KOMUNITAS II (GERONTIK)
Disusun Oleh :
Kelompok 2
CIMAHI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Keperawatan Komunitas II (gerontik). Kami berterima kasih
kepada Afrieani deasy.,S.Kep.,Ners.,MAN selaku koordinator mata kuliah
Keperawatan Komunitas II (gerontik).
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
1 Komunitas II : Hipertensi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN PENULIS...............................................................................................2
A. DEFINISI...............................................................................................................3
B. PENYEBAB...........................................................................................................3
C. KLASISIKASI.......................................................................................................4
D. MANIFESTASI KLINIS........................................................................................4
E. PATOFISIOLOGI...................................................................................................5
F. PATHWAY.............................................................................................................6
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................................7
H. PENATALAKSANAAN.........................................................................................7
3. RENCANA KEPERAWATAN.............................................................................12
I. BIODATA............................................................................................................19
V. PEMERIKSAAN FISIK.......................................................................................20
VII. PENATALAKSANAAN.......................................................................................21
2 Komunitas II : Hipertensi
VIII. ANALISA DATA................................................................................................22
X. INTERVENSI KEPERAWATAN.........................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................31
BAB V PENUTUP...........................................................................................................34
A. KESIMPULAN....................................................................................................34
B. SARAN................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................35
3 Komunitas II : Hipertensi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan
anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan
peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru
berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada
tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang
atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta
jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan
diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten
dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan
data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun
1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12
tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun
(BPS.2000)
Dengan makin meningkatnya harapan hidup penduduk Indonesia, maka
dapat diperkirakan bahwa insidensi penyakit degeneratif akan meningkat
pula. Salah satu penyakit degeneratif yang mempunyai tingkat morbiditas dan
mortalitas tinggi adalah hipertensi. Hipertensi pada usia lanjut menjadi lebih
penting lagi mengingat bahwa patogenesis, perjalanan penyakit dan
penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia
dewasa muda. Pada umumnya tekanan darah akan bertambah tinggi dengan
bertambahnya usia pasien, dimana tekanan darah diastolik akan sedikit
menurun sedangkan tekanan sistolik akan terus meningkat.
Penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular mengalami peningkatan
resiko penyebab kematian, dimana pada tahun 1990, kematian penyakit tidak
menular 48 % dari seluruh kematian di dunia, sedangkan kematian akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke sebanyak 43%
dari seluruh kamatian di dunia dan meningkat pada tahun 2000 kematian
akibat penyakit tidak menular yaitu 64 % dari seluruh kematian dimana 60%
disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke dan gagal
ginjal. Pada tahun 2020, diperkirakan kematian akibat penyakit tidak menular
sebesar 73% dari seluruh kematian di dunia dan sebanyak 66% diakibatkan
penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke, dimana faktor
resiko utama penyakit tersebut adalah hipertensi. (Zamhir, 2006).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer
karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi karena disamping
karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang
akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan
permanen dan kematian mendadak. Sehingga kehadiran hipertensi pada
kelompok dewasa muda akan sangat membebani perekonomian keluarga,
karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang,
bahkan seumur hidup. (Bahrianwar, 2009)
Di Indonesia dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995,
prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3% (pengkuran standart WHO
yaitu pada batas tekanan darah normal 160/90 mmHg). Pada tahun 2000
prevalensi penderita hipertensi di indonesia mencapai 21% (pengukuran
standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal 139 / 89 mmHg).
Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada tahun 2015
dan menjadi 42 % pada tahun 2025. (Zamhir, 2006).
Penyebab hipertensi tidak diketahui pada sekitar 95 % kasus. Bentuk
hipertensi idiopatik disebut hipertensi primer atau esensial. Patogenesis pasti
tampaknya sangat kompleks dengan interaksi dari berbagai variabel, mungkin
pula ada predisposisi genetik. Mekanisme lain yang dikemukakan mencakup
perubahan perubahan berikut: (1). Eksresi natrium dan air oleh ginjal, (2).
Kepekaan baroreseptor, (3). Respon vesikuler, dan (4). Sekresi renin.
Sedangkan 5% penyakit hipertensi terjadi sekunder akibat proses penyakit
lain seperti penyakit parenkhim ginjal atau aldosterronisme primer (Prince,
2005).
Beberapa organisasi dunia dan regional telah memproduksi, bahkan
memperbaharui pedoman penanggulangan hipertensi. Dari berbagai strategi
dapat disimpulkan bahwa penanggulangan hipertensi melibatkan banyak
disiplin ilmu. Kunci pencegahan atau penanggulangan perorangan adalah
gaya hidup sehat. Masyarakat juga perlu tahu risiko hipertensi agar dapat
saling mendukung untuk mencegah atau menanggulangi agar tidak
menyebabkan peningkatan yang signifikan sampai mencegah terjadinya
komplikasi. (Bahrianwar,2009).
Di Indonesia, Pemerintah bersama Departemen Kesehatan RI memberi
apresiasi dan perhatian serius dalam pengendalian penyakit Hipertensi. Sejak
tahun 2006 Departemen Kesehatan RI melalui Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian
penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi dan penyakit
degenaritaif linnya, serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera. (Depkes,
2007).
Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa
langkah, yaitu mendistribusikan buku pedoman, Juklak dan Juknis
pengendalian hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi;
melaksanakan intensifikasi, akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan
kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat (local area specific);
mengembangkan (investasi) sumber daya manusia dalam pengendalian
hipertensi; memperkuat jaringan kerja pengendalian hipertensi, antara lain
dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengendalian Hipertensi; memperkuat
logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan surveilans epidemiologi
dan sistem informasi pengendalian hipertensi; melaksanakan monitoring dan
evaluasi; dan mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian hipertensi.
(Depkes, 2007).
Pada usia lanjut aspek diagnosis selain kearah hipertensi dan komplikasi,
pengenalan berbagai penyakit yang juga diderita oleh orang tersebut perlu
mendapatkan perhatian oleh karena berhubungan erat dengan
penatalaksanaan secara keseluruhan. Dahulu hipertensi pada lanjut usia
dianggap tidak selalu perlu diobati, bahkan dianggap berbahaya untuk
diturunkan. Memang teori ini didukung oleh observasi yang menunjukkan
turunnya tekanan darah sering kali diikuti pada jangka pendeknya oleh
perburukan serangan iskemik yang transient (TIA). Tetapi akhir-akhir ini dari
penyelidikan epidemiologi maupun trial klinik obat-obat antihipertensi pada
lanjut usia menunjukan bahwa hipertensi pada lansia merupakan risiko yang
paling penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler, strok dan penyakit
ginjal. Banyak data akhir-akhir ini menunjukan bahwa pengobatan hipertensi
pada lanjut usia dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Hipertensi?
C. TUJUAN PENULIS
A. DEFINISI
B. KLASIFIKASI
C. PENYEBAB
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain
meliputi diabetes, ras, riwayat keluarga, jenis kelamin, faktor gaya hidup
seperti obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang berlebihan.
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat
dikontrol, antara lain:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis
kelamin pria atau wanita pasca menopause.
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan
wanita.Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler
sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan
estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan
sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur
wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur
45-55 tahun.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%.Hipertensi lebih
banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi
lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormon setelah menopause.
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,
jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang
tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia
lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia
tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang
diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus ,
hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering terjadi
pada usia pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter
(2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia
ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-
arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akanmenyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
a. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu
sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk
kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi.
Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan
darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat
badan lebih.
b. Kurang Olahraga.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk
hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa
apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko
tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi
gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak
jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.
c. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna
dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.
d. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6
gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi.
e. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan
minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko
hipertensi.
f. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir
tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
g. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah
secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal
ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat
perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota. Menurut Anggraini (2009)
mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas
saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan
pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
D. MANIFESTASI KLINIS
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering
tidak memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious)
atau tersembunyi (occult). Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis
beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala,
pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun.
E. PATOFISIOLOGI
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
I. KOMPLIKASI
Pasien dengan hipertensi dapat meninggal dengan cepat; penyebab
tersering kematian adalah penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan masalah
mata mulai dari penglihatan kabur dan kebutaan.
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Ke Kamar
Kecil
4. Berpindah
Tempat
5. BAK/BAB
6. Makan/Minum
Keterangan : klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa
pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain.
7 Siapa presiden
Indonesia ?
JUMLAH Benar :
Salah :
Interpretasi :
Salah 0 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
b. MMSE (Mini Mental Status Exam)
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk
mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin
nilai 1)
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien
tentang benda (sambil
menunjukan benda
tersebut).
Minta klien untuk
mengulangi kata berkut :
tidak ada, dan, jika,
atau tetapi )
Klien menjawab :tidak
ada, jika dan tetapi.
Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3
langkah.
1. Ambil kertas ditangan
anda
2. lipat dua
3. dan taruh dilantai
Perintahkan pada klien
untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.
tutup mata anda
Perintahkan kepada klien
untuk menulis kalimat
dan menyalin gambar.
Total nilai 30 18
Interpretasi hasil :
24 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
6. Pengkajian status mental
Mengkaji status mental pada pasien misalnya saat ini sedang merasakan
sedih atau tidak
7. Pengkajian masalah emosional
Mengkaji Masalah Emosional
8. Pengkajian perilaku terhadap kesehatan
Pola kebiasaan seperti Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
b. Pola istirahat tidur
c. Eliminasi
d. Pola aktivitas
e. Personal hygiene
9. Pengkajian lingkungan
a. Pemukiman
b. Sanitasi
c. Fasilitas
d. Keamanan Dan Transportasi
10. Diagnosa keperawatan
BAB III
TINJAUAN KASUS
Seorang lansia bernama Tn. A berumur 68 tahun tinggal Desa Rerot,
Bagek Polak, Labuapi suku sasak beragam islam pendidikan terakhir tidak tamat
sd datang bersama istrinya bernama Ny. A dengan pekerjaan sebagai buruh tani
klien datang ke puskesmas dengan keluhan sakit kepala sejak 3 hari yang lalu,
klien mengatakan sakitnya berdenyut-denyut serta terasa kaku kuduk, sakitnya
datang sewaktu-waktu, klien tampak memegang kepalanya terkadang ada sesak
dan dada berdebar debar , sebelumnya klien pernah berobat ke puskesmas dan
diberi obat captropil dengan dosis 50 mg 1x 1 oleh dokter puskesma, klien juga
mengatakan nyeri sendi dan penglihatannya kabur, serta klien nafsu makan
menurun. klien bertanya-tanya tentang penyakitnya, dan saat ini penyakit yang di
rasakan oleh klien adalah hipertensi. Klien juga pernah merasakan pusing, nyeri
sendi dan gatal-gatal 3 bulan terakhir ini, pada saat dilakukan pemeriksaan fisik
didapatkan postur tulang belakang klien saat berjalan tegap TD : 200/100
mmHg, N : 87 x/menit, S : 36,7 oC, RR:26x/menit, BB : 45 kg TB 160
cm, saturasi oksigen 85% Pengkajian diKepala Normocephalus, rambut tampak
ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan pada kepala dan
tidak ada benjolan. Bentuk mata tampak simetris, konjungtiva tampak anemis,
sclera tidak ikterik, pupil isokor, penglihatan kabur, tidak ada peradangan, tampak
menggunakan kaca mata, tidak ada nyeri dan tidak ada benjolan, Bentuk hidung
tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada secret pada
hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik, Mulut tampak sedikit
kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada peradangan, gigi tampak kuning,
tampak careas gigi dan gigi tampak ompong, sudah hilang tiga, mengalami
kesulitan saat mengunyah dan tidak ada kesulitan saat menelan. Bentuk telinga
simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada peradangan, tidak nyeri
tekan pada bagian belakng telinga (mastoideus), tidak ada benjolan, pendengaran
masih bagus. Didaerah leher Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada
luka, tidak ada bendungan vena jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang,
terasa berat (kaku kuduk).
Bentuk Dada Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri
tekan dada berdebar -debar . Bentuk abdomen simetris, tidak ada oedema, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada massa. Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki
kanan dan kiri 4. Kebersihan kulit cukup baik, warna kulit sawo matang, lembab,
tidak ada gangguan pada kulit. Pada saat dilakukan pemeriksaan keseimbangan
Klien mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan saat bangun dari tempat duduk
baik kursi maupun lantai, dan tampak klien tidak stabil pada saat berdiri pertama
kali. Setelah berdiri klien berhenti sejenak lalu berjalan, saat duduk klien tampak
duduk secara perlahan, pandangan mata kabur, klien mengeluh pusing dan terasa
berat di leher bagian belakang, saat mengambil sesuatu klien tampak perlahan-
lahan dan terkadang dibantu, klien merasakan nyeri pinggang saat
membungkukkan badan, Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat
bantu seperti tongkat, melangkah secara hati-hati dan perlahan, jalan tampak
sempoyongan.
Klien mengatakan hubungan dengan anak-anaknya baik, selalu berkumpul
dengan anak-anaknya karena ke empat anaknya tinggal bersama, klien juga
mengatakan terkadang berinterakasi dengan tetangga sekitar
rumahnya.Komunikasi dengan tetangga sekitar masih bagus dan baik, emosi
terkadang tidak stabil jika banyak pikiran, klien kooperatif saat diajak bicara dan
memberikan umpan balik dari sesuatu yang sedang dibicarakan.
Pada saat diberikan. Short Portable Mental Status Questionare
( SPMSQ ) klien mampu menjawab pertanyaan seperti:
Klien mengatakan tidak pernah merasa sedih dan selalu merasa ceria, klien
tidak pernah berkecil hati tentang masa depan karena klien merasa senang tinggal
bersama cucu dan istrinya, klien tidak pernah merasa gagal dalam membimbing
anak-anaknya karena berhasil dalam menjadi kepala keluarga, klien juga merasa
puas dengan keadaannya yang sekarang, klien mengatakan cepat lelah apabila
melakukan aktivitas yang berlebihan. Klien mengatakan tidak mengalami
kesulitan tidur. Tetapi terkadang Klien terbangun pada malam hari untuk kencing,
Klien mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan orang lain dan klien
tidak pernah mengkonsumsi obat tidur mupun obat penenang serta klien
mengatakan tidak pernah mengurung diri, klien selalu ditemani oleh istri dan
cucunya.
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 68 th
Suku : Sunda
Alamat sebelum di panti :-
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Status Perkawinan : Duda
Pekerjaan sebelum di panti : Buruh tani
Kamar : 03
Tanggal masuk ke panti werdha : 11 November 2017
Tanggal Pengkajian :11 November 2017
Penanggung jawab : Ketua RT
Pekerjaan penanggung jawab : Ketua RT
Sumber Informasi : Ketua RT
E. RIWAYAT KELUARGA
a. Genogram
F. PENGKAJIAN FISIK LANSIA
1. Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tingkat Kesadran : Compos mentis
c. Tanda tanda Vital
a) Tekanan Darah : 200/100 mmHg
b) Nadi : 87 x/mnt
c) Respirasi : 26 x/mnt
d) Suhu : 36,7 oC
e) Saturasi O2 : 94%
2. Integumen
a. Lesi/luka : Tidak
b. Pruritus : Tidak
c. Perubahan pigmentasi : Tidak
d. Perubahan tekstur : Tidak
e. Sering memar : Tidak
f. Perubahan rambut : Ya (Uban)
g. Perubahan kuku : Tidak
h. Pemajanan lama terhadap matahari : Tidak
3. Hemopoietik
a. Perdarahan/memar abnormal : Tidak
b. Pembengkakan kelenjar limfa : Tidak
c. Anemia : Tidak
d. Riwayat tranfusi darah : Tidak
4. Kepala
a. Sakit kepala : Ya
b. Trauma berarti pada masa lalu : Tidak
c. Pusing : Ya
d. Gatal kulit kepala : Tidak
5. Mata
a. Perubahan penglihatan : Tidak
b. Kaca mata/lensa kontak : Tidak
c. Nyeri : Tidak
d. Air mata berlebihan : Tidak
e. Bengkak sekitar mata : Tidak
f. Diplopia : Tidak
g. Kabur : Ya
h. Foto pobia : Tidak
6. Telinga
a. Perubahan pendengaran : Tidak
b. Tinitus : Tidak
c. Vertigo : Tidak
d. Sensitivitas pendengaran : Tidak
e. Alat-alat protesa : Tidak
f. Riwayat infeksi : Tidak
g. Tanggal pemeriksaan paling akhir : Tidak
h. Kebiasaan perawatan telinga : Tidak
i. Dampak pada penampilan AKS : Tidak
7. Hidung dan Sinus
a. Rinorea : Tidak
b. Rabas : Tidak
c. Epistaksis : Tidak
d. Obstruksi : Tidak
e. Mendengkur : Tidak
f. Nyeri pada sinus : Tidak
g. Alergi : Tidak
h. Riwayat infeksi : Tidak
i. Penilaian diri pada kemampuan olfaktori : Tidak
8. Mulut dan Tenggorokan
a. Sakit tenggorokan : Tidak
b. Lesi/ulkus : Tidak
c. Serak : Tidak
d. Perubahan suara : Tidak
e. Kesulitan menelan : Tidak
f. Alat-alat protesa : Tidak
g. Riwayat infeksi : Tidak
h. Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir : Tidak
i. Pola menggosok gigi : Tidak
j. Masalah dan kebiasaan membersihkan gigi palsu : Tidak
9. Leher
a. Kekakuan : Ya
b. Nyeri/nyeri tekan : Tidak
c. Benjolan/massa : Tidak
d. Keterbatasan gerak : Tidak
10. Pernafasan
a. Batuk : Tidak
b. Sesak nafas : Tidak
c. Hemopteses : Tidak
d. Sputum : Tidak
e. Mengi : Tidak
f. Asma/alergi pernafasan : Tidak
11. Kardiovaskuler
a. Nyeri/ketidaknyamanan dada : Tidak
b. Palpitasi : Tidak
c. Sesak nafas : Tidak
d. Dispnea pada aktivitas : Tidak
e. Dispnea noktural paroksimal : Tidak
f. Ortopnea : Tidak
g. Murmur : Tidak
h. Edema : Tidak
i. Varises : Tidak
j. Kaki timpang : Tidak
k. Parestesia : Tidak
l. Perubahan warna kaki : Tidak
12. Gastro Intestinal
a. Disfagia : Tidak
b. Nyeri ulu hati : Tidak
c. Mual/muntah : Tidak
d. Hematemesis : Tidak
e. Perubahan nafsu makan : Ya
f. Intoleran makanan : Tidak
g. Ulkus : Tidak
h. Nyeri : Tidak
i. Ikterik : Tidak
j. Benjolan/massa : Tidak
k. Perubahan kebiasaan defekasi : Tidak
l. Diare : Tidak
m. Konstipasi : Tidak
n. Melena : Tidak
o. Hemoroid : Tidak
p. Perdarahan rektum : Tidak
q. Pola defekasi biasanya : Tidak
13. Perkemihan
a. Disuria : Tidak
b. Menetes : Tidak
c. Ragu-ragu : Tidak
d. Dorongan : Tidak
e. Hematuria : Tidak
f. Poliuria : Tidak
g. Oliguria : Tidak
h. Nokturia : Tidak
i. Inkontinensia : Tidak
j. Nyeri saat berkemih : Tidak
k. Batu : Tidak
l. Frekuensi : Tidak
14. Muskuloskeletal
a. Nyeri persendian : Tidak
b. Kekakuan : Tidak
c. Pembengkakan sendi : Tidak
d. Deformitas : Tidak
e. Spasme : Tidak
f. Kram : Tidak
g. Kelemahan otot : Tidak
h. Masalah cara berjalan : Tidak
i. Nyeri punggung : Tidak
j. Protesa : Tidak
k. Pola kebiasaan latihan/olah raga : Tidak
l. Dampak pada penampilan AKS :Tidak
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Ke Kamar Kecil
4. Berpindah Tempat
5. BAK/BAB
6. Makan/Minum
1. Kartz Index
Ket : Klien dapat melakukannya secara mandiri.
1. Barthel Index
Tahap 2
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu
bulan
ada masalah atau banyak pikiran? Ya
2. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain ? Tidak
3. Menggunakan obat tidur / penenang atas anjuran dokter ? Tidak
4. Cenderung mengurung diri ? Tidak
JUMLAH Benar : 6
Salah : 4
Interpretasi :
12. 93
13. 86
14. 79
15. 72
16. 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke- 2
(tiap poin nilai 1)
Total nilai 30 18
Interpretasi hasil :
24 30 : tidak ada gangguan kognitif
Dari hasil MMSE (Mini Mental Status Exam)di dapatkan hasil 21 ini
menunjukkan bahwah TnA mengalami gangguan kognitif sedang.
K. PENGKAJIAN SOSIAL
Klien berusaha untuk mandiri dan tidak merepotkan tetangganya.
L. PENGKAJIAN DEPRESI
A. Kesedihan
- Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya
- Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat
keluar darinya
B. Pesimisme
membalik
depan
- Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
- Saya merasa benar-benar gagal sebagai orangtua, suami/istri
kegagalan
D. Ketidakpuasan
E. Rasa Bersalah
- Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari yang
baik
- Saya telah kehilangan semua minat pada orang lain dan tidak
I. Keragu-raguan
K. Kesulitan Kerja
sesuatu
- Saya dapat bekerja sebaik sebelumnya
L. Keletihan
M. Anoreksia
Penilaian :
Keterangan:
Nilai 0= tidak beresiko jatuh
Hasil :
Skor 3 : tidak beresiko jatuh
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi (0)
6. Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang,
memegang objek untuk dukungan. (0)
Interpretasi Hasil :
1 : resiko jatuh rendah
O. ANALISA DATA
Defisiensi Pengetahuan
DO :
1. Klien bertanya
tentang
penyakitnya
2. TTV
TD: 200/100
mmHg
N : 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 26 x/menit
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
4. DS: kebutuhan
Faktor tubuh
Umur, Gaya Hidup Penurunan
curah
1. klien mengeluh
Elastisitas arteriosklerosis jantung.
sakit kepala,
sakit kepalanya Menyebabkan Hipertensi
berdenyut-
denyut Kerusakan vesikuler
2. Klien
pembuluh darah
mengatakan
tearasa nyeri
Perubahan struktur
dibagian
vasokntriksi
tengkuknya.
3. Klien
Gangguan sirkulasi ke
mengatakan
pembuluh darah
sakit kepaalanya
datang sewaktu-
Afterload meningkat
waktu
DO : Penurunan Curah
Jantung
1. Klien tampak
sering
memegangi
kepalanya
2. TTV
TD: 200/100
mmHg
N: 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 26 x/menit
3. Saturasi oksigen
94%
P. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
penurunan O2 ke otak di tandai dengan klien mengeluh sakit kepala dan
sakit kepala terasa ditengkuknya, pusing dirasakan terutama saat
berjalan, klien tampak sering memegangi kepalanya, penglihatan kabur,
TTV : TD:200/100 mmHg, saturasi Oksigen 94%.
2. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, ditandai dengan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan, ditandai dengan BB 45 Kg dan nafsu
makan menurun.
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
penyakit dan terapi di tandai dengan klien mengatakan kurang tahu
tentang penyakit hipertensinya, klien tampak sering bertanya tentang
penyakitnya TTV : TD:60/90 mmHg, N:87 x/menit, S: 36,7 oC, RR: 20
x/menit, BB: 45 kg.
Q. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. Tupan : 1. Kaji keadan umum 1. Keadan umum
Setelah dilakukan klien. menunjukkan keadaan
asuhan keperawatan klien secarautuh dan
selama 3 x 24 jam dengan mengetahui
ketidakefektifan tanda-tanda vital
perfusi jaringan terutama tekanan darah.
2. Kaji tingkat nyeri
serebral teratasi. Untuk menentukan
klien.
tindakan selanjutnya.
2. Untuk mengetahui
Tupen:
tingkat nyeri klien
Setelah dilakukan
3. Bantu pasien dalam
dengan menggunakan
asuhan keperawatan
ambulasi sesuai
pengkajian PQRST.
selama 1 x 24 jam
kebutuhan. 3. Untuk menghindari
tidak terjadi
inssiden kecelakaan
penurunan O2 ke otak
4. Berikan tindakan non atau terjatuhnya karena
dengan kriteria hasil :
farmakologis klien pusing.
1. Klien tidak 4. Mengurangi atau
(distraksi/relaksasi).
mengungkapkan 5. Kolaborasi dalam menghilangkan sakit
adanya nyeri atau pemberian obat kepala.
5. Analgesik dapat
sakit kepala. analgesic sesuai
2. Klien tampak mengurangi rasa nyeri
indikasi.
nyaman.
3. Tanda-tanda vital
dalam batas
normal terutama
tekanan darah (TD
: normal 110-130
mmHg, diastole
70-80 mmHg)
2. Tupan : 1. Kaji status nurtrisi 1. Menyediakan data
Setelah dilakukan dasar untuk
asuhan keperawatan memantau perubahan
selama 3 x 24 jam dan mengealuasi
ketidakseimbangan intervensi.
2. Pola diet sekarang
nutrisi kurang dari 2. Kaji pola diet dan
dan dahulu dapat
kebutuhan tubuh nutrisi pasien.
dipertimbangkan
teratasi.
dalam menyusun
menu.
Tupen :
3. Agar klien
Setelah dilakukan 3. Kaji faktor-faktor yang
mempunyai semangat
asuhan keperawatan dapat merubah
dan tidak putus asa
selama 1 x 24 jam masukan nutrisi.
dalam menjalankan
penurunan nafsu
pengobatan dan
makan dengan kriteria
penyembuhan.
hasil : 4. Mendorong
1. Nafsu makan 4. Menyedikan makanan peningkatan masukan
bertambah kesukaan pasien dalam makanan.
2. Mengetahui diet 5. Meningkatkan
batas batas diet.
pada penyakit 5. Jelaskan rasional pemahaman pasien
hipertensi pembatasan diet dan tentang hubungan
3. BB bertambah
hubungannya dengan antara diet.
6. Mencegah terjadinya
penyakit.
6. Berikan penjelasan peningkatan tekanan
tentang diet hipertensi. darah akibat dari NA.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa klien mengalami penyakit Steven
Johnson Syndrom. Dilihat dari etiologinya yaitu klien mengalami alergi terhadap
therapi obat cotrimoxazole & alergi seafood serta sebelumnya mengalami infeksi
oportunistik dari B20. Berdasarkan tanda dan gejalanya yaitu klien mengalami
keluhan melupuh pada seluruh tubuh, terdapat bula-bula dipunggungnya yang
mulai pecah, klien mengatakan gatal dan nyeri, mukosa bibir klien terdapat lesi
dan berdarah, berdasarkan pemeriksaan fisik klien mengalami demam dengan
suhu 38 C
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini tidak jauh berbeda
dengan teori, namun dalam kasus ini kita dapatkan 5 diagnosa :
1. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal d.d suhu : 38 oC,
seluruh tubuh klien melepuh, pada bagian wajah dan punggung tangan mulai
mengelupas berwarna merah mudah, bula-bula di bagian punggung mulai
pecah, sensitifitas kulit kurang baik.
2. Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan lunak d.d klien mengeluh
nyeri sejak tiga hari yang lalu, kondisi melepuh pada seluruh tubuh pada
bagian wajah dan punggung tangan mulai mengelupas berwarna merah muda,
bula-bula di bagian punggung mulai pech, mukosa bibir terdapat lesi dan
berdarah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak
adekuat respon sekunder dari kerusakan krusta pada mukosa mulut d.d intake
nutrisi kurang, disfagia, BB : 45kg, TB : 160cm, nukosa bibir terdapat lesi
dan berdarah.
4. Defisit Perawatan Diri b.d nyeri pada jaringan kulit d.d klien mengatakan
bahwa dirinya menjadi tidak berdaya dan lemah sehingga ketergantungan
dengan keluarga, selama dirawat klien hanya dapat duduk ditempat tidur,
kebutuhan sehari-hari dibantu oleh keluarga dan perawat.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
___.___.https://id.scribd.com/doc/118398383/Askep-Steven-Johnson-Syndrome.
Diakses pada tanggal 17 November 2017.