Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Psoriasis pada tahun 1841 didefinisikan oleh Ferdinand von Hebra sebagai
suatu penyakit kulit yang mempunyai kekhususan sendiri. Bahkan saat ini psoriasis
dikenal sebagai penyakit sistemik berdasarkan pathogenesis autoimunologik dan
genetik yang bermanifestasi pada kulit, sendi serta terkait sindrom metabolik.
Perkembangan pengetahuan tersebut mengarahkan pengobatan psoriasis bersifat
sistemik. Penyakit ini tidak fatal namun berdampak negatif terhadap kehidupan di
masyarakat, misalnya pertimbangan pekerjaan dan hubungan sosial, karena
penampilan kulit yang kurang menarik. Berbagai faktor psikologis dan sosial sering
dijumpai pasien.
Psoriasis merupakan penyakit kulit inflamatorik kronis dengan faktor genetik
kuat yang manifestasinya tidak terbatas pada lesi kulit, namun juga pada berbagai
organ, termasuk kuku, sendi, dan lidah (geographic tongue). Insidens di Asia
cenderung rendah (0,4%), tidak ada perbedaan pada pria ataupun wanita. Variasi klinis
terbanyak adalah psoriasis vulgaris (85-90%), dan artritis psoriatika jarang (10%).
Bentuk klinis bervariasi mulai dari yang bisa remisi spontan hingga yang berlangsung
seumur hidup dengan kecenderungan memburuk dan persisten. Patofisiologi meliputi
proses kompleks autoimunitas, serta abnormalitas mikrovaskuler dan keratinosit.
Pengobatan psoriasis betujuan untuk menghambat proses peradangan dan
proliferasi epidermis, karena keterkaitnnya dengan sindrom metabolik. Beragam jenis
pengobatan tersedia saat ini mulai dari topikal, sistemik sampai dengan terapi spesifik
bersasaran alur pathogenesis psoriasis atau dikenal dengan agen biologic. Penanganan
holistik harus diterapkan dalam penatalaksanaan psoriasis meliputi gangguan kulit,
internal dan psikologis.
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Keishya Fadila Putri Kirana
Umur : 4 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Perumahan Cilegon Indah, Blok C 48 No. 6, Banten
Pekerjaan : Belum bekerja
Pendidikan : Belum sekolah
Suku Bangsa : Banten
Agama : Islam
Status : Belum menikah

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Bercak merah bersisik tebal di punggung, kepala, perut,
daerah kemaluan, dan kaki semenjak dua bulan yang
lalu.

Keluhan Tambahan : Daerah yang terkena terasa gatal.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Dua bulan yang lalu pasien merasa gatal pada bagian kepala, kemudian
gatal tersebut digaruk hingga menjadi berwarna merah. Setelah itu timbul
bentol kecil tiga buah berwarna merah dan gatal. Kemudian bentol tersebut
lama-lama menjadi banyak. Setelah itu pasien dibawa ke dokter dan diberikan
antibiotik, bentol tersebut menjadi seperti binik-bintik kecil yang bergerombol
meluas dan seperti melepuh.
Sebulan yang lalu timbul kembali seperti melepuh berwarna merah pada
bagian punggung, perut lalu ke bagian daerah genital dan kaki, yang lama-
kelamaan menjadi lesi yang berwarna merah bersisik tebal dan berlapis
berwarna putih dan disertai dengan rasa gatal.

Pengobatan Yang Pernah Didapat :


- Antibiotik, syrup Amoxcicilin 3xsehari
- Salep, berwarna kuning, dipakai sehabis mandi (2xsehari).

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Pasien belum pernah menderita ini sebelumnya
- Riwayat alergi makanan dan obat disangkal
- Riwayat asthma disangkal
- Riwayat bersin dipagi hari disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
- Riwayat alergi makanan dan obat disangkal
- Riwayat asthma pada keluarga disangkal
- Riwayat bersin dipagi hari disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
- Tekanan Darah : tidak diperiksa
- Nadi : 104 x/menit
- Suhu : tidak diperiksa
- Respirasi : 24 x/menit
- Berat badan : 13 kg
- Keadaan Umum : tampak sakit ringan
- Kesadaran : composmentis
- Kepala : dalam batas normal
- Leher : dalam batas normal
- Mulut : tidak diperiksa
- Thoraks : simetris pada keadaan statis dan dinamis
- Abdomen : datar, tidak ada distensi dan nyeri tekan
- Ekstremitas :
o Atas : akral hangat, edema (-)
o Bawah : akral hangat, edema (-)

B. Status Dermatologik
- Lokasi 1 : Kulit kepala
o Efloresensi : Plak eritematosa diameter > 0,5cm berbentuk bulat,
dilapisi skuama berlapis berwarna putih

- Lokasi 2 : Region dorsalis


o Efloresensi : Plaque eritem, berbatas tegas, skuama tebal, multiple,
terdapat hipopigmentasi disekitarnya
- Lokasi 3 : Regio abdominales
o Efloresensi : papul eritem, bulat, berbatas tegas, multiple, skuama
halus
- Lokasi 4 : Regio pubica
o Efloresensi : Plaque eritem, berbatas tegas, skuma halus

- Lokasi 5 : Regio femoralis sinistra


o Efloresensi : Plaque eritem, berbatas tegas, skuama halus

IV. DIAGNOSIS BANDING


1. Psoriasis vulgaris
2. Dermatitis numularis
3. Tinea corporis
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Fenomena tetesan lilin
- Fenomena auspitz
- Fenomena koebner

VI. DIAGNOSIS KERJA


Psoriasis Vulgaris

VII. PENATALAKSANAAN
A. Medikamentosa
Salep kalsipotriol 50 mcg 1x1
Betamethasone diproprionate 0,5 mg 1x1
B. Non medikamentosa
Edukasi :
- Hindari faktor-faktor pencetus yang berhubungan ( garukan, trauma,
stress)
- Membersihkan dan memotong kuku
- Menjaga kebersihan tubuh
- Minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur

VII. PROGNOSIS
- Ad vitam : Ad bonam
- Ad sanationam : Ad bonam
- Ad functionam : Ad bonam
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar genetik yang
kuat dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan deferensiasi sel epidermis
disertai manifestasi vaskuler, juga diduga adanya pengaruh sistem saraf. Umumnya lesi
berupa plak eritematosa berskuama berlapis berwarna putih keperakan dengan batas
tegas. Letaknya dapat terlokalisir, misalnya pada siku, lutut atau kulit kepala (sklap)
atau menyerang hampir 100% luas tubuh.1

3.2 Epidemiologi
Psoriasis menyebar diseluruh dunia tetapi prevalensi usia psoriasis bervariasi
di setiap wilayah. Prevalensi anak berkisar dari 0% di Taiwan sampai dengam 2.1 %
di Itali. Sedangkan pada dewasa di Amerika Serikat 0.98% sampai dengan 8%
ditemukan di Norwegia.1
Insidens di Asia cenderung rendah (0,4%). Tidak ada perbedaan insidens pada
pria ataupun wanita. Beberapa variasi klinisnya antara lain psoriasis vulgaris (85-90%)
dan artritis psoriatika (10%). Seperti lazimnya penyakit kronis, mortalitas psoriasis
rendah namun morbiditas tinggi, dengan dampak luas pada kualitas hidup pasien
ataupun kondisi sosioekonominya. Penyakit ini terjadi pada segala usia, tersering pada
usia 15-30 tahun.Puncak usia kedua adalah 57-60 tahun. Bila terjadi pada usia dini (15-
35 tahun), terkait HLA (Human Leukocyte Antigen) I antigen (terutama HLA Cw6),
serta ada riwayat keluarga, lesi kulit akan lebih luas dan persisten.3
Di Indonesia pencatatan pernah dilakukan oleh sepuluh RS besar dengan angka
prevalensi pada tahun 1996, 1997, dan 1998 berturut turut 0,62%; 0,59% dan 0,92%.
Psoriasis terus mengalami peningkatan jumlah kunjungan ke layanan kesehatan di
banyak daerah di Indonesia. Remisi dialami oleh 17 55% kasus dengan beragam
tenggang waktu.1

3.3 Etiopatogenesis
Patogenesis psoriasis digambarkan dengan gangguan biokimiawi, dan
imnuologi yang menerbitkan berbagai mediator perusak mekanisme fisiologi kulit dan
mempengaruhi gambaran klinis.1
Hanseler dan Christopher pada tahun 1985 membagi psoriasis menjadi tipe 1
bila onset kurang dari 40 tahun dan tipe 2 bila onset terjadi pada umur lebih dari 40
tahun. Tipe 1 diketahui erat hubungannya dengan factor genetic dan berasosiasi dengan
HLA-CW6, HLA-DR7, HLA-B13 dan HLA-BW57 dengan fenotip yang lebih parah
dibandingkan dengan psoriasis tipe 2 yang kaitan familialnya lebih rendah. Peranan
genetic tercatat pada kembar monozigot 65-72%, sedangkan pada kembar dizigot 15-
30%. Pasien yang mengalami psoriasis arthritis mempunyai riwayat psoriasis pada
keluarganya 60% sedangkan pada tipe 2 hanya 30%.1
Sampai saat ini tidak ada pengertian yang kuat mengenai patogenesis psoriasis,
tetapi peranan autoimunitas dan genetik dapat merupakan akar yang dipakai dalam
prinsip terapi. Mekanisme peradangan kulit psoriasis cukup kompleks, yang
melibatkan berbagai sitokin, kemokin maupun faktor pertumbuhan yang
mengakibatkan gangguan regulasi keratinosit, sel-sel radang dan pembuluh darah;
sehingga lesi tampak menebal dan berskuama tebal berlapis.1
Mengawali peran imunitas pada psoriasis melalui antigen precenting cell
(APC) akan memproses dan mempresentasikan antigen pada sel T. Antigen precenting
cell ini mengekspresikan MHC klas I dan II pada permukaannya. Lapisan epidermis
pada penderita psoriasis akan terjadi peningkatan jumlah denritic cell (DC) walaupun
tidak spesifik untuk penyakit ini. Proses antigen diakhiri dengan timbulnya peptida
antigen di permukaan APC oleh MHC. Komplek peptide-protein ini akan dikenali
secara spesifik oleh reseptor sel T (TCR). APC yang telah aktif akan berjalan menuju
limfonoid untuk mengaktifkan sel T. Interaksi sel T dan APC di limfonoid akan
menstimulasi sel T. Proses ini terdiri dari dua sinyal. Sinyal pertama dihasilkan oleh
komplek antigen yaitu MHC dan TCR sedangkan sinyal yang kedua berperan sebagai
konstimulasi. Konstimulasi ini diperankan oleh reseptor dengan ligand pada sel T.
Kemudian sinyal 1 dan 2 akan mengaktivasi sel T. Salah satu sel dendritik yang
berpengaruh dalam patogenesis psoriasis adalah sel Sel Langerhans yang mengenali
dan menangkap antigen, bermigrasi ke kelenjar getah bening lokal, dan
mempresentasikannya ke sel T. Aktivasi limfosit T akan menghasilkan sitokin pro-
inflamasi seperti TNF- yang menyebabkan proliferasi keratinosit. Hiperproliferasi ini
menyebabkan menurunnya waktu transit epidermis (perkiraan waktu yang diperlukan
oleh sel kulit untuk maturasi secara normal) dari 28 hari menjadi 2-4 hari dan
memproduksi sisik kemerahan yang tipikal pada psoriasis. IFN- juga menghambat
apoptosis keratinosit dengan menstimulasi protein anti-apoptosis, demikian juga IL-6
lebih tinggi secara bermakna antara psoriasis.2
Pada lesi plak dan darah pasien psoriasis dijumpai: sel Th1 cD4; sel T sitoksik
1/Tc1 CD8, IFN-, TNF- dan IL-12 adalah produk yang ditemukan pada kelompok
penyakit yang diperantai oleh Th-1. Pada tahun 2003 dikenal IL-17 yang dihasilkan
oleh Th-17. IL-23 adalah sitokin dihasilkan oleh dendrit bersifat heterodimer terdiri
atas p40 dan p19, p40 juga merupakan bagian dari IL-12. Sitokin IL-17A, IL-17F, IL-
22, IL-21 dan TNF adalah mediator turunan Th-17. Telah dibuktikan IL-17A mampu
meningkatkan ekspresi keratin 17 yang merupakan karakteristik psoriasis. Injeksi
intradermal IL-23 dan IL-21 pada mencit memicu proliferasi keratinosit dan
menghasilkan gambaran hyperplasia epidermis yang merupakan ciri khas psoriasis, IL-
22 dan IL-17A seperti juga kemokin CCR6 dapat menstimulasi timbulnya reaksi
peradangan psoriasis. 1
Dalam peristiwa interaksi imnologi tersebut retetan mediator menetukan
gambaran klinis, antara lain: GMSCF (granulocyte macrophage colony stimulating
factor), EGF, IL-1, IL-6, IL-8, IL-12, IL-17, IL-23 dan TNF- . Akibat peristiwa
banjirnya efek mediator terjadi perubahan fisiologis kulit normal menjadi keratinosit
akan berproliferasi menjadi lebih cepat, normal terjadi dalam 311 jam, menjadi 36 jam
dan produksi harian keratinosit 28 kali lebih banyak dari pada epidermis normal.
Pembuluh darah menjadi berdilatasi, berkelok-kelok, angiogenesis dam
hipermeabilitas vascular diperankan oleh vascular endhotelial growth factor (VEGF)
dan vascular permeability factor (VPF) yang dikeluarkan oleh keratinosit. 1
Lesi kulit psoriasis melibatkan epidermis dan dermis.Terdapat penebalan
epidermis, disorganisasi stratum korneum akibat hiperproliferasi epidermis dan
peningkatan kecepatan mitosis, disertai peningkatan ekspresi intercellular adhesion
molecule 1 (ICAM 1) serta abnormalitas diferensiasi sel epidermis.2
Invasi sel CD 8+ ke epidermis berkaitan dengan munculnya lesi kulit. Aktivasi
sel T terutama dipengaruhi oleh sel Langerhans. Sel T serta keratinosit yang teraktivasi
akan melepaskan sitokin dan kemokin, dan menstimulasi inflamasi lebih lanjut. Selain
itu, kedua komponen ini akan memproduksi tumor necrosis factor (TNF ), yang
mempertahankan proses inflamasi. Oleh karena itu, psoriasis bukan hanya disebabkan
oleh autoimunitas terkait sel limfosit T seperti teori terdahulu, tetapi melibatkan proses
yang lebih kompleks termasuk abnormalitas mikrovaskuler dan keratinosit.2

3.4 Faktor Pencetus


Faktor lingkungan jelas berpengaruh pada pasien dengan predisposisi genetik.
Beberapa faktor pencetus kimiawi, mekanik dan termal akan memicu psoriasis melalui
mekanisme Koebner, misalnya garukan, aberasi superifisial, reaksi fototoksik, atau
pembedahan. Ketegangan emosional dapat menjadi pencetus yang mungkin diperantai
oleh mekanisme neuroimunologis. Beberapa macam obat, misalnya beta-bloker,
angiotensin-converting enzyme inhibitors, antimalaria, litium, non steroid
antiinflamasi, gemfibrozil dan beberapa antibiotik. Bakteri, virus dan jamur juga
merupakan faktor pembangkit psoriasis. Endotoksin bakteri, berperan sebagai
superantigen dapat mengakibatkan efek patologik dengan aktivasi limfosit T,
makrofag, sel Langerhans dan keratinosit. Penelitian sekarang menunjukkan bahwa
superantigen streptokokus dapat memicu eksprsi antigen limfosit kulit yang berperan
dalam migrasi sel limfosit T bermigrasi ke kulit. Walaupun pada psoriasis plakat tidak
dapat dideteksi antigen streptokokus, beberapa antigen asing dan auto-antigen dapat
memicu interaksi APC dan limfosit T. Peristiwa hipersensitivitas terhadap obat,
imunisasi juga akan membangkitkan aktivasi sel T. kegemukan, obesitas, diabetes
melitus maupun sindroma metabolik dapat memperparah kondisi psoriasis.1

3.5 Gejala klinis


Gambaran klasik berupa plak eritematosa diliputi oleh skuama putih disertai
tititk-titik perdarahan bila skuama dilepas, berukuran dari seujung jarum sampai
dengan plakat menutupi sebagian besar area tubuh, umumnya simetris. Penyakit ini
dapat menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi tetapi tidak mengganggu rambut.
Penampilan berupa infiltrate eritematosa, eritema yang muncul bervariasi dari yang
sangat cerah (hotpsoriasis) biasanya diikuti gatal sampai merah pucat (cold
psoriasis). Fenomena koebner adalah munculnya lesi psoriasis setelah terjadi trauma
maupun microtrauma pada kulit pasien psoriasis. Pada lidah dapat dijumpai plak putih
berkonfigurasi mirip peta yang disebut lidah geografik. Fenotipe psoriasis dapat
berubah-ubah, spectrum penyakit pada pasien yang sama dapat menetap atau berubah,
dari asimtomatik sampai dengan generalisata (eritroderma). Stadium akut sering
dijumpai pada orang muda, tetapi dalam waktu tidak terlalu lama dapat berjalan kronik
residif. Keparahan memiliki gambaran klinik dan proses evolusi yang beragam,
sehingga tidak ada kesesuaian klasifikasi variasi klinis. 1

Psoriasis Plakat
Kira-kira 90% pasien mengalami psoriasis vulgaris dan biasanya disebut
psoriasis plakat kronik. Lesi ini biasanya dimulai dengan macula eritematosa berukuran
kurang dari satu sentimeter atau papul yang melebar ke arah pinggir dan bergabung
beberapa lesi menjadi satu, berdiameter satu sampai beberapa sentimeter. Lingkaran
putih pucat mengelilingi lesi psoriasis plakat yang dikenal dengan Woronoffs ring.
Dengan proses pelebaran lesi yang berjalan bertahap maka bentuk lesi dapat beragam
seperti bentuk utama kurva linier (psoriasis girata), lesi mirip cincin (psoriasis anular)
dan papul berskuama pada mulut folikel polisebaseus (psoriasis folikularis). Psoriasis
hiperkeratotik tebal berdiameter 2-5 cm disebut plak rupioid, sedangkan plak
hiperkeratotik tebal berbentuk cembung menyerupai kulit tiram disebut plak ostraseus.
Umumnya dijumpai di scalp, siku, lutut, punggung, lumbal dan retroaurikular. Hampir
70% pasien mengeluh gatal, rasa terbakar atau nyeri, terutama bila kulit kepala
terserang. Uji Auspitz ternyata tidak spesifik untuk psoriasis, Karena uji positif dapat
dijumpai pada dermatitis seboroik atau dermatitis kronis lainnya. 1
Psoriasis inversa ditandai dengan letak lesi di daerah intertriginosa, tampak
lembab dan eritematosa. Bentuknya agak berbeda dengan psoriasis plakat karena
nyaris tidak berskuama dan merah merona, mengkilap, berbatas tegas, sering sekali
mirip dengan ruam intertigo, misalnya infeksi jamur. Lesi dijumpai di daerah aksila,
fosa antecubital, poplitea, lipat inguinal, inframamae dan perineum. 1

Gambar 1. Psoriasis Plakat.3

Psoriasis Gutata
Jenis ini khas pada dewasa muda, bila terjadi pada anak sering bersifat swasirna.
Namun pada suatu penelitian epidemiologi 33% kasus dengan psoriasis gutata akut
pada anak akan berkembang menjadi psoriasis plakat. Bentuk spesifik yang dijumpai
adalah lesi papul eruptif berukuran 1-10 mm berwarna merah salmon, menyebar diskret
secara sentripetal terutama di badan dan dapat mengenai ekstremitas dan kepala.
Infeksi streptokokus beta hemolitikus dalam bentuk faringitis, laryngitis atau tonsillitis
sering mengawali munculnya psoriasis gutata pada pasien dengan predisposisi dari
genetik. 1

Gambar 2. Psoriasis Gutata.3

Psoriasis Pustulosa
Bentuk ini merupakan manifestasi psoriasis tetapi dapat pula merupakan
komplikasi lesi klasik dengan pencetus putus obat kortikosteroid sistemik, infeksi
maupun pengobatan topical bersifat iritasi. Psoriasis pustulosa jenis Von Zumbusch
terjadi bila pustule yang muncul sangat parah dan menyerang seluruh tubuh, sering
diikuti dengan gejala konstitusi. Keadaan ini bersifat sistemik dan mengancam jiwa.
Tampak kulit yang merah, nyeri meradang dengan pustule milier tersebar di atasnyta.
Pustule terletak nonfolikuler, putih kekuningan, terasa nyeri, dengan dasar eriteamtosa.
Pustule dapat bergabung membentuk lake of pustules, bila mengering dan krusta
terlepas meninggalkan lapisan merah terang. Perempuan lebih sering mengalami
psoriasis pustulosa 9:1, decade 4-5 kehidupan dan sebagian besar perokok (95%).
Pustule tersebut bersifat steril sehingga tidak tepat diobati dengan antibiotik. 1
Psoriasis pustulosa lokalisata pada palmoplantar menyerang daerah hipotenar
dan tenar, sedangkan pada daerah plantar mengenai sisi dalam telapak kaki atau dengan
sisi tumit. Perjalanan lesi kronis residif dimulai dengan vesikel bening, vesikopustul,
pustule yang parah dan maculopapular kering cokelat. Bentuk kronik disebut
akrodermatitis kontinua supurativa dan Hallopeau, ditandai dengan pustule yang
muncul pada ujung jari tangan dan kaki, bila mengering menjadi skuama yang
meninggalkan lapisan merah kalua skuama dilepas. Destruksi lempeng kuku dan
osteolisis falangs distal sering terjadi. Bentuk psoriasis pustulosa palmoplantar
mempunyai pathogenesis berbeda dengan psoriasis dan dianggap lebih merupakan
komorbiditas dibandingkan bentuk psoriasis. 1

Gambar 3. Psoriasis Pustulosa.3

Eritroderma
Keadaan ini dapat muncul secara bertahap atau akut dalam perjalanan psoriasis
plakat, dapat pula serangan pertama, bahkan pada anak. Lesi jenis ini harus dibedakan
menjadi dua bentuk, yaitu; psoriasis universalis yaitu lesi psoriasis plakat (vulgaris)
yang luas hampir seluruh tubuh, tidak diikuti dengan gejala demam atau menggigil,
dapat disebabkan kegagalan terapi psoriasis vulgaris. Bentuk kedua yaitu bentuk yang
lebih akut sebagai peristiwa mendadak vasodilatasi generalisata. Keadaan ini dapat
dicetuskan antara lain oleh infeksi, tar, obat atau putus obat kortikosteroid sistemik.
Kegawatdaruratan dapat disebabkan terganggunya sistem panas tubuh, payah jantung,
kegagalan fungsi hati dan ginjal. Kulit pasien tampak eritema difus biasanya disertai
dengan menggigil, demam dan mailese. Bentuk psoriasis pustulosa generalisata dapat
kembali ke bentuk psoriasis eritroderma. Keduanya membutuhkan pengobatan segera
menenangkan keadaan akut serta menurunkan peradangan sistemik, sehingga tidak
mengancam jiwa. 1

Gambar 4. Eritroderma.3

Psoriasis Kuku
Keterlibatan kuku hamper dijumpai pada semua jenis psoriasis meliputi 40-
50% kasus, keterlibatan kuku meningkat seiring durassi dan ekstensi penyakit. Kuku
jari tangan berpeluang lebih sering terkena dibandingkan dengan kaki. Lesi beragam,
terbanyak yaitu 65% kasus merupakan sumur-sumur dangkal (pits). Bentuk lainnya
ialah kuku berwarna kekuning-kuningan disebut yellowish dis-coloration atau oil
spots, kuku yang terlepas dari dasarnya (onikolisis), hyperkeratosis subungual
merupakan penebalan kuku dengan hiperkeratotik, abnormalitas lempeng kuku berupa
sumur-sumur kuku yang dalam dampat membentuk jembatan-jembatan
mengakibatkan kuku hancur (crumbling) dan splinter haemorrhage. 1
Diagnosis psoriasis tidak sulit untuk bentuk lesi spesifik, tetapi gambaran khas
ini dapat berubah setelah diobati. Perubahan lesi psoriasis secara klinis maupun
histopatologik membuat diagnosis yang tepat sulit ditegakkan. Penentuan diagnostic
psoriasis sangat diperlukan Karena pengobatannya tidak sama dengan penyakit
inflamasi lainnya, misalnya eksema, akan tertolong dengan pengobatan kortikosteroid
tetapi psoriasis dengan terapi ini akan berbahaya. 1

Gambar 5. Psoriasis Kuku.3

Psoriasis Artritis
Psosirasis ini bermanifestasi pada sendi sebanyak 30% kasus. Psoriasis tidak
selalu dijumpai pada pemeriksaan kulit, tetapi pasien dating pertama kali dengan
keluhan sendi. Keluhan sendi yang sering dijumpai, yaitu artritis perifer, entesitis,
tenosynovitis, nyeri tulang belakang dan atralgia non spesifik, dengan gejala kekakuan
sendi pada pagi hari, nyeri sendi persisten atau nyeri sendi fluktuatif bila psoriasis
kambuh. Keluhan pada sendi kecil maupun besar, bila mengenai distal intrafalangeal
maka umumnya pasien juga mengalami psoriasis kuku. Bila keluhan ini terjadi,
sebaiknya pasien segera dirujuk untuk penanganan komperhensif untuk mengurangi
hgkomplikasi.1

Gambar 6. Psoriasis Artris3

3.6 Diagnosis
Anamnesis merupakan salah satu hal yang pertama kali penting ditanyakan
adalah onset penyakit dan riwayat keluarga, karena onset dini dan riwayat keluarga
berkaitan dengan tingginya ekstensi dan rekurensi penyakit. Selain itu, tentukan apakah
lesi merupakan bentuk akut atau kronis, serta keluhan pada persendian, karena
kemungkinan artritis psoriatika pada pasien dengan riwayat pembengkakan sendi
sebelum usia 40 tahun. Lesi kronis cenderung stabil berbulan-bulan hingga bertahun-
tahun, sedangkan dalam bentuk akut, lesi dapat muncul mendadak dalam beberapa hari.
Kemungkinan relaps juga bervariasi antar individu. Pasien yang sering relaps biasanya
memiliki lesi yang lebih berat, cepat meluas, melibatkan area tubuh yang lebih luas,
sehingga terapi harus lebih agresif.3
Pruritus dapat muncul dalam banyak kasus psoriasis, terutama pada kulit kepala
dan area kelamin. Lesi yang sering ditemukan pada psoriasis yang klasik adalah papul
eritema bebatas tegas dengan dinding perak-keputihan. Memiliki bentuk lamellar,
kendur dan mudah diangkat dengan menggaruknya. Apabila dindingnya diangkat
maka akan terlihat penampakan dari Auspitz sign.3
Pada psoriasis terdapat fenomena yang khas yaitu fenomena tetesan lilin
dimana bila lesi yang berbentuk skuama dikerok maka skuama akan berubah warna
menjadi putih yang disebabkan oleh karena perubahan indeks bias. Auspitz sign ialah
bila skuama yang berlapis- lapis dikerok akan timbul bintik-bintik pendarahan yang
disebabkan papilomatosis yaitu papilla dermis yang memanjang tetapi bila kerokan
tersebut diteruskan maka akan tampak pendarahan yang merata. Fenomena kobner
ialah bila kulit penderita psoriasis terkena trauma misalnya garukan maka akan muncul
kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis. 3
Lesi psoriasis vulgaris berupa plak eritematous, berbatas tegas, simetris, kering,
tebal dengan ukuran yang beragam serta dilapisi oleh skuama tebal berlapis-lapis dan
berwarna putih seperti mika, serta transparan. Keluhan yang dirasakan adalah gatal
ringan. Bentuk kelainan dapat bervariasi: lentikuler, numular atau plakat dapat
berkonfluensi. Psoriasis dapat terbentuk di lokasi trauma fisik (garukan, terbakar sinar
matahari, atau operasi) yang disebut isomorfik atau fenomena Kbner. Terjadinya
pruritus sangat bervariasi, meskipun psoriasis dapat mempengaruhi semua
permukaan kulit tetapi tetap terdapat predileksi pada area tertentu dan harus
diperiksa pada semua pasien yang dicurigai mengalami psoriasis. Daerah tersebut
diantaranya siku, lutut, kulit kepala, gluteal dan kuku. Penyakit ini biasanya lebih
banyak pada bagian ekstensor daripada permukaan fleksor yang mengenai telapak
tangan, telapak kaki, dan wajah. 3

Gambar 7. Predileksi Psoriasis.3


Pada pemeriksaan histopatologis psoriasis plakat yang matur dijumpai tanda
spesifik berupa: penebalan (akantosis) dnegan elongasi seragam dan penipisan
epidermis di atas papilla dermis. Masa sel epidermis meningkat 3-5 kali dan masih
banyak dijumpai mitosis di atas lapisan basal. Ujung reteridge berbentuk gada yang
sering bertaut dengan rete ridge sekitarnya. Tampak hyperkeratosis dan parakeratosis
dengan penipisan atau menghilangnya stratum granulosum. Pembuluh darah di papilla
dermis yangh membengkak tampak memanjang. Melebar dan berkelok-kelok. Pada
lesi awal di dermis bagian atas tepat di bawah epidermis tampak pembuluh darah
dermis yang jumlahnya lebih banyak daripada kulit normal. Infiltrate sel radang
limfosit, makrofag, sel dendrit dan sel mast terdapat sekitar pembuluh darah. Pada
psoriasis yang matang dijumpai limfosit tidak saja pada dermis tetapi juga pada
epidermis. Gambaran spesifik psoriasis adalah bermigrasinya sel radang granulosit-
neutrofilik berasal dari ujung subset kapiler drmal mencapai bagian atas epidermis
yaitu lapisan parakeratosis stratum korneum yang disebut mikroabses munro atau pada
lapisan spinosum yang disebut spongioform pustules of kogoj.1

3.7 Diagnosis Banding


Psoriasis memiliki gambaran spesifik berupa plak eritematosa dengan skuama
yang memiliki gambaran mirip dengan dermatosis, yang terdapat pada tabel berikut :1
Diagnosis Diagnosis Banding
Plakat Dermatitis numularis atau
neurodermatitis, tinea korporis, liken
planus, LE, parapsoriasis, CTCL.
Fleksural Dermatitis seboroik, dermatitis popok,
tinea kruris, kandidiosis.
Gutata Pitiriasis rosea, dermatitis numularis,
erupsi obat, parapsoriasis, SII, CTCL.
Eritroderma Dermatitis atopik, dermatitis seboroik,
DKA, erupsi obat, PRP, pitiriasis rosea,
fotosensitivitas, CTCL, limfoma kutis.
Kuku Tinea ungium, kandidiosis, traumatik
onikolisis, liken planus, 20 nail
dystrophy, penyakit darier
Skalp Dermatitis seboroik, tinea kapitis, PRP,
eritroderma, LE, karsinoma bowen.
Palmoplantar Dermatitis tangan, DKA, tinea, SII,
scabies, limfoma kutis.
PPG Impetigo herpetiformis, pustular
dermatosis subkorneal, erupsi obat
pustulosa, akrodermatitis enteropatika
(anak).
LE = Lurus Eritomatosa, CTCL = cell T cutaneous lymphoma, DKA = Dermatitis
Kontak Alergik, PRP = Pitiriasis Rubra Piliaris.

3.8 Penatalaksanaan
Pengobatan psoriasis haruslah multifaktoral (tergantung lokasi) dan individual.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keadaan fisik dan psikis penderita, harapan
penderita dan kosmetis. Karena penyakit ini kronis pertimbangkan pula biaya, waktu,
dan efek samping pengobatan jangka panjang.4
Jenis pengobatan psoriasis yang tersedia bekerja menekan gejala dan
memperbaiki penyakit. Tujuan pengobatan adalah menurunkan keparahan penyakit
sehingga pasien dapat beraktivitas dalam pekerjaan, kehidupan social dan sejahtera
untuk tetap dalam kondisi kualitas hidup yang baik, tidak memperpendek masa
hidupnya Karena efek samping obat. Kebanyakan pasien tidak dapat lepas dari terapi
untuk mempertahankan keadaan remisi.1
Prinsip pengobatan yang harus dipegang yaitu sebelum memilih pengobatan
harus dipikirkan evaluasi dampak penyakit terhadap kualitas hidup pasien.
Dikategorikan penatalaksanaan yang berhasil bila ada perbaikan penyakit, mengurangi
ketidaknyamanan dan efek samping. Lalu, mengajari pasien agar lebih kritis menilai
pengobatan sehingga mendapat informasi sesuai dengan perkembangan penyakit
terakhir, diharapkan pasie tidak tergantung dokter, dapat mengerti dan mengenal obat
dengan baik termasuk efek sampingnya. Menjelaskan bahwa pengobatan lebih
berbahaya dari penyakitnya sendiri.1
Penetapan keparahan psoriasis penting dilakukan untuk menentukan
pengobatan, diperkirakan 40 cara dipakai untuk penilaian tersebut. Pengukuran
keparahan psoriasis yang biasa dilakukan dilapangan, antara lain: luas permukaan
badan (LPB), Psoriasis Area Seveerity Index (PASI), dermatology life quality index
(DLQI). Dinyatakan psoriasis dengan keparahan ringan bila BSA kurang dari 3%
sedangkan bila BSA lebih dari 10% dinyatakan psoriasis berat. PASI merupakan baku
emas pengukuran tingkat keparahan psoriasis. Beberapa elemen yang diukur oleh PASI
adalah eritema, skuama dan ketebalan lesi dari setiap lokasi di permukaan tubuh seperti
kepala, badan, lengan dan tungkai. Bagian permukaan tubuh dibagi menjadi 4 bagian
antara lain: kepala (10%), abdomen, dada dan punggung (20%), lengan (30%) dan
tungkai termasuk bokong (40%). Luasnya area yang tampak pada masing-masing 12
area tersebut diberi skor 0 sampai dengan 6, seperti terlihat dalam tabel dibawah ini:
Karakteritis klinis yang dinilai adalah; eritema (E), skuama (S), dan ketebalan
lesi/indurasi (T). Karakteristik klinis tersebut diberi skor sebagai berikut; tidak ada lesi
=0, ringan=1, sedang=2, berat=3 dan sangat berat=4. Nilai derajat keparahan diatas
dikalikan dengan weighting factor sesuai dengan area permukaan tubuh; kepala = 0,1,
tangan/lengan = 0,2, badan = 0,3, tungkai/kaki = 0,4. Total nilai PASI diperoleh dengan
cara menjumlahkan keempat nilai yang diperoleh dari keempat bagian tubuh. Total
nilai PASI kurang dari 10 dikatakan sebagai psoriasis ringan, nilai PASI antara 10-30
dikatakan sebagai psoriasis sedang, dan nilai PASI lebih dari 30 dikatakan sebagai
psoriasis berat.5
Tabe 1. Pengukuran PSAI.5

Selain pengobatan topikal yang diberikan secara rutin ataupun berpola rotasi
dan sekuensial, tersedia pula pengobatan sistemik konvensional bahkan terapi biologic
yang menawarkan penanganan lebih mengarah ke sasaran patofisiologik psoriasis.
Namun pemilihan obat tidak semudah yang tersebut di atas, Karena ada faktor lain
yang mempengaruhi, yaitu lokasi lesi, umur, aktivitas, waktu dan kesehatan pasien
secara umum juga menentukan terapi psoriasis.1
Pengobatan Topikal
Sebagian besar pasien psoriasis mengalami kelainan kulit yang terbatas,
misalnya disiku dan lutut. Untuk keadaan ini pengobatan topikal menjadi pilihan
dengan atau tanpa penambahan terapi sistemik untuk atritis. 1

Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal bekerja sebagai antiinflamasi, antiproliferasi, dan
vasokonstriktor masih tetap banyak dipakai dalam pengobatan psoriasis secara tunggal
atau kombinasi. Terapi jenis ini masih diminati oleh banyak dokter maupun pasien
karena efektif, relatif cepat, ditoleransi dengan baik, mudah digunakan, dan tidak
terlalu mahal dibandingkan dengan terapi alternatif lainnya.1
Resistensi merupakan gejala yang sering terlihat dalam pengobatan keadaan ini
disebabkan oleh proses takifilaksis. Bila dalam 4 6 minggu lesi tidak membaik,
pengobatan sebaiknya dihentikan, diganti dengan terapi jenis lain, sedangkan
kortikosteroid superpoten hanya diperbolehkan 2 minggu. Pemakaian obat secara
oklusi hanya diperkenankan untuk daerah telapak tangan dan kaki. Harus diingat
psoriasis sensitif terhadap kortikosteroid, tetapi juga resisten terhadap obat yang sama,
hal ini terjadi karena takifilaksis.1
Efek samping yang mengancam cukup banyak, seperti penipisan kulit, atrofik,
striae, talengiekrasis, erupsi akneiformis, rosasea, dermatitis kontak, perioral
dermatitis, absorbsi sistemik yang dapat menimbulkan supresi aksis hipotalamus
ptuitari.6
Pengunaan kortikosteroid kuat harus dihindari pada anak-anak, terutama
dengan lesi psoriasis di area fleksural dan area alat kelamin. Terapi steroid jangka
panjang dapat menyebabkan strie dan telangiektasia atrofi, dan supresi adreno-
hypophyseal-hipotalamik. Krim halobetasol 0,05% dan emulsi propionat clobetasol
0,05% tampaknya merupakan pengobatan berkhasiat pada psoriasis plak masa kanak-
kanak selama dua minggu. Penghentian steroid topikal menyebabkan eksaserbasi
penyakit. 6
Emolien
Emolien bekerja dengan mengurangi kekeringan kulit dan rasa gatal sehingga
mengurangi terjadinya fenomena koebner. Juga meningkatkan hidrasi stratum korneum
yang akan mempermudah pelepasan skuama. Psoriasis yang ringan dapat stabil bahkan
mengurang hanya dengan emolien saja. Misal dapat dipergunakan vaselin album.
Emolien yang berupa paraffin baik putih maupun kuning atau lanolin dapat dipakai
untuk mengendalikan pembentukan skuama. 4,7

Asam Salisilat
Asam salisilat merupakan bahan keratolitik dan bisa mengurangi
pembentukan skuama. Bahan ini dapat digunakan dalam bentuk campuran dengan ter,
dan juga dalam kombinasi dengan steroid topikal yang tersedia dalam bentuk preparat-
preparat komersial.7

Kalsipotriol / Kalsipotrien
Kalsipotriol adalah analog vitamin D yang mampu mengobati psoriasis ringan
sampai sedang. Mekanisme kerja sediaan ini adalah antiproliferasi keratinosit,
menghambat proliferasi sel, dan meningkatkan deferensiasi juga menghambat produksi
sitokin yang berasal dari keratinosit maupun limfosit. Kalsipotriol merupakan pilihan
pertama atau kedua pengobatan topical walaupun tidak seefektif kortikosteroid super
poten, namun obat ini tidak memiliki efek samping yang mengancam seperti
kortikosteroid. Dermatitis kontak iritan merupakan efek samping terbanyak yang
dijumpai, pemakaian 100g seminggu dapat meningkatkan kadar kalsium darah. 1
Kalsipotriol adalah pengobatan yang aman dan efektif pada anak-anak dengan
psoriasis plak ringan sampai sedang yang dikaitkan dengan <30% keterlibatan kulit.
Komplikasi yang paling umum dari psoriasis plak adalah sensasi terbakar , terutama
saat berada di area wajah dan genital. Calcipotriol 50 g / mingguan diresepkan untuk
anak-anak di atas enam tahun, dan 75 g / mingguan untuk anak-anak di atas 12 tahun
di Inggris. Tidak ada efek buruk yang serius pada metabolisme kalsium dan tulang yang
dilaporkan pada dosis yang dikoreksi. 6
Vitamin D lebih efektif dibandingkan dengan emolien ataupun tar untuk
meredakan gejala psoriasis, namun setara dengan kortikosteroid poten. Kortikosteroid
poten lebih efektif sedikit dibandingkan dengan vitamin D untuk pengobatan psoriasis
pada kulit kepala. Obat topical paling efektif adalah kortikosteroid superpoten yang
mempunyai efek samping yang harus mempunyai perhatian ketat. Vitamin D dan
kortikosteroid poten mempunyai efektivitas terhadap psoriasis yang sangat baik bila
dibandingkan dengan vitamin D tunggal atau kortikosteroid. 1

Retinoid Topikal
Tazaroten topikal adalah retinoid asetilena, yang membatasi reseptor asam
retinoat. Agen topikal ini menurunkan proliferasi epidermis dan meningkatkan
diferensiasi. Tazaroten topikal tersedia secara komersial sebagai bentuk krim atau jeli
dan dioleskan dua kali sehari. Agen ini digunakan untuk orang dewasa, namun
penggunaannya terbatas karena dermatitis iritan, rasa terbakar dan gatal saat aplikasi
berikut. Untuk mengurangi efek samping ini, retinoid digunakan dikombinasikan
dengan steroid. Retinoid Tazarotene topikal baru-baru ini dilisensikan untuk digunakan
pada orang dewasa, namun tidak ada data tentang khasiat dan keamanan pada anak-
anak. Aplikasi retinoid belum dievaluasi pada anak-anak. 1,6

Ter dan Antralin


Ter berasal dari destilasi destruktif bahan organik, misalnya kayu, batubara, dan
fosil ikan (antara lain iktiol). Ter dapat dikombinasikan dengan ultraviolet yang
meningkatkan khasiatnya. Ter sangat bermanfaat untuk kelainan pada kulit kepala, Ter
merupakan senyawa yang aman untuk pemakaian psoriasis ringan sampai sedang,
namun pemakaiannya menyebabkan mengakibatkan kulit lengket, mengotori pakaian,
berbau, kontak iritan, terasa terbakar dan dapat menjadi fotosensitivitas. Tidak banyak
pasien menggunakan ter untuk pemakaian luas. 1
Antralin adalah pengobatan tradisional yang disetujui untuk psoriasis plak di
semua kelompok umur pasien. Ditranol telah dilaporkan efektif dalam pengobatan
psoriasis pada 81% anak usia 5-10 tahun. Biasanya dimulai dengan antralin konsentrasi
terendah 0,05% sekali sehari kemudian ditingkatkan sampai menjadi 1% dengan
kontak singkat (15-30 menit) setiap hari. Obat ini mampu membersihkan lesi psoriasis.
Krim antralin tersedia untuk digunakan di rumah. Pewarnaan kulit dan pakaian terjadi
pada penggunaan antralin. Antralin menyebabkan iritasi pada daerah fleksural, wajah
dan genitalia dan menyebabkan terasa terbakar. Pengawasan orang tua dianjurkan
untuk penggunaan obat-obatan dan menerapkan agen pelembab di sekitar plak. Terapi
kombinasi dengan UVB atau obat topikal lainnya dapat meningkatkan sifat
terapeutiknya. Plakat yang terbatas dan besar dapat diobati dengan antralin sebagai
bentuk pasta Zink. 1,6

Fototerapi
Fototerapi yang dikenal ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet (UVB). Fototerapi
memiliki kemampuan menginduksi apoptosis, imunosupresan, mengubah profil sitokin
dan mekanisme lainnya. Diketahui efek biologic UVB terbesar pada kisaran 311-313
nm oleh Karena itu sekarang tersedia lampu UVB (TL-01) yang dapat memancarkan
sinar monokromatik dan disebut spektrumn sempit (narrowband). Dalam berbagai uji
coba penyinaran 3-5 kali seminggu denga dosis eritemogenik memiliki hasil yang
efektif. Bila dibandingkan dengan UVB spectrum luas, UVB spectrum sempit dosis
suberitemogenik nampaknya lebih efektif. Psoriasis sedang sampai berat dapat diobati
denga UVB, kombinasi denga ter meningkatkan efektivitas terapi. Efek samping cepat
berupa sunburn, eritema, vesikulasi dan kulit kering. Efek jangka panjang berupa
penuaan kulit dan keganasan kulit yang masih sulit dibuktikan. Bila dilakukan di klinik,
kombinasi UVB dengan ter dan antralin memiliki remisi berlangsung lebih lama pada
55% pasien. 1
Pemakaian UVB spectrum sempit lebih banyak dipilih Karena lebih aman
dibandingkan dengan PUVA (psoralen dan UVA) yang dihubungkan dengan
karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel basal dan melanoma malignan pada kulit.
Peningkatan keganasan kulit Karena UVB spectrum sempit sampai saat ini belum bias
ditetapkan dan masih dalam penyelidikan. 1

Sistemik
Untuk menentukan pengobatan sistemik sebaiknya mengikuti algoritma yang
membutuhkan penanganan semacam ini biasanya dipakai pada psoriasis berat termasuk
psoriasis plakat luas, eritroderma atau psoriasis pustulosa generalisata atau psoriasis
artritis.

Metotreksat
Merupakan pengobatan yang sudah lama dikenal dan masih sangat efektif
untuk psoriasis maupun psoriasis artritis. Mekanisme kerjanya melalui kompetisi
antagonis dari enzim hidrofolat reduktasi. Metotreksat memiliki struktur mirip asam
folat yang merupakan substrat dasar enzim tersebut. 1
Metotreksat mampu menekan proliferasi limfosit dan produksi sitokin, oleh
karena itu bersifat imunosupresif. Penggunaannya terbukti sangat berkhasiat untuk
psoriasis tipe plakat berat rekalsitran, dan juga merupakan indikasi untuk penanganan
jangka panjang pada psoriasis berat seperti psoriasis pustulosa dan psoriasis
eritroderma. Metabolit obat ini disekresi di ginjal, karena bersifat teratogenik. Oleh
karena itu, metotreksat tidak boleh diberkan pada ibu hamil. Dosis pemakaian untuk
dewasa dimulai dengan dosis rendah 7,5 15 mg setiap minggu, dengan pemantauan
ketat pemeriksaan fisik dan penunjang. 1
Masalah utama pada pemberian metrotreksat adalah adanya efek hepatotoksik,
terutam terjadinya fibrosis pada penggunaan yang lama. Alkohol tampaknya dapat
mengeksaserbasi terjadinya kecenderungan tersebut. pada pasien-pasien muda perlu
dilakukan tindakan biopsy hati secara regular. Metrotreksat juga menghambat
spermatogenesis dan bersifat teratogenik. Karenanya obat ini hanya digunakan pada
pasien dengan kelainan yang berat. 7
Metotreksat memiliki efek langsung pada limfosit T dan siklus sel keratinosit
juga. Ada sedikit bukti mengenai penggunaannya dalam psoriasis masa kanak-kanak.
Meskipun methotrexate digunakan pada beberapa penyakit kulit, keamanan dan
khasiatnya belum disetujui pada anak-anak kecuali kemoterapi kanker. Jika harus
diberikan, pemantauan dengan hati-hati diperlukan dan dosis serendah mungkin harus
ditentukan, biasanya berkisar antara 0,2-0,7 mg / kg per minggu dan sebaiknya 0,2-0,4
mg / kg. Efek samping metotreksat yang paling umum adalah gangguan gastrointestinal
dan penekanan sumsum tulang bergantung pada dosis dan timbul lebih awal. 6

Retinoid
Retinoid merupakan derivate vitamin A dapat dipakai pada pasien psoriasis.
Yang paling sering digunakan adalah asitretin. Retinoid menyebabkan terjadinya
berbagai efek samping, seperti bibir kering, perdarahan hidung, rambut rontok,
hyperlipidemia, teratogenik, dan efek terhadap peningkatan trigliserida dan
mengganggu fungsi hati. Dosis yang dipakai berkisar 0.5 1 mg per kilogram berat
badan perhari. 1,7
Retinoid efektif dalam pengobatan psoriasis pustular dan eritrodermik pada
anak-anak meskipun banyak efek sampingnya. Acitretin dalam dosis 0,25 sampai 0,6
mg / kg / d adalah obat yang paling umum digunakan. Meskipun retinoid telah
digunakan secara luas dalam kelainan bawaan keratinisasi, ada beberapa laporan kasus
dan rangkaian kasus mengenai pemberian Acitretin dalam pengobatan psoriasis masa
kanak-kanak. Pengukuran profil lipid dasar dan enzim hati dan pengulangan pada
interval 3 bulan diperlukan untuk pemberian retinoid. Efek samping yang paling umum
dari obat ini adalah kulit kering dan selaput lendir dan malaise. 6

Siklosporin
Merupakan penghambat enzim kalsineurin sehingga tidak terbentuk gen
interleukin-2 dan inflamasi lainnya. Dosis rendah; 2,5 mg/kgBB/hari dipakai sebagai
terapi awal dengan dosis maksimum 4 mg/kgBB/hari. Hipertensi dan toksik ginjal
adalah efek samping yang harus diperhatikan dan beberapa peneliti juga
mengkhawatirkan keganasan. Obat ini memiliki interaksi dengan beberapa macam
obat, dapat berkompetisi menghambat sitokrom P-450. 1

Agen Biologik
Obat ini bekerja dengan menghambat biomolekuler yang berberan dalam
tahapan pathogenesis psoriasis. Terdapat tiga tipe obat yang beredar di pasaran, yaitu
recombinant human cytokine, fusi protein dan monoclonal antibody.
Perkembangannya sangat pesat dan yang dikenal adalah alefacept, efalizumab,
infliximab, dan ustekinumab. Pemakaian terbatas pada kasus yang berat atau yang tidak
berhasil dengan pengobatan sistemik klasik. Efek samping yang harus diperhatikan
adalah infeksi karena agen ini bersifat imunosupresif, reaksi infus dan pembentukan
antibody serta pemakaian jangka panjang masih harus di evaluasi. 1

3.9 Prognosis
Psoriasis guttata biasanya akan hilang sendiri (self limited) dalam 12-16
minggu tanpa pengobatan, meskipun pada beberapa pasien menjadi lesi plakat kronik.
Psoriasis tipe plakat kronis berlangsung seumur hidup, dan interval antar gejala tidak
dapat diprediksi. Remisi spontan dapat terjadi pada 50% pasien dalam waktu yang
bervariasi. Eritroderma dan generalized pustular psoriasis memiliki prognosis yang
lebih buruk dengan kecenderungan menjadi persisten.

3.10 Kesimpulan
Sampai saat ini pengobatan psoriasis tetap hanya bersifat remitif, kekambuhan
yang boleh dikatakan hamper selalu ada mengakibatkan pemakaian obat berlangsung
seumur hidup. Menjaga kualitas hidup pasien dengan efek samping yang rendah
menjadi seni pengobatan psoriasis yang akan terus berkembang.1
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 8th ed.
Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2012.

2. Verghese B.,Bhatnagar S., Tanwar R. and Bhattacharjee J. Serum Cytikene


Profile in Psoriasis A Case-Control Study in a Tertiary Care Hospital from
Northern India. Ind J Clin Biochem. 2011. 26(4): 373-77

3. Goldsmith LA, katz SI, Glicherest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff .
Fitzpatrics Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, 6th. New York.
McGrawHill : 2009.

4. Etnawati K, Soedarmadi. Pengobatan Penyakit Kulit Dan Kelamin.


Yogyakarta. Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada. 1990.

5. Feldman SR. and Krueger GG. Psoriasis Assessment Tools in Clinical Trials.
Ann Rheum Dis. 2005. 64: ii65 ii68.

6. Hajheydari Z, Sarparast L, Shahmohammadi S. Management of Psoriasis in


Children: a Narrative Review, J Pediatr Rev. 2015 ;3(1):e131.

7. Brown G R, Burns T. Lecture Notes: Dermatologi. 8th ed. Jakarta. Erlangga


Medical Series : 2005.

Anda mungkin juga menyukai