Anda di halaman 1dari 5

Selepas Dekrit Presiden di tahun 1959 diberlakukan, pemerintahanpun semakin mengarah

pada demokrasi terpimpin. Pemerintah mengeluarkan Penetapan Presiden Nomor 6/1959


(disempurnakan) dan Penetapan Presiden Nomor 6/1959 (disempurnakan) mengatur tentang
Pemerintahan Daerah. Dasar pemikiran undang-undang pemerintahan daerah adalah:
1. tetap mempertahankan politik dekonsentrasi dan desentralisasi, dengan menjunjung paham
desentralisasi teritorial;
2. dihapuskan dualisme pimpinan daerah.
Perkembangan selanjutnya tentang pemerintahan daerah adalah terbitnya Undang-undang
Nomor 18/1965 yang membagi habis daerah-daerah otonom di Indonesia ke dalam tiga
tingkatan:
1. Provinsi dan/atau Kotaraya sebagai Daerah Tingkat I;
2. Kabupaten dan/atau Kotamadya sebagai Daerah Tingkat II;
3. Kecamatan dan/atau Kotapraja sebagai Daerah Tingkat III.
The Liang Gie mengungkapkan beberapa kelemahan Undang-undang No. 18/1965
tersebut, antara lain:
1. politik desentralisasi masih mengandung apa yang disebut oleh Prof. John D. Legee sebagai
colonial flavor (berbau kolonial), karena pemerintah pusat masih keras menunjukan
keinginan dan berusaha menancapkan serta memelihara kekuasaanna di lingkungan segenap
wilayah bawahannya;
2. Undang-undang No. 18/1965 masih meneruskan memakai istilah rumah tangga daerah dari
masa lampau yang sangat kabur pemakaiannya;
3. Masih menggunakan istilah pemerintahan sehari-hari yang tidak tegas pemaknaannya;
4. Menganut citra ketunggalan dan keseragaman, artinya penyelenggaraan desentralisasi di
Indonesia hanya diatur dengan satu peraturan saja dan isinya tidak memiliki pemahaman akan
arti keberagaman tiap daerah; dan lainnya.

http://onnaed.blogspot.co.id/2015/02/makalah-sejarah-dan-masa-depan-dinamika.html

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Sejarah dan Masa Depan
Dinamika Politik Lokal di Indonesia.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Politik Lokal FISIP Universitas Wiraraja Sumenep. Dalam Penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada :
1. Ibu Retno yang sudah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Teman-teman yang sudah membantu
3. Rekan-rekan semua di Kelas 3 & 5 - C FISIP Universitas Wiraraja Sumenep.
4. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis dalam
menyelesaikan makalah ini
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Demokrasi Terpimpin diawali sejak dikeluarkannnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959
yang ditandai oleh kekuasaan Soekarno yang hampir tidak terbatas. Era Demokrasi
Terpimpin ditandai dengan hadirnya Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai partai politik
yang paling dominan dan TNI AD sebagai kekuatan Hankam dan sosial politik. Demokrasi
terpimpin merupakan penyeimbangan kekuasaan antara kekuatan politik militer Angkatan
Darat dan Partai Komunis Indonesia, dan Presiden Soekarno sebagai penyeimbang diantara
keduanya. Ada tiga kekuatan politik pada masa demokrasi terpimpin yaitu Presiden
Soekarno, Partai Komunis Indonesia (PKI), dan TNI AD.

Hubungan antara PKI dan Soekarno pada masa Demokrasi terpimpin merupakan hubungan
timbal balik. PKI memanfaatkan popularitas Soekarno untuk mendapatkan massa. Ketika
MPRS mengangkat Soekarno menjadi presiden seumur hidup PKI memberikan
dukungannya. Sementara itu TNI-Angkatan Darat, melihat perkembangan yang terjadi antara
PKI dan Soekarno, dengan curiga. Apalagi setelah TNI-Angkatan Udara, mendapatkan
dukungan dari Soekarno. Hal ini dianggap sebagai sebuah upaya untuk menyaingi kekuatan
TNI-Angkatan Darat dan memecah belah militer untuk dapat ditunggangi.

Sejak kabinet Djuanda diberlakukan S.O.B, pemberontakan PRRI dan Permesta pada tahun
1958, TNI mulai memainkan peranan penting dalam bidang politik. Dihidupkannya UUD
1945 merupakan usulan dari TNI dan didukung penuh dalam pelaksanaannya. Menguatnya
pengaruh TNI AD, membuat Presiden Soekarno berusaha menekan pengaruh TNI AD,
terutama Nasution dengan dua taktik, yaitu Soekarno berusaha mendapat dukungan partai-
partai politik yang berpusat di Jawa terutama PKI dan merangkul angkatan-angkatan
bersenjata lainnya terutama angkatan udara.

Keadaan ini dimanfaatkan PKI untuk mencapai tujuan politiknya. Dengan menyokong
gagasan Nasakom dari Presiden Soekarno, PKI dapat memperkuat kedudukannya. Sejak saat
itu PKI berusaha menyaingi TNI. PKI berusaha memperoleh citra sebagai Pancasilais dan
pedukung kebijakan-kebijakan Presiden Soekarno yang menguntungkannya.

PKI pun melakukan berbagai upaya untuk memperoleh dukungan politik dari masyarakat.
Berbagai slogan disampaikan oleh pemimpin PKI. Ketika Presiden Soekarno gagal
membentuk kabinet Gotong Royong (Nasakom) pada tahun 1960 karena mendapat tentangan
dari kalangan Islam dan TNI AD, PKI mendapat kompensasi tersendiri dengan memperoleh
kedudukan dalam MPRS, DPRGR, DPA dan Pengurus Besar Front Nasional serta dalam
Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR).

Ketika TNI AD mensinyalir adanya upaya dari PKI melakukan tindakan pengacauan di Jawa
Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan, pimpinan TNI AD
mengambil tindakan berdasarkan UU Keadaan Bahaya mengambil tindakan terhadap PKI
dengan melarang terbitnya Harian Rakyat dan dikeluarkan perintah penangkapan Aidit dan
kawan-kawan, namun mereka berhasil lolos. Tindakan TNI AD tidak disetujui oleh Presiden
Soekarno dan memerintahkan segala keputusan dicabut kembali.

Pada akhir tahun 1964, PKI disudutkan dengan berita ditemukannya dokumen rahasia milik
PKI tentang Resume Program Kegiatan PKI Dewasa ini. Namun pimpinan PKI, Aidit,
menyangkal dan menyebutnya sebagai dokumen palsu. Presiden Soekarno menyelesiakan
masalah ini dengan membuat kesepakatan untuk menyelesaikan permasalahan secara
musyawarah karena sedang menjalankan proyek Nekolim, konfrontasi dengan Malaysia.
Kesepakatan tokoh-tokoh partai politik ini dikenal sebagai Deklarasi Bogor.

Merasa kedudukannya yang semakin kuat PKI berusaha untuk memperoleh kedudukan dalam
kabinet. Berbagai upaya dilakukan PKI mulai dari aksi corat-coret, pidato-pidato dan petisi-
petisi yang menyerukan pembentukan kabinet Nasakom. Mereka juga menuntut penggantian
pembantu-pembantu Presiden yang tidak mampu merealisasikan Tri Program Pemerintah,
serta mendesak supaya segera dibentuk Kabinet Gotong-Royong yang berporoskan Nasakom.

Terhadap TNI AD pun, PKI melakukan berbagai upaya dalam rangka mematahkan
pembinaan teritorial yang sudah dilakukan oleh TNI AD. Seperti peristiwa Bandar Betsy
(Sumatera Utara), Peristiwa Jengkol. Upaya merongrong ini dilakukan melalui radio, pers,
dan poster yang menggambarkan setan desa yang harus dibunuh dan dibasmi. Tujuan politik
PKI disini adalah menguasai desa untuk mengepung kota.
Soekarno tetap bertahan terhadap ide Nasakom (Nasionalis, Agamis dan Komunis) yang
mengatakan bahwa kekuatan politik di Indonesia pada saat itu terdiri dari tiga golongan
ideologi besar yaitu golongan yang berideologi nasionalis; golongan yang berideologi dengan
latar belakang agama; serta golongan yang berideologi komunis. Tiga-tiganya merupakan
kekuatan yang diharapkan tetap bersatu untuk menyelesaikan masalah bangsa secara
bersama-sama. Namun dalam pelaksanaanya demokrasi terpimpin terdapat beberapa
penyimpangan yang terlihat antara lain sebagai berikut :

1. Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Namun,


kenyataannya MPRS tunduk kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus
diputuskan oleh MPRS.
2. Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959.
Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945, seharusnya pengangkatan anggota
MPRS sebagai lembaga tertinggi negara dilakukan melalui pemilihan umum.
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena pada
tahun 1960 DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintah. Sebagai gantinya
presiden membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR), dimana
semua anggotanya ditunjuk oleh presiden.
4. Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan Penetapan
Presiden No.3 tahun 1959. Lembaga ini diketuai oleh presiden. Kedudukan DPAS
juga berada di bawah pemerintah (presiden) sebab presiden adalah ketuanya.
5. Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959. Front
Nasional merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita
proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD 1945. Front Nasional dipimpin
oleh Presiden Soekarno.
6. Pada tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk Kabinet Kerja. Program kabinet antara
lain: mencukupi kebutuhan sandang pangan; menciptakan keamanan negara; serta
mengembalikan Irian Barat
7. Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan
mengemukakan bahwa PKI merupakan barisan terdepan pembela NASAKOM.
Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran
kehidupan berbangsa dan bernegara serta menggeser kedudukan Pancasila dan UUD
1945 menjadi Komunis.
8. TNI dan Polri disatukan menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)
yang terdiri atas 4 angkatan. Masing-masing angkatan dipimpin oleh Menteri
Panglima Angkatan yang kedudukannya langsung berada di bawah presiden.
9. Pada masa demokrasi terpimpin, kedudukan partai dibatasi oleh penetapan presiden
No. 7 tahun 1959. Pembatasan gerak-gerik partai semakin memperkuat kedudukan
pemerintah terutama presiden.
10. Pada awalnya, politik luar negeri Indonesia adalah politik bebas aktif yang mengabdi
pada kepentingan nasional. Pada masa demokrasi terpimpin, pelaksanaan politik luar
negeri cenderung mendekati negara-negara blok Timur dan konfrontasi terhadap
negara-negara blok Barat.

Otoritas dan kedudukan Soekarno sebagai penentu kebijakan-kebijakan politik


menjadikannya sebagai ajang perebutan dua kekuatan politik antara TNI dan PKI untuk
saling mendekati dan mempengaruhi presiden. Tentara sangat mewaspadai kedekatan
Soekarno dengan PKI yang digunakan PKI sebagai sarana pendukung demi gagasan
Nasakomisasi sistem Demokrasi Terpimpin. Namun sebaliknya PKI senantiasa
memanfaatkan proyek nasakomisasi untuk masuk kedalam pemerintahan dan lembaga
nonstruktural yang dianggap penting sekali.

http://www.mikirbae.com/2016/05/peta-kekuatan-politik-nasional-masa.html

Anda mungkin juga menyukai