Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batik merupakan salah satu warisan nusantara yang unik. Keunikannya
ditunjukkan dengan barbagai macam motif yang memiliki makna tersendiri.
Selain itu, keunikan batik diakui oleh UNESCO atau United Nation
Educations and Cultural Organisation sebagai warisan budaya Indonesia.
Batik sendiri memiliki arti secara etimologi menurut Asti M. dan Ambar B.
Arini (2011: 1) bahwa batik merupakan rangkaian kata “mbat” dan “tik”.
“Mbat” dalam bahasa Jawa dapat diartikan sebagai “ngembat” atau melempar
berkali-kali, sedangkan “tik” berasal dari kata titik. Artinya batik merupakan
titik-titik yang digambar pada media kain yang lebar sedemikian sehingga
menghasilkan pola-pola yang indah.
Hal tersebut senada dengan pengertian batik menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007), batik dijelaskan sebagai kain
bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menerakan
malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan
caratertentu atau biasa dikenal dengan kain batik.
Selain itu, batik yang mewarisi kebudayaan di Indonesia mengalami
perkembangan yang pesat. Hal ini diperkuat dengan data yang dikutip dari
Lani Pujiastuti (2016) bahwa nilai ekspor batik pun dikabarkan meningkat dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2015 lalu, ekpor batik mencapai USD 156 juta
atau setara Rp 2,1 triliun, naik 10 persen dari tahun 2014. Negara tujuan
ekspor batik antara lain: Amerika, Jepang dan Singapura. Tenaga kerja yang
terlibat dalam industri batik pun ikut meningkat. Jika pada tahun 2011, hanya
ada 173.829 orang, maka pada tahun 2015 lalu, jumlah tenaga kerja
diperkiran 199.444 orang.
Akan tetapi, pemasaran batik yang sudah bagus kurang didukung oeh
pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya pada generasi muda yang
minim akan informasi motif-motif batik. Hal ini disebabkan oleh batik
dipakai hanya untuk keindahan saja di dunia fashion. Selain itu, fakta ini
diperkuat Haryono (2012) bahwa dalam perkembangan batik, orang memakai
batik bukan karena makna atau filosofinya, namun lebih pada kepantasan atau
keindahan saja. Ketidakteraturan tersebut terlihat dari banyaknya anak-anak
muda sekarang memakai batik motif parang dan kawung. Padahal sebenarnya
batik motif ini tidak boleh dipakai masyarakat umum, karena hanya
diperuntukkan bagi kerabat kraton.Misalnya, motif batik parang itu hanya
untuk raja. Ini mengacu pada hukum adat yang memang tidak tertulis. Hal
tersebut bukan mutlak kesalahan dari para generasi muda. Bahkan di
lingkungan kraton yang merupakan akar tumbuhnya batik pun pemaknaan ini
mulai memudar.
Berdasarkan permasalahn tersebut dan untuk mengenalkan motif batik
penulis memberikan inovasi berupa “Gelang Batik Edukasi Sebagai Wujud
Industri Kreatif asi berupa “Gelang Batik Edukasi Sebagai Wujud Industri
Kreatif Yang Memiliki Nilai Kearifan Lokal”. Produk dari Gelang Batik
Edukasi (GEBUK) ini merupakan inovasi dari motif batik dan memiliki nilai
jual tinggi. Hal ini dikarenakan selain mengembangkan batik sebagai warisan
budaya yang tidak hanya dijadikan pakaian, tetapi juga untuk mengenalkan
motif batik kepada generasi penerus.

Anda mungkin juga menyukai