Anda di halaman 1dari 13

ASPEK KESELAMATAN KERJA DALAM PENGGUNAAN

PESTISIDA

Pestisida telah digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan organisme

pengganggu tumbuhan (OPT) di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia ke II (PD

II). Berbagai uji coba penggunaan pestisida pada tanaman padi menunjukkan

bahwa pestisida dapat melindungi tanaman dari serangan OPT. Tanaman dapat

tumbuh dengan baik sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian dibandingkan

tanaman tanpa aplikasi pestisida.

Cara penggunaan pestisida itu sendiri harus benar sesuai aturan. Peraturan

pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman sebagai penjabaran

UU No.12 Tahun 1992 memberikan pedoman bagaimana penggunaan pestisida

secara efektif, efisien serta dampak negatif minimal bagi kesehatan manusia dan

lingkungan. Pedoman tersebut tercantum pada pasal 15 ayat (1) yang

menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka pengendalian organisme

pengganggu tumbuhan dilakukan secara tepat guna adalah ; tepat jenis, tepat

dosis, tepat cara, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat tempat.

Penggunaan pestisida secara tidak bijaksana dapat menimbulkan berbagai

dampak negatif baik bagi manusia maupun lingkungan. Akibat yang ditimbulkan

adalah keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan

gejalasakit kepala, pusing, mual, muntah dan sebagainya. Keracunan pestisida

yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, kejang-kejang

bahkan kematian. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera

terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan pestisida adalah

kanker, gangguan syaraf, fungsi hati dan ginjal, gangguan pernafasan, keguguran,
cacat bayi dan sebagainya. Sedangkan di lingkungan pestisida diserap oleh

berbagai komponen lingkungan yang mengubahnya menjadi bahan-bahan lain

yang tidak beracun atau masih beracun. Dalam jangka panjang aplikasi yang

sangat intensif, dapat meningkatkan probabilits OPT sekunder atau meningkatkan

resistensi hama.

Salah satu penyebab dari terjadinya keracunan akibat pestisida adalah

petani kurang memperhatikan penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam

melakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida. APD adalah

kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja

untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Petani

perlu memperhatikan perilaku penggunaan pestisida dan kepatuhan menggunakan

APD pada saat melakukan pencampuran dan menyemprot tanaman. APD yang

harus dipakai antaralain masker, topi, kaca mata, baju lengan panjang dan celana

panjang, celemek, sarung tangan, dan sepatu boot.

Angka kejadian keracunan di Indonesia, setiap tahun lebih dari 12.000

kematian diakibatkan oleh keracunan baik akut maupun kronis dan salah satunya

adalah keracunan pestisida. Jumlah keracunan yang terjadi diperkirakan lebih

tinggi lagi, mengingat angka tersebut diperoleh dari kasus yang dilaporkan sendiri

oleh korban maupun dari angka statistik. Banyak kasus keracunan yang terjadi di

lapangan tidak dilaporkan oleh korban sehingga tidak tercatat oleh instalasi

terkait.

Jalur Masuk Pestisida kedalam Tubuh Manusia melalui beberapa macam.

Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai rute, yakni :
Penetrasi lewat kulit (dermal contamination)

Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke dalam

tubuh dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat kulit

merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi.

Pekerjaan yang menimbulkan resiko tinggi kontaminasi lewat kulit adalah:

1. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh

droplet atau drift pestisida dan menyeka wajah dengan tangan, lengan

baju, atau sarung tangan yang terkontaminsai pestisida.

2. Pencampuran pestisida.

3. Mencuci alat-alat aplikasi

Terhisap lewat saluran pernafasan (inhalation)

Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung

merupakan terbanyak kedua setelah kulit. Gas dan partikel semprotan yang sangat

halus (kurang dari 10 mikron) dapat masuk ke paru-paru, sedangkanpartikel yang

lebih besar (lebih dari 50 mikron) akan menempel di selaput lendir atau

kerongkongan.

Pekerjaan-pekerjaan yang menyebabkan terjadinya kontaminasi lewat saluran

pernafasan adalah:

1. Bekerja dengan pestisida (menimbang, mencampur, dsb) di ruang

tertutup atau yang ventilasinya buruk.

2. Aplikasi pestisida berbentuk gas atau yang akan membentuk gas,

aerosol, terutama aplikasi di dalam ruangan, aplikasi berbentuk tepung

mempunyai resiko tinggi.

3. Mencampur pestisida berbentuk tepung (debu terhisap pernafasan).


Masuk ke dalam saluran pencernaan makanan lewat mulut (oral)

Pestisida keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi dibandingkan

dengan kontaminasi lewat kulit. Keracunan lewat mulut dapat terjadi karena:

Kasus bunuh diri.

Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan pestisida.

Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung

tangan yang terkontaminasi pestisida.

Drift pestisida terbawa angin masuk ke mulut.

Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida.

Pekerjaan yang berhubungan dengan pestisida yaitu :

(A) Pencampuran : bahaya terbesar saat aplikasi pestisida adalah pada waktu

mencampur, karena mencampur bekerja dengan konsentrat, oleh karena itu perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Sewaktu mempersiapkan pestisida yang

akan disemprotkan, pilihlah tempat yang sirkulasi udaranya lancar, (2) Buka tutup

kemasan dengan hati-hati agar pestisida tidak berhamburan atau memercik

mengenai bagian tubuh. Setelah itu tuang dalam gelas ukur, timbangan atau alat

pengukur lainnya. Tambahkan air lagi sesuai dosis dan konsentrasiyang

dianjurkan, (3) Usaha pencampuran petisida jangan dalam tangki penyemprot,

karena susah dipastikan apakah pestisida dan air telah tercampur sempurna atau

belum, (4) Guna menjamin keselamatan, pakailah pakaian pelindung dan masker

(pelindung pernafasan) dan sarung karet. Juga jangan makan, minum, dan

merokok selama melakukan pencampuran

(B) Penyemprotan : Dalam melakukan penyemprotan hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah: (1) Pilih volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang
akan di semprot, (2) Gunakan alat pengaman, berupa masker penutup hidung dan

mulut, kaos tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan panjang, (3)

Penyemprotan untuk golongan serangga sebaiknya saat stadium larva dan nimfa,

atau saat masih berupa telur, (4) Waktu baik untuk penyemprotan adalah pada

waktu terjadi aliran udara naik (thermik) yaitu antara pukul 08.00-11.00 WIB atau

sore hari pukul 15.00-18.00WIB, (5) Jangan melakukan disaat anginm kencang

karena banyak pestisida yang tidak mengenai sasaran. Jangan menyemprot dengan

melawan arah angin, karena cairan semprot bisa mengenai sasaran, (6)

Penyemprotan yang dilakukan saat hujan turun akan membuang tenaga dan biaya

sia-sia, (7) Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan

penyemprotan, (8) Alat semprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air

bekas cucian sebaiknya di buang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai,

(9) Penyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian

yang digunakan segera di cuci.

Dampak Pestisida terhadap Kesehatan ada dua tipe keracunan yang

ditimbulkan pestisida, yaitu:

1.Keracunan Akut

Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan

langsung pada saat itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala, pusing,

mual, sakit dada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih, kram. Diare,

sulit bernafas, pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Berdasarkan luas keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat dibagi 2

efek,yaitu:
a. Efek lokal

Efek lokal terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang

terkena kontak langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti rasa

kering, kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan kulit, mata

berair, batuk, dan sebagainya.

b. Efek sistemik

Efek sistemik terjadi jika pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dan

mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke seluruh

bagian dari tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati,

lambung, otot, usus, otak, dan syaraf.

2.Keracunan Kronis

Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan

membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang

ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah

paparan pestisida. Dampak kronis pestisida antara lain yaitu kanker, gangguan

hati, perut, sistem syaraf, sistem kekebalan tubuh, dan keseimbangan hormon.

Selain itu, dampak pestisida juga dapat sampai pada bayi melalui Air Susu Ibu

(ASI). Hal ini terjadi jika sang ibu terpapar pestisida.

Beberapa efek kesehatan kronis lainnya adalah sebagai berikut: (1) Sistem

syaraf, pestisida yang digunakan bidang pertanian sangat berbahaya bagi otak dan

syaraf, (2) Hati atau liver, karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi

menetralkan bahan kimia beracun, maka hati sering di rusak oleh pestisida, dapat

menyebabkan hepatitis, (3) Perut, yaitu muntah-muntah, sakit perut dan diare

adalah gejala umum keracunan pestisida. Banyak orang bekerja dengan pestisida

selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan


pestisida (baik sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh

secara umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding perut, (4) Sistem

kekebalan, reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia.

Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja

untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau

kecelakaan kerja. Alat pelindung diri yang seharusnya di pakai petani adalah:

1. Pakaian Kerja

Berguna untuk menutupi seluruh atau sebagian dari percikan bahan beracun.

Bahan dapat terbuat dari kain dril, kulit, plastik, asbes atau kain yang dilapisi

aluminium. Bentuknya dapat berupa apron (menutupi sebagian tubuh yaitu mulai

dada sampai lutut), celemek atau pakaian terusan dengan celana panjang, dan

lengan panjang (overalls).

2. Penutup Kepala

Untuk melindungi kepala dari percikan bahan beracun sebaiknya digunakan

alat pelindung kepala. Penutup kepala yang digunakan petani dapat berupa topi

atau tudung untuk melindungi kepala dari zat-zat kimia dan kondisi iklim yang

buruk. Harus terbuat dari bahan yang mempunyai celah atau lobang, biasanya

terbuat dari asbes, kulit, wol dan katun yang di campur aluminium.

3. Alat Pelindung Hidung dan Mulut.

Untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang

terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi atau rangsangan.

Penggunaan masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel masuk ke dalam

pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.

4. Sarung Tangan.
Untuk melindungi tangan dan bagian-bagian dari bahan-bahan kimia (padat

atau larutan). Sarung tangan dapat terbuat dari karet (melindungi diri dari paparan

bahan kimia), sehingga larutan pestisida tidak dapat masuk ke kulit.

5.Sepatu Kerja.

Untuk melindungi kaki dari larutan kimia. Sepatu kerja atau sepatu boot

sangat diperlukan pada penyemprotan pestisida. Dapat terbuat dari kulit, karet

sintetik atau plastik. Ketika menggunakan sepatu boot ujung celana tidak boleh

dimasukkan kedalam sepatu, karena cairan pestisida dapat masuk ke dalam sepatu

Pemilihan APD

Kebutuhan APD didasarkan pada bahaya dan resiko yang ada di tempat

kerja yang menyangkut tipe bahaya dan resiko, efek atau dampak yang

ditimbulkan, kecelakaan yang sering terjadi dan lain-lain. Dalam pemilihan APD

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Nyaman dipakai pada kondisi pekerjaan yang sesuai dengan desain alat

tersebut

2. Tidak mengganggu kerja dalam arti APD tersebut harus sesuai dengan

besar tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerak pengguna.

3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang khusus

sebagaimana APD tersebut didesain.

4. Alat-alat pelindung diri harus tahan lama.

5. Alat- alat pelindung diri tersebut mudah dibersihkan dan dirawat oleh

pekerja.

6. Harus ada desain, konstruksi, pengujian dan penggunaan APD sesuai

dengan standar.
Bahaya- bahaya yang Membutuhkan Penggunaan APD

Beberapa kemungkinan bahaya yang dapat ditemui di lingkungan

pekerjaan

seperti berikut ini :

1. Bahaya Kimia

Jika bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya, maka pekerja harus

memakai APD untuk mencegah terhirupnya atau terpercik bahan kimia tersebut ke

bagian tubuh pada saat penggunaan bahan kimia tersebut atau secara tidak sengaja

dapat menyebabkan kerusakan pada kulit.

2. Partikel-Partikel

Banyak pekerjaan yang dapat menyebabkan timbulnya debu atau kotoran

yang dapat membahayakan mata, selain itu jika debu atau kotoran tersebut

terhirup maka akan membahayakan paru- paru dan sistem pernafasan.

2. Panas dan Temperatur Tinggi

Tanpa APD yang benar-benar sesuai dan tepat pemakaiannya maka dalam

pelaksanaan proses atau pekerjaan yang menimbulkan panas dapat mencederai

atau membakar kulit dan melukai mata.

3. Radiasi Cahaya

Bahaya radiasi seperti dapur api, intensitas cahaya yang tinggi dari api

pengelasan, pemotongan yang menggunakan panas tinggi dan pekerjaan yang

menimbulkan radisai cahaya yang dapat merusak mata atau menggunakan radio

aktif yang bisa menyebabkan cidera bagi pekerja.

4. Pemindahan Bagian Dari Suatu Peralatan

Mesin-mesin yang mempunyai pelindung (guards) untuk mencegah hubungan

langsung antara pekerja dengan alat-alat atau mesin-mesin yang berputar. Kadang-
kadang bila pekerja lupa memindahkan ataupun memperbaiki mesin, lupa untuk

memasanganya kembali.

5. Kejatuhan Suatu Barang

Jika barang-barang ditempatkan pada ketinggian secara tidak benar atau

membawa alat-alat dan kurang hati-hati pada pada saat naik, maka barang tersebut

bisa lepas dan jatuh yang menyebabkan bahaya bagi orang yang ada dibawahnya

dan bisa mencederai bagian tubuh atau bagian kepala dan kaki.

7. Barang-barang tajam/runcing

Perkakas atau barang-barang yang tajam/runcing dapat membahayakan

tangan, kaki dan bagian tubuh lainnya bila tidak memakai alat pelindung diri.

Keadaan atau kondisi tempat kerjaBahaya juga dapat diakibatkan oleh keadaan

tempat kerja atau cara pekerja berdiri dan bergerak ketika mereka sedang

melakukan aktifitas pekerjaannya.

9.Jatuh Dari Ketinggian

Pekerja harus dilindungi dari bahaya jatuh pada saat bekerja di tempat

ketinggian, pekerja diharuskan memakai APD. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri

(APD)

Secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan:

1. Mencuci dengan air sabun, kemudian di bilas dengan air secukupnya.

Terutama untuk helm, kacamata, earplug dan sarung

tangankain/kulit/karet.

2. Menjemur di panas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada

helm.

3. Mencuci bersih sepatu boot setelah selesai digunakan


DAFTAR PUSTAKA

Mahyuni, E. L. 2015. Faktor Risiko Dalam Penggunaan Pestisida Terhadap


Keluhan Kesehatan Pada Petani Di Kecamatan Berastagi Kabupaten
Karo 2014. Jurnal Kesmas, Vol.9, No.1.

Yuantari, C. 2013. Gap Analisis Pengetahuan Dan Praktik Petani Dalam


Menggunakan Pestisida. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.
ASPEK KESELAMATAN KERJA DALAM PENGGUNAAN
PESTISIDA

PAPER

OLEH :

1. LIMARTHAIDA SIAHAAN 150301003


2. FEBER MEDIANI ZEBUA 150301006
3. NANDA AZNURA 150301014
4. DEVITA SARI SILITONGA 150301019
5. RIMA MELATI SIPAYUNG 150301023

AGROEKOTEKNOLOGI 1A

LABORATORIUM PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI


PROGRAM STUDIAGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Anda mungkin juga menyukai