Peserta
Jalan Jend. Sudirman No. 623
Telp. (022) 6076756 Fax. (022) 6035506
Bandung
LINGKUNGAN KERJA
PERTAMBANGAN
Dhays H. Idham
PRODUKSI SAFETY
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN KERJA
Wilayah aktivitas kegiatan penambangan
dan aktivitas penunjangnya
Menghasilkan produk yang bermanfaat
Menghasilkan dampak pada lingkungan,
masyarakat dan ekosistem
Pencemaran lingkungan seperti pengaruh
tailing, kebisingan, getaran, debu dll
Dapat berfungsi sebagai pemicu pertum-
buhan dan pengembangan wilayah
(Community Development)
OBYEK PENGAWSAN
LINGKUNGAN KERJA
Unit-unit operasi yang dapat menim-
bulkan pencemaran
Corong keluaran Ventilasi, yg dapat
mengganggu pekerja dan lingkungan
Tempat pengolahan bahan-bahan
berbahaya
Semua pekerja tambang yg sedang
bekerja, harus memakai APD
Tertib kerja harus dilaksanakan
KOREKSI TEMPAT KERJA
Dilakukan pemahaman berupa :
Dasar-dasar pikiran dan pandangan
tentang usaha K-3 dan Lingkungan Kerja
Program umum dan khusus tentang
pengelolaan K-3 dan Lingkungan Kerja
Pemahaman masalah perundang-undang-
an dan standarisasi
Wadah organisasi untuk penanggulangan
pencemaran akibat penambangan
Usaha pembinaan K-3 dan Lingk. Kerja
STRATEGI PENINGKATAN
KINERJA LINGKUNGAN
Komitmen Sistem
Manajemen Manajemen
Lingkungan
Program KL & PL
SASARAN SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN
Membentuk suatu sistem analisis dampak, pengelolaan dan
pemantauan lingkungan pertambangan yang terstruktur dan terarah
yang dibuat secara profesional
Gas-gas Tambang
Debu Tambang
Kebisingan
Air Tambang
GAS-GAS TAMBANG
A. Emisi Diesel
Paling sering berbahaya pada kegiatan
Tambang Bawah Tanah
Komponen yang terdapat dlm Emisi Diesel :
Hiydro carbon yang tidak terbakar
Carbon monoxide (CO)
Nitrous oxide, berupa NO dan NO2
Aldehyde (CHO- group, Oksidasi hydro carbon)
Sulphur oxides, berupa SO2 dan SO3
Partikel-partikel, brp Angus (shoot), Asap (smoke)
Faktor-faktor yang menyebabkan ancam-
an kesehatan akibat Emisi Diesel :
Dosis
Lama paparan
Jalan / cara masuk ke dalam tubuh
Parameter-parameter lain, seperti pa-
nas, kelembaban, beban kerja dan
faktor-faktor yang ada pada masing-
masing individu
Pengendalian Buangan Emisi Diesel :
1. Ventilasi
Dapat mengencerkan dan mengendalikan emisi-
emisi diesel dalam atmosfer tambang dengan
jalan memberikan jumlah udara yang cukup
2. Water Scrubber
Berfungsi untuk melewatkan buangan melalui
water bath dan bertindak sebagai pencegah
(barrier) terhadap nyala api
Efisiensi Kerjanya :
30 % untuk jenis partikel
20 % untuk hydro carbon yang tidak mudah terbakar
50 % - 80 % untuk SO2
3. Catalytic Purifiers
Mengandung katalis kelompok logam Platinum,
yang dapat mengoksidir hydro carbon yang tak
terbakar dan CO
Oksidasi katalitik dapat diperoleh apabila suhu
gas buangan mencapai 220 0C dan mendekati
90 % dari CO dan 80 % dari hydro carbon yang
tak terbakar dapat dihilangkan
4. Fume Diluters
Dipakai untuk memasukkan aliran udara ke
dalam sistem buangan yang dapat mengencerkan
konsentrasi lokal sehingga dapat menambah
efisiensi ventilasi
5. Light Fuels
Berupa bahan bakar ringan yang mengandung
sulfur < 0,1 %, agar tetap menjaga susunan sulfur
dioksida pada keadaan minim
6. Perawatan Mesin
Sangat penting untuk mengendalikan pengotor-
pengotor emisi mesin diesel dan penting untuk
keberhasilan penggunaan peralatan bertenaga
diesel dalam tambang bawah tanah
B. Asap dari Peledakan
Selain CO2, gas-gas nitrous lain yang penting
dari pemakaian bahan peledak (high
explosive) adalah nitrous oxides dan CO
Susunan dan banyaknya gas-gas beracun yang akan
terjadi akibat peledakan, antara lain tergantung pd :
Jenis bahan peledak yang dipakai
Inisiasi (proses yang menyebabkan high explosive
meledak) bahan peledak
Kekerasan dan homoginitas batuan
Adanya air
Jenis bahan galian yang akan diledakkan
Faktor-faktor lainnya
ASAP YG DIHASILKAN DR PEMAKAIAN ANFO
Conc. NO2 Conc. CO
200
1000
175
800
150
600
125
400
100
200
3 4 5 6 7
% Fuel Oil
DEBU TAMBANG
A. Sifat Debu
Zat-zat berbutir, baik cairan maupun padat
menunjukkan kelakuan serupa apabila
terkandung di dalam udara
Butiran-butiran debu, baik yang mengakibatkan
penyakit maupun ledakan atau mudah terbakar
berukuran < 10 mikron. Butiran-butiran yang
berukuran < 5 mikron diklasifikasikan sebagai
respirable dust
Butiran-butiran > 10 mikron tidak tinggal lama
di dalam suspensi aliran udara
Debu-debu tambang dan industri mempunyai
karakteristik berukuran sangat kecil, antara
0,5 3 mikron. Aktivitas kimianya meningkat
dengan makin berkurangnya ukuran butir
Debu < 10 mikron yang menyebabkan serius
terhadap kesehatan tidak mempunyai berat yang
berarti atau lamban (inertia)
Untuk mengendalikan debu halus (< 10 mikron)
yang telah mengapung di udara, perlu adanya
kontrol udara dimana debu tersebut bersuspensi
dan ini merupakan konsep dasar dari
pengendalian debu
B. Karakteristik Debu
Debu Fibrogenik (bahaya terhadap sistem
pernafasan). Contoh : Silika (kuarsa, chert),
Silicates (asbestos, talk, mica, silimanite), Metal
Fumes (hampir semua), Bijih Beryllium, Bijih
Timah Putih, beberapa Bijih Besi, Carborundum
dan Batubara (anthracite, bituminous)
Debu Karsinogen (penyebab kanker). Contoh :
Debu hasil peluruhan Radon, Asbestos, Arsenik
Debu-debu beracun (beracun terhadap organ/
jaringan tubuh). Contoh : Bijih-bijih Beryllium,
Arsen, Timbal, Uranium, Radium Thorium,
Mangan, Nikel, Perak dll
Debu Radioaktif (berbahaya karena radiasi alfa
dan beta). Contoh : Bijih-bijih Uranium, Radium
dan Thorium
Debu Eksplosif (dapat terbakar apabila
airborne). Contoh : Debu-debu Metal (Magne-
sium, Aluminium, Zinc, Timah Putih, Besi),
Batubara (bituminous, lignite), Bijih-bijih
Sulfida, Debu-debu Organik
Debu-debu pengganggu atau nuisanse dusts
(gangguan ringan terhadap manusia). Contoh :
Gypsum, Kaolin, Batukapur
Inert Dust, yaitu debu yang tidak bereaksi
kimia dengan zat lain (tidak mempunyai akibat
pada paru-paru)
C. Akibat Fisiologis dari Debu
Berupa penyakit pernafasan, dimana sistem
pernafasan manusia mempunyai beberapa
pengaman untuk melindungi jaringan yang
peka dalam paru-paru terhadap bahaya
debu, yaitu :
Sistem saringan, berupa rambut-rambut pada
saluran hidung untuk menyaring partikel-
partikel yang lebih besar (5 10 mikron)
Eliminasi atau pembersih untuk menyaring debu
halus (< 5 mikron). Di dalam gelembung paru-
paru ada sel ajaib yang disebut Phagocytes yg
berfungsi menangkap debu-debu halus tersebut
Nama-nama Penyakit Pernafasan akibat
Debu, diantaranya adalah :
Silicosis, disebabkan oleh debu silika bebas
Silicotuberkolosis, komplikasi dr TBC oleh silika
Asbestosis, disebabkan oleh Asbes
Cilicatosis, disebabkan oleh silicates
Siderosis, disebabkan oleh besi atau bijih besi
Black Lung atau Anthracosilicosis, disebabkan
oleh debu Batubara, baik Bituminous maupun
Anthracite
D. Faktor-faktor yang Menentukan Bahaya
Debu
Komposisi, baik kimia maupun mineralogi
Konsentrasi
Ukuran Partikel
Waktu atau lamanya berhubungan
Daya tahan tubuh
E. Debu Peledak dan Faktor Penyulut
Kebakaran tambang yang disebabkan oleh
debu eksplosif, dapat terjadi karena :
Penyulutan oleh nyala api atau percikan
bunga api
Getaran oleh adanya ledakan gas atau
peledakan
Pembakaran secara spontan
Faktor-faktor kemampuan meledak dr
debu Batubara, tergantung pada :
Komposisi
Bila kandungan zat terbang (Vc) dibagi dengan
jumlah kandungan zat terbang tersebut dan
ditambah dengan kandungan karbon tetap (fixed
carbon) lebih besar dari 0,12, maka debu
mempunyai potensi untuk meledak
Kandungan zat terbang pada Batubara
merupakan faktor utama kemampuan meledak
bertambah secara linear hingga 25 % (disebut
Batubara dengan zat terbang medium)
Ukuran Partikel
Debu Batubara > 20 mesh (80 mikron) jarang
masuk ke dalam ledakan. Partikel-partikel yang
paling halus yang paling aktif
Konsentrasi
Konsentrasi debu Batubara dalam udara
minimum, dinyatakan dalam berat, yang dapat
meledak sebesar 0,060 oz/ft3 (60.000 mg/m3).
Besaran ini kira-kira sama dengan 260.000 mppcf
dengan ukuran rata-rata 1,5 mikron
Gas yang Bisa Terbakar
Gas methane memacu kemungkinan penyulutan
debu Batubara, hampir berbanding lurus dgn %
tase gas di udara
Kelembaban Udara Relatif
Faktor ini tidak mempunyai pengaruh terhadap
peledakan Batubara
Debu-debu Lain
Biasanya, kemampuan ledak dari debu lain
dipengaruhi oleh kelompok faktor-faktor yang
sama
F. Nilai Ambang Batas
Ada beberapa kategori, yaitu :
1. Threshold Limit Value-Time Weighted
Average (TLV-TWA)
Konsentrasi rata-rata waktu timbang untuk hari
kerja normal 8 jam atau 40 jam per minggu,
dimana hampir semua pekerja berhubungan
dengan debu setiap hari tanpa akibat yang
merugikan
2. Threshold Limit Value Short Term
Exposition Limit (TLV-STEL)
Konsentrasi maks. dimana pekerja-pekerja dapat
berhubungan dgn udara selama periode sampai
15 menit secara terus menerus tanpa menderita :
o Iritasi
o Perubahan jaringan yang kronis
o Narcosis/pembiusan pada tingkat yang cen-
derung mengalami kecelakaan, berkurangnya
daya menyelamatkan diri, berkurangnya efi-
siensi kerja
3. Threshold Limit Value-Ceiling (TLV-C)
Konsentrasi yang tidak akan dilampaui meskipun
hanya sesaat
G. Sumber Debu
Ada 2 (dua) kategori sumber debu, yaitu :
Sumber Primer
Apabila suatu kegiatan atau aktivitas penam-
bangan yang menciptakan debu
Sumber Sekunder
Apabila suatu kegiatan atau aktivitas penam-
bangan yang dapat menyebarkan debu
KEGIATAN PENAMBANGAN YANG
MENGHASILKAN DEBU
Cutting - -
Blasting + -
Drawing Chute - -
Drilling + o
Loading - -
Dumping Car - -
Belt Transfer, Discharging o -
Haulage o -
C. Pengendalian Kebisingan
Pencegahan dari saat pembuatan
Mengisolasi sumber kebisingan
Mengecilkan suara dgn menggunakan air
silencer atau resilient (lentur) mounting
Mengisolasi seluruh mesin atau peralatan
Memakai pelindung telinga atau ear defender
Mengurangi waktu paparan dgn kebisingan
AIR TAMBANG
A. Pengaruh Air Tambang
1. Pengaruh Langsung :
Menambah biaya langsung sebagai akibat dari
kebutuhan untuk pemompaan
Memerlukan teknik-teknik khusus pada
waktu pembuatan terowongan
Bisa mengakibatkan korban jiwa, rusaknya
peralatan, mengganggu produksi dan bahkan
sampai dilakukan penutupan tambang
Pemompaan air yang berlebihan menye-
babkan pencemaran lingkungan
2. Pengaruh Tidak Langsung :
Kerusakan pada atap, lantai dan dinding-dinding
tambang serta ketidak stabilan dinding tinggi dan
timbunan tanah buangan
Kondisi kerja tidak nyaman, dimana pada tambang
bawah tanah suhunya akan meninggi
Berkurangnya efisiensi kerja, krn tetesan air yang
mengenai pekerja tambang bawah tanah
Biaya perawatan peralatan tinggi, tingkat keausan
dan karatan yg tinggi, shg berkurangnya umur alat
Proses peledakan terganggu, karena lobang tembang
berisi air dan mudah runtuh
Bijih yg mengandung air dan lembab memerlukan
pengeringan sebelum pengapalan
Perobahan pada pembuatan sumur-sumur air dan
perobahan kualitas air
B. Pengendalian Air Tambang
1. Pada Tambang Terbuka :
Menggunakan metoda dasar pembuangan
air meliputi parit-parit pembuangan air
pada permukaan dan pada bagian dasar
tambang, saluran horizontal, sumur
vertikal yang dibor dari permukaan atau
menggunakan jenjang-jenjang atau bagian
dasar pit, atau kombinasi dari cara-cara di
atas
Pembuangan Air dengan Menggunakan
Parit Permukaan
Pembuangan Air dengan Menggunakan
Parit pada Dasar Galian
Pembuangan Air dengan
Saluran Vertikal
Pembuangan Air dengan Sumur-sumur
Vertikal dari Permukaan
Sumur Vertikal dari Permukaan
Keuntungannya :
Kemungkinan pembuangan air sebelum
dilakukan penggalian
Tidak mengganggu operasi/aktivitas pe-
nambangan
Kemungkinan dapat mengalirkan bebe-
rapa aquifer dengan satu sumur saja
Kerugiannya :
Biaya energi tinggi
Penurunan muka air tanah yang terbatas
Ketidakmampuan mengeluarkan air
secara efektif dari aquifer yang lebih
sukar ditembus
Sumur Vertikal dari Jenjang
atau Dasar Pit
Keuntungannya :
Mengurangi biaya pemompaan, karena
tekanan julang yang lebih rendah
Kerugiannya :
Menunda pemboran sampai selesai digali
Jalan masuk ke lokasi pemboran lebih sulit
Mengganggu operasi penambangan
Beberapa Contoh Metoda Penirisan
a. Metoda Siemens
Pada setiap jenjang dipasang pipa ukuran
8 secara vertikal dan pada ujung
bawahnya diberi lobang-lobang. Ujung
yang berlobang masuk ke dalam lapisan
aquifer, sehingga air tanah terkumpul
pada bagian ini dan selanjutnya dipom-
pakan ke atas dan dibuang ke luar daerah
tambang
b. Metoda Elektro Osmosis
Bilamana lapisan tanah terdiri dari tanah
lempungan, maka pekerjaan pemompaan
sulit dilakukan karena sifat kapiler yang
ada pada tanah tersebut. Untuk
mengatasinya dipakai metoda Elektro
Osmosis yang menggunakan batang
anoda dan katoda, bila elemen ini dialiri
listrik maka air pori yang ada dalam
batuan akan mengalir ke katoda dan
selanjutnya dipompakan ke luar
c. Metoda Pemotongan Air Tanah