BAB I
PENDAHULUAN
baru untuk gangguan jiwa sudah sangat berkembang, akan tetapi proprosi
penderita gangguan jiwa yang tidak terdeteksi masih cukup tinggi. Meskipun
primer dalam melakukan deteksi dini dan terapi (Burns & Kendrick, 1997).
berat memiliki efek negatif yang besar pada penderita usia muda dan
disabilitas dan kurang dari 25 persen saja yang bisa mendapatkan pekerjaan.
Penderita gangguan jiwa dengan usia muda memiliki risiko yang lebih tinggi
meninggal karena bunuh diri menderita gangguan jiwa pada saat kematian.
(Ozer et al, 2009). Salah satu cara untuk menemukan kasus gangguan jiwa
2
diketahui mampu menekan angka bunuh diri pada penderita gangguan jiwa.
dengan terapi dan manajemen yang baik dapat mengurangi beban kesehatan
dan beban sosial yang disebabkan oleh gangguan jiwa. Deteksi dini telah
secara lebih baik (Mcglashan, 1998). Oleh karena itu, penekanan utama
dalam masalah kesehatan jiwa ini adalah untuk membangun sistem di setiap
et al, 2000).
masyarakat sehat mandiri dan berkeadilan. Salah satu dari misinya adalah
2011).
dibandingkan antara kader yang mengikuti pelatihan dengan kader yang tidak
penyebab beban penyakit yang besar. Pada tahun 2020 diprediksi depresi
mengalami gangguan jiwa dengan gejala paling ringan adalah panik dan
cemas (WHO, 2006). Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia tahun 2013
sebesar 1,7 permil. Di wilayah DIY, pada tahun 2013, prevalensi gangguan
jiwa berat yaitu sebesar 2,7 permil (RISKESDAS, 2013). Gangguan jiwa
Puskesmas Tanjungsari pada tahun 2014 sebesar 96 kasus lama dan 71 kasus
baru dengan jumlah penderita gangguan jiwa berat sebesar 9 kasus lama. Ada
sudah dibebaskan pada tahun 2014. Dengan jumlah penduduk sebesar 25.760
5
jiwa, jumlah ini sangat jauh dari perkiraan penderita gangguan jiwa berat
Untuk kasus bunuh diri, pada tahun 2014 terjadi 4 kasus bunuh diri di
partisipasi kader jiwa dalam melakukan deteksi dini gangguan jiwa. Dari segi
geografis dan sosial, kader sangat berpotensi untuk melakukan deteksi dini
gangguan jiwa pada masyarakat. Penemuan kasus jiwa secara dini akan
B. Perumusan Masalah
C. Keaslian Penelitian
Jiwa Terhadap Sikap Dan Pengetahuan Kader Dalam Deteksi Dini Gangguan
D. Manfaat Penelitian
sikap dan pengetahuan kader dalam deteksi dini gangguan jiwa. Penelitian ini
dan pemberian terapi kasus gangguan jiwa secara dini sehingga dapat
E. Tujuan Penelitian
kesehatan jiwa terhadap sikap dan pengetahuan kader dalam deteksi dini
gangguan jiwa.