishery. Meskipun
Kawasan perlindungan laut (Marine pada kenyataannnya untuk alat tangkap
Protected Areas, MPA) muncul sebagai tertentu kerapkali daerah penangkapan
suatu instrumen yang populer untuk antara perikanan pesisir dengan perikanan
konservasi laut dan pengelolaan perikanan. lepas pantai tidak dapat dipisahkan secara
Mengacu pada Resolusi 17.38 IUCNWorld tegas dan tumpang tindih daerah
Conservation Union (1988) yang ditegaskan penangkapan akan terjadi. Apalagi setelah
lagi dalam Resolusi 19.46 (1994), definisi keberhasilan motorisasi dan prasarana dan
MPA adalah perairan pasang surut sarana transportasi semakin baik, sehingga
termasuk kawasan pesisir dan pulau-pulau memungkinkan nelayan berpindah-pindah ke
kecil, termasuk tumbuhan dan hewan di tempat lain atau dikenal dengan andon
dalamnya, serta termasuk bukti sebagai upaya perluasan daerah
peninggalan sejarah dan sosial budaya di penangkapan dan menghindari kompetisi di
bawahnya, yang dilindungi secara hukum tempat asal. Berdasarkan Keputusan
atau cara lain yang efektif, baik dengan Menteri KP 13 tahun 2004 tentang
melindungi seluruh atau sebagian wilayah Pedoman Pengendalian Nelayan Andon
tersebut (Tilmant, 2000). Secara umum Dalam Rangka Pengelolaan Sumberdaya
diakui kawasan konservasi bersifat efektif Ikan, nelayan andon adalah nelayan yang
dalam meningkatkan kekayaan spesies melakukan kegiatan penangkapan ikan di
standding fish stocks (ikan demersal dan laut dengan menggunakan kapal perikanan
karang), tetapi bagi spesies ikan pelagis berukuran tidak lebih dari 30 (tiga puluh)
yang bersifat peruaya (migratory species) Gross Tonnage (GT) atau yang mesinnya
tidak cukup mendapatkan perlindungan dari berkekuatan tidak lebih dari 90 (sembilan
kawasan konservasi, terutama ukurannya, puluh) Daya Kuda (DK) dengan daerah
jumlah dan lokasi jauh lebih sempit dari penangkapan yang berubah-ubah atau
pada wilayah perikanan. berpindah-pindah sehingga nelayan tersebut
berpangkalan atau berbasis sementara
Pengelolaan sumber daya perikanan waktu atau dalam waktu yang relatif lama
dalam banyak hal tidak dapat hanya di pelabuhan perikanan di luar daerah asal
dilakukan dari pendekatan lokal saja, nelayan tersebut (pasal 1 angka 2). Setiap
bagaimanapun sumber daya ikan di nelayan andon yang akan melakukan
kawasan oseanik terdiri dari berbagai kegiatan penangkapan ikan di wilayah
kriteria seperti halnya jenis peruaya jauh pengelolaan perikanan Indonesia, wajib
dan jenis ikan yang berada pada kawasan terlebih dahulu memiliki Izin Usaha
yang melewati batas-batas ZEE suatu Perikanan (IUP) dan Surat Penangkapan
Negara dan laut lepas dalam siklus Ikan (SPI) (pasal 3), dikecualikan bagi
nelayan andon yang memiliki dan
106
Upaya-Upaya Pengelolaan ........... Berkelanjutan di Indonesia (Banon, S., et al.)
menggunakan 1 (satu) unit kapal penangkap sumber daya di suatu wilayah laut, dan terus
ikan berukuran sampai dengan 5 (lima) berupaya mengembangkan dan
Gross Tonnage (GT) dan atau yang kecenderungan menyeimbangkan aspek
mesinnya berkekuatan tidak lebih dari 15 ekonomi dan ekologi. Seperti, tuna di
(lima belas) Daya Kuda (DK) (pasal 4 Pasifik Selatan dipegang CCSBT. Tuna di
angka 1), artinya kewenangan yang dimiliki Laut India dipegang IOTC. Tuna di Atlantik
oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/ dipegang ICCAT. Kebijakan ini mungkin
kota ini tidak berlaku bagi penangkapan relatif lebih efektif bagi spesies tuna
ikan oleh nelayan kecil dan tidak akan (Thunnus maccoyii, (Castelnau, 1872) dan
membatasi usaha nelayan kecil dalam beberapa spesies tuna lainnya karena
mencari penghidupan. Dengan demikian, diberlakukan embargo perdagangan
nelayan kecil dapat memasuki dan Internasional bagi pelanggar.
menangkap ikan di wilayah laut daerah
tertentu di Indonesia. Pengelolaan Berbasis Masyarakat
107
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.3 No. 2 Nopember 2011 : 101-113
108
Upaya-Upaya Pengelolaan ........... Berkelanjutan di Indonesia (Banon, S., et al.)
2003 dalam Solihin, 2010). Bagi daerah yang peran habitat dalam mendukung perikanan;
memiliki kearifan lokal atau model 2) rendahnya tingkat pemahaman yang
pengelolaan CBM, perlu diperkuat dan berkaitan habitat dengan stok ikan, antara
dilengkapi dengan ko-manajemen yang stakeholders termasuk nelayan, para
lebih kompleks (Solihin dan Satria, 2007). ilmuwan, pembuat kebijaksanaan, dan para
Dengan merevitalisasi kearifan lokal di era manajer perikanan; 3) rendahnya tingkat
desentralisasi kelautan dapat menciptakan penerimaan masyarakat terhadap
pembagian wewenang yang seimbang pendekatan berbasis kawasan perlindungan
antara pemerintah (centralized government laut; dan 4) pengalaman terbatas
management) dengan masyarakat departemen perikanan dan lingkungan
(community based management), yang dalam pelayanan berkenaan dengan
dikenal dengan pengelolaan kolaboratif atau implementasi perikanan yang terintegrasi
ko-manajemen. dan pendekatan pengelolaan habitat
109
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.3 No. 2 Nopember 2011 : 101-113
Kesadaran masyarakat terhadap prinsip- ini didukung dari beberapa penelitian yang
prinsip konservasi pengelolaan sumber menyimpulkan secara umum, seperti :
daya perikanan nampaknya sangat sulit pemberdayaan SDM, pengurangan armada
dilaksanakan karena adanya kebutuhan kecil yang tidak efisien dan tidak ramah
ekonomi jangka pendek yang mendesak lingkungan, kapasitas kelembagaan
dan beragamnya pemahaman mereka perikanan dan kelautan, pemanfaatan
(nelayan) terhadap kelestarian. Sebagai sumber daya ikan harus sesuai dengan
contoh sebagian nelayan Karimunjawa tidak potensi lestari, rehabilitasi habitat lamun
peduli dan tidak mau tahu akan keberadaan dan mangrove, pelarangan penangkapan
daerah-daerah perlindungan, di sisi lain, pada waktu-waktu tertentu, melakukan
nelayan Karimunjawa menyadari bahwa budidaya, peningkatan pengawasan dan
tidak akan ada sanksi terhadap pelanggaran penegakan hukum di wilayah pesisir dan
memasuki kawasan zona inti maupun zona laut (Susilo, 2003, Pramono, 2006,.
perlindungan, karena pengawasan sulit Hamdan, 2008, Radarwati, et.al., 2010).
dilaksanakan dan kalau pun ada Dengan demikian, suatu proses menuju
pengawasan tidak akan terjadi apa-apa pengelolaan perikanan berkelanjutan masih
pada mereka (Mukminin, et al., 2006). dalam konsep yang bersifat himbauan
Pada pelaksanaannya kawasan konservasi moral. Oleh karena itu, pengendalian
kerapkali kurang efektif, karena adanya upaya penangkapan dan memahami
kesenjangan dan disharmonisasi aturan dinamika perikanan, serta mengelola
pengelolaan dan pemanfaatan di kawasan nelayan menjadi prioritas untuk pengelolaan
konservasi, serta perbedaan kepentingan sumber daya ikan, sedangkan konsep
dengan masyarakat karena kurangnya pengelolaan berbasis masyarakat dan co
pemahaman masyarakat tujuan management ditempatkan sebagai
pengelolaan, sehingga banyak pelanggaran pelengkap untuk menutupi kelemahan
hukum di bidang pengelolaan sumber daya wilayah pengelolaan perikanan/sumber
alam tidak mendapat sanksi hukum, selain daya ikan Republik Indonesia yang tertuang
itu tingkat pendidikan yang masih rendah dalam UU 31 Tahun /2004 dan UU 45 tahun
dan juga didorong oleh kebutuhan hidup 2009 tentang perubahan atas UU 31 tahun
(Purwanti, et al., 2008). Sementara data 2004 tentang perikanan.
empiris menujukkan pada kawasan padat
nelayan seperti Laut Jawa lebih banyak KESIMPULAN
ditemukan modifikasi dan diversifikasi alat
tangkap untuk menangkap segala spesies Berdasarkan konsep-konsep
yang masih tersedia. Dengan modifikasi pengelolaan dari konvensional sampai
dan divertifikasi di daerah penangkapan berbasis masyarakat dan ko-manajemen
padat nelayan dan lebih tangkap tanpa menunjukan pengelolaan sumber daya
pengelolaan yang tepat akan menggangu perikanan yang ada saat ini belum berjalan
pengelolaan sumber daya perikanan yang optimal dan berkelanjutan. Pengelolaan
berkelanjutan. bersama maupun pengelolaan sumber daya
perikanan berbasis ekosistem berhadapan
Harapan pengelolaan sumber daya dengan suatu kondisi masalah klasik
perikanan berkenjutan masih berhadapan seperti tidak adanya alternatif lapangan
dengan permasalahan dasar human kerja, tingkat pendidikan rendah,
dimension, sehingga pengelolaan sumber kemiskinan.dan penegakan hukum yang
daya perikanan yang ada saat ini belum lemah.
berjalan optimal dan berkelanjutan. Situasi
110
Upaya-Upaya Pengelolaan ........... Berkelanjutan di Indonesia (Banon, S., et al.)
111
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.3 No. 2 Nopember 2011 : 101-113
Howarth R.B..2007. Sustainability and the Nielsen J. R. & P. Degnbol. 2002. Fisheries
Fair-Sharing Principle, Environmental Co-Management - An Institutional
Studies Program Dartmouth College, Innovation. Perspectives and
Hanover, New Hampshire www.epa.gov/ Challenges Ahead. Paper no 216.
sustainability/ pdfs/howarth-epa-ord- Institute for Fisheries Management and
paper.pdf (downloaded 26/04/2011). Coastal Community Development (IFM).
Maguire, J.J., M.Sissenwine, J. Csirke, R. Pitcher, T.J. and D. Pauly. 1998. Rebuilding
Grainger and S. Garcia, 2006. The state ecosystems, not sustainability, as the
of world highly migratory, straddling and proper goal of fishery management. in
other high seas fishery resources and Reinventing Fisheries Management ed
associated species. FAO. Rome. T. Pitcher, D. Pauly & P. Hart, (1998)
Chapman & Hall Fish and Fisheries
Masyhuri, 2004. Co-Management dan Series. Pages 311-325 (Chapter 24 ).
Pengelolaan Sumber daya Perikanan di
Era Otonomi. Jur. Ekonomi dan Pomeroy, R. S., M.B. Mascia & R. B.
Pembangunan, XII (2):72- 96 Pollnac, 2006. Marine Protected Areas:
The Social Dimension. FAO Expert
Mukminin, A., T. Kartawijaya, Y. Herdiana, Workshop on Marine Protected Areas
I. Yulianto. 2006. Laporan Monitoring. and Fisheries Management: Review of
Kajian Pola Pemanfaatan Perikanan di Issues and Considerations (1214 June,
Karimunjawa (2003-2005). Wildlife 2006)
Conservation Society Marine Program
Indonesia. Bogor, Indonesia. 35pp. Pramono, B. 2006. Strategi Pengelolaan
Perikanan Jaring Arad yang Berbasis di
Morgan, G., D. Staples and S.F. Smith. Kota Tegal. Tesis. Program
2007. Fishing capacity management and Pascasarjana. IPB. Bogor. 100 hal (tidak
IUU fishing in Asia. Asia-Pacific Fishery dipublikasikan)
Commmision FAO of The United Nations
Regional Office for Asia and the Pacific. Purwanti, F, H.S Alikodra, S.Basuni & D.
Bangkok. RAP publication 2007/16. Soedharma. 2008. Pengembangan Co-
28pp. Management Taman Nasional
Karimunjawa. Ilmu Kelautan. Vol
Mullon, C., P. Fron and P. Cury, 2005. The 13(3):159-166
dynamics of collapse in world fisheries.
Fish and Fisheries. 6: 111120. Radarwati, S., M. S,. Baskoro, D. R.
Monintja, A. Purbayanto. 2010. Analisis
112
Upaya-Upaya Pengelolaan ........... Berkelanjutan di Indonesia (Banon, S., et al.)
Faktor Internal - Eksternal Dan Status Tilmant, J. 2000. Coral reef protected areas:
Keberlanjutan Pengelolaan Perikanan A guide for management. U.S Coral Reef
Tangkap Di Teluk Jakarta. Jurnal Task Force. Departement of the Interior.
Teknologi Perikanan Dan Kelautan. 1 Washington. 14 pp.
(1).
Tridoyo Kusumastanto, T (*) Revitalisasi
Satria, A., 2004. Paradigma Perikanan Sektor Kelanjutan dan Perikanan
Berkelanjutan. Republika, 16 Juli 2004 Secara Berkelanjutan. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut
Solihin. A. & A. Satria, 2007. Hak Ulayat Pertanian Bogor. tridoyo.blogspot.com
Laut di Era Otonomi Daerah sebagai
Solusi Pengelolaan Perikanan UNEP, 2007. Procedure for Establishing a
Berkelanjutan: Kasus Awig-awig di Regional System of Fisheries Refugia
Lombok Barat. Jur. Transdisplin in the South China Sea and Gulf of
Sosiologi, komunikasi dan Ekologi Thailand in the context of the UNEP/GEF
Manusia. 1 (1) : 67 -86. project entitled: Reversing
Environmental Degradation Trends in the
Solihin A. 2010. Desentralisasi Kelautan South China Sea and Gulf of Thailand.
dan Revitalisasi Kearifan Lokal. South China Sea Knowledge Document
www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/ No. 4. UNEP/GEF/SCS/Inf.4
index.php
Wilson, D.C. 2003. The community
Susilo, S. B. 2003. Keberfanjutan development tradition and fisheries co-
Pembangunan Pulau-Pulau Kecil: Studi management. In: The Fisheries Co-
Kasus Kelurahan Pulau Panggang Dan management Experience
Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta. Disertasi. Program Wijayanto, D., 2003. Wacana Modernisasi
Pascasarjana IPB. Bogor. 233 hal. (tidak Perikanan Nasional.
dipublikasikan) www.sinarharapan.co.id/ berita/0611/22/
opi01.html
113