Makalah Blok 1 Modul 2 Komunikasi & Empati
Makalah Blok 1 Modul 2 Komunikasi & Empati
Kelompok A4
Email : destin.2014fk051@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Manusia adalah makhluk hidup yang cerdas. Setiap manusia memiliki jiwa dan raga. Dengan
kata lain, pasien (manusia) adalah makhluk bio-psiko-sosial. Perawatan pasien tidak bisa
hanya memperhatikan sisi biomedis saja. Seorang pasien harus diperhatikan dari sisi
fisik, mental, dan sosial.Untuk sisi fisik, seorang dokter dapat memeriksa dan mengobati
pasien dengan peralatan klinik. Namun untuk sisi mental dan sosial, peralatan klinik ini
membantu. Maka dari itu, agar dapat memperhatikan pasien dari sisi mental dan sosial,
seorang dokter perlu menguasai keterampilan komunikasi dan empati serta ilmu perilaku.
Abstract
Humans are intelligent human beings. Every human being has a body and soul. In other
words, the patient (human) beings are bio-psycho-social. Patient care can not only pay
attention to the biomedical side only. A patient must be considered in terms of physical,
mental, and physical side sosial.Untuk, a doctor can examine and treat patients with clinical
equipment. But for the mental and social, clinical equipment helps. Therefore, in order to
observe the patient in terms of mental and social, a doctor needs to master the skills of
communication and empathy and behavioral sciences.
Masyarakat saat ini adalah tipe masyarakat yang membutuhkan perhatian serta sentuhan
kasih yang lebih besar karena kejenuhan mereka terhadap teknologi. Setiap kali mereka
menghadapi permasalahan yang mengganggu mental maupun fisik, mereka akan berusaha
mencari pertolongan. Dokter adalah salah satu tujuan yang kerap mereka datangi. Dengan
datang kepada dokter, mereka tidak hanya berharap dapat disembuhkan secara fisik, tetapi
juga secara mental.
Disinilah seorang dokter harus dapat melakukan komunikasi yang efektif kepada tiap
masyarakat yang datang untuk mencari pertolongan. Dengan bersedia mendengarkan tiap
keluhan mereka dengan sabar dan penuh perhatian, dokter secara tidak langsung telah
mengurangi penderitaan pasien. Terlebih dari itu, dengan menyampaikan informasi yang
benar ataupun memberikan kata-kata yang menyejukkan dan menguatkan, membuat pasien
semakin merasa tertolong. Dengan komunikasi yang efektif inilah, dokter dapat
meningkatkan kesehatan jiwa, kepuasan pasien, dan dapat mengurangi risiko malpraktik.
Selain mampu berkomunikasi secara efektif, dokter juga dituntut untuk memiliki rasa
empati. Empati adalah kemampuan untuk merasakan, menghayati, dan menempatkan diri
sendiri ditempat oranglain. Dengan berempati, dokter mampu meningkatkan pertumbuhan
pasien dalam hal kesucian, kebajikan, kasih dan hikmat spiritual. Tidak hanya itu, dengan
berempati dokter dapat menolong pasien untuk menjadi kuat, mandiri, dan dapat melihat
realitas kehidupannya.
Menurut Kurtz, dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang
digunakan:
Disease centered communication style atau doctor centered communication style
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,
termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.4
Illness centered communication style atau patient centered communication style
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara
individumerupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya,
harapannya,apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.4
Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta kebutuhan
pasien, patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama
dari pada doctor centered communication style.3
- Empati
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, empati memiliki definisi: keadaan mental yang
membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau
pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.2
Empati adalah keterampilan seseorang untuk menempatkan diri dalam sepatu orang lain;
dalam arti menempatkan diri dalam situasi / kondisi yang dialami orang lain.Sebelum
membahas lebih lanjut mengenai empati, ada baiknya bila kita membahas terlebih dahulu
perbedaan empati dengan simpati. Empati memiliki definisi sda., sedangkan simpati memiliki
definisi rasa kasih; rasa setuju (kepada); rasa suka.2
Ilmu Perilaku
Perilaku memiliki definisi: tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan.2
Definisi ini menekankan kata perilaku pada tanggapan, reaksi, wujud nyata dalam bentuk
tindakan. Terhadap kondisi yang sama, perilaku seseorang berbeda dengan perilaku orang
yang lain. Perilaku setiap manusia berbeda satu sama lain karena setiap manusia adalah
unik.Telah disebutkan bahwa perilaku setiap manusia berbeda satu sama lain. Hal ini
dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku masing-masing
manusia.Salah satu dari faktor ini adalah kepribadian.Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kepribadian didefinisikan: sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau
suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain.2
Bila perilaku menekankan pada tindakan nyata seseorang, kepribadian menekankan pada
sifat dan sikap seseorang. Sifat dan sikap seseorang tentunya memengaruhi perilaku orang
tersebut.Salah satu studi yang membantu menjelaskan ilmu perilaku adalah
Komunikasi & Empati
5
AnalisaTransaksionil. Studi ini dikembangkan oleh Eric Berne pada akhir tahun 1950-an.
Dalam Analisa Transaksionil, Eric Berne mencoba menjelaskan relasi antar manusia dengan
menggunakan ego state. Ada tiga ego state yang dikenal: orang tua, dewasa, dan anak-anak.
The parent ego state is based on thoughts and feelings copied from parents or parent
figures;the adult ego state relates to thoughts and feelings in the here and now; and the child
egostate is based on thoughts and feelings replayed from childhood.6
Dalam komunikasi dokter-pasien, dokter harus menyesuaikan diri dengan ego state pasien.
Bila ego state dokter sesuai dengan ego state pasien, diharapkan akan terjadi transaksi yang sehat
(transaksi komplementer). Bila ego state dokter tidak sesuai dengan ego state
pasien,dikhawatirkan komunikasi tidak berjalan dengan baik (transaksi silang). Hasil dari
transaksi komplementer tentunya lebih optimal dari transaksi silang.Selain menyesuaikan diri
dengan oknum / ego state pasien, dokter diharapkan mampu membimbing dan menuntun
komunikasi sehingga komunikasi berlangsung di antara ego state dewasa. Ego state dewasa
didasarkan pada kemampuan berpikir dan mengambil keputusan,sehingga hasil komunikasi
dokter-pasien akan lebih optimal.
Perubahan Perilaku
Transtheoretical Model (Stages of Changes)
Model ini telah digunakan secara luas dalam program intervensi berbasis pangan pada
bagian setting. Di UK (Inggris) pernah dilakukan sejumlah intervensi dalam pelayanan
kesehatan primer mereka. Model ini dikembangkan dari pengalaman dalam pelaksanaan
program yang berhubungan dengan perilaku merokok dan pemakaian obat-obatan terlarang.
Program ini meneliti perubahan sebagai suatu proses dan mengakui bahwa setiap orang
memiliki tingkat kesediaan atau motivasi yang berbeda untuk berubah. Model Transtheretical
mengemukakan enam tahap (stage terpisah. Melalui tahap-tahap ini, seseorang dapat berubah
ke arah perilaku sehat jangka panjang yang positif). Keenam tahap tersebut adalah:7
1. Prekontemplasi (belum menyatakan untuk berubah)
2. Kontemplasi (mempertimbangkan untuk berubah)
3. Persiapan (komitmen yang serius untuk berubah)
4. Tindakan/action (perubahan dimulai)
5. Pemeliharaan (mempertahankan perubahan)
6. Kekambuhan/relaps
Komunikasi & Empati
6
Model tersebut selanjutnya menyatakan bahwa subjek intervensi di dalam berbagai tahap
perubahan akan mendapat manfaat dari program intervensi yang disusun secara spesifik
menurut tahap tersebut. Subjek yang berada dalam tahap prekontemplasi memerlukan umpan
balik yang menyadarkan diri mereka tentang perlunya melakukan perubahan dan informasi
tentang sikap yang meyakinkan diri mereka akan manfaat dari perubahan tersebut. Subjek
yang berada dalam tahap kontemplasi dan preparasi (persiapan) memerlukan pelatihan
keterampilan, teknik pembelajaran melalui observasi, dan perubahan lingkungan guna
meyakinkan mereka tentang kemungkinan dan kemampuan mereka untuk berubah. Pemicu
dan faktor yang menghambat orang untuk mengambil tindakan.7
Daftar Pustaka
1. Russell, Andrew. Lecture Notes: The social basis of medicine. Singapore: UtopiaPress;
2009.
2. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia. KAMUS BESAR
BAHASAINDONESIA. Jakarta: Balai Pustaka; 2005.
3. Ali, Mulyohadi, Ieda Poernomo Sigit Sidi, Huzna Zahir, editor. Manual komunikasi
efektif dokter-pasien. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia; 2006.
4. Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. Teaching and learning communication skills in
medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press; 1998.
5. Stepien, Kathy A,B.S., M.A., Baernstein A. Educating for Empathy. journal of internal
general medicine. 2006 May;21(5):524-530.
6. Lawrence, Lesa. Applying transactional analysis and personality assessment toImprove
patient counseling and communication skills. American Journal
of Pharmaceutical Education. 2007 August;71(4):81.
7. Gibney Michael J, Margetts Barrie M, Kearney John M, Arab Lenore.Gizi kesehatan
masyarakat.Jakarta:Buku Kedokteran Indonesia;2005.151-2
8. Muttaqin Arif.Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika;2008. 84.