Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH

KOMUNITAS II (GERONTIK)

Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler Akibat Hipertensi

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunitas II

Disusun Oleh :

Kelompok 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Keperawatan Komunitas II (gerontik). Kami berterima kasih
kepada Afrieani deasy.,S.Kep.,Ners.,MAN selaku koordinator mata kuliah
Keperawatan Komunitas II (gerontik).
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Cimahi, Desember 2017

Penyusun

1 Komunitas II : Hipertensi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2

C. TUJUAN PENULIS...............................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................................3

A. DEFINISI...............................................................................................................3

B. PENYEBAB...........................................................................................................3

C. KLASISIKASI.......................................................................................................4

D. MANIFESTASI KLINIS........................................................................................4

E. PATOFISIOLOGI...................................................................................................5

F. PATHWAY.............................................................................................................6

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................................7

H. PENATALAKSANAAN.........................................................................................7

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................9

3. RENCANA KEPERAWATAN.............................................................................12

BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................................................19

I. BIODATA............................................................................................................19

II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN........................................................................19

III. PSIKOSOSIAL & SPIRITUAL............................................................................20

IV. ACTIVITY DAILY LIVING (ADL).....................................................................20

V. PEMERIKSAAN FISIK.......................................................................................20

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................................21

VII. PENATALAKSANAAN.......................................................................................21

2 Komunitas II : Hipertensi
VIII. ANALISA DATA................................................................................................22

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................................26

X. INTERVENSI KEPERAWATAN.........................................................................27

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................31

BAB V PENUTUP...........................................................................................................34

A. KESIMPULAN....................................................................................................34

B. SARAN................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................35

3 Komunitas II : Hipertensi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan
anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan
peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru
berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada
tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang
atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta
jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan
diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten
dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan
data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun
1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12
tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun
(BPS.2000)
Dengan makin meningkatnya harapan hidup penduduk Indonesia, maka
dapat diperkirakan bahwa insidensi penyakit degeneratif akan meningkat
pula. Salah satu penyakit degeneratif yang mempunyai tingkat morbiditas dan
mortalitas tinggi adalah hipertensi. Hipertensi pada usia lanjut menjadi lebih
penting lagi mengingat bahwa patogenesis, perjalanan penyakit dan
penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia
dewasa muda. Pada umumnya tekanan darah akan bertambah tinggi dengan
bertambahnya usia pasien, dimana tekanan darah diastolik akan sedikit
menurun sedangkan tekanan sistolik akan terus meningkat.
Penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular mengalami peningkatan
resiko penyebab kematian, dimana pada tahun 1990, kematian penyakit tidak
menular 48 % dari seluruh kematian di dunia, sedangkan kematian akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke sebanyak 43%
dari seluruh kamatian di dunia dan meningkat pada tahun 2000 kematian
akibat penyakit tidak menular yaitu 64 % dari seluruh kematian dimana 60%
disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke dan gagal
ginjal. Pada tahun 2020, diperkirakan kematian akibat penyakit tidak menular
sebesar 73% dari seluruh kematian di dunia dan sebanyak 66% diakibatkan
penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke, dimana faktor
resiko utama penyakit tersebut adalah hipertensi. (Zamhir, 2006).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer
karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi karena disamping
karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang
akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan
permanen dan kematian mendadak. Sehingga kehadiran hipertensi pada
kelompok dewasa muda akan sangat membebani perekonomian keluarga,
karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang,
bahkan seumur hidup. (Bahrianwar, 2009)
Di Indonesia dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995,
prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3% (pengkuran standart WHO
yaitu pada batas tekanan darah normal 160/90 mmHg). Pada tahun 2000
prevalensi penderita hipertensi di indonesia mencapai 21% (pengukuran
standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal 139 / 89 mmHg).
Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada tahun 2015
dan menjadi 42 % pada tahun 2025. (Zamhir, 2006).
Penyebab hipertensi tidak diketahui pada sekitar 95 % kasus. Bentuk
hipertensi idiopatik disebut hipertensi primer atau esensial. Patogenesis pasti
tampaknya sangat kompleks dengan interaksi dari berbagai variabel, mungkin
pula ada predisposisi genetik. Mekanisme lain yang dikemukakan mencakup
perubahan perubahan berikut: (1). Eksresi natrium dan air oleh ginjal, (2).
Kepekaan baroreseptor, (3). Respon vesikuler, dan (4). Sekresi renin.
Sedangkan 5% penyakit hipertensi terjadi sekunder akibat proses penyakit
lain seperti penyakit parenkhim ginjal atau aldosterronisme primer (Prince,
2005).
Beberapa organisasi dunia dan regional telah memproduksi, bahkan
memperbaharui pedoman penanggulangan hipertensi. Dari berbagai strategi
dapat disimpulkan bahwa penanggulangan hipertensi melibatkan banyak
disiplin ilmu. Kunci pencegahan atau penanggulangan perorangan adalah
gaya hidup sehat. Masyarakat juga perlu tahu risiko hipertensi agar dapat
saling mendukung untuk mencegah atau menanggulangi agar tidak
menyebabkan peningkatan yang signifikan sampai mencegah terjadinya
komplikasi. (Bahrianwar,2009).
Di Indonesia, Pemerintah bersama Departemen Kesehatan RI memberi
apresiasi dan perhatian serius dalam pengendalian penyakit Hipertensi. Sejak
tahun 2006 Departemen Kesehatan RI melalui Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian
penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi dan penyakit
degenaritaif linnya, serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera. (Depkes,
2007).
Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa
langkah, yaitu mendistribusikan buku pedoman, Juklak dan Juknis
pengendalian hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi;
melaksanakan intensifikasi, akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan
kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat (local area specific);
mengembangkan (investasi) sumber daya manusia dalam pengendalian
hipertensi; memperkuat jaringan kerja pengendalian hipertensi, antara lain
dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengendalian Hipertensi; memperkuat
logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan surveilans epidemiologi
dan sistem informasi pengendalian hipertensi; melaksanakan monitoring dan
evaluasi; dan mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian hipertensi.
(Depkes, 2007).
Pada usia lanjut aspek diagnosis selain kearah hipertensi dan komplikasi,
pengenalan berbagai penyakit yang juga diderita oleh orang tersebut perlu
mendapatkan perhatian oleh karena berhubungan erat dengan
penatalaksanaan secara keseluruhan. Dahulu hipertensi pada lanjut usia
dianggap tidak selalu perlu diobati, bahkan dianggap berbahaya untuk
diturunkan. Memang teori ini didukung oleh observasi yang menunjukkan
turunnya tekanan darah sering kali diikuti pada jangka pendeknya oleh
perburukan serangan iskemik yang transient (TIA). Tetapi akhir-akhir ini dari
penyelidikan epidemiologi maupun trial klinik obat-obat antihipertensi pada
lanjut usia menunjukan bahwa hipertensi pada lansia merupakan risiko yang
paling penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler, strok dan penyakit
ginjal. Banyak data akhir-akhir ini menunjukan bahwa pengobatan hipertensi
pada lanjut usia dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Hipertensi?

2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab Hipertensi?

3. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami penyakit


Hipertensi?

C. TUJUAN PENULIS

1. Untuk mengetahui definisi, penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi,


pathway serta penatalaksanaan pada penyakit Hipertensi.

2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami


penyakit Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan


sistolik yang intermiten atau menetap. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer,2001).
Tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Menurut WHO ( 1978 ).
Pada Populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 1996).

B. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi :


a. Hipertensi primer atau esensial
Penyebab pasti masih belum diketahui. Jenis ini adalah yang
terbanyak, yaitu sekitar 90-95% dari seluruh pasien hipertensi.
Riwayat keluarga,obesitas,diit tinggi natrium,lemak jenuh dan
penuaan adalah faktor pendukung. Walaupun faktor genetik sepertinya
sangat berhubungan dengan hipertensi primer, tapi mekanisme
pastinya masih belum diketahui.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang
terindentifikasi lainya. Hipertensi yang penyebabnya diketahui seperti
hipertensi renovaskuler, feokromositoma, sindrom cushing,
aldosteronisme primer, dan obat-obatan, yaitu sekitar 2-10% dari
seluruh pasien hipertensi.

2. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Pedoman Joint National


Committee 7
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage I 140-159 90-99
Hipertensi stage II 160 100

Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut


dapat dibedakan:
a. Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat
pada 6-12% penderita di atas usia 60th, terutama pada wanita.
Insiden meningkat seiring bertambahnya umur.
b. Hipertensi diastolic saja (Diastolic hypertension), terdapat antara
12-14% penderita di atas usia 60th, terutama pada pria. Insidensi
menurun seiring bertambahnya umur.
c. Hipertensi sistolik-diastolik: terdapat pada 6-8% penderita usia di
atas 60th, lebih banyak pada wanita. Menningkat dengan
bertambahnya umur.

C. PENYEBAB
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain
meliputi diabetes, ras, riwayat keluarga, jenis kelamin, faktor gaya hidup
seperti obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang berlebihan.
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat
dikontrol, antara lain:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis
kelamin pria atau wanita pasca menopause.
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan
wanita.Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler
sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan
estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan
sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur
wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur
45-55 tahun.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%.Hipertensi lebih
banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi
lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormon setelah menopause.
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,
jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang
tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia
lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia
tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang
diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus ,
hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering terjadi
pada usia pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter
(2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia
ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-
arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akanmenyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
a. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu
sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk
kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi.
Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan
darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat
badan lebih.
b. Kurang Olahraga.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk
hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa
apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko
tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi
gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak
jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.
c. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna
dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.
d. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6
gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi.
e. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan
minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko
hipertensi.
f. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir
tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
g. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah
secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal
ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat
perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota. Menurut Anggraini (2009)
mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas
saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan
pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

D. MANIFESTASI KLINIS
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering
tidak memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious)
atau tersembunyi (occult). Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis
beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala,
pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun.

E. PATOFISIOLOGI

F. PATHWAY

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.

2. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal


3. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
7. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung.
8. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Non-Farmakologi
a. Pengobatan kausal yaitu pengobatan dengan cara menghilangkan
penyebabnya.
b. Mengendalikan berat badan
c. Pembatasan asupan garam/ pola makan yang teratur.
d. Berhenti merokok
e. Berhenti atau mengurangi minum alkohol
f. Olahrga yang teratur
g. Mengurangi stress
2. Pengobatan Farmakologi
Obat-obat Antihipertensi :
a. Hidroklorotiazid (HCT)
b. Klortalidonn
c. Catropil
d. penghambat adrenoreseptor / -bloker : propanolol, asebutolol,
atenolol, bisoprolol

I. KOMPLIKASI
Pasien dengan hipertensi dapat meninggal dengan cepat; penyebab
tersering kematian adalah penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan masalah
mata mulai dari penglihatan kabur dan kebutaan.

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian secara Umum


a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama,
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental,
Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
1) Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau
menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
2. Pengkajian Persistem
a. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner
atau katup dan penyakit cerebro vaskuler.
2) Episode palpitasi,perspirasi.
b. Eleminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
c. Neurosensori
1) Keluhan pusing.
2) Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok
3. Pengkajian perkembangan untuk lansia
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
b. Komponen gaya berjalan dan gerakan
4. Pengkajian psikososial
Mengkaji hubungan dengan keluarga seperti anak cucu dll
5. Pengkajian fungsional klien
Menggunakan metode Katz index

No. Kegiatan Mandiri Bantuan Sebagian Bantuan Penuh

1. Mandi

2. Berpakaian

3. Ke Kamar
Kecil

4. Berpindah
Tempat

5. BAK/BAB

6. Makan/Minum
Keterangan : klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa
pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain.

6. Status kognitif / afektif


a. Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) dengan
Pertanyaan :

Benar Salah Nomor Pertanyaan Jawaban

1 Tanggal berapa hari ini ?

2 Hari apa sekarang ?

3 Apa nama tempat ini ?

4 Dimana alamat anda ?

5 Berapa umur anda ?

6 Kapan anda lahir ?

7 Siapa presiden
Indonesia ?

8 Siapa presiden Indonesia


sebelumnya ?

9 Siapa nama kecil anda ?

10 Kurangi 3 dari 20 dan


tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, secara
menurun

JUMLAH Benar :

Salah :

Interpretasi :
Salah 0 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
b. MMSE (Mini Mental Status Exam)

Aspek Nilai Nilai


No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 1 Menyebutkan dengan
benar :
Tahun : 2012 (Benar)
Musim :kemarau
Tanggal :11
Hari :Rabu (Benar)
Bulan :maret
2 Orientasi 5 3 Dimana sekarang kita
berada ?
Negara : Indonesia
(Benar)
Propinsi : jawa (Benar)
Kabupaten/kota : malang
(Benar)
Panti :-
Wisma:-
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek
(misal : kursi, meja,
kertas), kemudia
ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1. kursi
2. meja
3. kertas
4 Perhatian 5 2 Meminta klien berhitung
dan mulai dari 100 kemudia
kalkulasi kurangi 7 sampai 5
tingkat.
Jawaban :
1. 93

2. 86

3. 79

4. 72

5. 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk
mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin
nilai 1)
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien
tentang benda (sambil
menunjukan benda
tersebut).
Minta klien untuk
mengulangi kata berkut :
tidak ada, dan, jika,
atau tetapi )
Klien menjawab :tidak
ada, jika dan tetapi.
Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3
langkah.
1. Ambil kertas ditangan
anda
2. lipat dua
3. dan taruh dilantai
Perintahkan pada klien
untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.
tutup mata anda
Perintahkan kepada klien
untuk menulis kalimat
dan menyalin gambar.
Total nilai 30 18

Interpretasi hasil :
24 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
6. Pengkajian status mental
Mengkaji status mental pada pasien misalnya saat ini sedang merasakan
sedih atau tidak
7. Pengkajian masalah emosional
Mengkaji Masalah Emosional
8. Pengkajian perilaku terhadap kesehatan
Pola kebiasaan seperti Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
b. Pola istirahat tidur
c. Eliminasi
d. Pola aktivitas
e. Personal hygiene
9. Pengkajian lingkungan
a. Pemukiman
b. Sanitasi
c. Fasilitas
d. Keamanan Dan Transportasi
10. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral


b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
d. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kebutuhan metabolic
e. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system
pendukung yang tidak adekuat
f. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau
keterbatasan kognitif
11. Rencana tindakan keperawatan

a. Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular


Cerebral
1) Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2) Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan sakit kmepala, misalnya kompres dingin pada
dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar,
tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular
serebral dan yang memperlambat atau memblok respons
simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya
3) Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi
yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam
saat bab, batuk panjang, membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan
vascular cerebral
b. Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
1) Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan
frequency nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frequency
istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau
sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau
tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada :
kelemahan dan keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji
respon fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan
indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas.
2) Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan
energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat
menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan
perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan
energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
c. DX 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi
berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
1) Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk
evaluasi awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik
yang akurat.
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah
vascular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa
sebagai peningkatan tekanan diastolic sampai 130, hasil
pengukuran diastolic diatas 130 dipertimbangkan sebagai
penigkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga
merupakan faktor resiko yang di tentukan untuk penyakit
cerebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan
diastolic 90-115.
d. DX 4 : Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kebutuhan metabolic
1) Intervensi : kaji pemahaman pasien tentang hubungan
langsung antara hipertensi dan kegemukan.
Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan
darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan
peningkatan curah jangtung berkaitan dengan peningkatan
masa tubuh.
2) Intervensi : bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori
dan membatasi masukan lemak,garam,dan sesuai indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
ateroskelorosis dan kegemukan yang merupakan predesposisi
untuk hipertensi dan komplikasinya misalnya stroke,penyakit
ginjal,gagal jantung. Kelebihan memasukkan garam
memperbanyak volume cairan intravascular dan dpat merusak
ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
e. DX 5 : Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system
pendukung yang tidak adekuat
1) Intervensi : Kaji keefektifan strategi koping dengan
mengobservasi perilaku, misalnya kemampuan menyatakan
perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana
pengobatan
Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola
hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik dan
mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan
sehari-hari
2) Intervensi : Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor
spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama
dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor
3) Intervensi : Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan
beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan
Rasional : Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri
yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan
dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik
4) Intervensi : Catat laporan gangguan tidur, peningkatan
keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan
toleransi sakit kepala ketidakmampuan untuk
mengatasi/menyelesaikan masalah
Rasional : Menifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin
merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah
menjadi penentu utama TD diastolic

f. DX 6 : Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang


informasi atau keterbatasan kognitif
1) Intervensi : Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar,
termasuk orang terdekat
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena
perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi
minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit,
kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas
bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan
perilaku tidak akan dipertahankan.
2) Intervensi : Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan
tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah,
ginjal dan otak
Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang
peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering
digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa
gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan
pengobatan meskipun ketika merasa sehat
3) Intervensi : Hindari mengatakan TD normal dan gunakan
istilah terkontrol dengan baik saat menggambarkan TD
pasien dalam batas yang diinginkan
Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah
sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide
terkontrol akan membantu pasien untuk memahami
kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi
4) Intervensi : Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor
risiko kardiovaskular yang dapat diubah misalnya obesitas,
diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton,
merokok, dan minum alcohol( lebih dari 60cc/hari dengan
teratur), pola hidup penuh stress.
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan
hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskular serta ginjal.

BAB III
TINJAUAN KASUS
Seorang lansia bernama Tn. A berumur 68 tahun tinggal Desa Rerot,
Bagek Polak, Labuapi suku sasak beragam islam pendidikan terakhir tidak tamat
sd datang bersama istrinya bernama Ny. A dengan pekerjaan sebagai buruh tani
klien datang ke puskesmas dengan keluhan sakit kepala sejak 3 hari yang lalu,
klien mengatakan sakitnya berdenyut-denyut serta terasa kaku kuduk, sakitnya
datang sewaktu-waktu, klien tampak memegang kepalanya terkadang ada sesak
dan dada berdebar debar , sebelumnya klien pernah berobat ke puskesmas dan
diberi obat captropil dengan dosis 50 mg 1x 1 oleh dokter puskesma, klien juga
mengatakan nyeri sendi dan penglihatannya kabur, serta klien nafsu makan
menurun. klien bertanya-tanya tentang penyakitnya, dan saat ini penyakit yang di
rasakan oleh klien adalah hipertensi. Klien juga pernah merasakan pusing, nyeri
sendi dan gatal-gatal 3 bulan terakhir ini, pada saat dilakukan pemeriksaan fisik
didapatkan postur tulang belakang klien saat berjalan tegap TD : 200/100
mmHg, N : 87 x/menit, S : 36,7 oC, RR:26x/menit, BB : 45 kg TB 160
cm, saturasi oksigen 85% Pengkajian diKepala Normocephalus, rambut tampak
ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan pada kepala dan
tidak ada benjolan. Bentuk mata tampak simetris, konjungtiva tampak anemis,
sclera tidak ikterik, pupil isokor, penglihatan kabur, tidak ada peradangan, tampak
menggunakan kaca mata, tidak ada nyeri dan tidak ada benjolan, Bentuk hidung
tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada secret pada
hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik, Mulut tampak sedikit
kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada peradangan, gigi tampak kuning,
tampak careas gigi dan gigi tampak ompong, sudah hilang tiga, mengalami
kesulitan saat mengunyah dan tidak ada kesulitan saat menelan. Bentuk telinga
simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada peradangan, tidak nyeri
tekan pada bagian belakng telinga (mastoideus), tidak ada benjolan, pendengaran
masih bagus. Didaerah leher Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada
luka, tidak ada bendungan vena jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang,
terasa berat (kaku kuduk).
Bentuk Dada Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri
tekan dada berdebar -debar . Bentuk abdomen simetris, tidak ada oedema, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada massa. Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki
kanan dan kiri 4. Kebersihan kulit cukup baik, warna kulit sawo matang, lembab,
tidak ada gangguan pada kulit. Pada saat dilakukan pemeriksaan keseimbangan
Klien mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan saat bangun dari tempat duduk
baik kursi maupun lantai, dan tampak klien tidak stabil pada saat berdiri pertama
kali. Setelah berdiri klien berhenti sejenak lalu berjalan, saat duduk klien tampak
duduk secara perlahan, pandangan mata kabur, klien mengeluh pusing dan terasa
berat di leher bagian belakang, saat mengambil sesuatu klien tampak perlahan-
lahan dan terkadang dibantu, klien merasakan nyeri pinggang saat
membungkukkan badan, Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat
bantu seperti tongkat, melangkah secara hati-hati dan perlahan, jalan tampak
sempoyongan.
Klien mengatakan hubungan dengan anak-anaknya baik, selalu berkumpul
dengan anak-anaknya karena ke empat anaknya tinggal bersama, klien juga
mengatakan terkadang berinterakasi dengan tetangga sekitar
rumahnya.Komunikasi dengan tetangga sekitar masih bagus dan baik, emosi
terkadang tidak stabil jika banyak pikiran, klien kooperatif saat diajak bicara dan
memberikan umpan balik dari sesuatu yang sedang dibicarakan.
Pada saat diberikan. Short Portable Mental Status Questionare
( SPMSQ ) klien mampu menjawab pertanyaan seperti:

Tanggal berapa hari ini ? 11

Hari apa sekarang ? Rabu

Apa nama tempat ini ? Bangsal

Dimana alamat anda ? Bansal

Berapa umur anda ? 65 tahun

Kapan anda lahir ? Lupa

Siapa presiden Indonesia ? Jokowi

Siapa presiden Indonesia Tidak tau


sebelumnya ?

Siapa nama kecil anda ? Ati


Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14, 11, 8, 5,
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, secara menurun

Klien mengatakan tidak pernah merasa sedih dan selalu merasa ceria, klien
tidak pernah berkecil hati tentang masa depan karena klien merasa senang tinggal
bersama cucu dan istrinya, klien tidak pernah merasa gagal dalam membimbing
anak-anaknya karena berhasil dalam menjadi kepala keluarga, klien juga merasa
puas dengan keadaannya yang sekarang, klien mengatakan cepat lelah apabila
melakukan aktivitas yang berlebihan. Klien mengatakan tidak mengalami
kesulitan tidur. Tetapi terkadang Klien terbangun pada malam hari untuk kencing,
Klien mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan orang lain dan klien
tidak pernah mengkonsumsi obat tidur mupun obat penenang serta klien
mengatakan tidak pernah mengurung diri, klien selalu ditemani oleh istri dan
cucunya.

Asuhan Keperawatan Terhadap Tn.X Dengan Masalah Gangguan Sistem


Kardiovaskuler Pada Kasus Hipertensi

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 68 th
Suku : Sunda
Alamat sebelum di panti :-
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Status Perkawinan : Duda
Pekerjaan sebelum di panti : Buruh tani
Kamar : 03
Tanggal masuk ke panti werdha : 11 November 2017
Tanggal Pengkajian :11 November 2017
Penanggung jawab : Ketua RT
Pekerjaan penanggung jawab : Ketua RT
Sumber Informasi : Ketua RT

B. RIWAYAT MASUK PANTI


a. Alasan masuk panti :
Klien masuk ke panti karena klien ditinggal oleh keluarganya dan hanya tinggal
seorang diri.
b. Proses masuk panti :
Klien di bawa oleh ketua RT setempat ke panti.

C. STATUS KESEHATAN SAAT INI


a. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu
Klien memiliki riwayat hipertensi.
b. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu
c. Keluhan-keluhan kesehatan utama
keluhan sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, klien mengatakan sakitnya
berdenyut-denyut serta terasa kaku kuduk, sakitnya datang sewaktu-
waktu, klien tampak memegang kepalanya terkadang ada sesak dan dada
berdebar debar.
d. Pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan
Klien hanya minum obat saat merasa sakit kepala.
e. Derajat keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan
diagnosa medis
Obat-obatan
a. Nama : Captropil, 50 mg
b. Bagaimana/kapan menggunakannya : 1 x 1
c. Dokter yang menginstruksikan : dokter puskemas
d. Tanggal resep : klien lupa
Nutrisi
a. Diet, Pembatasan makanan.minuman : -
b. Riwayat Peningkatan/Penurunan Berat badan : -
c. Pola konsumsi makanan (misal : frekuensi, sendiri atau dengan orang lain): 2 x
sehari dan makan bisa sendiri.
d. Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan : penurunan nafsu
makan.
e. Kebiasaan

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


a. Penyakit masa anak anak : -
b. serius/kronik : -
c. Trauma : -
d. Perawatan di Rumah Sakit (alasan, tanggal, tempat, durasi, dokter)
e. Operasi (perhatikan jenis, tanggal, alasan, dokter)

E. RIWAYAT KELUARGA
a. Genogram
F. PENGKAJIAN FISIK LANSIA
1. Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tingkat Kesadran : Compos mentis
c. Tanda tanda Vital
a) Tekanan Darah : 200/100 mmHg
b) Nadi : 87 x/mnt
c) Respirasi : 26 x/mnt
d) Suhu : 36,7 oC
e) Saturasi O2 : 94%
2. Integumen
a. Lesi/luka : Tidak
b. Pruritus : Tidak
c. Perubahan pigmentasi : Tidak
d. Perubahan tekstur : Tidak
e. Sering memar : Tidak
f. Perubahan rambut : Ya (Uban)
g. Perubahan kuku : Tidak
h. Pemajanan lama terhadap matahari : Tidak
3. Hemopoietik
a. Perdarahan/memar abnormal : Tidak
b. Pembengkakan kelenjar limfa : Tidak
c. Anemia : Tidak
d. Riwayat tranfusi darah : Tidak
4. Kepala
a. Sakit kepala : Ya
b. Trauma berarti pada masa lalu : Tidak
c. Pusing : Ya
d. Gatal kulit kepala : Tidak
5. Mata
a. Perubahan penglihatan : Tidak
b. Kaca mata/lensa kontak : Tidak
c. Nyeri : Tidak
d. Air mata berlebihan : Tidak
e. Bengkak sekitar mata : Tidak
f. Diplopia : Tidak
g. Kabur : Ya
h. Foto pobia : Tidak
6. Telinga
a. Perubahan pendengaran : Tidak
b. Tinitus : Tidak
c. Vertigo : Tidak
d. Sensitivitas pendengaran : Tidak
e. Alat-alat protesa : Tidak
f. Riwayat infeksi : Tidak
g. Tanggal pemeriksaan paling akhir : Tidak
h. Kebiasaan perawatan telinga : Tidak
i. Dampak pada penampilan AKS : Tidak
7. Hidung dan Sinus
a. Rinorea : Tidak
b. Rabas : Tidak
c. Epistaksis : Tidak
d. Obstruksi : Tidak
e. Mendengkur : Tidak
f. Nyeri pada sinus : Tidak
g. Alergi : Tidak
h. Riwayat infeksi : Tidak
i. Penilaian diri pada kemampuan olfaktori : Tidak
8. Mulut dan Tenggorokan
a. Sakit tenggorokan : Tidak
b. Lesi/ulkus : Tidak
c. Serak : Tidak
d. Perubahan suara : Tidak
e. Kesulitan menelan : Tidak
f. Alat-alat protesa : Tidak
g. Riwayat infeksi : Tidak
h. Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir : Tidak
i. Pola menggosok gigi : Tidak
j. Masalah dan kebiasaan membersihkan gigi palsu : Tidak
9. Leher
a. Kekakuan : Ya
b. Nyeri/nyeri tekan : Tidak
c. Benjolan/massa : Tidak
d. Keterbatasan gerak : Tidak
10. Pernafasan
a. Batuk : Tidak
b. Sesak nafas : Tidak
c. Hemopteses : Tidak
d. Sputum : Tidak
e. Mengi : Tidak
f. Asma/alergi pernafasan : Tidak
11. Kardiovaskuler
a. Nyeri/ketidaknyamanan dada : Tidak
b. Palpitasi : Tidak
c. Sesak nafas : Tidak
d. Dispnea pada aktivitas : Tidak
e. Dispnea noktural paroksimal : Tidak
f. Ortopnea : Tidak
g. Murmur : Tidak
h. Edema : Tidak
i. Varises : Tidak
j. Kaki timpang : Tidak
k. Parestesia : Tidak
l. Perubahan warna kaki : Tidak
12. Gastro Intestinal
a. Disfagia : Tidak
b. Nyeri ulu hati : Tidak
c. Mual/muntah : Tidak
d. Hematemesis : Tidak
e. Perubahan nafsu makan : Ya
f. Intoleran makanan : Tidak
g. Ulkus : Tidak
h. Nyeri : Tidak
i. Ikterik : Tidak
j. Benjolan/massa : Tidak
k. Perubahan kebiasaan defekasi : Tidak
l. Diare : Tidak
m. Konstipasi : Tidak
n. Melena : Tidak
o. Hemoroid : Tidak
p. Perdarahan rektum : Tidak
q. Pola defekasi biasanya : Tidak
13. Perkemihan
a. Disuria : Tidak
b. Menetes : Tidak
c. Ragu-ragu : Tidak
d. Dorongan : Tidak
e. Hematuria : Tidak
f. Poliuria : Tidak
g. Oliguria : Tidak
h. Nokturia : Tidak
i. Inkontinensia : Tidak
j. Nyeri saat berkemih : Tidak
k. Batu : Tidak
l. Frekuensi : Tidak
14. Muskuloskeletal
a. Nyeri persendian : Tidak
b. Kekakuan : Tidak
c. Pembengkakan sendi : Tidak
d. Deformitas : Tidak
e. Spasme : Tidak
f. Kram : Tidak
g. Kelemahan otot : Tidak
h. Masalah cara berjalan : Tidak
i. Nyeri punggung : Tidak
j. Protesa : Tidak
k. Pola kebiasaan latihan/olah raga : Tidak
l. Dampak pada penampilan AKS :Tidak

G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


1. Psikososial
Klien merasa kesepian dan merasa tidak ada yang yang peduli pada
dirinya.
2. Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
- Apakah klien mengalami sukar tidur ? Tidak
- Apakah klien sering merasa gelisah ? Tidak
- Apakah klien seing murung atau menangis sendiri ? Tidak
- Apakah klien sering was-was atau kuatir ? Tidak
3. Spiritual
Tidak terkaji

H. PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL

No. Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan


Sebagian Penuh

1. Mandi

2. Berpakaian

3. Ke Kamar Kecil

4. Berpindah Tempat

5. BAK/BAB

6. Makan/Minum

1. Kartz Index
Ket : Klien dapat melakukannya secara mandiri.

1. Barthel Index

NO KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN
1 Makan 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
2 Minum 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
3 Berpindah dari 15
kursi ke tempat
tidur, sebaliknya
4 Personal toilet 5 Frekuensi :
(Cuci muka,
menyisir rambut,
menggosok gigi)
5 Keluar masuk 10
toilet (Mencuci
pakaian, menyeka
tubuh)
6 Mandi 15 Frekuensi :
7 Jalan 5
dipermukaan da
tar
8 Naik turun tangga 10
9 Mengenakan 10
pakaian
10 Kontrol bowel 10 Frekuensi :
(BAB) Konsistensi :
11 Kontrol bladder 10 Frekuensi :
(BAK) Jumlah :
Warna :
12 Olah raga /latihan 8 Frekuensi :
Jenis :
13 Reaksi 8 Frekuensi :
pemanfaatan Jenis :
waktu luang
Ket : 146
1. 130 : Mandiri
2. 65 125 : Ketergantungan sebagian
3. 60 : Ketergantungan total146
I. PENGKAJIAN EMOSIONAL
Tahap 1 :
1. Apakah klien mengalami susah tidur ? Tidak
2. Ada masalah atau banyak pikiran ? Ya
3. Apakah klien murung atau menangis sendiri ? Tidak
4. Apakah klien sering was was atau kuatir? Ya

Tahap 2
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu
bulan
ada masalah atau banyak pikiran? Ya
2. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain ? Tidak
3. Menggunakan obat tidur / penenang atas anjuran dokter ? Tidak
4. Cenderung mengurung diri ? Tidak

Ket : Masalah Emosional (+)

J. PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF


1. Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ )
Pertanyaan :

Benar Salah Nomor Pertanyaan Jawaban

1 Tanggal berapa hari ini ? 11

2 Hari apa sekarang ? Rabu

3 Apa nama tempat ini ? Bangsal

4 Dimana alamat anda ? Bansal

5 Berapa umur anda ? 65 tahun

6 Kapan anda lahir ? Lupa

7 Siapa presiden Indonesia ? SBY

8 Siapa presiden Indonesia Tidak tau


sebelumnya ?

9 Siapa nama kecil anda ? ati

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17, 14, 11, 8,


pengurangan 3 dari setiap 5,
angka baru, secara menurun

JUMLAH Benar : 6
Salah : 4

Interpretasi :

Salah 0 3 : Fungsi intelektual utuh

Salah 4 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di


dapatkan hasil 7 benar dan 3 salah ini menunjukkan bahwah fungsi
intelektual TnA kerusakan ringan.
2. MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksimal Klien

1 Orientasi 5 1 Menyebutkan dengan benar :


Tahun : 2012 (Benar)
Musim :kemarau
Tanggal :11
Hari :Rabu (Benar)
Bulan :maret

2 Orientasi 5 3 Dimana sekarang kita berada ?


Negara : Indonesia (Benar)
Propinsi : jawa (Benar)
Kabupaten/kota : malang
(Benar)
Panti :-
Wisma:-

3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal :


kursi, meja, kertas), kemudia
ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1. kursi
2. meja
3. kertas

4 Perhatian 5 2 Meminta klien berhitung mulai


dan dari 100 kemudia kurangi 7
kalkulasi sampai 5 tingkat.
Jawaban :

12. 93

13. 86
14. 79

15. 72

16. 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke- 2
(tiap poin nilai 1)

6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien tentang


benda (sambil menunjukan
benda tersebut).
Minta klien untuk mengulangi
kata berkut :
tidak ada, dan, jika, atau tetapi
)
Klien menjawab :tidak ada, jika
dan tetapi.
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri 3
langkah.
1. Ambil kertas ditangan anda
2. lipat dua
3. dan taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk
hal berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai satu poin.
tutup mata anda
Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar.

Total nilai 30 18

Interpretasi hasil :
24 30 : tidak ada gangguan kognitif

18 23 : gangguan kognitif sedang

0 - 17 : gangguan kognitif berat

Dari hasil MMSE (Mini Mental Status Exam)di dapatkan hasil 21 ini
menunjukkan bahwah TnA mengalami gangguan kognitif sedang.

K. PENGKAJIAN SOSIAL
Klien berusaha untuk mandiri dan tidak merepotkan tetangganya.

L. PENGKAJIAN DEPRESI

Aspek yang ditanyakan Skore

A. Kesedihan

- Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat

menghadapinya

- Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat

keluar darinya

- Saya merasa sedih dan galau 1

- Saya tidak merasa sedih

B. Pesimisme

- Saya merasa masa depan adalah sia-sia dan tidak dapat

membalik

- Saya merasa tidak memiliki apa-apa untuk memandang ke 2

depan

- Saya merasa kecil hati mengenai masa depan

- Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan

C. Rasa kegagalan
- Saya merasa benar-benar gagal sebagai orangtua, suami/istri

- Seperti melihat ke belakang, semua yang saya lihat hanya 3

kegagalan

- Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya

- Saya tidak merasa gagal

D. Ketidakpuasan

- Saya tidak puas dengan segalanya

- Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun 2

- Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan

- Saya tidak merasa tidak puas

E. Rasa Bersalah

- Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak berharga 3

- Saya merasa sangat bersalah

- Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari yang

baik

- Saya tidak merasa benar-benar bersalah

F. Tidak menyukai diri sendiri

- Saya benci diri saya sendiri

- Saya muak dengan diri saya sendiri

- Saya tidak suka dengan diri saya sendiri

- Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri 0

G. Membahayakan Diri Sendiri

- Saya akan membunuh diri sendiri jika ada kesempatan

- Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri


- Saya merasa lebih baik mati

- Saya tidak punya pikiran mengenai membahayakan diri sendiri 0

H. Menarik Diri dan Sosial

- Saya telah kehilangan semua minat pada orang lain dan tidak

peduli pada mereka semua.

- Saya telah kehilangan semua minat pada orang lain dan

mempunyai sedikit perasaan pada mereka

- Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya

- Saya tidak kehilangan minat pada orang lain 0

I. Keragu-raguan

- Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali

- Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan

- Saya berusaha mengambil keputusan

- Saya membuat keputusan yang baik 0

J. Perubahan Gambaran Diri

- Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan

- Saya merasa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam

hidup saya dan ini membuat saya tidak menarik

- Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik

- Saya tidak merasa tampak lebih buruk daripada sebelumnya 0

K. Kesulitan Kerja

- Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali

- Saya telah mendorong keras diri saya untuk melakukan sesuatu 2

- Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan

sesuatu
- Saya dapat bekerja sebaik sebelumnya

L. Keletihan

- Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu

- Saya lelah untuk melakukan sesuatu

- Saya lelah lebih dari yang biasanya

- Saya tidak lebih lelah dari biasanya 0

M. Anoreksia

- Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali

- Nafsu makan saya sekarang sangat memburuk 2

- Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya

- Nafsu makan saya tidak buruk dari sebelumnya

Penilaian :

Skor 15 : Depresi sedang

M. PENGKAJIAN RESIKO JATUH

PENCEGAHAN JATUH DENGAN PENGKAJIAN


SKALA JATUH MORSE FALL SCALE
Mengindentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan dan gaya berjalan.
NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET
1 Riwayat jatuh: apakah lansia Tidak 0 0
pernah jatuh dalam 3 bulan Ya
25
terakhir?
2 Diagnosa sekunder: apakah Tidak 0 0
lansia memiliki lebih dari Ya 15
satu penyakit?
3 Alat Bantu jalan: 0
0
- Bed rest/ dibantu perawat
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda- 30
benda di sekitar (kursi,
lemari, meja)
4 Terapi Intravena: apakah saat Tidak 0 0
ini lansia terpasang infus? Ya 20
5 Gaya berjalan/ cara 0
berpindah:
- Normal/ bed rest/ 0
immobile (tidak dapat
bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal
20
(pincang/ diseret
6 Status Mental 0
- Lansia menyadari kondisi 0
dirinya
- Lansia mengalami
15
keterbatasan daya ingat
Total Nilai 0

Keterangan:
Nilai 0= tidak beresiko jatuh

LEMBAR PENGKAJIAN KEAMANAN RUMAH


(Home-Safety Assessment)

No Situasi dan Kondisi Rumah Ya Tidak Ket


(1) (0)
1 Apakah penerangan rumah cukup 1
(tidak gelap) ?
2 Apakah sinar matahari dapat masuk 1
ke dalam rumah ?
3 Apakah lantai rumah licin ? 0

4 Apakah penataan barang-barang di 0


dalam rumah rapi (tidak
berantakan) ?
5 Apakah di dalam rumah ada tangga 1
atau lantai yang tidak rata ?
6 Apakah lantai kamar mandi licin ? 0

7 Apakah tempat buang air besar 0


memakai kloset duduk ?
8 Apakah tempat tidur lansia terlalu 0
tinggi ?

9 Apakah WC dekat dengan kamar 0


lansia ?

10 Apakah tempat duduk terlalu tinggi 0


bagi lansia ?

Hasil :
Skor 3 : tidak beresiko jatuh

N. PENGKAJIAN KESEIMBANGAN LANSIA


1. Bangun dari tempat tidur (dimasukkan dalam analisis)
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi
klien sering merasa puysing saat bangun tidur.
2. Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analisis)
Klien dapat duduk di kursi dengan baik tetapi langsung menyandar ke
belakang kursi.
Ket : kursi harus yang keras tanpa lengan

3. Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa mendorong sternum


sebanyak 3 kali dengan hati-hati)
Klien menggerakkan kaki dan mampu menahan.
4. Mata tertutup
Klien menggerakkan kaki dan mampu menahan tetapi memegang objek.
5. Perputaran leher
Dapat menggerakan leher ke kanan dan ke kiri tetapi ada rasa berat di
tengkuk. Keluhan pusing.
6. Gerakan menggapai sesuatu
Mampu menggapai sesuatu tanpa ada hambatan.
7. Membungkuk
Mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil (misalnya
pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi, dan
memerlukan usaha-usaha yang keras untuk bangun.

KOMPONEN GAYA BERJALAN ATAU PERGERAKAN

1. Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan


Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan (0)
2. Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret
kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm) (0)
3. Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai (0)
4. Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi (0)
5. Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari
samping kiri klien)

Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi (0)

6. Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang,
memegang objek untuk dukungan. (0)
Interpretasi Hasil :
1 : resiko jatuh rendah

O. ANALISA DATA

N Data Etiologi Masalah


o
1. DS: Faktor Umur, Gaya Hidup Ketidakefektif
an Perfusi
1. klien mengeluh
Elastisitas arteriosklerosis Jaringan
sakit kepala
2. sakit kepalanya Cerebral
berdenyut- Menyebabkan Hipertensi
denyut
3. Klien Kerusakan vesikuler
mengatakan pembuluh darah
tearasa kaku di
kuduknya Perubahan struktur
4. Klien
vasokntriksi
mengatakan
sakit kepaalanya
Gangguan sirkulasi ke otak
datang sewaktu-
waktu Suplai O2 menurun
5. Klien mengeluh
penglihatannya
Ketidakefektifan
kabur Perfusi Jaringan
Cerebral
DO :
1. Klien tampak
sering
memegangi
kepalanya
2. Klien tampak
lema
3. TTV
TD: 200/100
mmHg
N: 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 26 x/menit
4. Saturasi oksigen
85%

2. DS: Faktor Umur, Gaya Hidup Defisiensi


pengetahuan
1. Klien
Elastisitas arteriosklerosis
mengatakan
kurang tahu
Menyebabkan Hipertensi
tentang penyakit
hipertensi.
2. Klien tidak tahu Kerusakan vesikuler
penyebab pembuluh darah
hipertensi
3. Klien Perubahan struktur
mengatakan vasokntriksi
makan makanan
yang sama Gangguan sirkulasi ke otak
dengan
keluarganya, Suplai O2 menurun
tampa adanya
perbedaan Pusing

Defisiensi Pengetahuan
DO :
1. Klien bertanya
tentang
penyakitnya
2. TTV
TD: 200/100
mmHg
N : 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 26 x/menit

3. DS: Faktor Umur, Gaya Hidup Ketidakseimb


angan nutrisi
1. Klien
Penurunan Fungsi GI kurang dari
mengatakan
kebutuhan
nafsu makan
Asam lambung meningkat tubuh
menurun

Penurunan nafsu makan


DO :
1. BB 45 Kg
2. TB 160 cm BB menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
4. DS: kebutuhan
Faktor tubuh
Umur, Gaya Hidup Penurunan
curah
1. klien mengeluh
Elastisitas arteriosklerosis jantung.
sakit kepala,
sakit kepalanya Menyebabkan Hipertensi
berdenyut-
denyut Kerusakan vesikuler
2. Klien
pembuluh darah
mengatakan
tearasa nyeri
Perubahan struktur
dibagian
vasokntriksi
tengkuknya.
3. Klien
Gangguan sirkulasi ke
mengatakan
pembuluh darah
sakit kepaalanya
datang sewaktu-
Afterload meningkat
waktu

DO : Penurunan Curah
Jantung
1. Klien tampak
sering
memegangi
kepalanya
2. TTV
TD: 200/100
mmHg
N: 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 26 x/menit
3. Saturasi oksigen
94%

P. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
penurunan O2 ke otak di tandai dengan klien mengeluh sakit kepala dan
sakit kepala terasa ditengkuknya, pusing dirasakan terutama saat
berjalan, klien tampak sering memegangi kepalanya, penglihatan kabur,
TTV : TD:200/100 mmHg, saturasi Oksigen 94%.
2. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, ditandai dengan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan, ditandai dengan BB 45 Kg dan nafsu
makan menurun.
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
penyakit dan terapi di tandai dengan klien mengatakan kurang tahu
tentang penyakit hipertensinya, klien tampak sering bertanya tentang
penyakitnya TTV : TD:60/90 mmHg, N:87 x/menit, S: 36,7 oC, RR: 20
x/menit, BB: 45 kg.

Q. INTERVENSI KEPERAWATAN

No
Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. Tupan : 1. Kaji keadan umum 1. Keadan umum
Setelah dilakukan klien. menunjukkan keadaan
asuhan keperawatan klien secarautuh dan
selama 3 x 24 jam dengan mengetahui
ketidakefektifan tanda-tanda vital
perfusi jaringan terutama tekanan darah.
2. Kaji tingkat nyeri
serebral teratasi. Untuk menentukan
klien.
tindakan selanjutnya.
2. Untuk mengetahui
Tupen:
tingkat nyeri klien
Setelah dilakukan
3. Bantu pasien dalam
dengan menggunakan
asuhan keperawatan
ambulasi sesuai
pengkajian PQRST.
selama 1 x 24 jam
kebutuhan. 3. Untuk menghindari
tidak terjadi
inssiden kecelakaan
penurunan O2 ke otak
4. Berikan tindakan non atau terjatuhnya karena
dengan kriteria hasil :
farmakologis klien pusing.
1. Klien tidak 4. Mengurangi atau
(distraksi/relaksasi).
mengungkapkan 5. Kolaborasi dalam menghilangkan sakit
adanya nyeri atau pemberian obat kepala.
5. Analgesik dapat
sakit kepala. analgesic sesuai
2. Klien tampak mengurangi rasa nyeri
indikasi.
nyaman.
3. Tanda-tanda vital
dalam batas
normal terutama
tekanan darah (TD
: normal 110-130
mmHg, diastole
70-80 mmHg)
2. Tupan : 1. Kaji status nurtrisi 1. Menyediakan data
Setelah dilakukan dasar untuk
asuhan keperawatan memantau perubahan
selama 3 x 24 jam dan mengealuasi
ketidakseimbangan intervensi.
2. Pola diet sekarang
nutrisi kurang dari 2. Kaji pola diet dan
dan dahulu dapat
kebutuhan tubuh nutrisi pasien.
dipertimbangkan
teratasi.
dalam menyusun
menu.
Tupen :
3. Agar klien
Setelah dilakukan 3. Kaji faktor-faktor yang
mempunyai semangat
asuhan keperawatan dapat merubah
dan tidak putus asa
selama 1 x 24 jam masukan nutrisi.
dalam menjalankan
penurunan nafsu
pengobatan dan
makan dengan kriteria
penyembuhan.
hasil : 4. Mendorong
1. Nafsu makan 4. Menyedikan makanan peningkatan masukan
bertambah kesukaan pasien dalam makanan.
2. Mengetahui diet 5. Meningkatkan
batas batas diet.
pada penyakit 5. Jelaskan rasional pemahaman pasien
hipertensi pembatasan diet dan tentang hubungan
3. BB bertambah
hubungannya dengan antara diet.
6. Mencegah terjadinya
penyakit.
6. Berikan penjelasan peningkatan tekanan
tentang diet hipertensi. darah akibat dari NA.

3. Tupan : 1. Jelaskan tentang batas 1. Memberikan dasar


Setelah dilakukan tekanan darah normal, untuk pemahaman
asuhan keperawatan tekanan darah tinggi tentang peningkatan
selama 3 x 24 jam dan efeknya. tekanan darah
defisiensi mengklarifikasikan
pengetahuan teratasi. istilah medis yang
sering digunakan.
Tupen : Pemahaman bahwa
Setelah dilakukan tekanan darah tinggi
asuhan keperawatan dapat terjadi tanpa
selama 1 x 24 jam gejala shingga
klien dapat memungkinkan pasien
2. Jelaskan sifat penyakit
mengetahui untuk melanjutkan
dan tujuan dari
penyakitnya dengan pengobatan meskipun
pengobatan dan
kriteria hasil : sudah merasa sehat.
prosedur. 2. Supaya klien tahu dan
1. Klien
3. Jelaskan pentingnya
memungkinkan pasien
mengungkapkan
lingkungan yang
untuk melanjutkan
pengetahuan akan
tenang, tidak penuh
pengobatan.
hipertensi.
dengan stress. 3. Supaya klien bisa
2. Melaporkan
4. Diskusikan tentang
mengontrol stress.
pemakaian obat-
obat-obatan : nama
obatan sesuai
obat, dosis obat, waktu
4. Mengurangi resiko
program.
pemberian obat, dan
keracunan dan over
tujuan pemberian obat
dosis obat dan supaya
dan efek samping obat.
pengobatan lancar
karena pasien sudah
5. Berikan pendidikan
paham dan tahu
kesehatan tentang cara mengenai obat-obatan
mencegah dan yang diberikan.
5. Menambah
mengatasi hipertensi.
pengetahuan klien
6. Anjurkan klien untuk
sehingga klien bisa
tidak mengonsumsi
mencegah dan
makanan dan
mengatasi hipertensi.
minuman yang dapat 6. Untuk menghindari
meningkatkan tekanan peningkatan tekanan
darah. darah.
7. Evaluasi tingkat
pengetahuan klien.
7. Mengetahui sejauh
mana klien mengetahui
dan memahami tentang
penyakitnya.

BAB IV
PEMBAHASAN
Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa klien mengalami penyakit Steven
Johnson Syndrom. Dilihat dari etiologinya yaitu klien mengalami alergi terhadap
therapi obat cotrimoxazole & alergi seafood serta sebelumnya mengalami infeksi
oportunistik dari B20. Berdasarkan tanda dan gejalanya yaitu klien mengalami
keluhan melupuh pada seluruh tubuh, terdapat bula-bula dipunggungnya yang
mulai pecah, klien mengatakan gatal dan nyeri, mukosa bibir klien terdapat lesi
dan berdarah, berdasarkan pemeriksaan fisik klien mengalami demam dengan
suhu 38 C

Diagnosa keperawatan yang dapar di temukan pada klien Steven Johnson


Syndrom berdasarkan sumber (nanda nic-noc) adalah sebagai berikut :

1. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi)


2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
kurang, gangguan gastrointestinal, disfagia
4. Defisit perawatan diri b.d nyeri pada jaringan kulit, mukosa dan mata
5. Kerusakan integritas jaringan b.d bula yang mudah pecah
6. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
7. Resiko infeksi b,d efek samping terpasangnya infus dan terapis steroid
8. Ansietas b.d ancaman pada status kesehatan, pola interaksi (kondisi
kerusakan jaringan kulit/muncul kelainan pada kulit

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini tidak jauh berbeda
dengan teori, namun dalam kasus ini kita dapatkan 5 diagnosa :

1. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal d.d suhu : 38 oC,
seluruh tubuh klien melepuh, pada bagian wajah dan punggung tangan mulai
mengelupas berwarna merah mudah, bula-bula di bagian punggung mulai
pecah, sensitifitas kulit kurang baik.
2. Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan lunak d.d klien mengeluh
nyeri sejak tiga hari yang lalu, kondisi melepuh pada seluruh tubuh pada
bagian wajah dan punggung tangan mulai mengelupas berwarna merah muda,
bula-bula di bagian punggung mulai pech, mukosa bibir terdapat lesi dan
berdarah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak
adekuat respon sekunder dari kerusakan krusta pada mukosa mulut d.d intake
nutrisi kurang, disfagia, BB : 45kg, TB : 160cm, nukosa bibir terdapat lesi
dan berdarah.
4. Defisit Perawatan Diri b.d nyeri pada jaringan kulit d.d klien mengatakan
bahwa dirinya menjadi tidak berdaya dan lemah sehingga ketergantungan
dengan keluarga, selama dirawat klien hanya dapat duduk ditempat tidur,
kebutuhan sehari-hari dibantu oleh keluarga dan perawat.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan


sistolik yang intermiten atau menetap. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer,2001).
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca dapat mengaplikasikan
asuhan keperawatan ini pada pasien lansia yang mengalami Hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Husada Nurarif, S.Kep.,Ns 2015. Aplikasi keperawatan Berdasarkan


Dignosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakrta: Media Action.

Muttaqin Arif, Sari Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Integumen. Jakarta : Salemba Medika

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. Jakarta : EGC.

___.___. http://www.academia.edu/25652349/Steven_Johnson_Syndrome Diakses


pada tanggal 17 November 2017.

___.___.https://id.scribd.com/doc/118398383/Askep-Steven-Johnson-Syndrome.
Diakses pada tanggal 17 November 2017.

Anda mungkin juga menyukai