Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Keperawatan Bina Husada

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG


PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH
DIBERIKAN PENDIDIKANKESEHATAN
DI PUSKESMAS TAMAN BACAAN
PALEMBANG TAHUN 2016

Oleh :
Puji Andini dan Ersita
Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada
Email : pujiandini1@gmail.com

ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita merupakan masalah di suatu wilayah/negara, apabila angka kematian
bayi berada di atas 40/1000, atau proporsi kematian akibat ISPA pada balita di atas 20%. ISPA masih menjadi masalah di
Indonesia, karena angka kematian balita adalah 46/1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita diperkirakan sekitar
6/1000 balita. Di Puskesmas Taman Bacaan, kasus ISPA tahun 2013 berjumlah 1,853 orang, tahun 2014 berjumlah 2,103
orang, dan tahun 2015 berjumlah 2,066 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan
orang tua tentang penyakit ISPA pada balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Pra-Experiment dengan pendekatan One group Pretest-
Postest. Populasi dalam penelitian adalah orang tua yang mempunyai balita yang datang ke Puskesmas Taman Bacaan yang
didiagnosa ISPA dengan jumlah sampel 66 orang. Teknik pengambilan sampel adalah Total Sampling keseluruhan sampel.
Waktu penelitian dari tanggal 27 April sampai 30 Mei tahun 2016. Analisis data meliputi univariat dan bivariat dengan
menggunakan uji Wilcoxon dengan nilai = 0,05. Hasil penelitian sebelum diberikan pendidikan kesehatan didapatkan nilai
mean 51.52, median 50.00 dan standar deviasi 20.921. Pengetahuan orang tua sebelum diberikan pendidikan kesehatan paling
tinggi 90 dan paling rendah 10. Dan setelah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan nilai mean 76.21, median 80.00 dan
standar deviasi 15.861. Pengetahuan orang tua setelah diberikan pendidikan kesehatan paling tinggi 100 dan paling rendah
50. Sebelum dan setelah pendidikan kesehatan didapat nilai p value = 0,000. Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat
pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Diharapkan
bagi petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan pemberian pendidikan kesehatan kesehatan 1 minggu 3 kali agar orang tua
yang mempunyai balita dapat pengetahuan yang lebih baik tentang penyakit ISPA.
Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan, ISPA

ABSTRACT

Acute Respiratory Infections (ARI) in infant is a problem in a region/country, if the infant mortality rate is above 40/1000, or
the proportion of deaths caused by ARI in infants above 20%. ISPA is still a problem in Indonesia, because the mortality rate
is 46/1000 live births and under five mortality rate is estimated at about 6/1000 infants. In Puskesmas Taman Bacaan, ARI
cases in 2013 amounted to 1,853 people, in 2014 amounted to 2,103 people, and in 2015 amounted to 2,066 people. This
study aims was to determine differences in the level of parental knowledge about respiratory disease in infants before and
after being given health education . This study used quantitative rescarch method by Pra-Experiment rescarch design by One
group Pretest-Posttest. The population in this study were parents who had infant who come to the puskesmas Taman Bacaan
that diagnosed of ARI with the sample were 66 people. The sample collecting technique was total sampling. Of all the
sample. The study time from april 27th until may 30th 2016. The data analysis were univariat and bivariat by using wilcoxon
test by a value of = 0,05. The results of the study before it was given health education obtained a mean value of 51.52, the
median was 50.00 and standard deviation was 20.921. Knowledge of parents before being given health education highest 90
and lowest 10. And after being given health education obtained a mean value of 76.21, median of 80.00 and the standard
deviation of 15 861. Knowledge of parents after being given health education highest 100 and lowest was 50. Before and
after health education obtained p value = 0.000. It was concluded that there are different levels of parental knowledge about
respiratory disease in infants before and after being given health education. Expected for health care workers can improve
the prourday of health education health 3 in a week times for parents who have children can be a better knowledge about
respiratory disease.
Keywords : Health Education , Knowledge , ISPA

1. PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah


1.1 Latar Belakang infeksi pada saluran pernapasan atas yang biasanya
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ditandai dengan bersin-bersin, hidung tersumbat atau
(ISPA) merupakan penyakit yang seringkali meler, demam, dan mungkin juga batuk. Jenis umum
dilaporkan sebagai 10 penyakit utama di negara ISPA adalah pilek dan flu. Cara terbaik untuk
berkembang. Gejala yang sering dijumpai adalah mengatasi masalah ISPA adalah dengan
batuk, pilek dan kesukaran bernapas. Episode atau memperbanyak istirahat (Iskarima, 2013).
serangan batuk pada anak, khususnya balita adalah 6 Menurut World Health Organization kriteria
sampai 8 kali per tahun (Maryunani, 2010). untuk menentukan bahwa kematian ISPA atau
pneumonia pada balita masih merupakan masalah di

Perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada balita . . . . . Puji Andini dan Ersita 1
Jurnal Keperawatan Bina Husada
suatu wilayah/negara, adalah apabila angka kematian mendengar. Selain itu proses pengalaman dan proses
bayi berada di atas 40/1000 balita, atau proporsi bellajar dalam pendidikan formal maupun informal
kematian akibat ISPA/pneumonia pada balita di atas (Lestari, 2015).
20%. ISPA/pneumonia masih menjadi masalah di Di Puskesmas Taman Bacaan kota Palembang,
Indonesia, karena angka kematian balita adalah kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
46/1000 kelahiran hidup dan angka kematian terdapat pada tahun 2013 berjumlah 1.853 orang,
ISPA/pneumonia balita diperkirakan sekitar 6/1000 tahun 2014 berjumlah 2.103 orang, dan pada tahun
balita (Maryunani, 2010). 2015 berjumlah 2.066 orang. Dari penderita tersebut
Di Negara berkembang khususnya di Indonesia adalah anak-anak dan bayi. Dari data tersebut di
angka kejadian ISPA/pneumonia pada balita adalah temukan bahwa penderita penyakit ISPA pada bayi
sekitar 10-20% per tahun. Angka kematian masih banyak dan perlu penangan yang serius untuk
ISPA/pneumonia pada balita di Indonesia adalah mencegah jumlah penderita agar tidak meningkat
6/1000 balita. Ini berarti dari setiap 1000 balita setiap (Puskesmas Taman Bacaan Kota Palembang, 2013-
tahun ada 6 orang diantaranya yang meninggal akibat 2015).
ISPA/pneumonia sebelum ulang tahunnya yang ke-5. Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan ibu-
Jika dihitung, jumlah balita yang meninggal akibat ibu di Puskesmas Taman Bacaan Palembang masih
ISPA/pneumonia di Indonesia dapat mencapai banyak ibu yang belum mengerti tentang penyakit
150.000 per tahun, 12.500 per bulan, 416 per hari, 17 ISPA berdasarkan definisi, gejala, dan penyebab
orang per jam atau 1 orang balita tiap menit. Usia ISPA. Pengetahuan ibu cenderung kurang baik karena
yang rawan adalah usia bayi (dibawah 1 tahun), dapat dilihat dari karakteristik pendidikan terakhir ibu
karena sekitar 60-80 kematian ISPA/pneumonia dengan tingkat pendidikan kebanyakan dibawah
terjadi pada bayi (Maryunani, 2010). tamatan SMA, sehingga dapat mempengaruhi tingkat
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi pengetahuannya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan
Sumatera Selatan, jumlah penderita ISPA pada tahun seseorang maka upaya untuk menjaga kesehatan dan
2007 sebanyak 112.905 (30,1%), penderita tahun 2008 kebersihan juga semakin baik. Tetapi semakin rendah
sebanyak 116.969 (33,0) penderita, tahun 2009 pengetahuan seseorang maka upaya untuk menjaga
sebanyak 110.507 (44,2%) penderita dan pada tahun kesehatannya juga kurang baik.
2010 sebanyak 59.298 (46,8%) penderita. Berdasarkan Berdasarkan data dan uraian di atas, maka
data dari dinas kesehatan kota Palembang tahun 2013 peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
sebanyak 16.115 kasus, tahun 2014 sebanyak 78.833 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang
kasus. Dan pada tahun 2015 sebanyak 73.448 kasus Penyakit ISPA pada Balita Sebelum dan Setelah
(Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2015). Diberikan Pendidikan Kesehatan di Puskesmas Taman
Peran petugas kesehatan dalam mengatasi Bacaan Palembang tahun 2016.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) salah satunya
dengan pendidikan kesehatan adalah proses perubahan 1.2 Tujuan Penelitian
perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut 1.2 Tujuan Umum
bukan sekedar proses transfer materi/ teori dari Tujuan umum penelitian ini adalah
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat diketahuinya perbedaan tingkat pengetahuan orang tua
prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena tentang penyakit ISPA pada balita sebelum dan
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok, setelah diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas
atau masyarakat sendiri (Mubarak, 2009). Taman Bacaan Palembang tahun 2016.
Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan 1.2.2 Tujuan Khusus
pengetahuan dan merupakan suatu upaya atau 1) Diketahuinya tingkat pengetahuan orang tua
kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang tentang penyakit ISPA pada balita sebelum
kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas
kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau Taman Bacaan Palembang tahun 2016.
mengetahui bagaimana memelihara kesehatan mereka, 2) Diketahuinya tingkat pengetahuan orang tua
bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang tentang penyakit ISPA pada balita setelah
merugikan kesehatan mereka dan ksehatan orang lain, diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas
ke mana seharusnya mencari pengobatan bilamana Taman Bacaan Palembang tahun 2016.
sakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). 3) Diketahuinya perbedaan tingkat pengetahuan
Ibu memiliki peranan yang cukup penting orang tua tentang penyakit ISPA pada balita
dalam usaha untuk meningkatkan kesehatan bagi sebelum dan setelah diberikan pendidikan
anaknya, dengan cara meningkatkan pengetahuan. kesehatan di Puskesmas Taman Bacaan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini Palembang tahun 2016.
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan panca indera 1.3 Manfaat Penelitian
manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, 1) Bagi Puskesmas Taman Bacaan
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar Untuk petugas kesehatan di Puskesmas Taman
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan Bacaan diharapkan dapat lebih meningkatkan
telinga, yaitu proses melihat dan mendengar. Selain pemberian pendidikan kesehatan atau
itu melalui mata dan telinga yaitu proses melihat dan penyuluhan kesehatan minimal 1 minggu 3 kali

Perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada balita . . . . . Puji Andini dan Ersita 2
Jurnal Keperawatan Bina Husada
agar orang tua yang mempunyai balita pengetahuan cukup dan 1 orang (1.5%) mempunyai
mempunyai pengetahuan yang lebih baik tingkat pengetahuan baik.
tentang penyakit ISPA.
2) Bagi STIK Bina Husada Table 3.2
Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat Skor rata-rata tingkat pengetahuan orang tua tentang
menambah sumber bacaan baik buku-buku penyakit ISPA pada balita sebelum diberikan
maupun jurnal-jurnal kesehatan yang dapat pendidikan kesehatan di Puskesmas Taman Bacaan
digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan Palembang Tahun 2016
serta melengkapi referensi kepustakaan
mengenai tingkat pengetahuan orang tua
tentang penyakit ISPA pada balita sebelum dan
setelah diberikan pendidikan kesehatan.
3) Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan salah satu sarana
penerapan ilmu pengetahuan yang telah di
Berdasarkan tabel 3.2 skor pengetahuan
dapat, memberikan pengalaman dalam
sebelum pendidikan kesehatan dengan jumlah
penelitian dan meningkatkan pemahaman pada
responden 66 orang, didapatkan nilai mean 38.33,
peneliti tentang pengalaman-pengalaman yang
nilai median 50.00 dan standar deviasi 15.941 dan
didapat dari ibu mengenai balita yg dirawat di
didapatkan nilai pengetahuan orang tua sebelum
puskesmas.
diberikan pendidikan kesehatan paling tinggi 90 dan
paling rendah 10.
2. METODE PENELITIAN
Berdasarkan distribusi frekuensi pengetahuan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
orang tua terhadap penyakit ISPA pada balita di
kuantitatif dengan desain penelitian Pra-Experiment
Puskesmas Taman Bacaan Palembang Tahun 2016
dengan pendekatan One group Pretest-Postest.
sebelum diberikan pendidikan kesehatan, diketahui
Populasi dalam penelitian adalah orang tua yang
dari 66 responden dan sebanyak 58 orang (67.9%)
mempunyai balita yang datang ke Puskesmas Taman
mempunyai tingkat pengetahuan kurang, sebanyak 7
Bacaan yang didiagnosa ISPA dengan jumlah sampel
orang (10.6%) mempunyai tingkat pengetahuan
66 orang. Teknik pengambilan sampel adalah total
cukup, sebanyak 1 orang (1.5%) mempunyai tingkat
sampling keseluruhan sampel. Waktu penelitian dari
pengetahuan baik. Didapatkan nilai mean 38.33, nilai
tanggal 27 April - 30 Mei tahun 2016. Analisis data
median 50.00, dan standar deviasi 15.941 dan
meliputi univariat dan bivariat dengan menggunakan
didapatkan nilai pengetahuan orang tua sebelum
uji Wilcoxon dengan nilai = 0,05.
diberikan pendidikan kesehatan paling tinggi 90 dan
paling rendah 10.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan
3.1 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang
merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
Penyakit ISPA Pada Balita Sebelum
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Diberikan Pendidikan Kesehatan
Jadi pengetahuan ini diperoleh dari aktivitas
Hasil analisis univariat tingkat pengetahuan
pancaindera yaitu penglihatan, penciuman, peraba dan
orang tua tentang penyakit ISPA pada balita sebelum
indera perasa, sebagai basar pengetahuan diperoleh
diberikan pendidikan kesehatan dapat dilihat pada
melalui mata dan telinga (Nursalam, 2014).
table dibawah ini:
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Tabel 3.1
Silviana (2014), pengetahuan ibu mengenai
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan orang tua
tentang penyakit ISPA pada balita sebelum diberikan pengetahuan tentang penyakit ISPA di PHPT Muara
pendidikan kesehatan di Puskesmas Taman Bacaan Angke yaitu kurang baik (51,4%). Perilaku
Palembang Tahun 2016 pencegahan penyakit ISPA pada balita di PHPT
Muara Angke yaitu kurang baik (57,1%). Uji kolerasi
Tingkat Jumlah Presentase Person Product Moment menunjukkan bahwa terdapat
pengetahuan (%) hubungan antara pengetahuan tentang penyakit ISPA
Kurang 58 (67.9%) dengan perilaku pencegahan ISPA pada balita di
Cukup 7 (10.6%) PHPT Muara Angke.
Baik 1 1 (1.5) Berdasarkan hasil penelitian dengan teori yang
Total 66 (100%) ada serta hasil penelitian terkait, maka peneliti
berasumsi bahwa pengetahuan merupakan faktor yang
Berdasarkan tabel 3.1 di atas distribusi sangat penting. Hal ini terbukti dari hasil penelitian
frekuensi pengetahuan orang tua terhadap penyakit yang dilakukan bahwa orang tua yang tidak tahu
ISPA pada balita di Puskesmas Taman Bacaan tentang pendidikan kesehatan kemungkinan besar
Palembang Tahun 2016 sebelum diberikan pendidikan tidak tahu cara penanganan penyakit seperti apa dan
kesehatan, diketahui dari 66 responden sebanyak 58 bagaimana, sangat penting bagi orang tua untuk
orang (67.9%) mempunyai tingkat pengetahuan mengetahui informasi atau pendidikan kesehatan
kurang, sebanyak 7 orang (10.6%) mempunyai tingkat

Perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada balita . . . . . Puji Andini dan Ersita 3
Jurnal Keperawatan Bina Husada
untuk menangani kesehatan keluarga dan lingkungan Ibu memiliki peranan yang cukup penting
sekitarnya. dalam usaha untuk meningkatkan kesehatan bagi
anaknya, dengan cara meningkatkan pengetahuan.
3.2 Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini
Penyakit ISPA Pada Balita Setelah
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
Diberikan Pendidikan Kesehatan
suatu objek tertentu. Pengindraan panca indera
manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,
Table 3.3
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan orang tua
tentang penyakit ISPA pada balita setelah diberikan pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
pendidikan kesehatan di Puskesmas Taman Bacaan telinga, yaitu proses melihat dan mendengar. Selain
Palembang Tahun 2016 itu melalui mata dan telinga yaitu proses melihat dan
mendengar. Selain itu proses pengalaman dan proses
Tingkat Jumlah persentase bellajar dalam pendidikan formal maupun informal
pengetahuan (Lestari, 2015).
Kurang 0 (0%) Menurut penelitian Wijaya (2013), desain
Cukup 10 (15.2%) penelitian ini adalah Pra Eksperiment dengan
Baik 56 (84.8%) pendekatan One group Pretest- Posttest design.
Total 66 (100%) Penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai balita
yang datang berkunjung ke Puskesmas Ariodillah
Berdasarkan tabel 3.3 di atas distribusi yang didiagnosa ISPA. Sampel dalam penelitian ini
frekuensi pengetahuan orang tua terhadap penyakit berjumlah 98 sampel. Hasil penelitian ini sebagian
ISPA pada balita di Puskesmas Taman Bacaan besar pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA
Palembang Tahun 2016 setelah diberikan pendidikan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dalam
kesehatan, diketahui dari 66 responden dan sebanyak kategori baik sebayak 3 orang (3,1%), sebagian besar
56 orang (84.8%) mempunyai tingkat pengetahuan pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA setelah
baik, sebanyak 10 orang (15.2%) mempunyai tingkat diberikan pendidikan kesehatan dalam kategori baik
pengetahuan cukup. sebayak 61 orang (62,2%), ada perbedaan tingkat
pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada
Table 3.4 balita sebelum dan setelah diberikan pendidikan
Skor rata-rata tingkat pengetahuan orang tua tentang kesehatan dengan p value = 0,000.
penyakit ISPA pada balita setelah diberikan pendidikan Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti
kesehatan di PuskesmasTaman Bacaan berasumsi bahwa pengetahuan orang tua dapat
Palembang Tahun 2016 bertambah melalui lingkungan sekitar, dengan
mengikuti penyuluhan atau pendidikan kesehatan
disekitar lingkungannya maka orang tua mendapatkan
informasi kesehatan dan pengetahuan ibu tersebut
dapat bertambah serta diharapkan ibu dapat mengerti,
memahami dan menerapkan pengetahuan yang
didapatkannya.

3.3 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Orang Tua


Tentang Penyakit ISPA Pada Balita
Berdasarkan tabel 3.4 skor pengetahuan setelah
Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan
pendidikan kesehatan dengan jumlah responden 66
Kesehatan
orang, didapatkan nilai mean 88.18, nilai median
Hasil analisis univariat tingkat pengetahuan
90.00 dan standar deviasi 12.141 dan didapatkan nilai
orang tua tentang penyakit ISPA pada balita dapat
pengetahuan orang tua sebelum diberikan pendidikan
dilihat pada tabel di bawah ini:
kesehatan paling tinggi 100 dan paling rendah 50.
Berdasarkan distribusi frekuensi pengetahuan
Table 3.5
orang tua terhadap penyakit ISPA pada balita di
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan orang tua
Puskesmas Taman Bacaan Palembang Tahun 2016 tentang penyakit ISPA pada balita sebelum dan setelah
setelah diberikan pendidikan kesehatan, diketahui dari diberikan pendidikan kesehatan di Puskesmas Taman
66 responden dan sebanyak 0 orang (0%) mempunyai Bacaan Palembang Tahun 2016
tingkat pengetahuan kurang, sebanyak 10 orang
(15.2%) mempunyai tingkat pengetahuan cukup,
sebanyak 56 orang (8.48%) mempunyai tingkat
pengetahuan baik. Didapatkan nilai mean 88.18, nilai
median 90.00 dan standar deviasi 12.141 dan
didapatkan nilai pengetahuan orang tua sebelum
diberikan pendidikan kesehatan paling tinggi 100 dan
paling rendah 50.

Perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada balita . . . . . Puji Andini dan Ersita 4
Jurnal Keperawatan Bina Husada
Dari tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa nilai tua sebelum diberikan pendidikan kesehatan
rata-rata pengetahuan orang tua saat pre test yaitu paling tinggi 90 dan paling rendah 10.
38.33 dengan standar deviasi 15.941, sedangkan nilai 2) Sebagian besar pengetahuan orang tua tentang
rata-rata pengetahuan orang tua pada saat post test penyakit ISPA sebelum diberikan pendidikan
yaitu 88.18 dengan standar deviasi 12.141. kesehatan dalam kategori baik sebanyak 35
Berdasarkan hasil uji wilcoxon statistik orang (53.0%) dan didapatkan nilai mean
didapatkan p value = 0.000 dengan nilai = 0.05 (p < 76.21, nilai median 80.00 dan standar deviasi
), yang berarti Ho ditolak dan dapat disimpulkan 15.861dan didapatkan nilai pengetahuan orang
bahwa ada perbedaan dari nilai rata-rata pre test dan tua sebelum diberikan pendidikan kesehatan
nilai rata-rata post test terhadap tingkat pengetahuan paling tinggi 100 dan paling rendah 50.
orang tua tentang penyakit ISPA pada balita. 3) Didapatkan nilai p value = 0.000 dengan nilai
Hasil penelitian ini didukung oleh teori = 0.05 (p < 0.05), menyatakan bahwa ada
Notoatmodjo (2012), yang menyatakan bahwa perbedaan yang signifikan antara timgkat
pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA
atau praktik pendidikan. Oleh sebab itu, konsep pada balita sebelum dan setelah dilakukan
pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang pendidikan kesehatan.
diaplikasikan pada bidang kesehatan. Pendidikan
4.2 Saran
adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
Berdasarkan pembahasan dan juga simpulan
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,
diatas, maka peneliti mengharapkan bagi petugas
perkembangan, atau perubahan kea rah yang lebih
Puskesmas Taman Bacaan untuk dapat lebih
dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri
meningkatkan pemberian pendidikan kesehatan atau
individu, kelompok atau masyarakat. Konsep ini
penyuluhan kesehatan 1 minggu 3 kali agar orang tua
berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai
yang mempunyai balita dapat pengetahuan yang lebih
makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai
baik tentang penyakit ISPA. Diharapkan bagi STIK
nilai-nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan
Bina Husada untuk lebih memperbanyak refrensi
bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih
berupa buku, jurnal-jurnal penelitian agar dapat
dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu, dan
mempermudah mahasiswa dalam menyelesaikan tugas
sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang
akhir. Untuk peneliti selanjutnya dapat melanjutkan
individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas
penelitian ini dengan menggunakan desain penelitian
dari kegiatan belajar.
eksperimental dengan metode penyuluhan atau
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Utari
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
(2014), perbedaan pengetahuan keluarga pada
terhadap penyakit lain yang banyak ditemukan
kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberikan
dimasyarakat maupun menjadi salah satu masalah atau
pendidikan kesehatan dapat dilihat dari p value dari uji
penyakit terbanyak diwilayah kerja puskesmas.
Wilcoxon yaitu p value = 0,001 < 0,05 yaitu Ho
ditolak. Kesimpulannya ada perbedaan pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
sebelum dan setelahdiberikan pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual terhadap
Dinas Kesehatan Kota Palembang Sumatra Selatan.
peningakatan pengetahuan keluarga. Perbedaan antara
2015.
kelompok kontrol dan eksperimen setelah diberikan
Data Jumlah Penderita ISPA tahun 2013-2015.
pendidikan kesehatan dapat dilihat dari uji Mann-
Palembang.
Whitney didapatkan p value = 0,000 < 0,05 yaitu Ho
di tolak. Kesimpulannya adaperbedaan pengetahuan
Iskarima, Ratih. 2013.
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Deteksi Penyakit Anak Sehari-hari. Imperium:
setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka
peneliti berasumsi bahwa ada perbedaaan yang
Lestari, Titik. 2015.
signifikan antara tingkat pengetahuan orang tua
Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka
tentang penyakit ISPA pada balita sebelum dan
Penelitian Kesehatan. Nuha Medika:
setelah diberikan pendidikan kesehatan, hal ini
Yogyakarta.
membuktikan bahwa pendidikan kesehatan efektif
untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang
Maryunani, Anik. 2010.
ISPA.
Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans
Info Media: Jakarta.
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009.
1) Sebagian besar pengetahuan orang tua tentang
Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan
penyakit ISPA sebelum diberikan pendidikan
Aplikasi. Salemba Medika: Jakarta.
kesehatan dalam kategori baik sebanyak 12
orang (18.2%) dan didapatkan nilai mean
51.52, nilai median 50.00 dan standar deviasi
20.921 dan didapatkan nilai pengetahuan orang

Perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada balita . . . . . Puji Andini dan Ersita 5
Jurnal Keperawatan Bina Husada
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.
Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Rineka
Cipta: Jakarta.

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Puskesmas Taman Bacaan. 2015.


Data Jumlah Penderita ISPA tahun 2013-2015.
Palembang.

Silviana, Intan. 2014.


Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit
ISPA dengan Perilaku Pencegahan ISPA pada
Balita di PHPT Muara Angke Jakarta Utara
tahun 2014. Forum Ilmiah Volume 11 Nomor
3, September 2014 diakses melalui,
(http://ejournal.esaunggul.ac.id, 10 Januari
2016).

Utari, Weni. 2014.


Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Keluarga Tentang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Jurnal Universitas Riau Pekanbaru, Indonesia
diakses melalui, (http://ejournal.unri.ac.id, 15
Januari 2016).

Wijaya, Dian Kusuma. 2013.


Perbedaan Tingkat Pengetahuan Orang Tua
Tentang Penyakit ISPA pada Balita Sebelum
dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan
di Puskesmas Ariodillah Palembang tahun
2013. Jurnal Keperawatan Bina Husada,
Volume 1 No. 2, Desember 2013.

Perbedaan tingkat pengetahuan orang tua tentang penyakit ISPA pada balita . . . . . Puji Andini dan Ersita 6

Anda mungkin juga menyukai