Anda di halaman 1dari 53

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga, dan
masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan
melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dimana
ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji
kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat
langsung.
Perawat dalam mempratikkan keperawatannya harus memperhatikan
budaya dan keyakinan yang dimiliki oleh klien, sebagaimana yang disebutkan
oleh teori model Madeleine Leininger bahwa teori model ini memiliki tujuan
yaitu menyediakan bagi klien pelayanan spesifik secara kultural. Untuk
memberikan asuhan keperawatan dengan budaya tertentu, perlu
memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai kepercayaan ke dalam rencana
perawatan. Untuk menghadapi situasi ini penting bagi perawat untuk memahami
bahwa klien memiliki pendangan dan interpretasi mengenai penyakit dan
kesehatan yang berbeda. Pandangan tersebut didasarkan pada keyakinan sosial-
budaya klien. Perawat harus sensitif dan waspada terhadap keunikan warisan
budaya dan tradisi kesehatan klien dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Perawat harus
mengkaji dan mendengarkan dengan cermat tentang konsistensi warisan budaya
klien. Pengakajian tentang budaya klien merupakan pengkajian yang sisrematik
dan komprehensif dari nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik
individual, keluarga, komunitas. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk
mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat

1
menerapkan kesamaan budaya. Perawat dalam melakukan pengkajian terhadap
kebudayaan klien dimulai dari menentukan warisan kultural budaya klien, latar
belakang organisasi sosial, dan keterampilan bahasa serta menayakan penyebab
penyakit atau masalah untuk mengetahui klien mendapatkan pengobatan rakyat
secara tradisional baik secara ilmiah maupun mesogisoreligus atau kata ramah,
suci untuk mencegah dan mengatasi penyakit. Hal ini dilakukan untuk
pemenuhan kompoen pengakajian budaya untuk menyediakan informasi yang
berguna dalam mengumpulkan data kebudayaan klien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dasar dalam asuhan keperawatan?
2. Bagaimana implementasi sosial dan budaya dalam asuhan keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai implementasi antropologi terhadap kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui konsep dasar dalam asuhan keperawatan.
b. Untuk mengetahui implementasi sosial dan budaya dalam asuhan
keperawatan.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan informasi kepada mahasiswa lainnya mengenai konsep
dasar dalam asuhan keperawatan, dan implementasi sosial dan budaya dalam
asuhan keperawatan.
2. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan penulis mengenai konsep dasar dalam asuhan
keperawatan, dan implementasi sosial dan budaya dalam asuhan keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.1.1 Definisi Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada
klien/pasien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan, sesuai latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah
keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, bersifat humanistic, dan berdasarkan pada kebutuhan
objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Kozier dalam Sunaryo 2015 mengungkapkan bahwa asuhan
keperawatan merupakan bentuk kegiatan penting dari pelayanan kesehatan
yang berisi tentang kegiatan praktik keperawatan. Asuhan keperawatan
dilakukan menurut proses keperawatan, yaitu tindakan yang berurutan,
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah klien, membuat
rencana, melaksanakan dan mengevaluasi keberhasilan dari masalah yang
dihadapi oleh pasien. Sementara itu, Carpenito dalam Sunaryo 2015
mengungkapkan bahwa asuhan keperawatan adalah kegiatan perawat yang
dinamis dan membutuhkan kreativitas dan berlaku dalam rentang
kehidupan dan keadaan. Tahan dalam melakukan asuhan keperawatan
adalah pengkajian, diagnose keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi, dan evaluasi.
Asuhan keperawatan pada klien diberikan dalam upaya memenuhi
kebutuhan dasar klien. Maslow dalam Sunaryo 2015 mengungkapkan
bahwa manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu (1) kebutuhan
biologis dan fisiologis, meliputi kebutuhan oksigen, cairan, nutrisi,
elektrolit, dan seks; (2) kebutuhan rasa aman; (3) kebutuhan rasa cinta dan

3
mencintai; (4) kebutuhan akan harga diri; dan (5) kebutuhan aktualisasi
diri.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa asuhan
keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang
diberikan kepada pasien/klien secara berkesinambungan, melalui ilmu dan
seni dalam keperawatan yang dimulai dari pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi hingga evaluasi, agar
pasien mampu mandiri dalam memperbaiki atau memelihara derajat
kesehatannya secara optimal.
2.1.2 Tujuan Asuhan Keperawatan
Tujuan pemberian asuhan keperawatan adalah membantu individu
untuk mandiri, mengajak individu dan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam bidang-bidang kesehatan, membantu individu mengembangkan
potensi untuk memelihara kesehatan secara optimal agar tidak bergantung
pada orang lain dalam memelihara kesehatannya, dan membantu individu
memperoleh derajat kesehatannya yang optimal.
2.1.3 Strategi Asuhan Keperawatan
Strategi yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
mencakup melindungi atau mempertahankan budaya, mengakomodasi
atau menegosiasi budaya, dan merestrukturisasi budaya klien. Strategi
pertama adalah mempertahankan budaya. Mempertahankan budaya
dilakukan apabila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan
nilai-nilai yang relevan dan telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya. Misalnya,
budaya berolahraga setiap pagi, budaya makan makanan yang bergizi, dan
budaya tidak merokok.

4
Strategi kedua adalah mengakomodasi atau menegosiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan utnuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih
dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan. Misalnya, klien sedang hamil mempunayai pantang makan
yang berbau amis sehingga ikan dapat diganti dengan sumber protein
hewani yang lain.
Strategi ketiga adalah merestrukturisasi budaya. Restrukturisasi
budaya klien dilakuakn bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi daya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang
dipilih biasanya yang lebih baik.
2.1.4 Model Konseptual Asuhan Keperawatan
Model konseptual asuhan keperawatan yang dikembangkan oleh
Leininger dan McFarland dalam Sunaryo 2015 digambarkan dalam
bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Model ini menyatakan bahwa
proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir
dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh klien.
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
1. Pengkajian
Pengakajian diartikan sebagai upaya mengumpulkan data
secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik,
mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahap pengkajian
mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan

5
penentuan masalah kesehatan serta keperawatan. Tujuan dari
pengumpulan data adalah diperolehnya data dan informasi mengenai
masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan
tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, mental, sosial, dan spiritual serta faktor
lingkungan yang dapat memengaruhinya. Data yang dikumpulkan
harus akurat dan mudah dianalisis.
Jenis-jenis data yang harus dikumpulkan meliputi data objektif
(data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan
pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit);
dan data subjektif (data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan
pasien atau dari keluarga pasien/saksi lain, misalnya pasien merasa
kepalanya pusing, perutnya sakit, nyeri, perut kembung, dada nyeri,
dan mual). Dalam mengumpulkan data, data harus berfokus pada
status kesehatan sebelumnya dan sekarang, respons terhadap terapi
medis dan tindakan keperawatan, risiko untuk masalah potensial dn
hal-hal yang menjadi dukungan atau kekuatan klien.
Setelah data terkumpul, data tersebut perlu dianalisis, yaitu
dengan mengembangkan pikiran yang rasional sesuai dengan latar
belakang ilmu pengetahuan. Tindakan selanjutnya adalah merumuskan
permasalah yang terkait dengan kesehatan. Masalah kesehatan tersebut
ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan, namun ada
juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.
Giger dan Davidhizar dalam Sunaryo 2015 mengungkapkan
bahwa pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien harus dilakukan sesuai
dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dilakukan berdasarkan
pada tujuh komponen yang ada pada sunrise model, yaitu

6
a. Faktor teknologi
Dengan teknologi dalam bidang kesehatan, individu
memungkinkan untuk memilih atau mendapat alternatif dalam
menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan/keperawatan. Dalam
hal ini, perawat perlu mengkaji persepsi sehat-sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif, dan
persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan
pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama
memberikan moivasi yang sangat luas untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang
dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor,
seperti nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai budaya dan gaya hidup
Nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.
Norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya yang bersangkutan.

7
Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
memberishkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah
segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhan keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji pada tahap
ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, dan
cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-
sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, dan penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin
tinggi pendidikan klien, semakin tinggi keyakinan klien dalam
memercayai bukti-bukti ilmiah yang rasionaldan individu tersebut
dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondsi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :
tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan, serta kemampuannya

8
untuk belajar secara aktif dan mandiri tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan dibuat dengan menentukan prioritas
masalah berdasarkan kriteria petingdan segera. Penting berarti
mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan
komplikasi, sedangkan segera berarti mencakup waktu (misalnya,
pada pasien stroke yang tidak sadar, tindakan harus segera dilakukan
untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian).
Disamping itu, prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan Maslow dalam Sunaryo 2015, yaitu keadaan yang
mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, serta
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
Menurut Giger & Davidhizar dalam Sunaryo 2015, diagnosis
keperawatan adalah respons klien sesuai latar belakang budayanya
yang dapat dicegah, diubah, atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. Tiga diagnosis keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transtruktural meliputi hambatan
komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultul, hambatan
interaksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosialkultural, dan
ketidakpatuhan terhadap pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini. Sementara itu, Carpenito dalam Sunaryo 2015
mengungkapkan bahwa diagnosis keperawatan adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan respons manusia ( status kesehatan atau
resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok ketika perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,
mencegah dan mengubah.

9
Diagnosis keperawatan dibedakan menjadi diagnosis actual,
risiko, potensial, dan sejahtera. Diagnosis actual merupakan diagnosis
yang menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik
yang ditemukan. Sementara itu, diagnosis risiko merupakan diagnosis
yang menjelaskan masalah kesehatan nyata yang akan terjadi tidak
dilakukan intervensi. Kemudian, diagnosis potensial merupakan
diagnosis yang menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan potensial. Diagnosis sejahtera
meliputi keputusan klinis tentang keadaan individu, keluarga, atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat dari tingkat sejahtera tertentu ke
tingkat sejahtera yang lebih tinggi.
3. Perencanaan
Perencanaan menurut Gordon dalam Sunaryo 2015 adalah
semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih dari status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang
diharapkan. Perencanaan merupakan pedoman tertulis untuk perawat
klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat
dengan cepatmengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan.
Rencama asuhan keperawatan yang dirumuskan dengan tepat
memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari suatu perawat ke
perawat lainnya. Akibatnya, semua perawat mempunyai kesempatan
untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.
Potter dalam Sunaryo 2015 mengemukakan bahwa rencana
asuhan keperawatan yang tertulis dapat mengatur pertukaran informasi
oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan
tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang dan
merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan

10
disusun dan ditunjukan pada nursing order untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan
yang spesifik di laksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mengaruhi masalah kesehatan klien. Secara singkat, dapat dirumuskan
bahwa rencana asuhan keperawat adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan asuhan keperawatan adalah melaksanakan
tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien
Berkaitan dengan transkultural keperawatan, ada tiga pedoman
yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan asuhan keperawatan,
yaitu mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila bdaya klien
tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasikan budaya
klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan, dan
mengubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan
dengan kesehatan
Mempertahankan budaya yang dimiliki dapat dilakukan
dengan cara identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
tentang proses melahirkan dan perawatan bayi, bersikap tenang dan
tidak terburu-burusaat berinteraksi dengan klien, serta mendiskusikan
kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat.
Mengakomodasikan budaya dapat dilakukan dengan cara
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien, melibatkan
keluarga dalam perencanaan perawatan, serta melakukan negosiasi
apabila konflik tidak terselesaikan yang kesepakatannya ditetapkan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien, dan standar etik.
Mengubah budaya klien dapat dilakukan dengan cara memberi
kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya, menentukan tingkat perbedaan pasien melihat
dirinya dari budaya kelompok, menggunakan pihak ketiga bila perlu,

11
menerjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua, serta memberikan
informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba memahami budaya masing-
masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya
budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien, rasa tidak
percaya akan terjadi sehingga hubungan terapeutik antara perawat
dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien sangat
mendasari efektivitas keberhasilan dalam menciptakan hubungan
perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
4. Implementasi
Tahap dalam implementasi keperawatan meliputi (1) tahap
persiapan, yaitu tahap awal tindakan keperawatan yang menuntut
perawat untuk mengevaluasi tentang hal yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan; (2) tahap intervensi, yaitu tahap kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional (pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan independen, dependen, dan interdependen; dan (3) tahap
dokumentasi, yaitu tahap dilakukannya pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan setelah
selesai dilakukannya pelaksanaan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sementara itu, keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan

12
sehari-hari dan kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya.
Terdapat tiga kemungkinan hasil evaluasi, yaitu tujuan
tercapai, tujuan tercapai sebagian, tujuan tidak tercapai. Tujuan
tercapai apabila pasien telah menunjukkan perbaikan atau kemajuan
sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan tercapai sebagian apabila
tujuan itu tidak tercapai secara maksimal sehingga perlu dicari
penyebab dan cara mengatasinya. Tujuan tidak tercapai apabila pasien
tidak menunjukkan perubahan atau kemajuan sama sekali bahkan
terjadi masalah baru. Dalam hal ini, perawat perlu untuk mengkaji
secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosis,
tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan. Setelah perawat melakukan seluruh
proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada
pasien, seluruh tindakannya harus didokumentasikan dengan benar
dalam dokumentasi keperawatan.
2.2 Implementasi Sosial dan Budaya dalam Asuhan Keperawatan
2.2.1 Asuhan Keperawatan Anak
Studi Kasus
Anak R berjenis kelamin perempuan, berusia 3 tahun dan beralamat di
Desa Karangduren, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Anak R
adalah anak kandung dari Tn. A dan Ibu S. Menurut ibu S, anaknya sudah
beberapa hari sakit panas, sering mengigau dan sulit makan sehingga
badannya terlihat kurus. Menurut kepercayaan orang tuanya, anaknya
panas karena bermain-main di tempat yang angker di sekitar rumahnya.
Selanjutnya, orang tuanya meminta pertolongan ke dukun di desanya.
Anak R diberi segelas air putih untuk diminum, namun upaya tersebut
tidak berhasil. Anak R tidak segera dibawa ke RS karena ia takut dan

13
menangis bila berhadapan dengan petugas kesehatan. Pada saat
mahasiswa perawat mewawancarai, anak R sudah sehari dirawat di sebuah
RS.
1. Pengkajian
Nama Perawat : Tia
Tgl Pengkajian : 10 Maret 2017
Jam Pengkajian : 11.00 WIB
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama Pasien : An. R
Usia : 3 Tahun
Tmp/Tgl Lahir : Banyumas, 12 Februari 2014
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Alamat : Desa Karangduren, Kecamatan
Sokarja, Kabupaten Banyumas
Bangsa : Indonesia
Tgl Masuk RS : 9 Maret 2017
Jam masuk RS : 08.00 WIB
No Rekam Medis : 11130035
2) Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. A
Usia : 35 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Status pernikahan : Menikah

14
Hubungan dengan Klien: Ayah
Alamat : Desa Karangduren, Kecamatan
Sokarja, Kabupaten Banyumas
Bangsa : Indonesia
b. Faktor Teknologi
Persepsi klien tentang penggunaaan dan pemanfaatan teknologi
untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini adalah keluarga
jarang memeriksakan kondisi klien ke dokter maupun rumah sakit,
biasanya keluarga klien cukup datang ke dukun, selain itu juga
sering menggunakan obat-obatan tradisional untuk menyembuhkan
segala penyakit.
c. Faktor Agama dan Filosofi
Agama yang dianut klien yaitu islam, keyakinan agama yang
dianut klien tidak bertentangan dengan kesehatan, klien dan
keluarga klien mempunyai pandangan bahwa sakit yang diderita
menurut ajaran agamanya adalah suatu gangguan dari makhluk
gaib, biasanya untuk mengurangi sakit yang diderita, klien dan
keluarga klien pergi ke dukun dan meminta doa-doa agar penyakit
yang diderita bisa berkurang.
d. Faktor Sosial dan Ikatan Kekerabatan
Klien bernama An. R berumur 3 tahun, berjenis kelamin
perempuan, status dalam keluarga adalah anak kandung dari
pasangan Bp. A dan Ny. S, klien adalah anak ketiga dari tiga
bersaudara. Klien tinggal satu rumah dengan keluarganya.
Pengambilan keputusan dalam keluarganya adalah Tn. A selaku
Ayah klien.
e. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup

15
Orang tua klien adalah seorang petani, tidak memiliki jabatan
dalam pekerjaan, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa jawa. Klien memiliki kebiasaan mandi 2 kali sehari,
kebiasaan makan klien tidak teratur. Klien tidak memiliki
pantangan makanan yang berkaitan dengan kondisi sakit, namun
makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi karena
hanya makan nasi dengan lauk seadanya. Sarana hiburan yang
biasa dimanfaatkan berkaitan dengan aktivitas sehari-hari adalah
menonton TV. Konsep sakit menurut kepercayaan klien adalah
sakit jika tidak mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Dikatakan sehat apabila mampu menjalankan aktifitas sehari-hari.
Keluarga percaya pada kekuatan supernatural, klien dan keluarga
juga sangat percaya bahwa kekuatan dukun sangat ampuh. Ibu
beranggapan bahwa anaknya sakit panas saat ini, yang ditandai
dengan sering mengigau karena kemasukan roh halus yang berasal
dari tempat bermain yang angker. Selain itu, klien takut dan
menangis bila berhadapan dengan petugas kesehatan.
f. Faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku
1) Peraturan dan kebijakan yang berkenaan dengan jam
berkunjung : pagi pukul 11.00-13.00 WIB, sore pukuul 16.00-
18.00, hari libur pukul 10.00-14.00 dan 16.00-18.00.
2) Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu: 1 orang
3) Hak dan kewajiban klien yang harus dikontrakkan klien oleh
rumah sakit: hak pasien adalah memperoleh pelayanan
kesehatan yang baik dan pengakuan tentang sakitnya.
Kewajibannya adalah memperoleh kesembuhan dan tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain.
4) Cara pembayaran untuk klien yang dirawat: JAMKESMAS

16
g. Faktor Ekonomi
Sumber ekonomi yang dimanfaatkan oleh klien adalah penghasilan
orang tua. Klien tidak memiliki tabungan maupun patungan antar
anggota keluarga. Sumber biaya pengobatan yang digunakan
adalah melalui JAMKESMAS.
h. Faktor Pendidikan
Klien pada saat ini belum bersekolah. Klien tidak memahami apa
arti sehat dan apa arti sakit yang sesungguhnya. Tingkat
pendidikan keluarga baik Ayah maupun ibu hanya sebatas tamatan
SD.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a) Mata : sembab
b) Wajah : pucat
c) Bibir : kering
d) Kepala : rambut agak kemerahan
e) Abdomen : perut bulat
f) Kulit : kulit agak bersisik, keadaan turgor kulit
normal.
2) Palpasi
Pembesaran hati tidak ada.
3) Auskultasi
Bising usus : 14x/menit
j. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah : trombosit (250.000 sel/mm3), tifus
1/300
2) Pemeriksaan urine : tidak dilakukan
3) Uji faal hati : tidak dilakukan

17
4) EKG : tidak dilakukan
5) Ronsen paru : tidak dilakukan
6) Tekanan darah : 110/70 mmHg
7) Suhu : 39C
8) Pernafasan : 24x/menit
2. Analisis Data
Tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi
10 DS: Ketidakpatuhan Sistem nilai
Maret 1. Ibu S mengatakanbahwa terhadap yang diyakini
2017 anaknya sudah beberapa pengobatan
09.00 hari panas.
WIB 2. Ibu S mengatakan bahwa
sakit anaknya disebabkan
karena bermain di tempat
yang angker di sekitar
rumahnya.
DO:
1. Anak R tampak lemah
dan lesu
10 DS: Hipertermia Infeksi penyakit
Maret 1. Ibu S mengatakan
2017 anaknya sudah beberapa
10.00 hari panas dan mengigau
WIB DO:
1. Suhu tubuh : 39C
2. TD: 110/70 mmHg
3. Pemeriksaan lab: tifus =
1/300

18
10 DS: Kurang Disorientasi
Maret 1. Ibu S mengatakan bahwa pengetahuan sosial
2017 anaknya takut dan
10.00 menangis bila
WIB berhadapan dengan
petugas kesehatan.
DO:
1. Anak R tampak takut
2. Anak R tampak tidak
kooperatif saat akan
dilakukan tindakan
keperawatan
3. Anak R menangis ketika
melihat petugas
kesehatan
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakpatuhan keluarga terhadap pengobatan berhubungan dengan
system nilai yang diyakini yang ditandai dengan:
1) DS: Ibu S mengatakan bahwa sakit anaknya disebabkan oleh
roh halus.
2) DO: Anak R terlihat lemah dan lesu
b. Hipertermia berhubungan dengan infeksi penyakit yang ditandai
dengan:
1) DS: Ibu S mengatakan anaknya sudah beberpa hari panas dan
mengigau.
2) DO:
a) Suhu tubuh: 39C
b) Pemeriksaan lab: tifus = 1/300

19
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan disorientasi social yang
ditandai dengan:
1) DS: Ibu S mengatakan bahwa anaknya takut dan menangis
ketika bertemu dengan petugas kesehatan.
2) DO:
a) Anak R tampak takut
b) Anak R tampak tidak kooperatif saat akan dilakukan
tindakan keperawatan
c) Anak R menangis ketika melihat petugas kesehatan
4. Intervensi Keperawatan
No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Nama
dan TTD
Dx 1 Setelah pemberian asuhan 1. Lakukan pendekatan Tia
keperawatan selama 224 pada pasien dan
jam, diharapkan keluarganya.
ketidakpatuhan terhadap 2. Identifikasi
pengobatan dapat perbedaan konsep
berkurang dengan criteria antara klien dengan
hasil: perawat.
1. Ibu S tidak beranggapan 3. Tidak terburu-buru
bahwa sakit panas dan dan bersikap tenang
mengigau anaknya saat berinteraksi
bukan karena roh halus. dengan klien
2. Ibu S akan membawa maupun
anaknya langsung keluarganya.
berobat ke petugas 4. Diskusikan
kesehatan/RS tanpa kesenjangan budaya
dibawa ke dukun yang dimiliki klien

20
terlebih dahulu. serta keluarganya
dan perawat.
5. Beri kesempatan
kepada klien serta
keluarganya untuk
memahami
informasi yang
diberikan dan
melaksanakannya.
Dx 2 Setelah dilakukan asuhan 1. Pertahankan suhu Tia
keperawatan selama 324 tubuh dalam
jam, diharapkan klien dapat keadaan normal
mempertahankan suhu 2. Pantau tanda-tanda
tubuh dalam batas normal vital
dengan criteria hasil: 3. Cegah terjadinya
1. Ibu mengatakan anaknya komplikasi
tidak panas dan tidak
mengigau
2. Suhu tubuh 37C
Dx 3 Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pendekatan Tia
keperawatan selama 124 pada pasien dan
jam pengetahuan ibu keluarganya
berhubungan dengan 2. Terjemahkan
disorientasi social dapat terminology gejala
meningkat dengan criteria pasien ke dalam
hasil: bahasa kesehatan
1. Ibu klien mengatakan yang dapat dipahami
kalau anaknya sudah oleh klien serta

21
tidak takut langi jika keluarganya.
melihat/di datangi oleh 3. Berikan informasi
perawat. pada klien dan
2. Anaknya tidak tampak keluarganya tentang
bingung. sistem pelayanan
3. Anaknya dapat kesehatan.
kooperatif saat akan 4. Libatkan keluarga
dilakukan tibndakan dalam perencanaan
keperawatan. perawatan.
5. Lakukan negosiasi
yang
kesepakatannya
berdasarkan
pengetahuan
biomedis,
pandangan klien,
dan standar etik
apabila konflik tidak
terselesaikan.

5. Implementasi
No. Dx Tgl/Jam Implementasi Nama dan TTD
Dx 1 11 1. Melakukan pendekatan pada Tia
Maret pasien dan keluarganya.
2017 2. Mengidentifikasi perbedaan
09.00 konsep antara klien dengan
WIB perawat.
3. Menghadapi pasien dengan sikap

22
tidak terburu-buru dan bersikap
tenang saat berinteraksi dengan
klien maupun keluarganya.
4. Mendiskusikan kesenjangan
budaya yang dimiliki klien serta
keluarganya dan perawat.
5. Memberi kesempatan kepada
klien serta keluarganya untuk
memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya.
Dx 2 11 1. Mempertahankan suhu tubuh Tia
Maret dalam keadaan normal
2017 2. Memantau tanda-tanda vital
09.30 3. Mencegah terjadinya
WIB komplikasi
Dx 3 11 1. Melakukan pendekatan pada Tia
Maret pasien dan keluarganya
2017 2. Menerjemahkan terminology
10.00 gejala pasien ke dalam bahasa
WIB kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien serta
keluarganya.
3. Memberikan informasi pada
klien dan keluarganya tenang
sistem pelayanan kesehatan.
4. Melibatkan keluarga dalam
perencanaan perawatan.
5. Melakukan negosiasi yang

23
kesepakatannya berdasarkan
pengetahuan biomedis,
pandangan klien, dan standar
etik apabila konflik tidak
terselesaikan.
Dx 2 12 1. Mempertahankan suhu tubuh Tia
Maret dalam keadaan normal
2017 2. Memantau tanda-tanda vital
09.00 3. Mencegah terjadinya
WIB komplikasi

6. Evaluasi
No. Dx Tgl/Jam Evaluasi Nama dan
TTD
Dx 1 11 S : Ibu sudah memahami bahwa sakit Tia
Maret panas dan mengigau anaknya bukan
2017 karena roh halus.
09.00 O : Ibu memberikan obat-obatan dari
WIB RS
A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan
Dx 2 11 S : Ibu mengatakan panas sudah mulai Tia
Maret turun.
2017 O : suhu 38C, TD 110/70 mmHg,
09.30 RR: 24/Menit.
WIB A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi
1. Pertahankan suhu tubuh

24
normal
2. Pantau tanda-tanda vital
3. Cegah terjadinya komplikasi
Dx 3 11 S : Ibu klien mengatakan bahwa Tia
Maret anaknya sudah tidak takut lagi jika
2017 didatangi oleh petugas kesehatan
10.00 O : anak terlihat kooperatif saat akan
WIB dilakukan tindakan keperawatan
A : tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan
Dx 2 12 S : Ibu klien mengatakan suhu tubuh Tia
Maret An. R sudah tidak terasa panas lagi
2017 O : Suhu 37C, TD: 110/70 mmHg,
09.00 RR: 24x/menit, tifus: 1/200
WIB A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan

2.2.2 Asuhan Keperawatan Individu


Studi Kasus
Klien bernama Ny.Ay 35 tahun, beragama kristen protestan, pendidikan
terakhir SMP, bekerja sebagai pedagang, suku batak,diagnosis medis
abortus.Klien hamil 10 minggu,klien sangat mengharapkan memiliki anak
sebagai penerus marga keturunannya nanti.Klien mengeluh mengalami
pendarahan dan perut mulas-mulas selama 3 hari, pasien pun segera ke
dukun untuk berobat. Setibanya Ny. Ay didukun dia hanya dipijat bagian
perutnya serta diberikan rauan dan diperbolehkan pulang. Keesokannya
Ny. Ay pun belum juga membaik dan mencoba memeriksakan dirinya ke

25
dokter kandungan atas saran tetangganya.Klien dianjurkan untuk kuratase
oleh dokter kandungan dikarenakan bayi yang dikandung Ny. Ay sudah
tidak berkembang. Selama ini klien memeriksakan kehamilannya di dukun
dan berencana akan melahirkan disana.Klien mendapati informasi tentang
kehamilan dari mertuanya.Klien masih percaya pada sihir dan hal-hal
gaib,mereka percaya banyak anak banyak rejeki dan percaya bahwa
abortus merupakan perbuatan dosa.Setelah di diagnosis abortus,klien tidak
menerima dan merencanakan akan berobat kembali kedukun.Mereka
menganggap hal itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam
menyediakan sesaji.Hubungan kekerabatan yang lebih dominan adalah
pihak laki-laki,pola pengambilan keputusan di pihak laki-laki.Pantangan
makanan jantung pisang, buah nanas muda, gurita,dan air kelapa
sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau pohon yang
tinggi dan dilarang untuk membunuh binatang, karena mereka percaya
jika suaminya membunuh binatang kelak anaknya lahir akan menyerupai
binatang tersebut.Aturan dan kebijakan di atur oleh pemuka agama dan
para santri. Ny. Ay dan suaminya sudah menyiapkan tabungan untuk
persalinannya ini.
1. Pengkajian
a. Faktor Teknologi
Dari kasus diatas, faktor teknologinya yaitu Ny.Ay dan suaminya
kurang memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu USG, selama
hamil Ny. Ayahnya memeriksakan kandungannya kedukun dan
tidak pernah di USG. Setelah mencoba memeriksakan
kandungannya ke dokter atas saran tetangganya, Ia dianjurkan
untuk kuratase,
Alasannya yaitu karena merupakan salah satu pilihan Ny.Ay dalam
memecahkan masalah kesehatannya.

26
b. Faktor social dan ketertarikan keluarga
Dari kasus di atas, klien yang bernama Ny.Ay berumur 35 tahun
tipe keluarganya hubungan kekerabatan yang lebih dominan pihak
laki-laki. Hubungan Ny.Ay dengan kepala keluarga adalah suami
istri. Pola pengambilan keputusan di pihak laki-laki, Ny.Ay
mendapat informasi tentang kehamilan dari mertuanya.
c. Faktor agama dan falsafah hidup
Adapun agama yang di anut Ny. Ay adalah kristen protestan, status
pernikahannya resmi. Ny.Ay memandang penyakit itu masih
disebabkan oleh sihir dan hal-hal gaib, Ny.Ay percaya bahwa
abortus yang dideritanya itua akibat ibunya melanggar pantangan
dalam menyediakan sesaji, danNy.Ay berobat rencananya ke
dukun.
d. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Pantangan Ny.Ay yaitu memakan makanan jantung pisang, nanas
muda, gurita dan air kelapa sedangkan suaminya pantang
memanjat pohon kelapa atau pohon yang tinggi serta membunuh
binatang, alasannya yaitu jika memakan jantung pisang dapat
membahayakan tinggi kehamilannya, dan jika memakan nanas
muda dan gurita mungkin dapat menggugurkan kehamilannya
karena gurita itu licin, sedangkan air kelapa memang kehamilan
usia muda tidak di perbolehkan meminum air kelapa serta pada
suami di larang memanjat pohon yang tinggi karna takut
kehamilannya gugur karena diibaratkan jatuh dari pohon dan
membunuh binatang karena takut kelak ketika anaknya lahir mirip
binatang yang dibunuh.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku

27
Aturan dan kebijakan disana diatur oleh pemuka agama dan para
santri. Alasannya karna di sana memang budayanya seperti itu,
agamanya kental sehingga aturan dan kebijakan di atur oleh
pemuka agama dan para santri.
f. Faktor ekonomi
Pekerjaan Ny.Ay adalah pedagang, serta ada tabungan yang sudah
dipersiapkan oleh keluarga untuk persalinan ini. Karena ada
tabungan yang telah di persiapkan oleh keluarga sehingga Ny.Ay
sudah agak lega dan siap untuk persiapan kelahirannya.
g. Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan Ny.Ay adalah SMP, karena tingkat
pendidikannya SMP tersebut yang notabene di negara kita
dianggap dibawah rata-rata dari yang seharusnya, maka pandangan
Ny.Ay dann keluarga tentang penyakit berbeda dengan orang-
orang yang berpendidikan tinggi.
2. Analisis Data
a. Data subyektif
1) Keluarga mengatakan Ny.Ay sejak 3 hari lalu mengalami
pendarahan dan perut mulas-mulas.
2) Keluarga mengatakan bahwa Ny.Ay di diagnosis medis
abortus.
b. Data obyektif
1) 3 hari lalu Ny.Ay mengalami pendarahan dan perut mulas-
mulas.
2) Hasil pemeriksaan medis, Ny.Ay di diagnosis abortus karena
bayinya sudah tidak berkembang.
c. Data subyektif

28
1) Keluarga mengatakan Ny.Ay di bawa ke dukun dulu dan
sudah diobati dengan dipijat dan diberi ramuan.
2) Keluarga mengatakan bahwa Ny.Ay akan di rencanakan
melahirkan di sana.
Resiko terjadinya abortus.
Resiko terjadinya kesalahan dalam pengobatan di sana.
Perubahan pemeliharaan kesehatan Ny.Ay
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.
Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan dan kemajuan teknologi.
3. Daftar Diagnosis Keperawatan
a. Resiko terjadinya abortus berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat keluarga yang sakit dan kurangnya pengetahuan
tentang pengobatan medis.
b. Resiko terjadinya kesalahan dalam pengobatan disana
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan dan tenaga pengobatan yang tidak profesional
dan terstandar.
c. Perubahan pemeliharaan kesehatan Ny.Ay berhubungan rendahnya
pengetahuan keluarga tentang kesehatan.
4. Diagnosis Keperawatan
a. Mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatannya, dari
kasus di atas yang bisa di pertahankan adalah aturan dan kebijakan
diatur oleh pemuka agama dan para santri.
b. Membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan,dari kasus
di atas pantangan makanan jantung pisang, nanas muda, gurita dan

29
air kelapa bisa di ganti dengan yang lain,mungkin bisa dengan
sayur yang lain dan juga air kelapa bisa di ganti dengan air biasa.
c. Mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan
budaya yang baru. Dari kasus di atas mungkin budaya berobat ke
dukun bisa di ganti dengan berobat ke medis/dokter dan lebih
memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan kemajuan teknologi.
5. Rencana Keperawatan
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara perawat dan Ny.Ay
tersebut.
2) Perbedaan konsep perawat dan Ny.Ay terletak pada
kepercayaan Ny.Ay yang masih percaya pada sihir dan hal-hal
gaib.
3) Perawat harus tenang dan tidak terburu-buru berinteraksi
dengan Ny.Ay. Perawat bisa perlahan-lahan untuk
berkomunikasi dengan Ny.Ay.
4) Lalu perawat bisa mendiskusikan perbedaan budaya yang
dimilikinya dengan Ny.Ay yang masih percaya kepada dukun
serta sihir dan hal-hal gaib.
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Perawat bisa menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh
Ny.Ay seperti bahasa sehari-harinya dan menghindari
penggunaan bahasa medis.
2) Kemudian dalam perencanaan perawatan perawat bisa
melibatkan keluarga NyAy. seperti suami, ibunya atau
mertuanya.
3) Jika konflik tidak terselesaikan, lakukanlah negosiasi dengan
Ny. Ay berdasarkan pengetahuan biomedis perawat tersebut.

30
c. Cultural care repartening/reconstruction
1) Selanjutnya perawat bisa memberikan kesempatan pada Ny.Ay
untuk memahami informasi yang telah diberikan dan
melakukannya.
2) Lalu tentukan tingkat perbedaan Ny.Ay melihat dirinya dari
budaya kelompoknya sendiri.
3) Kemudian gunakan pihak ketiga bila perlu, seperti tetangga
atau kerabat dekat Ny.Ay.
4) Dan terjemahkan terminology gejala Ny.Ay tersebut kedalam
bahasa kesehatan yang mudah dipahami Ny.Ay dan orang
tuanya.
5) Terakhir berikan informasi pada Ny.Ay tentang sistem
pelayanan kesehatan.
6. Rencana Tindakan
a. Kaji seberapa jauh keyakinan pasien dan keluarga
b. Anjurkan keluarga klien menyalakan sesaji di rumah dan
mendoakan dari rumah
c. Kaji individu terhadap perubahan-perubahan yang baru dialami
klien.
d. Gali pengertian individu tentang masalah-masalah dan
pengharapannya pada pengobatan dan hasil-hasil diharapkan.
e. Tetapkan apakah keyakinan realistis atau tepat.
f. Pastikan hak-hak pasien untuk menolak semua atau sebagian dari
aturan pengobatan yang dianjurka
2.2.3 Asuhan Keperawatan Maternitas
Study Kasus
Ny.P umur 21 tahun, agama islam, pendidikan SMP, pekerjaan sebagai
ibu rumah tangga, klien menikah dengan Tn.W 24 tahun, agama Islam,

31
pendidikan SMA, pekerjaan pedagang, suku Sunda dan tinggal bersama
mertuanya. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang pertama. Usia
kehamilan 8 minggu. Ny.P mendapat informasi tentang kehamilan dari
mertuanya. Ny.P merasa pusing, lemas dan pucat selama 3 hari. Kemudian
Ny.P memeriksakan keadaan dan kehamilannnya di rumah sakit. Setelah
diperiksa keadaannnya, seperti tensi, berat badan, tinggi badan, lingkar
panggul, USG dan lain-lain. Lalu, dokter memberi advis untuk cek darah
yang dapat menunjang diagnosis Ny.P. Dari hasil, pemeriksaan tersebut
didapatkan bahwa kadar Hemoglobin (Hb)nya 8 mg/dl dan dari hasil USG
tersebut didapatkan bahwa bayi Ny.P adalah seorang perempuan dan
sungsang. Dokter menyimpulkan bahwa Ny.P menderita anemia.
Kemudian Dokter mengkaji pola makan, istirahat, pola aktivitas dan lain-
lainnya.
Dari hasil pengkajian tersebut, di daerahnya masih percaya pada sihir dan
hal-hal gaib. Pada saat istrinya hamil, suaminya maupun semua anggota
keluarganya tidak boleh membunuh binatang yang mengakibatkan
nantinya anaknya lahir cacat dan didapatkan pantangan makanan pada ibu
hamil yang di yakini di daerahnya yaitu ibu hamil tidak boleh makan ikan
laut karena bisa menyebabkan ASInya menjadi Asin. Ny.P sering
mengkonsumsi jamu yang dianjurkan mertuanya agar setelah bayinya
lahir tidak amis. Kepercayaan tersebut diyakini dan dipatuhi oleh mertua
dan semua anggota keluarganya dari pihak laki-laki. Dokter menganjurkan
Ny.P untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan, sering berolahraga
(jalan-jalan), dianjurkan untuk melakukan senam hamil, istirahat yang
cukup dan diberi obat/ vitamin penambah darah (Zat Besi). Dari hasil
USG menyatakan bahwa bayi Ny.P sungsang kemudian Ny.P dan
mertuanya membawa ke dukun bayi untuk dipijatkan perutnya. Setelah
beberapa hari, keadaan Ny.P tidak membaik karena Ny.P tidak bisa atau

32
jarang minum obat yang diberikan oleh dokter. Akhirnya, ibu di rawat
inap di RS. S.
1. Pengkajian
Nama perawat : Winda
Tgl pengkajian : 6 Januari 2017
Jam pengkajian : 09.00 WIB
a. Identitas
1) Identitas pasien
Nama pasien : Ny.P
Usia : 21 Tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Situ Cileunca No.11, Buahbatu,
Bandung
Suku : Sunda
Bangsa : Indonesia
Tgl masuk RS : 4 Januari 2017
Jam masuk RS : 08.00 WIB
No rekam medis : 111304054
2) Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn.W
Usia : 24 Tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pedagang
Status pernikahan : Menikah
Hubungan dengan klien: Suami

33
Alamat : Jl. Situ Cileunca No.11, Buahbatu,
Bandung
Suku : Sunda
Bangsa : Indonesia
b. Faktor Teknologi
Klien memeriksakan kehamilannya di dokter dan berencana akan
melahirkan di sana, Klien mendapat informasi tentang kehamilan
dari mertua, Klien mengeluh mengalami pusing, lemas dan pucat
selama 3 hari. Klien biasa berobat ke dokter, Klien masih percaya
pada sihir dan hal-hal gaib pada saat wanita itu hamil.
c. Faktor agama dan filsafah hidup
1) Agama yang dianut yaitu agama Islam
2) Kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan
menurut aturan yang dibuat oleh pemuka agama dan para santri
bahwa bagi para laki-laki yang istrinya hamil dilarang
membunuh binatang.
3) Klien dan keluarga percaya bahwa membunuh binatang pada
saat hamil bisa membuat nantinya anaknya cacat (lahir tidak
sempurna) klien merencanakan akan berobat ke dokter. Klien
masih mempercayai adanya hal-hal mistik, seperti tidak boleh
memakan ikan laut, sedangkan suaminya pantang untuk
membunuh binatang.
d. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan
Nama lengkap : Ny.P
Nama panggilan : Ny.P
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Status : sudah menikah

34
Tipe keluarga : intim (tinggal sekeluarga tanpa ada keluarga lain)
Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga : ada pada pihak
laki-laki
e. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
1) Makanan pantangan yaitu ikan laut. Ny.P makan habis dengan
1 porsi 3x sehari. Ibu jarang makan buah. Ibu sesekali minum
jamu agar anaknya tidak bau amis pada saat melahirkan. Ny.P
pergi ke dukun bayi untuk membenahkan keadaan
kehamilannya yang letak sungsang. Suaminya tidak boleh
membunuh binatang yang mengakibatkan anaknya lahir cacat
(tidak sempurna)
2) Persepsi sehat sakit berhubungan dengan aktifitas sehari-hari,
yaitu:
a) Pasien memeriksakan kehamilannya di dokter dan
berencana akan melahirkan disana. Pasien jarang minum
vitamin, pasien jarang berolahraga.
b) Pasien mengeluh mengalami pusing, lemas dan pucat
selama 3 hari, pasien dianjurkan untuk mengurangi
aktivitas yang berlebihan, sering berolahraga (jalan-jalan),
dianjurkan untuk melakukan senam hamil, istirahat yang
cukup dan diberi obat/ vitamin penambah darah (Zat Besi).
f. Faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku
1) Alasan mereka datang ke RS
Karena pasien mengeluh pusing, lemas, dan pucat selama 3
hari.
2) Kebijakan yang didapat di RS
Klien di periksa keadaannnya seperti tensi, berat badan, tinggi
badan, lingkar panggul, USG, cek darah dan disuruh untuk

35
mengurangi aktivitas yang berlebihan, sering berolahraga
(jalan-jalan), dianjurkan untuk melakukan senam hamil,
istirahat yang cukup dan diberi obat/ vitamin penambah darah
(Zat Besi).
g. Faktor ekonomi
1) Pekerjaan
Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga
2) Sumber biaya pengobatan
Klien dan keluarga telah menyiapkan tabungan untuk
persalinan klien
3) Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien
Klien menggunakan tabungannya untuk biaya bersalin
h. Faktor pendidikan
1) Pendidikan Ny.P adalah SMP dan suaminya adalah SMA.
Pekerjaan Ny.P adalah sebagai ibu rumah tangga dan suaminya
sebagai pedagang.
2) Setelah di diagnosis anemia dan keadaan bayinya sungsang.
Klien tidak menerima dan merencanakan akan pergi ke dukun
bayi. Kemampuan klien masih minim karena masih percaya
hal-hal gaib daripada medis

2. Analisa Data
No. Data Masalah (P)
1 DS :
Klien mengatakan bahwa
klien lebih memilih untuk
pergi ke dukun bayi dan
minum jamu daripada minum

36
obat setelah disarankan untuk
minum vitamin secara Ketidakpatuhan dalam pengobatan
teratur, mengurangi aktivitas
yang berat, mengikuti senam
hamil. Ny.P menganggap
bahwa minum jamu itu agar
anaknya tidak bau amis dan
pergi ke dukun bayi untuk
membenahi perutnya agar
anaknya tidak sungsang.
DO : -

2 DS :
Klien mendapat informasi
tentang kehamilan dari
mertuanya.
Klien percaya ibunya
melanggar pantangan dalam
sesaji.
Hubungan kekerabatan yang
lebih dominan adalah laki- Gangguan interaksi sosial
laki.
Aturan dan kebijakan lebih
diatur oleh pemuka agama
dan para santri.
Makanan pantangan untuk
perempuan adalah makan
ikan laut.

37
Suami klien tidak boleh
membunuh binatang.
DO : -

3 DS :
Klien percaya dengan sihir
dan hal-hal gaib.
Pasien tidak percaya dan
tidak menerima diagnosa Kurang pengetahuan
dari dokter.
Klien mempunyai
pantangan makan ikan laut.
Klien minum jamu sesekali
supaya anaknya tidak amis.
DO :
Pendidikan klien SMP.

3. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa
1 Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
2 Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultur
3 Kurang penngetahuan berhubungan dengan kepercayaan dan sistem nilai yang
dianut klien tentang kehamilan.

4. Rencana Keperawatan
Nama Klien : Ny.P No. Register : 111304054
Umur : 21 Tahun Diagnosa Medis :

38
Ruang Rawat : Alamat : Jl. Situ Cileunca No.11,
Buahbatu, Bandung
No. Dx Tujuan Rencana Kegiatan
1 1 Setelah diberikan asuhan Lakukan pendekatan dengan cara
keperawatan selama (1x24 jam) Cultural Care Preserventation/
diharapkan klien mau patuh Maintenance :
dalam mengikuti pengobatan, Pelihara komunikasi yang sedang
dengan Kriteria Hasil: terjalin dengan baik (tanpa ada
Klien bersedia untuk masalah karena budaya) antara
minum vitamin, makan klien dengan perawat maupun
yang mengandung zat besi klien dengan dokter atau klien
seperti ikan laut. dengan tenaga kesehatan lain.
Klien menerima diagnosa Identifikasi perbedaan konsep
anemia dan letak antara perawat dan Ny.P tersebut
sungsang oleh dokter. Perbedaan konsep perawat dan
Ny.P terletak pada kepercayaan
Ny.P yang masih percaya pada
sihir dan hal-hal gaib.
Perawat harus tenang dan tidak
terburu-buru berinteraksi dengan
Ny.P. Perawat bisa perlahan-lahan
untuk berkomunikasi dengan
Ny.P.
Lalu perawat bisa mendiskusikan
perbedaan budaya yang
dimilikinya dengan Ny.P yang
masih percaya kepada dukun serta
sihir dan hal-hal gaib.

39
2 2 Setelah diberikan asuhan Lakukan pendekatan dengan cara
keperawatan selama (1x24 jam) Cultural Care Accomodation/
diharapkan Klien tidak Negotiation :
mengalami gangguan interaksi Bersikap tenang dan tidak terburu-
sosial. Dengan Kriteria Hasil : buru saat interaksi dengan klien,
Klien dan keluarga tidak mencoba memahami kebudayaan
mengalami klien sepanjang tidak
kesalahpahaman dalam memperburuk proses intra natal
hal kepercayaan. klien.
Klien dan keluarganya Perawat bisa menggunakan bahasa
dapat memahami yang mudah di pahami oleh Ny.P
perbedaan persepsi yang seperti bahasa sehari-harinya.
mendukung kesehatan Kemudian dalam perencanaan
klien. perawatan, perawat bisa
melibatkan keluarga Ny.P seperti
suami,ibunya atau mertua Ny.P.
Jika konflik tidak terselesaikan,
lakukanlah negosiasi dengan Ny.P
berdasarkan pengetahuan
biomedis perawat tersebut.
Misalnya :
Ikan Laut yang kaya akan Zat
besi yang berguna untuk
pembentukan myoglobin, yang
membawa oksigen ke jaringan
otot dan hemoglobin yang
memberi oksigen ke darah dan
menjaga asupan yang cukup.

40
Pergi ke dukun bayi, hal ini
tidak di benarkan karena
memijat perut pada saat
kehamilan dapat mengakibatkan
hal yang membahayakan bayi
yang ada di dalam perutnya.
Minum jamu, hal ini tidak
dibenarkan karena jamu
mengandung campuran-
campuran / ramuan-ramuan
yang berbahaya yang bisa
mengakibatkan bayi menjadi
kuning bahkan meninggal dalam
kandungan.
3 3 Setelah diberikan asuhan Lakukan pendekatan dengan cara
keperawatan selama (1x24jam) Cultural Care Repartening /
diharapkan klien memahami Reconstruction:
tentang penyakit yang Berikan informasi mengenai
dialaminya dan cara kondisi klien dengan membantu
penanganannya. Dengan Kriteria klien memilih serta menyarankan
Hasil : hal-hal yang dapat meningkatkan
Klien bersedia dilakukan derajat kesehatan klien. Sebagai
tinndakan kuretase. contoh klien mempunyai
Klien mengetahui dan pantangan untuk mengkonsumsi
mengerti jenis makanan makanan ikan laut dimana ikan
yang dapat meningkatkan laut itu sangat baik dikonsumsi
kondisi kesehatannya. karena mengandng zat besi yang
dibutuhkan oleh wanita hamil.

41
Kita bisa menyarankan klien
untuk lebih banyak makan daging,
buncis, sayuran hijau, kacang,
kerang dan produk padi yang
diperkaya zat besi. Sedangkan
jamu bisa kita ganti dengan
vitamin dari buah-buahan maupun
resep dokter.
Libatkan keluarga untuk turut
serta memberikan pengertian
kepada klien bahwa makanan
yang bergizi membantu
meningkatkan kondisi
kesehatannya.
Selanjutnya perawat bisa
memberikan kesempatan pada
Ny.P untuk memahami informasi
yang telah diberikan dan
melakukannya.
Lalu tentukan tingkat perbedaan
Ny.P melihat dirinya dari budaya
kelompoknya sendiri.
Kemudian gunakan pihak ketiga
bila perlu,seperti tetangga atau
kerabat dekat Ny.P.
Dan terjemahkan terminologi
gejala Ny.P tersebut ke dalam
bahasa kesehatan yang mudah

42
dipahami Ny.P dan orang tuanya.
Terakhir berikan informasi pada
Ny.P tentang sistem pelayanan
kesehatan.
5. Implementasi
Nama Klien : Ny.P No. Register : 111304054
Umur : 21 Tahun Diagnosa Medis :
Ruang Rawat : Mawar Alamat : Jl. Situ Cileunca
No.11, Buahbatu,
Bandung

No. Nama &


Hari/tanggal Jam Tindakan yang diberikan
dx TTD
1 Rabu, 4 Januari 08.00 Melakukan pendekatan dengan cara Winda
2017 Cultural Care Preserventiation
Mantenance
Melakukan komunikasi dengan
px.
Mengidentifikasi perbedaan
konsep antara perawat dengan px.
Melakukan diskusi mengenai
perbedaan budaya yang
dimilikinya dengan Ny.P yang
masih percaya kepada dukun serta
sihir dan hal-hal gaib.
2 Kamis, 5 08.-0 Melakukan pendekatan dengan cara Winda
Januari 2017 Culturalcare Accmodation Negotiation
Melakukan pemahaman mengenai

43
kebudayaan klien sepanjang tidak
memperburuk proses intra natal
px.
Melakukan negosiasi budaya
dengan px berdasarkan
pengetahuan biomedis perawat.
3 Jumat, 6 09.00 Melakukan pendekatan dengan cara Winda
Januari 2017 Cultural Care Repartening /
Reconstruction
Memberikan edukasi kepada klien
mengenai kondisinya dan
menyarankan hal-hal yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan
px.
Memberikan kesempatan pada px
untuk memahami informasi yang
diberikan dan dapat dilakukan.

6. Evaluasi
S : px mengatakan sudah paham mengenal informasi yang diberikan
perawat.
O : - px tampak sudah mulai patuh terhadap pengobatan medis yang
diberikan.
- px tampak sudah mulai melakukan interaksi sosial dengan baik.
A : Masalah teratasi, tujuan tercapai.
P : Pertahankan kondisi px.
2.2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga
2.2.5 Asuhan Keperawatan Masyarakat

44
Studi Kasus
Ny.M (70 tahun) tinggal di rumah sederhana di sebuah desa dengan
penduduk lumayan padat. Sejak 6 tahun yang lalu, kedua anaknya
meninggalkan Ny. M sendiri di rumah, karena harus pergi merantau
mencari pekerjaan. Ny.M banyak menghabiskan waktunya di rumah.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ny.M dibantu oleh tetangganya,
karena merasa kasihan terhadap Ny.M. Ny.M sering mengeluhkan nyeri
dibagian sendi tangan dan kakinya sejak 5 tahun yang lalu.
Tetangga Ny.M menawarkan bantuan pada Ny.M untuk mengantarkan dia
pergi berobat ke dokter untuk memeriksakan penyakitnya. Namun Ny.M
lebih senang memijatkan tangan dan kakinya ke tukang pijat yang ada di
daerahnya. Ny.M lebih percaya pada tukang pijat yang menjadi
langganannya sejak dulu. Petugas pelayanan kesehatan juga beberapa kali
mendatangi Ny.M, untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis. Namun
Ny.M, menolak dan menyuruh petugas itu pergi.
Hubungan Ny. M, juga tidak terlalu baik dengan tetangganya . Ny.M
hanya mau menerima bantuan, namun enggan untuk berinteraksi terlalu
lama dengan tetangganya. Ny.M hanya mau menjawab pertanyaan dan
berbicara seperlunya saja. Ny.M tampak menarik diri dari lingkungan
sekitarnya. Ny.M hanya mau banyak bercerita pada tetangga yang
memiliki hubungan paling dekat dengannya. Ny.M mengaku lebih
nyaman berkomunikasi dengan anak-anaknya.
Di dalam rumah Ny. M terdapat sebuah TV, Namun TV tersebut tidak
pernah difungsikan. Tidak ada fasilitas telepon di rumah Ny.M. Ny.M
biasanya mendapat kabar tentang anaknya dari tetangga yang juga
merantau dan sedang pulang kampung. Ny.M biasanya menggunakan jasa
tukang becak untuk berpergian sekedar membeli kebutuhan sehari-hari

45
setiap satu minggu sekali. Ny.M mengaku tidak terbiasa menggunakan
jasa kendaraan bermotor paada saat bepergian, karena takut jatuh.
1. Pengkajian
h. Faktor teknologi
Klien merupakan seseorang yang meyakini bahwa sakit yang
dideritanya itu bisa disembuhkan ke dukun pijat tanpa harus pergi
ke pelayanan kesehatan. Dengan berbagai alasan, dikarenakan
lokasi yang kurang terjangkau dan juga faktor dari dalam diri klien
sendiri yang menganggap bahwa dukun pijat lebih mampu
mengatasi penyakit klien.
i. Faktor agama dan falsafah hidup
Tidak diungkapakan secara langsung agama apa yang dianut oleh
klien. Namun pada kondisis sakit seperti itu, klien tertutup dengan
masalah kesehatannya. Kllien sudah dinasehati oleh tetangganya
untuk pergi ke dokter, namun ia beranggapan dukun pijat lebih
bisa diandalkan.
j. Faktor sosial dan keterikatan keluarga
Klien merupakan seseorang yang lanjut usia, dimana klien
memiliki 2 orang anak yang merantau mencari pekerjaan sejak
lima tahun yang lalu.
k. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Ny. A adalah seorang ibu rumah tangga namun, sejak 10 tahun
yang lalu ia sudah terjangkit artritis. Dia memiliki 2 orang anak
namun sudah merantau keduanya dan tidak tinggal dalam satu
rumah lagi. Demi memenuhi kehidupan sehari-hari Ny. M hanya
menerima bantuan dari tetangganya.
l. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku

46
Petugas kesehatan sekitar sudah mencoba berkunjung ke rumah
Ny. M namun, selalu tidak ada respon yang baik dari klien.
m. Faktor ekonomi
Dalam memenuhi kehidupan sehari-hari klien lebih suka menerima
bantuan dari orang lain. Klien mengira bahwa biaya ke rumah sakit
atau berobat ke dokter terlalu mahal jika dibandingkan dengan
pergi berobat ke dukun pijat.
n. Faktor pendidikan
Klien menderita atritis selama 5 tahun terakhir, namun tidak ada
upaya untuk pergi berobat ke fasilitas kesehatan. Klien kurang bisa
belajar secara aktif dan mandiri terhadap penyakitnya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem
nilai yang di yakini.
b. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan ketiadaan orang
terdekat, ketidakselarasan sosial kultural, defisit pengetahuan
atau keterampilan tentang cara meningkatakan
kebersamaan.
c. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk terikat
dalam hubungan pribadi yang memuaskan, perilaku atau nilai
sosial yang tidak berterima.

3. Intervensi
Tujuan &
No Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Ketidakpatuhan Setelah 1. Beri 1. Untuk
dalam dilakukan pemahanan mengetahui
pengobatan tindakan mengenai tingkat

47
berhubungan keperawatan pentingnya pemahaman
dengan sistem selama 2x24 sebuah klien tentang
nilai yang di jam, maka pengobatan pentingnya
yakini kepatuhan 2. Hargai persepsi pengobatan
dalam klien tentang 2. Untuk
pengobatan budaya yang menjaga
terpenuhi dianutnya hubungan
dengan kriteria saling percaya
hasil :
1. Pasien
mengerti
pentingnya
pengobatan
2. Pasien mau
menerima
pengobatan
oleh tenaga
kesehatan
2 Hambatan Setelah 1. Bina hubungan 1. Hubungan
interaksi sosial dilakukan saling percaya saling percaya
berhubungan tindakan dengan prinsip merupakan
dengan keperawatan komunikasi dasar interaksi,
ketiadaan orang selama 2x24 terapeutik. sehingga klien
terdekat, jam, maka suatu 2. Kaji mau
ketidakselarasan interaksi dapat kemampuan mengungkapkan
sosial kultural, terpenuhi klien membina perasaannya.
defisit dengan kriteria hubungan 2. perasaan senang
pengetahuan hasil : dengan orang dapat

48
atau 1. Pasien dapat lain menstimulus
keterampilan berkomunik seseorang
tentang cara asi dengan melakukan
meningkatakan baik dengan hubungan dan
kebersamaan. siapapum menerima
2. Pasien mau masukan
mengikuti dengan orang
saran yang lain.
diberikan
3 Isolasi sosial Setelah 1. Kaji 1. mengetahui
berhubungan dilakukan kemampuan pengetahuan
dengan tindakan klien membina klien dalam
ketidakmampua keperawatan hubungan membina
n untuk terikat selama 2x24 dengan orang hubungan
dalam hubungan jam, maka klien lain dengan orang
pribadi yang dapat menjalin 2. Beri lain.
memuaskan, komunikasi reinforcement 2. reinforcement
perilaku atau dengan kriteria positif positif
nilai sosial yang hasil : terhadap meningkatkan
tidak berterima 1. ekspresi keberhasilan harga diri klien
wajah klien yang telah
bersahabat dicapai
2. Klien dapat
melaksanaka
n hubungan
sosial secara
bertahap.

49
4. Implementasi

No. Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Dx
1 20/03/2017 1. Mengkaji pemahaman DS : pasien mengatakan
Pukul 08.00 Wita klien dengan tidak suka berobat ke
memberikan rumah sakit karena jarak
pertanyaan dan edukasi yang cukup jauh.
tentang pengobatan DO : pasien tampak
bingung saat diberi
pertanyaan dan sudah
mulai mengerti setelah
diberi edukasi

2. Mengikuti ada DS : pasien mengatakan


kebudayaan klien yang mau berobat apabila
bersifat positif dan diimbangi dengan minum
menguntungkan klien jamu
DO : pasien tampak lebih
nemerima pengobatan
yang diberikan saat ini
2 20/03/2017 1. Tunjukkan sikap DS : Pasien mengatakan
Pukul 13.00 Wita empati dan menerima setelah bercerita
klien apa adanya perasaannya sangat lega.
DO : pasien tampak
terlihat lebih ceria
dibandingkan
sebelumnya.

50
DS : pasien mengatakan
dulunya dia lebih suka
berdiam diri
2. Mengkaji pengetahuan DO : pasien tampak
dan tanggapan pasien murung setelah diberi
tentang membina pertanyaan
hubungan dengan
orang lain
3 21/03/2017 1. Mengkaji pengetahuan DS : pasien mengatakan
Pukul 10.00 Wita dan tanggapan pasien dulunya dia lebih suka
tentang membina berdiam diri
hubungan dengan DO : pasien tampak
orang lain murung setelah diberi
pertanyaan

DS : pasien mengatakan
sangat senang bisa
melakukan sesuatu untuk
2. Memberikan pujian menyembuhkan dirinya
apa yang telah sendiri
dilakukan pasien untuk DO : pasien sempat
meningkatkan meneteskan air mata saat
kesehatannya diberikan pujian

5. Evaluasi
S : Pasien mengatakan sudah dapat memahami tentang pengobatan dan sudah
mau mengikuti instruksi dari tenaga kesehatan

51
O : Pasien terlihat lebih baik setelah diberikan asuhan keperawatan dan telah
mampu berkomunikasi dengan baik
A : Masalah teratasi, tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien
diberbagai tatanan pelayanan kesehatan, sesuai latar belakang budayanya. Tujuan
pemberian asuhan keperawatan adalah membantu individu dan masyarakat untuk
mandiri, berpartisipasi dalam bidang-bidang kesehatan, dan membantu individu
memperoleh derajat kesehatannya yang optimal. Strategi yang digunakan dalam
memberikan asuhan keperawatan mencakup melindungi atau mempertahankan
budaya, mengakomodasi atau menegosiasi budaya, dan merestrukturisasi budaya
klien. Model konseptual asuhan keperawatan yang dikembangkan oleh Leininger
dan McFarland digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model).
Model ini menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi
oleh klien. Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
3.2 Saran
Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara
optimal terkait dengan pengembangan mata kuliah Antropologi Kesehatan. Dan
penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini dikembangkan
lebih lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-tulisan sejarah yang

52
bermutu. Demikianlah makalah ini penulis persembahkan, semoga dapat
bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Nassyam, Fitriani. 2014. Keperawatan Transkultural Faktor Sosial dan Kekerabatan,
Gaya Hidup, dan Nilai Budaya. [online] Available at: www.academia.edu
(Diakses pada: 23 Maret 2017).
Mahdiansari, Tisa. 2015. Teori Keperawatan Menurut Madeleine Leininger. [online]
Available at: www.docshare.tips (Diakses pada 23 Maret 2017).
Sunaryo. 2015. Sosiologi. Jakarta: Bumi Medika.

53

Anda mungkin juga menyukai