Anda di halaman 1dari 6

EDUKASI PASIEN GIZI BURUK GIZI KURANG

Kelompok 3 Angkatan 2012

Ketua:
Vina Chanthyca Ayu

Sekretaris:
Rebeka Anatasia Marpaung

Anggota:
Yesi Eka Molita
Inthan Atika
Albaroka

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

1
LAPORAN VIDIOKLIP
GIZI BURUK

1. Latar Belakang
Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga
(kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya), masalah kesehatan,
kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja. Indonesia mengalami masalah gizi
ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara
menyeluruh sudah muncul masalah baru. Masalah gizi di Indonesia terutama KEP
masih lebih tinggi daripada Negara ASEAN lainnya.Sekarang ini masalah gizi
mengalami perkembangan yang sangat pesat, Malnutrisi masih saja melatarbelakangi
penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Sebagian besar
anak di dunia 80% yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin
akan bahan pangan kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro Keadaan kesehatan gizi
tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua
kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit
gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi buruk.
Gizi seseorang dapat dipengaruhi terhadap prestasi kerja dan produktivitas.
Pengaruh gizi terhadap perkembangan mental anak. Hal ini sehubungan dengan
terhambatnya pertumbuhan sel otak yang terjadi pada anak yang menderita gangguan
gizi pada usia sangat muda bahkan dalam kandungan. Berbagai factor yang secara
tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada balita.
Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap
bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan/pantangan yang merugikan, kesukaan
berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan
jarak kelahiran yang rapat.
Kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan manusia. Sekelompok kecil
penduduk dunia berpikir hendak makan dimana sementara kelompok lain masih
berkutat memeras keringat untuk memperoleh sesuap nasi. Dibandingkan orang
dewasa, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak anak boleh dibilang
sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan % berat badan, kebutuhan akan zat gizi
bagi bayi, balita, dan anak anak ternyata melampaui orang dewasa nyaris dua kali

2
lipat. Kebutuhan akan energi dapat ditaksir dengan cara mengukur luas permukaan
tubuh/menghitung secara langsung konsumsi energi itu ( yang hilang atau terpakai ).
Asupan energi dapat diperkirakan dengan jalan menghitung besaran energi yang
dikeluarkan. Jumlah keluaran energi dapat ditentukan secara sederhana berdasarkan
berat badan.
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan
masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek
pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.
Kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik
maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas dan produktifitas
penduduk. Timbulnya krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan
penurunan kegiatan produksi yang drastis akibatnya lapangan kerja berkurang dan
pendapatan perkapita turun. Hal ini jelas berdampak terhadap status gizi dan
kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan dan
timbulnya berbagai penyakit menular akibat lingkungan hidup yang tidak sehat.

2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan vidioklip ini adalah:
a. Memberitahukan kepada masyarakat hal hal apa saja yang menjadi ruang
lingkup dari masalah gizi buruk.
b. Menambah pengetahuan bagi masyarakat agar terbuka wawasannya mengenai
gizi buruk.
c. Memberikan gambaran klinis yang jelas mengenai penyakit gizi buruk.
d. Memberikan edukasi bagi masyarakat terkait ruang lingkup dari masalah gizi
buruk.

3. Sasaran
Sasaran vidioklip ini ialah medis, paramedis, dan mahasiswa kedokteran yang
berperan sebagai pemberi edukasi untuk mencegah gizi buruk. Kemudian, kepada
masyarakat yang berisiko mengalami gizi buruk yaitu keluarga ekonomi rendah,
keluarga dengan pendidikan rendah, dan keluarga dengan riwayat memiliki penyakit
bawaan.

3
4. Script
Vidioklip terbagi atas 3 bagian utama yaitu, pertama, pendahuluan yang memaparkan
latar belakang dan sasaran. Kedua, memaparkan mengenai komunikasi dokter-pasien
yang datang dengan keluhan diare berulang, pasien merupakan masyarakat dengan
ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, dan memiliki kesadaran yang rendah
mengenai gizi anaknya. Ketiga, memaparkan mengenai edukasi yang dilakukan
dokter kepada pasien.
I. Dialog Introduction
Kejadian gizi buruk di Indonesia memerlukan perhatian khusus melihat dari
tingginya angka morbiditas dan mortalitas yang dihasilkannya.Persentase
morbiditas gizi buruk di Indonesia tahun 2015 sebesar 14,9% dan mortalitas
sebesar 3,8%. Indonesia sebagai negeara berkembang dengan status
perekonomian yang rendah memiliki kaitan erat dengan kejadin gizi buruk
Menurut IDAI - Ikatan Dokter Anak Indonesia, ada 3 faktor utama penyebab
terjadinya gizi buruk, yaitu:
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Dan adanya faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: kelainan
jantung, TBC,
HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
Berdasarkan faktor penyebab tersebut, seharusnya kejadian gizi buruk dapat
dihindari apabila pelayanan kesehatan mampu memberi edukasi yang tepat
kepada keluarga yang berisiko terjadi gizi buruk. Berikut kami tampilkan
vidioklip yang membahas tentang gizi buruk.

II. Dialog Dokter- Pasien


Dokter : Selamat pagi bu, saya dr. Alba, dokter puskesmas yang bertugas pada
hari ini. Dengan ibu siapa?
Pasien 1 : Saya ibu Maymunah dok, ini aku bawak ipar aku Maysaroh, anaknyo
sakit terus.
Dokter : Oo anaknyo yang sakit, siapo namo anak ibu?
Pasien 2 : Maya dok namanya.

4
Dokter : Umurnya berapa bu?
Pasien 2 : 2 tahun dok.
Dokter : Maaf sebelumnya ibu, pekerjaan ibu apa?
Pasien 2 : aku nih tukang cuci dok
Dokter : Pendidikan terakhir ibu apa ya?
Pasien 1 : Dio nih dak pernah sekolah dok, nak kawen tu lah.
Dokter : Anaknya ada keluhan apa bu?
Pasien 2 : Anak aku nih mencret-mencret dok.
Dokter : Sudah berapa lama bu?
Pasien 2 : Adolah cak 2 minggu dok.
Dokter : Berapa banyak mencretnya dalam sehari bu?
Pasien 2 : La sering dok, ado cak 10 kali.
Dokter : Anak ibu sekarang sudah bisa apa bu?
Pasien 2 : Baru belajar jalan dok.
Dokter : Dikasih ASI dan anaknya bu?
Pasien 2 : Idak dok, dak sempet aku.
Dokter : Anaknya imunisasi tidak bu?
Pasien 1 : Idak pernah dok dio nih bawak anaknyo imunisasi, saro nian ngajak
emaknyo buat berobat.
Dokter : Sekarang anaknya makan apa bu?
Pasien 2 : Biasa dok, nasi bubur.
Dokter : Dulu anaknya lahir dimana bu, dibantu bidan atau dukun? Ingat berat
lahirnya?
Pasien 2 : Lahir di dukun dok. Idak inget aku dok.
Dokter : Baiklah ibu, saya akan lakukan pemeriksaan fisik pada anaknya,
anaknya dipersilahkan berbaring di meja pemeriksaan.
(Kemudian dokter menyebutkan hasil pemeriksaan, terapi dan edukasi)

III. Dialog Edukasi


Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak yang dinilai
melalui kurva berdasarkan berat badan per tinggi badan (BB/TB) <-3 SD.
Kemudian, pada anak ibu didaptkan tanda-tanda klinis berupa Marasmus yaitu:
o Badan nampak sangat kurus
o Wajah seperti orang tua

5
o Cengeng dan atau rewel
o Kulit tampak keriput, jaringan lemak subkutis sedikit sampai tidak ada
(pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/ baggy pants)
o Perut cekung
o Iga gambang
o Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis) dan diare

Pengobatan yang diberikan pada kasus ini ialah pemberiaan formula khusus
sesuai dengan kebutuhan anak ibu, serta oralit untuk mengatasi diare pada anak
dan beberapa obat tambahan lainnya. Kontrol 3 hari setelah pengobatan untuk
menilai status gizi.
Kemudian, yang paling penting adalah peran ibu sebagai orang tua untuk
memperhatikan gizi anak ibu dengan memberikan makanan yang bergizi dan
sesuai kebutuhan anak ibu.
Ibu juga sebaiknya rutin untuk membawa anak ibu ke pusat layanan
kesehatan untuk dilakukan skrining untuk melihat perkembangan anak ibu
melalui tinggi dan berat badan anak ibu.
Selain itu, ibu juga perlu menyempatkan diri untuk mengikuti penyuluhan
yang dilakukan oleh puskesmas sehingga ibu tau cara memberikan asupan nutrisi
yang baik untuk anak ibu dan bisa mengenali status gizi anak ibu.

Anda mungkin juga menyukai