Anda di halaman 1dari 27

Diagnosis dan Penatalaksanaan Cephalohematoma pada Bayi Cukup

Bulan Besar Masa Kehamilan


Destin Marseli (102014051)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Jakarta Barat 11510
DESTIN.2014fk051@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Sebelum insulin tersedia, perempuan penderita diabetes jarang bisa hamil. Diabetes
menurunkan angka harapan hidup dan kesuburan mereka. Bilapun hamil, prognosis untuk ibu
tersebut dan bayinya buruk. Keberhasilan penanganan hamil diabetic bergantung pada
penyesuaian terhadap milieu metabolic abnormal diabetes ibu yang memajan janin in utero.
Perubahan status metabolic para penderita diabetes ini memiliki peranan besar dalam
perkemabngan sejumlah cirri bayi dari ibu diabetic (IDM, infants of diabetic mothers).
Perubahan ukuran bayi dari ibu diabetic juga terjadi, biasanya bayi akan membesar, dimana
ukuran bayi yang besar atau makrosomia ini dapat membuat trauma ketika persalinan normal
dan membuat benjolan pada kepala neonates. Cephalohematoma merupakan salah satu
bentuk benjolan ini. Pada makalah ini akan dibahas tentang diagnosis dan penatalaksanaan
cephalohematoma pada bayi cukup bulan besar masa kehamilan.
Kata kunci: Cephalohematoma, diabetes mellitus, makrosomia, trauma persalinan.

Abstract
Before insulin is available, women with diabetes rarely get pregnant. Diabetes lowers their
life expectancy and fertility. When pregnant, the prognosis for the mother and the baby is
poor. The successful treatment of diabetic pregnancy depends on adjustment to the abnormal
milieu of abnormal diabetic mothers who are exposing the fetus in utero. Changes in
metabolic status of these diabetics have a great role in the development of a number of cirri
babies from diabetic mothers (IDM, infants of diabetic mothers). Changes in the size of the
baby from diabetic mothers also occur, usually the baby will enlarge, where the size of a
large baby or macrosomia can make trauma when labor is normal and make a lump on the
head neonates. Cephalohematoma is one form of this lump. In this paper will be discussed
about the diagnosis and management of cephalohematoma in babies big enough month of
pregnancy.
Keywords: Cephalohematoma, diabetes mellitus, macrosomia, labor trauma.

1
Pendahuluan
Sefalohematom merupakan salah trauma lahir yang disebabkan oleh banyak faktor.
Salah satu faktor penyebabnya adalah ibu dengan DM gestasional yakni intoleransi glukosa
yang dimulai atau baru ditemukan pada waktu hamil. Pada ibu dengan DM gestasional dapat
mempengaruhi peningkatan risiko komplikasi yang berhubungan dengan persalinan,
termasuk cedera lahir.1
Dari tinjauan kasus ini, bayi tergolong lahir cukup bulan (37-42 minggu) dengan
besar masa kehamilan. Pada bayi ditemukan adanya bentuk kepala yang tidak simetris
disertai adanya benjolan lunak yang tidak melewati sutura kranialis, hal ini merupakan ciri
khas dari Sefalhematom yang akan di bahas pada bagian pembahasan lebih lanjut. Dalam hal
ini diharuskan untuk melakukan pemeriksaan Apgar Score untuk menggambarkan kondisi
bayi selama beberapa menit pertama kehidupan. Dengan adanya makalah ini, pembaca
diharapkan mengerti mengenai gejala, kondisi fisik, komplikasi dan proses terjadinya
sefalohematom.1

Anamnesis
Hal paling utama yang harus dilakukan oleh seorang dokter adalah anamnesis. Yaitu
menyanyakan keadaan pasien sebelum datang ke rumah sakit (RS). Apa saja keluhan yang
dirasakannya dan dapat menempatkan rasa empati dengan benar, serta mendapatkan
kepercayaan pasien sehingga pasien dapat menceritakan semua yang dirasakannya tanpa
menutup-nutupi apa yang dia alami.1

Apabila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diajak berbicara mengenai


penyakitnya, maka anamnesis ini dapat dilakukan oleh orang terdekat atau orang yang
mengantarkan pasien ke tempat praktek atau unit gawat darurat (UGD) yang disebut dengan
allo anamnesis. Sangat penting untuk mendapatkan anamnesis yang akurat, karena dari
anamnesis, dokter dapat mengetahui gejala-gejala yang dialami pasien sehingga dapat
mengenali lebih lagi penyakit apa yang dialami oleh pasien. Jika kita mencurigai adanya
sefalohematom akibat trauma lahir maka hendaklah kita lakukan anamnesis dengan baik.
Diantaranya kita dapat melakukan anamnesis sebagai berikut.1,2

2
Identitas pasien : Nama pasien, Nama suami atau keluarga terdekat, Alamat, Agama,
Pendidikan terakhir, Suku bangsa.
Keluhan utama :
Mual muntah
Nyeri punggung
Nyeri dada,
Mudah lelah
Sakit kepala, dll.
Keluhan tambahan
Tentang haid
Kapan hari pertama haid terakhir?
Menarche umur berapa?
Apakah haid teratur?
Siklus haid
Berapa lama (hari)
Nyeri haid
Perdarahan antara haid
Tentang kehamilan
Berapa kali hamil
Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu
Apakah pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan
Tentang persalinan
Berapa kali bersalin
Bagaimana persalinan terdahulu, adakah komplikasi?
Berapa berat badan bayi waktu lahir?
Persalinan normal atau sectio caesarea? Kalau caesarea, apa alasannya?
Riwayat perkawinan
Berapa kali menikah
Pernikahan sekarang sudah berapa lama?
Adakah cairan yang keluar dari vagina? Warna? Cair atau kental? Banyak atau
sedikit? Berbau atau tidak?
Apakah disertai dengan gatal pada vulva?

3
Di daerah abdomen, apakah ada keluhan? Seperti mules-mules?
Nafsu makannya bagaimana? Meningkat atau menurun?
BAB dan BAK, apakah ada gangguan? (Seperti konstipasi, sering buang air kecil)
Riwayat penyakit pasien
Adakah penyakit berat yg pernah diderita pasien?
Operasi di daerah perut dan alat kandungan
Riwayat penyakit keluarga
Adakah keturunan kembar?
Riwayat sosial
Apakah saat ini sedang menggunakan obat-obatan?
Apakah merokok atau minum alkohol?

Pemeriksaan Fisik

Neonatus harus diperiksa secara singkat pada saat lahir untuk menilai usia gestasi,
menentukan ukuran untuk usia gestasi, memeriksa abnormalitas kongenital mayor, dan
mendeteksi penyakit yang mengancam jiwa. Selama 6 jam pertama setelah lahir, harus sering
dilakukan evaluasi perawatan berupa pencatatan frekuensi denyut jantung,frekuensi serta
upaya pernapasan, suhu, perfusi kulit, warna kulit, dan aktivitas neuromuskulr. Oleh karena
pemberian makan pertama biasanya terjadi dalam periode ini, pengisapan dan koordinasi
proses menelan juga harus diperiksa. Frekuensi evaluasi terhadap bayi normal dapat
dikurangi setelah itu, tetapi harus dilakukan sekurang-kurangnya setiap 8 jam..Bila pada jam-
jam pertama ini diketahui terdapat abnormalitas, observasi yang cermat terhadap bayi
tersebut harus diteruskan sementara dilakukan intervensi diagnostik dan terapeutik.3
Pemeriksaan medis secara terperinci harus dilakukan terhadap semua bayi dalam 24
jam pertama kehidupannya. Bayi yang tetap tinggal di rumah sakit selama 2 hari atau lebih
harus diperiksa ulang sebelum pemulangan. Bayi yang dipulangkan lebih awal, pada 24 jam
setelah lahir, perlu dilihat dan diperiksa ulang pada usia 3-4 hari.1,2
Pemeriksaan fisik harus dilakukan di tempat yang hangat dan bebas dari angin untuk
mencegah bayi menggigil. Memeriksa bayi dalam suatu penghangat radian (radiant heater,
semacam pemanas dengan prinsip kerja pemancaran) dengan suhu yang dapat diatur (servo-
controlled) adalah cara yang baik untuk melakukan hal tersebut. Mencuci tangan secara
cermat sebelum memegang setiap bayi penting untuk mencegah penyebaran bakteri patogen.

4
Hal yang juga penting adalah memakai pita pengukur dan stetoskop bersih untuk setiap bayi
atau membersihkan peralatan di antara setiap pemeriksaan bila digunakan pada lebih dari satu
bayi.2
Ada beberapa aturan umum yang harus dipatuhi. Amati penampilan, postur, dan perilaku
bayi sebelum melakukan palpasi dan auskultasi. Bila ditemukan satu anomali, carilah
anomali lain karena biasanya kelainan tersebut cenderung terjadi bersamaan. Kumpulan
temuan fisik dapat menunjukkan suatu sindrom spesifik. Sebagai contoh, gambaran sindrom
Down merupakan tanda bagi bayi yang memiliki retardasi mental dalam derajat tertentu dan
yang mungkin menderita polisitemia, penyakit jantung kongenital, dan obstruksi usus
kongenital. Adanya bukti trauma kelahiran hendaknya diperheparkan.yang terutama sering
dijumpai pada bayi besar atau proses persalinan sulit (persalinan sungsang, distosia bahu,
dst.). Bila ada, trauma dapat ditemukan pada beberapa tempat. Oleh karena itu, seperti halnya
anomali, adanya trauma pada satu tempat memerlukan pemeriksaan secara cermat untuk
mencari trauma di tempat lain.3

Pemeriksaan Bayi Baru Lahir


-
Inspeksi Umum
Pada saat lahir, kebanyakan bayi baru lahir akan menangis dengan keras, lalu cenderung
tetap terjaga selama setengah jam atau lebih, dan sangat aktif selama waktu tersebut. Mata
bayi terbuka, dan mereka memperlihatkan gerakan mengisap, mengunyah,serta menelan.
Bayi mungkin menyeringai, menangis singkat, atau mendadak melakukan gerakan fleksi dan
ekstensi berulang pada lengan atau tungkai mereka. Aktivitas ini dapat berlangsung terus-
menerus atau diselingi periode diam, yang selama waktu tersebut mata mereka tetap terbuka.2
Setelah jam-jam pertama kehidupan, bayi cukup bulan yang baru lahir menghabiskan
kira-kira 80% waktunya dalam keadaan tidur aktif atau tenang. Dua puluh persen sisanya
dihabiskan dalam keadaan terjaga, baik aktif, inaktif, atau menangis.2
Bila bayi menangis, tangisannya keras. Tangisan yang lemah atau lembut adalah
abnormal, juga tangisan yang bernada tinggi atau menjerit; ini menandakan suatu masalah
neurologik. Tangisan yang parau mengesankan paralisis pita suara, hipotiroidisme, atau
trauma pada hipofaring.3
Bayi sering kali berbaring dalam posisi yang serupa dengan posisinya di dalam rahim.
Jika pemeriksa dengan lembut mem-fleksikan bahu, lutut, dan lipat paha, ekstremitas bayi
cenderung melipat ke dalam posisi yang nyaman yang meniru posisi intra-uterus. Bayi yang
menangis sering kali dapat ditenangkan dengan mengambil posisi ini. Banyak deformitas

5
pada ekstremitas dan kepala diakibatkan oleh keterbatasan tempat intrauterus. Kira-kira 2%
dari semua bayi menderita deformitas berat yang disebabkan oleh kekuatan mekanis yang
bekerja in utero sehingga membatasi gerak atau menimbulkan tekanan terhadap ekstremitas,
tulang belakang, toraks, atau tulang tengkorak. Kondisi ini terjadi pada oligohidramnion,
malformasi uterus, atau keadaan sempit (crowding) akibat janin kembar atau besar.
Mengetahui kemungkinan posisi intrauterus, dengan menemukan posisi nyaman bayi,berguna
untuk membedakan deformitas seperti itu dari malformasi yang disebabkan oleh kesalahan
primer pada morfognesis.4

- Kepala
Rambut kulit kepala teraba halus dan seperti sutera. Bentuk kepala akan berbeda pada
bayi yang terletak dalam posisi puncak kepala atau bokong. Bayi dengan presentasi bokong
sering kali memiliki bentuk kepala yang memanjang dalam arah oksipito-frontal dengan
prosesus oksipitalis menonjol. Setelah suatu presentasi puncak kepala dan persalinan per
vaginam, mungkin dapat terjadi bentuk kepala yang memanjang vertikal.2
Terlepas dari presentasi lahir, sutura kranialis harus teraba terbuka. Tumpang tindih
sementara pada tulang, akibat molase, perlu dibedakan dari craniosinostosis (pembentukan
krista dan penutupan sutura prematur). Sutura yang menutup in utero menghalangi
pertumbuhan tulang tengkorak tegak lurus terhadap garis sutura yang menyatu. Keadaan ini
akan menghasilkan konfigurasi tulang tengkorak yang abnormal menetap. Sebaliknya, setelah
molase, tulang akan kembali ke posisinya yang normal dalam beberapa hari dan akan terpisah
dengan jarak beberapa mm. Bersamaan dengan itu, mungkin terjadi perubahan kecil pada
lingkar kepala.2
Normalnya fontanela anterior terbuka, lunak, dan datar; diameternya rata-rata kurang
dari 3,5 cm. Fontanela posterior sering kali hanya seukuran ujung jari atau hanya sekedar
teraba terbuka. Fontanela yang menonjol atau tegang dan pemisahan sutura tulang yang lebar
menunjukkan peningkatan tekanan intrakranial.4

-
Wajah
Wajah bayi baru lahir sering kali memberi petunjuk pertama tentang adanya salah satu
sindrom dismorfik. Malformasi yang terjadi dapat saja jelas, seperti bibir sumbing, atau
mungkin lebih samar. Bayi yang terpajan alkohol pada masa janinnya mungkin lebih sulit
untuk diidentifikasi, tetapi dapat menderita defisiensi pertumbuhan, mikrosefali, hipoplasia
maksila, dan fisura palpebra yang pendek. Beberapa sindrom dismorfik dapat mengakibatkan

6
masalah yang bersifat cepat mengancam jiwa. Ciri-ciri rangkaian Pierre Robin adalah
mandibula yang kecil (micrognatia), lengkung palatum yang tinggi atau palatoskisis, dan
lidah yang jatuh ke belakang ke dalam hipofaring (glosoptosis); hal ini menyebabkan
sumbatan jalan napas, yang harus segera diketahui. Sumbatan tersebut dapat diatasi dengan
jalan napas oral serta dengan menarik lidah atau mandibula ke depan.4
Asimetri wajah dapat disebabkan oleh posisi bayi intrauterus. Tekanan pada foramen
stiiomastoid selama persalinan dapat menyebabkan paralisis fasial perifer, yang terlihat
lebih jelas ketika bayi menangis. Paralisis tersebut biasanya sembuh dan harus dibedakan dari
kehilangan otot depresor anguli oris kongenital,yang juga mengakibatkan wajah asimetris
saat menangis.4
Cedera traumatik pada wajah mencakup fraktur arkus zigo-matikus saat persalinan;
fraktur dapat diketahui melalui palpasi. Forsep sering kali meninggalkan tanda eritematosa
atau memar pada wajah,biasanya dalam bentuk seperti daun forsep.4

- Mata
Bayi baru lahir biasanya membuka matanya sehingga dapat diinspeksi ketika mereka
terjaga, dipegang tegak, dan terlindung dari cahaya yang terang. Ptosis kelopak mata
kongenital akan tampak sebagai kelopak mata yang jatuh, sedangkan ketidakmampuan
menutup mata secara sempurna dapat disebabkan oleh paralisis fasial. Sindrom Horner, yang
disebabkan oleh cedera pleksus bra-kialis bagian bav/ah, muncul sebagai ptosis, miosis, dan
enoftal-mus. Mikroftalmia kongenital biasanya terlihat jelas pada inspeksi dan palpasi. Lesi
berupa massa, seperti tumor orbita, hemangioma, dan ensefalokel dapat segera terlihat.
Proptosis dapat terjadi akibat lesi massa atau perdarahan retrobulbar.4
Trauma lahir juga dapat menyebabkan perdarahan subkon-jungtiva atau perdarahan di
kamera okuli anterior, cairan vitreus, dan retina. Kelahiran dengan bantuan forsep dapat
mengakibatkan laserasi pada kelopak atau bola mata. Ruptur membran Descemet pada
kornea dapat terlihat sebagai keruhnya kornea.4
Kekeruhan kornea juga dapat disebabkan oleh glaukoma kongenital. Glaukoma neonatus
pada awalnya ditemukan sebagai pembesaran kornea yang secara progresif berkembang
menjadi keruh. Diameter kornea sebesar 11 mm atau lebih patut dicurigai dan mengharuskan
pemeriksaan lebih lanjut; deteksi dini penting dalam mencegah kerusakan mata.4
Ketika melakukan pemeriksaan oftalmoskopi, akan sangat bermanfaat untuk memulai
dengan memusatkan pemeriksaan pada bagian depan mata, kemudian secara progresif

7
berlanjut ke belakang sampai retina. Tindakan ini memungkinkan deteksi lesi yang terletak
lebih anterior, seperti katarak dan koloboma (defek) iris, yang dapat terjadi tersendiri tetapi
sering kali merupakan komponen dari berbagai sindrom dismorfik. Pada bayi berkulit putih,
iris berwarna biru atau biru-kelabu, tetapi dapat terlihat abu-abu tua atau coklat pada bayi
yang lebih gelap. Pada bayi yang berkulit putih, refleks jingga-merah dihantarkan kembali
melalui lensa, sedangkan pada bayi berkulit lebih gelap, dapat dilihat warna jingga-coklat
yang lebih pucat. Memusatkan pemeriksaan ke belakang ke retina dan mengamati pembuluh
darahnya akan membuktikan bahwa retina yang tengah dilihat adalah retina normal. Katarak
akan muncul sebagai kekeruhan hitam yang menghalangi penghantaran cahaya melalui lensa.
Refleks pupil putih merupakan sesuatu yang abnormal dan dapat disebabkan oleh
retinoblastoma berukuran besar atau kelainan perkembangan, seperti koloboma retina,
retinopati prematuritas.dan vitreus primer hipoplastikyang menetap. Bila terdapat riwayat
keluarga menderita retinoblastoma, harus dilakukan pemeriksaan oftalmologi secara
menyeluruh untuk menyingkirkan tumor kecil atau perifer.4
Inflamasi konjungtiva yang terjadi pada hari-hari pertama pascalahir sering disebabkan
oleh penetesan perak nitrat 1% sebagai pencegahan terhadap oftalmia gonokokus. Keadaan
ini sering kali disertai dengan terbentuknya sedikit sekret steril berwarna kuning yang akan
menghilang dalam 3 hari dan tidak meninggalkan suatu gejala sisa serius. Sekret mata lebih
jarang ditemukan setelah eritromisin atau tetrasiklin digunakan untuk mencegah infeksi
gonokokus. Konjungtivitis bakteri biasanya menjadi jelas setelah hari kedua; patogen yang
sering ditemukan adalah Staphylococcus aureus, streptokokus, dan bakteri koliform.
Konjungtivitis gonokokus didapat dari jalan lahir dan dapat berkembang secara progresif
menjadi panoftalmitis disertai kerusakan mata. Blenore inklusijuga didapat dari jalan lahir
ibu; disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan secara khas muncul menjelang akhir
minggu pertama kehidupan. Beragam penyebab konjungtivitis harus dibedakan satu sama
lain dengan melakukan pewarnaan Gram serta biakan yang tepat.4
Bayi normal yang diam dan terjaga selama pemeriksaan biasanya akan memfiksasikan
pandangannya ke wajah pemeriksa dan mengikutinya, paling tidak sampai suatu jarak
tertentu, seiring pemeriksa berpindah perlahan dari sisi ke sisi. Jika tidak terjadi fiksasi yang
normal, sekalipun pada pemeriksaan berulang, diindikasikan untuk melakukan pemeriksaan
lebih lanjut terhadap fungsi penglihatan.4

8
- Telinga
Pada usia cukup bulan, telinga bayi baru lahir sudah terbentuk baik dan mengandung
cukup tulang rawan untuk mempertahankan bentuk yang normal dan mencegah deformasi.
Malformasi auri-kula atau telinga letak-rendah ditemukan pada banyak sindrom dismorfik
dan berkaitan dengan malformasi urogenital. Lubang preaurikular sering terjadi dan
diwariskan melalui suatu pola dominan autosom; hubungannya dengan proteinuria serta gagal
ginjal pada setidaknya satu keluarga telah dilaporkan. Apendiks kulit preaurikular juga dapat
ditemukan. Umbai kulit (skin tags) dan lubang preaurikular herediter telah dihubungkan
dengan ke-tulian.3
Untuk memeriksa liang telinga dan membran timpani,dengan lembut tariklah pina ke
belakang dan ke bawah. Pada bayi, membran timpani menyudut lebih tajam dibandingkan
anak yang lebih tua dan lokasinya lebih superior terhadap kanalis eksternus. Otitis media
dapat timbul pada hari-hari pertama setelah lahir dan dapat didiagnosis melalui pemeriksaan
otoskopi. Kondisi ini harus dipertimbangkan pada bayi yang dicurigai menderita infeksi.3
Perkiraan kasar terhadap fungsi pendengaran dapat diperoleh jika bayi diam dan
pemeriksa melakukan pemeriksaan di ruangan tanpa suara yang menganggu. Bayi baru lahir
yang normal dan terjaga akan mengalih ke suara manusia, bereaksi dan mengalih ke bel yang
berdering, dan terkejut oleh suara yang keras.3

- Hidung
Kebanyakan bayi baru lahir bernapas melalui hidung; lesi obstruktif atau benda asing di
dalam hidung dapat mematikan. Bila terdapat kelainan seperti itu, bayi akan menjadi sianotik
dan mengalami kesulitan bernapas. Akan tetapi, bila dirangsang untuk menangis, bayi baru
lahir akan bernapas lewat mulut. Benda asing seperti darah, mukus, dan mekonium, harus
dibersihkan dari hidung saat lahir. Terbukanya jalan hidung dapat dipastikan dengan
memeriksa setiap lubang hidung untuk aliran udara yang baik menggunakan secarik tisu atau
kapas. Untuk menghindari kerancuan, mulut bayi mungkin perlu ditutup sementara. Bila
ragu, sebuah kateter kecil dapat dimasukkan secara lembut melalui setiap lubang hidung ke
dalam hipofaring. Obstruksi anatomis unilateral atau bilateral akibat atresia koana jarang
ditemukan. Massa seperti ensefalokel yang menonjol ke dalam nasofaring juga dapat
menyebabkan obstruksi. Kompresi hidung in utero atau trauma saat persalinan dapat me-
nyebabkan dislokasi bagian tulang rawan septum nasi; keadaan ini mengakibatkan deviasi
septum dan harus diperbaiki. Hidung mampet dapat terjadi akibat tertahannya mukus atau

9
trauma. Penyebab hidung mampet yang lebih jarang adalah penghentian obat dan pemberian
reserpin pada ibu. Bersin yang kadang-kadang muncul adalah mekanisme normal yang
digunakan bayi untuk membersihkan hidungnya.4

- Mulut
Periksa mulut bayi baru lahir dengan inspeksi serta palpasi. Celah palatum mungkin tidak
terlihat pada inspeksi, tetapi dapat dideteksi melalui palpasi; uvula yang terbelah harus
menimbulkan kecurigaan terhadap suatu defek palatum. Lengkung palatum yang tinggi atau
sempit dijumpai pada banyak sindrom dismorfik. Massa kecil berwarna putih berkilat pada
gusi (mutiara epitel) lazim ditemukan. Mutiara Epstein putih dijumpai pada garis tengah atap
mulut, pada penyatuan langit-langit keras dan langit-langit lunak. Ranula adalah massa jinak
yang muncul dari dasar mulut.3
Lidah dapat melekat ke sebuah frenulum yang pendek; keadaan ini jarang menyebabkan
gangguan fungsi makan atau fungsi lain di masa depan. Lidah yang menjulur ke luar atau
besar dapat dijumpai bersama hemangioma, makroglosia tersendiri, hipotiroidisme, atau pada
sindrom Down dan Beckwith. Makroglosia relatif, akibat mandibula yang kecil, ditemukan
pada rangkaian Pierre Robin.3
Bayi baru lahir normal yang terjaga biasanya akan mengisap kuat jari yang diletakkan di
dalam mulutnya. Pengisapan normal yang efektif akan menyebabkan jari tertarik secara aktif
ke dalam mulut oleh gerakan lidah ke palatum, dalam suatu gerakan maju-mundur. Fungsi
yang terkoordinasi ini dengan mudah dapat dibedakan dari gerakan menggigit yang tidak
teratur,yang menimbulkan proses pengisapan puting susu yang tidak efektif.2
Gigi natal mungkin sudah ada; biasanya muncul pada posisi gigi seri rahang bawah. Gigi
ini dapat merupakan gigi ekstra (gigi supernumerarius) atau gigi "susu" desidua yang
sesungguhnya. Jika sangat goyah atau menyebabkan rasa sakit saat menyusui, gigi tersebut
dapat dicabut. Akan tetapi, pengangkatan gigi desidua akan meninggalkan defek selama 7
tahun, sampai muncul gigi tetap, dan dapat mengubah posisi gigi molar serta lengkung gigi
yang muncul pada usia 6 tahun.4
- Leher
Leher bayi baru lahir tampak lebih pendek dibandingkan anak yang lebih tua, tetapi
dengan rentang gerak (ROM, range o/motion) yang sempurna. Gerakan leher yang terbatas
dapat mengindikasikan abnormalitas tulang vertebra servikalis. Tortikolis sering ditemukan
bersama kekakuan otot sternokleidomastoid di satu sisi dan atresia otot tersebut pada sisi ke
mana kepala menghadap; asimetri wajah sering pula menyertai keadaan ini. Massa leher,

10
seperti goiter, hemangioma kavernosa, atau higroma kistik dapat menekan trakea dan
menyebabkan obstruksi inspiratorik. Kondisi ini dapat memerlukan intubasi endotrakea dan
pemasangan pipa di bawah daerah yang mengalami penekanan guna menyediakan jalan
napas yang adekuat. Anomali celah brakial mencakup kista atau sinus di sepanjang tepi
anterior otot sternokleidomastoid. Kista duktus tiro-glosus biasanya ditemukan pada garis
tengah ventral.4
Leher sangat rentan terhadap cedera akibat traksi lateral selama persalinan. Kerusakan
radiks pleksus brakialis bagian atas yang melibatkan radiks servikal kelima dan keenam
mengakibatkan paralisis bahu serta lengan.Lengan tergantung di sampingbadan dalam rotasi
interna (paralisis Erb-Duchenne). Radiks bawah pleksus brakialis yang melibatkan radiks
servikal kedelapan dan radiks torakal pertama dapat mengalami kerusakan, terutama pada
persalinan sungsang. Otot-otot kecil tangan mengalami paralisis, menghasilkan sikap tangan
seperti cakar (paralisis Klumpke). Bila terdapat trauma leher, saraf simpatis servikalis dapat
rusak, mengakibatkan suatu sindrom Horner penyerta, dan nervus freni-kus dapat tercedera,
menyebabkan paralisis diafragma.4
- Dada
Dada seorang bayi baru lahir normal berbentuk seperti tong, dan prosesus xifoideus sering
kali menonjol. Cedera lahir tersering pada daerah toraks adalah fraktur klavikula. Fraktur ini
diketahui dengan adanya krepitasi saat badan klavikula dipalpasi. Puting susu supernumerari
merupakan anomali minor yang lazim; jarak antar-puting susu yang lebar ditemukan pada
sindrom Turner. Pembesaran payudara dapat terjadi pada anak laki-laki atau perempuan dan
bertambah besar pada beberapa hari pertama.4
- Paru
Frekuensi pernapasan normal adalah 35-60 kali per menit. Bayi baru lahir terutama
bernapas menggunakan diafragmanya. Ekskursi respirasi (gerakan lengkap ekspansi
inspiratorik dan kontraksi ekspiratorik) paling mudah dinilai dari pandangan lateral dinding
dada bagian atas. Ekskursi dinding perut selama respirasi juga cukup mencolok. Pada
respirasi normal, dinding dada dan perut bergerak bersama-sama.5
Bila jalan napas tersumbat atau paru tidak mengembang, abdomen tampak membesar dan
rongga dada tampak lebih kecil ketika inspirasi (pernapasan paradoksal). Jaringan di antara
iga dapat tertarik selama inspirasi; retraksi ini normal selama beberapa menit pertama setelah
lahir. Setelah waktu tersebut, retraksi merupakan tanda dari suatu paru abnormal atau jalan
napas yang tersumbat. Retraksi iga dan sternum pada inspirasi dijumpai pada penyakit-

11
penyakit berat atau pada dinding dada yang abnormal. Bunyi mendengkur selama ekspirasi,
pengembangan cuping hidung dan takipnea mungkin normal selama beberapa menit pertama
setelah lahir. Selain itu juga mungkin terdengar ronki yang tersebar akibat sisa cairan paru
intra-alveolar; kondisi ini seharusnya akan segera menghilang. Gejala tersebut.yang terjadi
akibat tertahannya cairan paru, lebih nyata setelah seksio sesarea. Gejala respirasi yang
menetap atau bertambah buruk dapat menyatakan masalah yang lebih serius, seperti sindrom
gawat napas, pneumonia bakterial, aspirasi mekonium, atau penyakit jantung.
Gerakan dinding dada saat bernapas harus simetris bila dipandang dari lateral. Jika salah
satu sisi bergerak lebih lambat atau tertinggal terhadap sisi yang lain, keadaan ini
mengesankan pneumotoraks, naiknya diafragma paralitik akibat kelumpuhan nervus frenikus,
atau suatu massa intratoraks, seperti herniasi usus melalui hernia diafragmatika. Akan tetapi,
tidak adanya temuan seperti itu tidak menyingkirkan lesi-lesi tersebut. Bunyi napas akan
tetap terdengar sekalipun pada pneumotoraks. Bunyi usus yang jelas di dada bagian atas
mengesankan hernia diafragmatika.5
Batuk pada periode bayi baru lahir merupakan sesuatu yang abnormal dan biasanya
menyertai penyakit paru interstisial, seperti pneumonia virus.5
- Jantung dan Pembuluh Darah
Titik denyut jantung maksimal adalah di sepanjang sisi kiri sternum pada sela iga
keempat sampai kelima dan medial terhadap garis midklavikula. Jantung dapat bergeser jika
terdapat pneumotoraks atau lesi desak ruang (SOL/space occupyinglesion).5
Frekuensi denyut jantung mungkin meningkat selama jam-jam pertama setelah lahir.
Setelah itu, rata-rata frekuensi denyut jantung normal pada keadaan terjaga adalah 120-130
denyut per menit, tetapi dapat turun sampai 100 denyut/menit pada keadaan istirahat,
Kadang-kadang, seorang bayi normal yang baru lahir dapat memiliki frekuensi denyut
jantung 80 denyut per menit, dan frekuensi tersebut dapat turun hingga serendah 60 denyut
per menit untuk periode waktu pendek. Frekuensi denyut jantung yang menetap di bawah 80
denyut/menit hendaknya menimbulkan per-heparan dan memerlukan penyelidikan. Keadaan
yang berhubungan dengan bradikardia adalah asfiksia lahir, meningkatnya tekanan
intrakranial, hipotiroidisme, penyakit jantung kongenital, dan blokade jantung. Takikardia
terjadi pada hipovolemia, demam, penghentian obat, penyakit jantung kongenital, takiaritmia,
anemia, dan hipertiroidisme. Irama jantung harus diperiksa; banyak bayi baru lahir
mengalami kontraksi atrium prematur.5

12
Meskipun denyut jantung relatif cepat, bunyi jantung dapat dibedakan dengan jelas.
Komponen pulmonal S2 dapat menonjol pada hari pertama. Bunyi jantung kedua yang
terbelah dapat didengar di sepanjang sternum bagian kiri atas dan midsternum. Sementara
terjadi penyesuaian sirkulasi postnatal, bunyi bising ringan dapat didengar di atas daerah
pulmonal dan apeks jantung. Bunyi bising yang disertai gejala lain, seperti sianosis, perfusi
yang buruk, atau takipnea, dan bunyi bising yang menetap lebih dari satu hari memerlukan
evaluasi jantung lebih lanjut.5
Dalam 12 jam pertama, tekanan darah rata-rata adalah 50-55 mmHg pada bayi cukup
bulan. Denyut nadi harus teraba pada keempat ekstremitas, dan denyut brakial serta fmoral
harus sama.
- Abdomen
Abdomen biasanya iebih rata jika dibandingkan terhadap dada. Abdomen yang sangat
cekung menyatakan tidak adanya beberapa isi perut normal, seperti hernia diafragmatika usus
ke dalam rongga dada. Distensi ditemukan pada dilatasi usus akibat obstruksi fungsional atau
anatomis, asites atau darah intraabdominal, massa berukuran besar, serta ventilasi tekanan
positif pada penggunaan sungkup wajah. Jika terdapat distensi abdomen, sebuah kateter oral
harus dimasukkan ke dalam lambung untuk tindakan dekompresi.6
Tanda obstruksi saluran gastrointestinal bagian atas adalah polihidramnion (cairan
amnion berlebihan), regurgitasi, dan pengumpulan sekret di hipofaring. Bila dicurigai
terdapat obstruksi, masukkan sebuah kateter lunak ke dalam lambung dan aspirasi isi
lambung. Aspirasi cairan sebanyak lebih dari 20 mL mengesankan obstruksi usus. Pada
bentuk fistula trakeoesofagus yang paling lazim, atresia esofagus proksimal mencegah
masuknya pipa kateter ke dalam lambung. Jika ditemukan kesulitan dalam mencapai
lambung, masukkan sebuah kateter orogastrik radioopak dan periksa perjalanannya
menggunakan radiografi.5
Periksa struktur dinding abdomen. Sering kali ditemukan celah di antara otot rektus
abdominal pada garis median (diastasis rekti), yang terlihat paling nyata saat bayi. menangis.
Sering juga ditemukan defek kecil pada otot periumbilikus di dinding abdomen bagian
anterior, yang memungkinkan terjadinya hernia umbi-likalis; biasanya menutup seiring
berkembangnya otot-otot dalam masa bayi lanjut serta kanak-kanak. Ada berbagai
kemungkinan defek serius pada dinding abdomen bagian anterior yang harus dicari. Pada
omfalokel, sebagian isi perut keluar melalui defek periumbilikus dan terletak berdekatan
dengan tali pusat; pada lesi ini, visera yang berada di luar perut ditutupi oleh sebuah

13
membran yang akan membentuk suatu kantong tertutup kecuali bila kantong tersebut pecah.
Besar lesi yang terbentuk sangat beragam. Pada defek yang berat,hepar dan limpa, juga
sebagian besar usus, masuk ke dalam massa ekstra-abdominal tersebut. Defek ventral yang
paling berat turut mengenai dada sehingga jantung berada di luar (ektopia kordis). Pada
keadaan ekstrem yang lain, suatu potongan kecil peritoneum dapat meluas ke dalam tali
pusat; keadaan ini dapat tidak diketahui pada saat lahir dan dapat tidak sengaja tercedera
ketika tali pusat dipotong. Gastroskisis terjadi akibat kegagalan penutupan primer lipatan
ventral lateral selama perkembangan dinding abdomen sehingga usus kecil dan usus besar
keluar dari rongga abdomen melalui defek tersebut. Tidak seperti omfalokel, usus yang
mengalami herniasi tidak berhubungan dengan tali pusat dan tidak tertutup membran. Tidak
adanya otot dinding abdomen bagian anterior (yang disebut bayi prune belly) merupakan
anomali yang dihubungkan dengan kelainan traktus urinarius.6
Tali pusat normalnya mengandung dua arteri dan satu vena, dengan vena yang lebih besar
daripada arteri. Sedikit di bawah 1% dari semua bayi yang baru lahir hanya memiliki satu
arteri umbili-kalis. Sekitar 15% dari bayi-bayi ini menderita satu anomali kongenital atau
lebih, yang biasanya mengenai sistem saraf, gastrointestinal, genitourinarius, pulmonal, atau
kardiovaskular; mal-formasi ini dapat dengan mudah dilihat. Bayi normal lain yang hanya
memiliki satu arteri umbilikalis jarang menderita suatu anomali serius. Sisa duktus vitelinus
(omfalomesenterik) dapat menetap dan berhubungan dengan umbilikus. Jika sisa ini
merupakan suatu kista mukosa, mungkin terdapat sekret mukus melalui umbilikus.
Menetapnya seluruh duktus akan membentuk suatu fistula dengan ileum.dan sejumlah
mekonium dapat keluar melalui umbilikus. Tetap terbukanya urakus menghasilkan sinus
yang merentang dari kandung kemih ke umbilikus, dengan sekret urine dari umbilikus.
Sebuah kista urakal yang noncommunicating (tidak berhubungan dengan struktur lain) juga
dapat terbentuk di sepanjang garis urakus.4
Dinding perut harus dipalpasi untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam. Untuk
menghindari aspirasi isi lambung ke dalam paru, palpasi tidak boleh dilakukan segera setelah
pemberian makan. Pemeriksaan akan memberi hasil paling baik jika pemeriksa
melakukannya dengan lembut dan bayi dalam keadaan tenang. Hati biasanya berada 1-3 cm
di bawah tepi iga kanan. Tepi limpa teraba tepat di bawah atau pada tepi iga kiri; jika teraba
lebih dari 1 cm di bawah tepi iga, limpa dianggap membesar. Pada beberapa keadaan
patologik, hati dan limpa dapat begitu besar sehingga tepi-tepinya berada di daerah pelvis dan
pada awalnya tidak diketahui. Pemeriksaan ginjal paling mudah dilakukan pada hari pertama,
sebelum usus terisi udara. Bagian bawah setiap ginjal normalnya teraba pada setiap sisi; tepi

14
lateral dan bawah dapat . dirasakan di atas ketinggian umbilikus dan lateral terhadap garis
midklavikula. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri, dan bagian
ginjal yang teraba normalnya terasa seolah memiliki lebar 2 cm. Ginjal yang membesar dapat
disebabkan oleh hidronefrosis, malformasi kistik, neoplasma, atau trombosis vena renalis.
Sekitar 50% dari semua massa abdominal pada bayi baru lahir berasal dari sistem
genitourinarius. Lesi massa juga dapat disebabkan oleh malformasi gastrointestinal,
neoplasma, atau, jarang, akibat lesi neural seperti meningomielokel anterior.6
Dalam hari pertama pascalahir, tali pusat menguning dan kering; tali pusat kemudian
berubah coklat dan rapuh. Tali pusat biasanya terlepas pada akhir minggu kedua, dengan
membebaskan sedikit sekret opak kekuningan. Namun, tidak jarang pelepasan terjadi setelah
usia 3 minggu. Keterlambatan pelepasan tali pusat dijumpai pada bayi yang menderita infeksi
bakteri berulang akibat fungsi fagosit yang tidak sempurna. Suatu granuloma kecil yang
tampak kasar pada tempat terlepasnya tali pusat disebut sebagai polip umbilikus. Pada
minggu pertama, sejumlah kecil eritema samar pada kulit di pinggir pungtum umbilikus
lazim terjadi dan bukan merupakan sesuatu yang bermakna, tetapi eritema yang lebih luas
dengan warna merah lebih tua, atau dengan edema yang menyertai menunjukkan awitan
omfalitis. Omfalitis adalah infeksi mayor yang memerlukan terapi antibiotik intravena karena
infeksi tersebut mungkin menyebar melalui vena umbilikalis ke dalam sinus venosus portal
hati. Omfalitis dapat berkembang menjadi peritonitis atau fasiitis nekrotikans dinding
abdomen, yang sering kali terbukti fatal meskipun mendapat terapi antibiotik.6

- Tulang Belakang
Tulang belakang bayi baru lahir cukup fleksibel, baik pada sumbu dorsoventral maupun
lateral; gerakan yang terbatas menunjukkan anomaji tulang belakang. Keseluruhan panjang
tulang belakang, termasuk sakrum,harus dipalpasi untuk mengetahui adanya cacat tulang dan
asimetri. Abnormalitas garis tengah kulit yang menutupi tulang belakang (misal, lesung kecil,
berkas rambut, atau sinus pilonidal) dapat menunjukkan suatu saluran yang memungkinkan
bakteri kulit mencapai cairan serebrospinal. Abnormalitas kulit pada garis tengah juga dapat
menunjukkan spina bifida yang tersembunyi atau diastematomielia (pemisahan medula
spinalis menjadi dua bagian yang dapat tertambat saat anak tumbuh). Defek krista neural
pada tulang belakang mencakup meningokel, mielo-meningokel, dan rakiskisis. Tumor tulang
belakang, yang tampak saat lahir,biasanya merupakan teratoma.3

15
- Ekstremitas
Abnormalitas ekstremitas merupakan hal yang lazim pada bayi baru lahir.Sering kali
terjadi trauma, demikian pula deformitas posisional sekunder akibat posisi intrauterin.
Bentuk trauma ekstremitas yang lazim adalah fraktur batang femur atau humerus, fraktur
klavikula, dan cedera pleksus brakialis yang menyebabkan paralisis tangan serta lengan (telah
dibahas sebelumnya pada topik pemeriksaan leher).5
Penting untuk membedakan sendi yang berada pada satu ekstrem posisi normalnya,
dari sendi yang mengalami deformasi. Sebagai contoh, kita sering kali menjumpai kaki bayi
dengan pergelangan kaki yang mengalami ekstensi dan berputar ke dalam, juga deviasi
metatarsal ke arah medial.Kelainan ini memberi kesan malformasi varus kaki dan
pergelangan kaki. Namun.jika kaki bayi didorsofleksikan, kaki itu bergerak ke atas dan ke
bawah di sepanjang sumbu tibia; sendi pergelangan kaki berada pada ke-segarisan yang benar
dan tekanan yang lembut dapat meluruskan metatarsal sehingga kaki tersebut kembali ke
bentuk yang normal. Biasanya, jika tekanan manual sederhana mampu memperbaiki
deformitas sendi ke posisi netral dan sedikit lebih jauh, perbaikan posisi atau latihan
sederhana dan perentangan (stretching) akan memperbaiki deformitas. Jika deformitas tidak
dapat diperbaiki dengan tekanan lembut, perlu dilakukan evaluasi ortopedik.4
Jika pangkal paha difleksikan sebesar 90, tungkai normalnya dapat diabduksikan
sampai lutut menyentuh meja tempat bayi dibaringkan. Jika hal ini tidak dapat dilakukan,
atau jika tindakan tersebut hanya dapat dilakukan pada satu sisi, mungkin terdapat dislokasi
kongenital pangkal paha. Pada keadaan ini, kaput femur berdislokasi ke posterior, keluar dari
fosa asetabularis. Kaki yang terkena bisa tampak lebih pendek. Pemeriksa akan merasakan
suatu "klik" ketika mengabduksi dan mengadduksi pangkal paha kira-kira 10% semua
bayi.Namun,hanya 10% dari bayi dengan klik pada pangkal paha ini yang mengalami
dislokasi pangkal paha kongenital. Dua manipulasi diagnostik pada persendian pangkal paha
dapat dipakai untuk menguji dislokasi pangkal paha: manuver Ortolani dan subluksasi. Bayi
yang "terjepit" dalam posisi bokong di dalam rahim cenderung mempertahankan pangkal
pahanya dalam keadaan fleksi setelah lahir dan menolak ekstensi pangkal paha penuh. Bayi
yang lahir melalui persalinan sungsang, terutama bayi perempuan, juga memiliki insidensi
dislokasi pangkal paha yang meningkat.5
Malformasi ekstremitas mencakup hemihipertrofi dan hemia-trofi; pada kedua
keadaan tersebut, ekstremitas setiap sisi tubuh tampak jelas berbeda ukurannya, tetapi
biasanya masih proporsional. Pada fokomelia terdapat berbagai derajat hambatan

16
perkembangan disertai bentuk ekstremitas yang abnormal. Struktur lengan mungkin
menyerupai sirip dengan jari-jari yang kecil pada uj ungnya, atau mungkin tidak lebih dari
sebuah jaringan kecil yang tumbuh di tempat tumbuh ekstremitas. Malfo'rmasi ini dulu sering
dijumpai pada bayi dari ibu yang menggunakan obat talidomid selama kehamilannya, tetapi
juga dapat muncul spontan. Ekstremitas pendek pada orang kerdil akondroplastik dan
thanatoforik sudah dapat terlihat saat lahir. Neonatus yang menderita artrogriposis multipleks
kongenital mengalami kontraksi berat yang melibatkan banyak persendian; keadaan ini tidak
dapat dikoreksi hanya dengan tekanan manual sederhana.6
Anomali tangan serta kaki yang paling jelas adalah fusi jari-jari (sindaktili) dan jari-
jari tambahan {polidaktili). Yang terakhir ini dapat membentuk jari tambahan yang sempurna
atau sekedar umbai jaringan kecil. Beberapa malformasi minor pada tangan serta kaki
dijumpai pada banyak sindrom dismorfik. Sebagai contoh, tangan yang mengepal dengan jari
telunjuk yang menunggang (overriding), dan kaki yang cembung atau rocker-bottom foot,
keduanya dijumpai pada trisomi 18. Jari kaki pertama dan kedua yang jaraknya berjauhan,
tangan dengan lipatan simian, tempat mula tumbuh ibu jari yang lebih turun, dan jari
kelingking yang melengkung dijumpai pada trisomi 21 (sindrom Down). Pita yang berasal
dari amnion dapat membungkus ekstremitas dengan ketat dan menyebabkan suatu depresi
tajam.dalam, serta melingkar.Pita konstriksi intrauterin ini dapat memotong jari atau
menyebabkan edema lokal dengan mengobstruksi aliran limfe. Terkadang, pita ini mengenai
kepala dan menyebabkan malformasi multipel.6

Penilaian Saat Lahir


- Scor Apgar
Virginia Apgar menemukan sistem pengukuran yang sederhana dan handal untuk derajat
stres intrapartum saat lahir. Kegunaan utama sistem skor ini adalah untuk memaksa
pemeriksa memeriksa anak secara sistematis dan untuk mengevaluasi berbagai faktor yang
mungkin berkaitan dengan masalah kardiopulmonal.Skor 0, 1, atau 2 diberikan pada masing-
masing dari kelima variabel, 1 dan 5 menit setelah lahir . Skor 10 berarti bahwa seluruh tubuh
bayi berwarna merah muda dan memiliki tanda vital normal, sedangkan skor 0 berarti bahwa
bayi apnea dan tidak memiliki denyut jantung. Terdapat hubungan terbalik antara skor Apgar
dengan derajat asidosis serta hipoksia. Skor 4 atau kurang pada usia 1 menit berhubungan
dengan peningkatan insidensi asidosis, sedangkan skor 8-10 biasanya berhubungan dengan
ketahanan hidup yang normal. Skor 4 atau kurang pada 5 menit berhubungan dengan
peningkatan insidensi asidosis, distres pernapasan, serta kematian. Meskipun demikian,

17
banyak neonatus yang lahir dengan skor Apgar rendah ternyata tidak asidotik. Pada beberapa
kasus, asfiksia terjadi sedemikian akutnya sampai tidak dicerminkan dalam pH darah. Selain
itu, proses lain selain asfiksia (prematuritas ekstrem sendiri, anestesi atau sedasi ibu, dan
patologi sistem saraf pusat) dapat menghasilkan skor yang rendah. Terlepas dari faktor
penyebabnya, skor Apgar yang tetap rendah memerlukan resusitasi. Penentuan skor Apgar
harus diteruskan setiap 5 menit, sampai skor mencapai nilai 7.2,4
- Frekuensi Denyut Jantung
Frekuensi denyut jantung normal saat lahir antara 120 dan 160 denyut per menit.
Denyutan di atas 100 per menit biasanya menunjukkan asfuksua dan penurunan curah
jantung.4
- Upaya Bernapas
Bayi normal akan megap-megap saat lahir, menciptakan upaya bernapas dalam 30 detik,
dan mencapai pernapasan yang menetap pada frekuensi 30-60 kali per menit pada usia 2
sampai 3 menit. Apnea dan pernapasan yang lambat atau tidak teratur terjadi oleh berbagai
sebab, termasuk asidosis berat, asfiksia, infeksi janin, kerusakan sistem saraf pusat, atau
pemberian obat pada ibu (bar-biturat, narkotik, dan trankuilizer).3
- Tonus Otot
Semua bayi normal menggerak-gerakkan semua anggota tubuhnya secara aktif segera
setelah lahir. Bayi yang tidak dapat melakukan hal tersebut atau bayi dengan tonus otot yang
lemah biasanya asfiksia, mengalami depresi akibat obat, atau menderita kerusakan sistem
saraf pusat.2
- Kepekaan Refleks
Respons normal pada pemasukan kateter ke dalam faring posterior melalui lubang hidung
adalah menyeringai, batuk, atau bersin.3
- Warna Kulit
Hampir semua bayi berwarna biru saat lahir. Mereka berubah menjadi merah muda
setelah tercapai ventilasi yang efektif. Hampir semua bayi memiliki tubuh serta bibir yang
berwarna merah muda, tetapi sianotik pada tangan serta kakinya (akrosianosis) 90 detik
setelah lahir.Sianosis menyeluruh setelah 90 detik terjadi pada curah jantung yang rendah,
methemoglobinemia, polisitemia, penyakit jantungTcongenital jenis sianotik, perdarahan
intrakranial, penyakit membran hialin, aspirasi darah atau mekonium, obstruksi jalan napas,
paru-paru hipoplastik, hernia diafragmatika, dan hipertensi pulmonal persisten. Kebanyakan
bayi yang pucat saat lahir mengalami vasokonstriksi perifer. Vasokonstriksi biasanya

18
disebabkan oleh asfiksia, hipovolemia, atau asidosis berat. Alkalosis respiratorik (misal,
akibat ventilasi bantuan yang terlalu kuat), penghangatan berlebihan, hipermagnesemia, atau
konsumsi alkohol akut pada ibu dapat menyebabkan vasodilatasi nyata serta pltora perifer
yang mencolok. Pltora juga terjadi bila bayi menerima transfusi darah per plasenta dalam
jumlah besar dan hipervolemik.4
- Pengikatan Tali Pusat
Kapan tali pusat diikat bergantung pada status respirasi bayi, usia gestasi, volume
intravaskular, dan adanya distres intrapartum. Hipovolemia terjadi jika tali pusat dijepit
sebelum sejumlah darah yang cukup dipindahkan dari plasenta ke bayi. Derajat hipovolemia
dapat diperburuk oleh hipotensi ibu, asfiksia janin pada akhir persalinan, dan penjepitan tali
pusat sebelum janin mulai menarik napas pertama. Sebaliknya, penjepitan tali pusat yang
terlambat atau pengosongan darah dari tali pusat ke dalam sirkulasi bayi dapat menyebabkan
hipervolemia, dan hal ini bisa menyebabkan takipnea, keterlambatan absorpsi cairan paru,
edema pulmonal, meningkatnya kerja pernapasan, dan polisitemia. Bayi yang lahir dari
kehamilan, persalinan, serta kelahiran tanpa komplikasi yang tampak baik saat lahir, harus
dipegang setinggi plasenta sampai bayi tersebut menangis dan arteri umbilikalis berhenti
berdenyut. Kemudian, tali pusat bayi harus dijepit. Jika bayi tampak lemah dan tidak ada
usaha bernapas, hidung serta mulut bayi harus segera diisap, tali pusat dijepit tanpa
mengurutnya, dan bayi diserahkan pada tim resusitasi.4
- Skor Apgar 8-10 pada Usia 1 Menit
Kebanyakan bayi yang lahir hidup mempunyai skor Apgar 8-10 pada usia 1 menit dan jarang
memerlukan tindakan resusitasi kecuali pengisapan jalan napas. Neonatus yang sangat
prematur atau yang mengalami stres intrauterin yang tidak lazim, pada awalnya dapat tampak
sehat, tetapi memerlukan resusitasi beberapa menit setelah lahir. Oleh karena itu, semua bayi
harus dievaluasi ulang secara cermat pada usia 5 menit, setelah stimulasi kelahiran berhenti.
Terlepas dari skor Apgar 5 menit, semua bayi harus diobservasi secara cermat selama 12 jam
pertama setelah lahir untuk memastikan bahwa mereka telah beradaptasi dengan baik pada
kehidupan ekstrauterin.3
- Skor Apgar 5-7 pada Usia 1 Menit
Bayi-bayi ini mengalami asfiksia ringan, tetapi biasanya berespons terhadap pemberian
oksigen dan pengeringan dengan handuk. Mereka tidak boleh dirangsang dengan memberi
tepukan pada kaki atau bokong. Jika bayi tersebut gagal mempertahankan pernapasan yang
ritmis saat rangsangan dihentikan, ulangi pemberian rangsangan dan teruskan pemberian

19
oksigen melalui hidung serta mulut. Tentukan obat apa yang telah diterima ibu dan kapan ia
memakan obat itu. Jika ibu menerima narkotik 30-60 menit sebelum kelahiran,
pertimbangkan pemberian nalokson intramuskulr (0,1 mg/kg) kepada bayinya jika ventilasi
tidak adekuat.3
- Skor Apgar 3-4 pada Usia 1 Menit
Bayi-bayi ini biasanya berespons terhadap ventilasi kantong serta sungkup. Jika tidak, bayi
harus ditangani sebagai bayi dengan skor 0-2. Selain itu, pertimbangkan juga pemberian
nalokson jika ibu meminum narkotik.3
- Skor Apgar 0-2 pada Usia 1 Menit
Bayi-bayi ini mengalami asfiksia berat, memerlukan ventilasi segera, dan mungkin
memerlukan pemijatan jantung serta bantuan sirkulasi. Jika ventilasi menggunakan sungkup
serta kantong tidak segera berhasil, lakukan intubasi trakea dan kembangkan serta
ventilasikan paru dengan oksigen yang cukup (biasanya 80-100%) untuk mempertahankan
Pa02 atau saturasi oksigen yang normal (87-92% untuk bayi prematur dan 92-97% untuk
neonatus cukup bulan). Pengembangan yang sama di antara kedua apeks dada saat inspirasi
menunjukkan ventilasi kedua paru; ini merupakan tanda yang lebih baik daripada auskultasi.
Bunyi napas bilateral tidak memastikan bahwa kedua paru mendapat ventilasi karena bunyi
napas dihantarkan dengan baik pada dada yang kecil, bahkan bila ada atelektasis atau
pneumotoraks. Bila ventilasi adekuat, frekuensi denyut jantung meningkat dan sianosis
menghilang, kecuali terdapat asidosis metabolik yang berat. Pengukuran pH arteri, PaC02 dan
Pa02 adalah satu-satunya cara yang handal dalam menilai ventilasi yang adekuat. Untuk
mulai mengembangkan paru, mungkin diperlukan tekanan sebesar 30-40 cm H20, tetapi
tekanan sebesar 20-30 cm H20 biasanya sudah mencukupi. Begitu paru mengembang,
ventilasi yang adekuat biasanya dapat dicapai dengan tekanan kurang dari 20 cm H 20. Pada 2
menit pertama resusitasi, tekanan inflasi (pengembangan) harus dipertahankan selama 1-2
detik pada setiap napas kesepuluh untuk mengembangkan alveoli serta meredistribusi
ventilasi dari segmen paru yang terventilasi baik ke segmen yang terventilasi buruk. Tekanan
akhir-ekspirasr positif (PEEP, positive end-expiratory pressure) sebesar 3-5 cm H20 mungkin
perlu dipertahankan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.4
Ventilasi kantong-dan-sungkup tidak seefektif ventilasi melalui pipa endotrakea,
khususnya bila terdapat penyakit paru bermakna. Ventilasi kantong-dan-sungkup sering
mendistensi lambung dengan udara, yang mengangkat diafragma dan membatasi ventilasi.
Oleh karena itu, lambung harus didekompresi menggunakan pipa orogastrik selama ventilasi

20
kantong-dan-sungkup. Keputusan untuk melanjutkan dengan intubasi trakea didasarkan pada
temuan klinis serta keterampilan orang yang melakukan intubasi.4
-
Ukuran dan Usia Gestasi
Penting untuk memperkirakan usia gestasi janin dan membandingkan ukuran tubuh
bayi dengan rentang normal untuk usia gestasi. Usia gestasi dapat diperkirakan lewat
berbagai cara. Riwayat ibu akan memberi satu taksiran, tetapi mungkin salah jika ibu me-
miliki pola menstruasi yang tidak teratur sebelum konsepsi. Gestasi juga dapat dinilai dari
gambaran fisik bayi,yaitu kulit, genitalia eksterna, telinga, payudara, serta dari perilaku
neuromuskulr. Bayi dengan usia gestasi kurang dari 38 minggu dianggap preterm (atau
prematur). Bayi matur (term) memiliki usia gestasi 38-42 minggu, dan bayi dengan usia
gestasi lebih dari 42 minggu disebut postterm (atau postmatur).2
Berat, lingkar kepala, dan panjang kepala-ke-tumit hendaknya ditentukan dan dicatat.
Lingkar kepala diukur pada diameter oksipital-ke-frontal terbesar. Panjang diukur dari
puncak kepala (verteks) sampai lutut dengan tungkai bayi dalam keadaan ekstensi penuh.
Pengukuran ini kemudian dibandingkan untuk gestasi terhadap grafik pertumbuhan janin.
Grafik pertumbuhan optimum, sesuai untuk populasi spesifik, harus digunakan bila tersedia.
Kehamilan di dataran tinggi akan menghasilkan bayi baru lahir yang berukuran lebih kecil
daripada kehamilan pada ketinggian yang sama atau dekat permukaan laut. Bayi yang berada
pada 2 deviasi standar (SD) pada grafik ini biasanya dianggap sesuai untuk usia gestasi
(AGA/appropriate forgestational age). Bayi kurang dari 2 SD di bawah mean adalah kecil
untuk usia gestasi (SGA/smal lfor gestational age), dan mereka yang lebih dari 2 SD di atas
mean adalah besar untuk usia gestasi (LGA/ large for gestational age). Kedua kelompok
tersebut memerlukan observasi khusus. Dua puluh persen bayi yang mengalami malformasi
kongenital adalah kecil untuk usia gestasi.3,5

Pemeriksaan Penunjang
Pada ibu dengan DM gestasional (DMG) harus dilakukan pengamatan gula darah
preprandial dan posprandial. Fourth International Worksbop Conference on stational Diabetes
Mellitus menganjurkan untuk mempertahankan konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/dl
(5,3 mmol/1) sebelum makan dan kurang dari 140 dan 120 mg/dl (7,8 dan 6,7 mmol/1), satu
atau dua jam setelah makan.3

21
Selain pemeriksaan kadar gula darah, juga harus dilakukan pemeriksaan USG untuk
mendeteksi adakah kelainan pada janin. Pada bayi cukup bulan, besar masa kehamilan
dengan cephalhematoma, tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diperlukan. Pemeriksaan
radiologik kepala atau CT-scan dilakukan bila terdapat kelainan neurologis atau jika terdapat
fraktur tulang tengkorak.1,3

Working Diagnosis
1. Neonatus Cukup Bulan Besar Masa Kehamilan (NCB-BMK)
Neonatus yang cukup bulan dan mempunyai berat badan lahir lebih dari masa kehamilan
yang seharusnya memiliki beberapa faktor penyebab. Dalam tinjauan kasus ini, kelahiran
NCB-BMK kemungkinan besar disebabkan oleh diabetes mellitus gestasional (DMG) yakni
intoleransi glukosa yang dimulai atau baru ditemukan pada waktu hamil. Setelah ibu
melahirkan, seringkali pada keadaan ini akan kembali ke regulasi glukosa normal.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan dengan diabetes sangatlah bervariasi. Pada
ibu akan meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia, seksio sesarea, dan terjadinya diabetes
mellitus tipe 2 di kemudian hari, sedangkan pada janin dapat meningkatkan resiko terjadinya
makrosomia, trauma persalinan, hiperbilirubinemia, hipoglikemi, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubinemia neonatal, sindroma distres respirasi (RDS), serta meningkatnya mortalitas
atau kematian janin.2
Hiperglikemi maternal menyebabkan hiperinsulinemia fetal yang dapat memacu
pertumbuhan janin. Sebanyak 25% bayi dari ibu dengan diabetes adalah makrosomik, dengan
berat lahir lebih dari 4 kg, dibandingkan dengan hanya 8% bayi dari ibu tanpa diabetes.
Makrosomia dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik (ibu pendek, kelainan rongga
panggul; ketidak seimbangan antara kepala janin dengan panggul ibu) dan peningkatan risiko
komplikasi yang berhubungan dengan persalinan, termasuk cedera lahir.2
Bayi dari ibu diabetik, terutama mereka yang makrosomik pada saat lahir, berada pada
risiko lebih tinggi untuk menderita obesitas dalam kehidupan lanjutnya. Berkembangnya
obesitas tampak berhubungan dengan berbagai aspek metabolisme bahan bakar ibu selama
paruh kedua kehamilan. Fakta bahwa obesitas dalam masa anak berkorelasi dengan
konsentrasi insulin cairan amnion mengusulkan bahwa perubahan sekresi insulin oleh sel-B
janin berkaitan dengan pertumbuhan postnatal jangka panjang.2

22
2. Cephalhematoma
Cephalohematoma adalah perdarahan subperiosteal yang terjadi akibat trauma persalinan,
yang biasanya mengenai tulang parietal atau oksipital. Sefalohematoma adalah massa yang
teraba agak keras dan berfluktuasi, dengan sebuah tepi berbentuk cincin yang dapat diraba
sehingga memberi kesan suatu kawah dangkal di dalam tulang di bawah massa.
Sefalohematoma dengan mudah dapat dibedakan dari kaput suksedaneum karena
sefalohematoma ini tidak meluas melewati batas sutura tulang yang terlibat.6
Cephalhematoma biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama
persalinan dan pelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Insidensinya adalah
2,5 persen. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang parietal, tetapi kadang-
kadang dapat terjadi pada tulang oksipital. Hematoma sefal dapat ditemukan pada 0,5-2%
dari kelahiran hidup. Perdarahan dapat terjadi di satu, atau kedua os parietale dan bentuknya
menyerupai caput succedaneum. Caput terdiri atas pembengkakan lokal kulit kepala akibat
edema yang terletak di periosteum. Hematoma sefal dapat terjadi pada persalinan normal,
tetapi lebih sering terjadi pada partus lama atau partus dengan menggunakan forsep atau
vakum.2,3,6

Patofisiologi
Perlukaan dapat terjadi pada persalinan normal spontan. Oleh karena perdarahannya
terjadi di bawah periosteum, pembengkakannya terbatas pada tulang yang terkena dan tidak
melewati garis-garis sutura; ini merupakan salah satu cara untuk membedakannya dengan
caput succedaneum.6
Perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan anemia dan hipotensi, namun hal ini jarang
terjadi. Penyembuhan hematoma merupakan predisposisi terhadap terjadinya
hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia terjadi akibat penghancuran sel darah merah pada
hematoma. Hiperbilirubinemia karena hematoma sefal terjadi lebih lambat daripada
hiperbilirubinemia fisiologis. Kadang-kadang hematoma sefal disertai pula dengan fraktur
tulang tengkorak dibawahnya (5-20% kasus) atau perdarahan intrakranial.6
Pembengkakannya timbul dalam beberapa jam setelah lahir dan oleh karena
absorpsinya lama maka untuk hilangnya perlu waktu 6 sampai 12 minggu. Darah cepat
menjendal di tepi dan tetap cair di tengah. Kadang-kadang sekali terjadi ossifikasi pada
jendalan darah dan menyebabkan deformitas yang permanen pada tulang kepala. Kesehatan
bayi tidak terganggu, dan otak tidak mengalami kerusakan.7

23
Hematoma sefal jarang menjadi fokus infeksi yang menyebabkan meningitis atau
osteomielitis, resolusi hematoma sefal terjadi dalam beberapa minggu dan umumnya disertai
kalsifikasi.7

Tatalaksana
Penanganan cephalhematoma biasanya hanya observasi dan akan mengalami resolusi
khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Transfusi karena
anemia atau hipovolemia hanya diperlukan bila terdapat akumulasi darah yang cukup banyak.
Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan)
dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :1,2.5.6
1. Menjaga kebersihan luka
2. Tidak boleh melakukan massase luka / benjolan cephal hematoma
3. Dapat diberikan Vitamin K untuk mengurangi perdarahan selanjutnya. Daerahnya
harus dilindungi terhadap luka tetapi jendalan darah tidak perlu dikeluarkan. Kadang-
kadang terjadi infeksi dengan pembentukan abses yang harus didrainase.

Diagnosis Banding
1. Caput Succedaneum
Caput succedancum merupakan lesi kulit kepala yang paling sering ditemukan. Caput
succadeneum adalah pembengkakan kulit kepala setempat yang terbentuk dari efusi serum.
Tekanan pada lingkaran cervix menyebabkan obstruksi darah balik sehingga kulit kepala
yang terletak di dalam cervix menjadi edematous. Caput terbentuk pada persalinan dan
setelah ketuban pecah. Caput tidak terbentuk apabila janin sudah mati, his tidak baik, atau
cervix tidak menempel dengan erat pada kepala.7
Besar kecilnya caput succedaneum merupakan petunjuk beratnya tekanan yang
dikenakan pada kepala. Caput yang besar menunjukkan adanya tekanan yang berat dari atas
dan tahanan dari bawah. Caput yang kecil dijumpai pada his yang lemah atau tahanan yang
ringan. Caput terbesar didapatkan pada panggul sempit setelah partus yang lama dan sukar.
Pada partus lama caput yang besar menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi kepala
panggul atau posisi occipitoposterior, sedang caput yang kecil kemungkinan adanya inertia
uteri.7

24
Pada pemeriksaan vaginal atau rectal haruslah hati-hati dalam membedakan antara
turunnya kepala dengan caput. Caput yang membesar dapat dikira kepala yang turun, padahal
sebenarnya ada hambatan dalam penurunan kepala. Caput yang menjadi semakin besar
merupakan indikasi untuk penilaian kembali situasi.8

Caput terlihat pada waktu lahir, mulai menghilang segera sesudahnya dan umumnya
akan hilang setelah 24 sampai 36 jam. Kaput succadeneum biasanya tidak menimbulkan
komplikasi. Terapi hanya berupa observasi.8

Diagnosis banding antara caput succedaneum dan cephalhematoma meliputi kriteria tersebut
di bawah ini:2,3
Caput Succedaneum Cephalhematoma
Sudah ada pada waktu lahir Mungkin belum timbul beberapa jam
setelah lahir
Lunak, ada lekukan bila ditekan Lunak, tidak ada lekukan
Pembengkakannya merata Berbatas tegas
Terletak di atas sutura dan melewatinya Terbatas pada satu tulang, tidak melewati
sutura
Bisa berubah-ubah letaknya, mencari tempat Tetap ditempatnya semula
yang terendah
Terbesar pada waktu lahir dan segera Timbul setelah beberapa jam, bertambah
mengecil dan hilang dalam beberapa jam besar untuk beberapa lama dan baru
hilang setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan.

Gambar 1.1 Caput Succedaneum & Cephalhematom8

]\\\\

25
2. Molding

Molding merupakan perubahan bentuk kepala pada persalinan yang simetris dengan bentuk
kepala menyesuaikan diri dengan panggul. Biasanya tulang tengkorak bergeser dibawah
tulang tengkorak yang lain. Hal ini dapat terjadi karena adanya sutura. Ukuran kepala yang
melalui jalan lahir menjadi lebih kecil sedang yang tegak lurus menjadi lebih panjang.
Biasanya os ocipitale bergeser dibawah os parietale.9

Prognosis
Sebagian besar trauma lahir termasuk sefalhematom, caput succadeneum dll dapat
sembuh sendiri dan prognosisnya baik.9

26
Daftar Pustaka
1. Azis AH, Esty W. Asuhan neonatus, bayi dan balita. Jakarta: EGC, 2008.h.30.
2. Rudolph AM. Wahab AS, alih bahasa. Buku ajar pediatri rudolph. Edisi XX. Vol I.
Jakarta: EGC ; 2006.h.274-90.
3. Sarwono P. Ilmu Kebidanan. Penyakit dan perlukaan pada bayi baru lahir. Ed.4.
Jakarta: PT Bina Pustaka, 2012.h.720-3.
4. Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak nelson. Jakarta:EGC ;2010.H.214-76.
5. Cunningham G, Brahm U. Obstetri williams. Cedera pada janin dan neonatus. Ed.23.
Jakarta: EGC, 2013.h.662-1.
6. Herry O, William RF, Hakimi M. Ilmu kebidanan: Patologi dan Fisiologi persalinan.
Fetus (janin). Ed.1. Yogyakarta: Andi YEM. 2010.h.46-2.
7. Kosim MS, dkk. Buku ajar neonatologi. Edisi ke-2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;
2010.h.50-51.

8. Matondang CS, dkk. Diagnosis fisik pada anak. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto;
2007.h.70.

9. Roy M, Simon N. Lecture notes pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga; 2005.h.135.

27

Anda mungkin juga menyukai