Anda di halaman 1dari 7

CHAPTER 5

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI


MATA KULIAH : DIFUSI DAN INOVASI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu : Suyantiningsih, M.Ed.

Disusun Oleh:
Arkan Chris (13105241059)
Melisa Mawar Wati (16105241022)
Angga Catur Laksana (16105241044)
Dwita Apriyanti (16105241046)

Program Studi Teknologi Pendidikan


Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
2017
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI

A. Pengertian proses pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan adalah proses dimana seseorang (unit pengambil keputusan
lainnya) telah mengerti pengetahuan pertama tentang sebuah inovasi dan untuk membentuk sikap inovasi,
sebuah keputusan untuk mengadopsi atau menolak , pelaksanaan ide baru, dan untuk konfirmasi
keputusan. Proses ini terdiri dari serangkaian tindakan dan pilihan dari waktu ke waktu dimana seseorang
atau organisasi mengevaluasi sebuah gagasan baru apakah layak atau tidak untuk dijadikan ide baru atau
inovasi yang sedang berlangsung..

B. Model dari proses pengambilan keputusan inovasi

Para Ilmuwan difusi telah lama menyadari bahwa keputusan individu tentang tentang sebuah
inovasi bukanlah tindakan yang seketika dengan mudah dapat diputuskan. Sebaliknya, ini adalah sebuah
proses yang terjadi seiring berjalannya waktu dengan beberapa tahapan proses.

Berikut adalah tahapan mengenai proses pengambilan keputusan :

1. Knowledge (Pengetahuan)
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat
seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut.
Pengertian menyadari disini bukan memahami tetapi membuka diri untuk menetahui inovasi.
Seseorang menjadi atau membuka suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan pasif.
Contohnya adalah misalnya ada 2 guru yang menonton sebuah tayangan televisi. Acara
tersebut menayangkan mengenai metode baru cara mengajar berhitung di sekolah dasar. Guru
yang satunya kemudian menonton tayangan tersebut sampai selesai kemudian meniru pengetahan
baru yang ada pada tayangan tersebut dan mempraktekkan metodenya di kelas tempat ia
mengajar. Kemudian guru yang satunya tidak menghiraukan acara tersebut sehingga ia
mengabaikannya dan tidak menirunya. Maka dantara keduanya tersebut, yang melakukan inovasi
hanyalah satu orang yaitu guru yang aktif meniru dan mempraktekkan metode baru tersebut.
Sedangkan guru yang satunya dianggap tidak melakukan inovasi karena ia pasif dalam menerima
informasi tersebut. Seseorang menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya tentu
berdasarkan pengamatan tentang inovasi inovasi itu itu sesuai dengan kebutuhannya, minat atau
mungkin juga keprcayaannya.

2. Persuasion (Bujukan)
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap
menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses proses
kegiatan mental yang utama bidang kognitif,, maka pada tahap persuasi yang berperan utama
bidang afeksi atau perasaan. Seseorang tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia lebih tahu
lebih dulu tentang inovasi.
Dalam tahap persuasi ini, lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran.
Seseorang akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi dan menafsirkan informasi
yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan
sifat pribadinya. Di sinilah peranan karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan
inovasi.
Dalam tahap persuasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk mengantisipasi
kemungkinan penerapan inovasi di masa datang. Perlu ada kemampuan untuk memproyeksikan
penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Untuk
mempermudah proses mental itu, perlu adanya gambaran yang jelas tetang bagaimana
pelaksanaannya inovasi, jika mungkin sampai pada konsekuensi inovasi. Hasil dari tahap persuasi
yang utama ialah adanya penetuan menyenangi atau tidak menyenangi inovasi.
Diharapkan hasil tahap tahap persuasi akan mengarahkan proses keputusan inovasi atau
dengan kata lain, ada kecenderungan kesesuaian antara menyenangi inovasi dan menerapkan
inovasi. Namun perlu dketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan aktifitas masih ada jarak.
Orang menyenangi inovasi belum tentu ia menerapkan inovasi. Ada jarak atau kesenjangan antara
pengetahuan-sikap, dan penerapan (praktik).
Misalnya seorang guru tahu tentang metode diskusi, tahu cara menggunakannya, dan
senang seandainya menggunakan , tetapi ia tidak pernah menggunakan, karena beberapa faktor:
1) Tempat duduknya tidak memungkinkan, 2) jumlah siswanya terlalu besar, 3) dan takut bahan
pelajarannya tidak akan dapat disajikan sesuai batas waktu yang ditentukan. Perlu adanya bantuan
pemecahan masalah.

3. Decision (Keputusan)
Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan
yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan
inovasi. Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia mencoba seagian kecil lebih
dahulu, baru kemudiandilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan
yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicoba dengan dipecahkan mnjadi beberapa
bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat diterima. Dapat juga
terjadi percobaan cukup dilakukan sekelompok orang dan yang lain cukup mempercayai dengan
hasil percobaan temannya.
Perlu diperhatikan bahwa dalam kenyataannya pada setiap tahap dalamproses keputusan
inovasi dapat terjadi penolakan inovasi. Misalnya penolakan dapat terjadi pada awal tahap
pengetahuan , dapat juga terjadi pada tahap persuasi , mungkin juga terjadi setelah konfirmasi,
dan sebagainya. Ada 2 macam penolakan inovasi yaitu :
a. Penolakan aktif artinya penolakan inovasi setelah inovasi melalui pertimbangan untuk
menerima inovasi atau mungkin sudah mencoba lebih dulu , tetapi keputusan terakhir
menolak inovasi.
b. Penolakan pasif artinya penolakan inovasi dengan tanpa pertimbangan sama sekali.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara pengetahuan, persuasi dan keputusan inovasi sering
berjalan bersamaan. Satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Bahkan untuk jenis inovasi
tertentu dapat terjadi urutan : pengetahuan-keputusan inovasi-baru persuasi.

4. Implementation (Implementasi)
Tahap implementasi dari proses keputusan terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi.
Dalam tahap implementasi ini berlangsung keaktifan baik mental maupun perbuatan . keputusan
penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktik. Pada umumnya implementasi tentu
mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah
memutuskan menerima inovasi tidak dikuti implementasi . Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas
penrerapan yang tidak tersedia.
Kapan tahap implementasi berakhir? Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu yang
sangat lama , tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri. Tetapi biasanya suatu tanda bahwa taraf
implementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi itu sudah melembaga atau sudah menjadi
hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak merupakan hal yang baru lagi. Hal-hal yang
memungkinkan terjadinya penemuan kembali antara inovasi yang sangat komplek dan sukar
dimengrti , penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena sukar untuk menemui agen
pembharu, inovasi yang memngkinkan berbagai kemungkinan komunikasi, apabila inovasi
diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggaan akan inovasi yang dimiliki
suatu daerah tertentu juga dapat menimbulkan reinvensi.

5. Confirmation (Konfirmasi)
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah
diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusan jika memang diperoleh informasi yang
bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara
keberlanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung tak
terbatas. Selama dalam konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya disonansin paling
tidak berusaha menguranginya.
Terjadinya perubahan tingkah laku seseorang antara lain disebabkan karena terjadinya
ketidakseimbangan internal. Orang itu merasa dalam dirinya ada sesuatu yang tidak sesuai atau
tidak selaras yang disebut disonansi, sehingga orang itu merasa tidak enak. Jika seseorang merasa
dalam dirinya terjadi disonansi, maka ia akan berusaha akan mengilangkannya atau paling tidak
menguranginya dengan cara pengetahuannya, sikap atau perbuatannya.
Dalam hubungannya dengan difusi inovasi, usaha mengurangi disonansi terjadi :
a. Apabila seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang inovasi hal ini pada terjadi
tahap pengetahuan dalam proses keputusan inovasi.
b. Apabila seseorang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenagi inovasi, tersebut tetapi
belum menetapkan keputusan untuk menerima inovasi. Maka ia akan berusaha untuk
menerimanya, guna mengurangi adanya disonansi antara apa yang disenangi dan diyakini
dengan apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan inovasi.
c. Setelah seseorang menetapkan menerima dan menerapkan inovasi, kemudian diajak untuk
menolaknya. Maka disonansi ini dapat dikurangi dengan cara tidak melanjutkan penerimaan
dan penerapan inovasi (discontinuiting). Ada kemungkinan lagi seseorang telah menetapkan
untuk menolak inovasi, kemudian menerimanya. Maka usaha mengurangi disonansi dengan
cara menerima inovasi (mengubah keputusan semula). Perubahan ini terjadi (tidak
meneruskan inovasi atau mengikuti inovasi terlambat pada tahap konfirmasi). Untuk
menghindari terjadinya drop out dalam penerimaan dan implementasi inovasi peranan agen
pembaharu sangat dominan. Tanpa ada monitoring dan penguatan orang akan mudah
terpengaruh pada informasi negative tentang inovasi.

C. Pemberhentian sebuah inovasi


Pengertian dari pemberhentian inovasi adalah keputusan untuk menolak inovasi yang telah
diterapkan. Ada dua jenis penghentian:

1. Penggantian, merupakan keputusan untuk menolak gagasan yang lama dan menggantikan dengan
gagasan yang lebih baik.

2. Kekecewaan, merupakan keputusan untuk menolak gagasan sebagai akibat ketidakpuasan


terhadap kinerjanya. Ketidakpuasan dapat terjadi karena inovasi itu tidak sesuai atau tidak
menghasilkan keuntungan.
Beberapa peneliti telah menentukan karakteristik individual dengan tingkat penghentian
yang tinggi dan rendah. Umumnya, penghentian diskontinuitas yang tinggi memiliki pendidikan
yang kurang, status sosial ekonomi yang lebih rendah, kontak agen perubahan yang kurang, dan
sejenisnya. Penghentian inovasi merupakan salah satu indikasi bahwa gagasan tersebut mungkin
belum sepenuhnya dilembagakan dan diprioritaskan ke dalam praktik dan cara hidup adopter
yang sedang berjalan pada tahap implementasi proses keputusan inovasi.

D. Periode Keputusan Inovasi


Masa keputusan inovasi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
melewati proses keputusan inovasi. * Waktu yang berlalu dari pengetahuan kesadaran
akan inovasi terhadap keputusan seseorang diukur dalam hitungan hari, bulan, atau tahun.
Periode demikian merupakan masa gestasi dimana ide baru mereda dalam pikiran
individu.
Tentang ide baru lebih cepat atau lebih memadai sehingga pengetahuan
diciptakan pada tanggal yang lebih awal. Metode lain adalah mempersingkat jumlah
waktu yang dibutuhkan untuk keputusan inovasi setelah seseorang menyadari gagasan
baru. Banyak pengadopsi potensial sering menyadari adanya inovasi namun tidak
termotivasi untuk mencobanya.
Studi penelitian menunjukkan bahwa inovator memiliki sikap yang lebih baik
terhadap gagasan baru dan karena itu kurang tahan terhadap perubahan harus diatasi
dengan pesan komunikasi tentang gagasan baru.

Periode keputusan vokasi (1) mereka menggunakan sumber dan saluran yang
lebih akurat secara teknis mengenai inovasi, seperti kontak langsung dengan ilmuwan,
dan (2) mereka menempatkan kredibilitas yang lebih tinggi dalam sumber ini daripada
rata-rata individu. Inovator mungkin juga memiliki jenis kemampuan mental yang lebih
baik memungkinkan mereka mengatasi ketidakpastian dan menghadapi abstraksi.
Seorang inovator harus dapat mengkonseptualisasikan informasi yang relatif abstrak
tentang inovasi dan menerapkan informasi baru ini ke situasinya sendiri. Pengadopsi
selanjutnya dapat mengamati hasil inovasi oleh pengadopsi sebelumnya dan mungkin
tidak memerlukan jenis kemampuan mental ini.
Ringkasan

Masa keputusan inovasi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melewati proses
keputusan inovasi.
Banyak pengadopsi potensial sering menyadari adanya inovasi namun tidak termotivasi
untuk mencobanya.
Tingkat kesadaran-pengetahuan untuk inovasi lebih cepat daripada tingkat adopsinya
menunjukkan bahwa pengadopsi berikutnya memiliki periode keputusan inovasinya lebih
lama daripada pengadopsi sebelumnya
inovasi yang sifatnya relatif sederhana, habis untuk diadili, dan kompatibel dengan
pengalaman sebelumnya biasanya memiliki periode yang lebih pendek daripada inovasi
yang kekurangan karakteristik ini. Namun, dimensi utama analisis dalam diskusi berikut
adalah perbedaan individual sepanjang periode keputusan inovasi, dan bukan perbedaan
dalam periode di antara berbagai inovasi ini
individu pertama yang mengadopsi ide baru (inovator) melakukannya bukan hanya
karena mereka menyadari inovasi itu lebih cepat daripada rekan mereka tetapi juga
karena mereka memerlukan lebih sedikit bulan atau tahun untuk beralih dari
pengetahuan. untuk keputusan Inovator mungkin mendapatkan sebagian dari posisi
inovatif mereka (relatif terhadap pengadopsi kemudian) dengan mempelajari inno-vasi
pada waktu sebelumnya, namun data saat ini juga menunjukkan bahwa inno-vators
adalah yang pertama mengadopsi karena mereka memerlukan inovasi yang lebih pendek

Anda mungkin juga menyukai