04 Isi
04 Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1
hari).
Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir
(WHO) pada tahun 2013, setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare
tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare.
dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal, dan sebagian besar anak-anak
pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan golongan semua umur
sebesar 1,08%. Sedangkan target CFR pada KLB Diare diharapkan <1%.
Dengan demikian secara nasional, CFR KLB diare hampir memenuhi target
Menurut hasil riskesdas 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor satu
2
pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua
angka kesakitan diare pada semua umur sebesar 214 per 1.000 penduduk dan
angka kesakitan diare pada balita 900 per 1.000 penduduk (Kajian Morbiditas
dengan jumlah penderita 646 orang dengan kematian 7 orang (CFR 1,08%).
Sedangkan pada tahun 2014 terjadi 6 KLB Diare yang tersebar di 5 propinsi, 6
merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Pada
berikut dapat dilihat rekapitulasi KLB diare dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2015, terlihat bahwa CFR saat KLB masih cukup tinggi (>1%) kecuali
pada tahun 2011 CFR saat KLB 0,40%, sedangkan tahun 2015 CFR diare saat
hanya 16 batita (32.65 %) terkena diare. Dari uji statistik yang dilakukan,
diperoleh nilai p value (0.036) < 0.05 sehingga Ho ditolak. Artinya secara
3
statistik terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pengetahuan ibu batita
sebanyak 7.560 perkiraan kasus, dimana jumlah kasus yang ditangani sebanyak
11.752 kasus (155,4%) dan persentase ini telah mencapai target nasional yaitu
Jeneponto, diperoleh data kejadian diare pada tahun 2016 dengan jumlah kasus
terkait hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat
masalah sebagai berikut: Adakah hubungan perilaku hidup bersih dan sehat
kejadian diare.
D. Manfaat Penelitian
4
1. Manfaat Ilmiah
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Diare
1. Pengertian
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada
biasanya lebih dari 200 gram ml/24jam. Defenisi lain memakai frekuensi, yaitu
buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut
feses lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari, namun para ibu
Depkes RI & DITJEN & PLP (1999), lebih praktis mendifiisikan diare sebagai
tiba akibat kandungan air didalam tinja melebihi normal (10 mL/KgBB/hari)
dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Pola defekasi neonates dan bayi hingga usia
4-6 bulan, yang defekasi >3 kali/hari dan konsistensinya cair atau lembek
masih dianggap normal selama tumbuh berkembang biak (Tanto C, dkk. 2016).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi
defekasi yang meningkat. Pengertian lain diare adalah suatu gejala penyakit
dimana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih memiliki
kandungan air berlebihan. Diare dapat bercampur dengan darah, lender maupun
macam seperti bau amis, bau busuk, bau makanan basi dan lain-lain (Priyoto,
2015).
Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga
syok, penurunan kesadaran, infeksi berat, gangguan elektrolit dan gagal ginjal
dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang
lembek atau cair (Nelson dkk, 1969: Morley, 1973) berpendapat bahwa istilah
Tetapi sekarang lebih dikenal dengan penyakit diare, Karena dengan sebutan
sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih
banyak terdapat di negara berkembang daripada negara maju, yaitu 12.5 kali
lebih banyak bentuk penyakit diare, yang dihadapi oleh anak-anak berusia
dibawah lima tahun (khususnya yang rentan), yang paling parah menurut
E. Agustin, 2009).
Diare adalah buang air besar encer/lembek (biasanya 3 kali atau lebih
dalam sehari), kadang-kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, tidak
frekuensi defekasi, peningkatan keenceran feses, dan rasa urgensi. Diare dapat
akut atau kronis dan rentang beratnya mulai dari sembuh sendiri sampai berat,
yaitu kondisi yang mengancam jiwa. Etiologi diare beragam, sering kali
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan atau tanpa darah dana tau lendir (Suraatmaja, 2010)
bentuk dan konsistensi tinja yang lembek/encer/cair yang terjadi selama 3 kali
atau lebih dalam sehari, yang disertai muntah, badan lesu atau lemah serta tidak
nafsu makan.
2. Etiologi
8
Sebagian besar diare pada bayi dan anak di Indonesia disebabkan oleh
besar. Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari
dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus akan
menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal
inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare. Sebenarnya usus besar tidak
cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi.
tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang
memiliki toleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya
terkandung susu sapi. Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi
langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu formula dengan botol
atau toksin melalui mulut. Kuman tersebut dapat melalui air, makanan atau
b. Diare kronik
Umumnya diare krnik dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis
terjadinya:
1) Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan obat-obat atau zat kimia yang
dari usus, menurunnya absorbsi. Secara klinis ditemukan diare dengan volume
tinja banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan
bowel desease.
5) Malabsorbsi
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau produksi
6) Infeksi kronik
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi menjadi invasif ( merusak mukosa )
Kelompok A B C
Anamnesa :
Diare < 4X 4-10X >10X
Muntah Tidak ada Beberapa kali Sering
Rasa haus Tidak ada Haus Tidak bisa minum
Sumber : Nugroho T. 2011.
3. Manifestasi Klinis
a. Diare akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut,
2015).
Tabel 2
11
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) Ph dan kadar gula dalam tinja
3) Biakan dan resistensi feces (colok dubur)
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tandagangguan keseimbangan
(NANDA, 2015).
mempunyai resiko penularan dan penyebaran cukup tinggi. Penyakit diare yang
sanitasi yang baik dan memenuhi syarat kesehatan serta didukung oleh
personal hygiene yang baik akan bisa mengurangi resiko munculnya suatu
manusia diperoleh melalui antara mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003) dalam
perkembagngan orang lain menuju kea rah cita-cita tertentu yang menentukan
dan kebahagiaan.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
kehidupan keluarga.
c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai dari
2) Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
kelompok.
2) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan
dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi
14
dkk, 2012).
Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh
setiap anggota rumah tangga serta diperjuangakan oleh semua pihak secara
penyakit menular (seperti Diare) dapat dicegah melalui kebiasan atau perilaku
tangan dengan sabun, dan menggunakan jamban yang sehat (Hardi A. R. dkk,
2012).
PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan Indonesia
Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan
menjadi tidak berarti. Setiap individu mempunyai hak untuk hidup sehat,
kondisi yang sehat hanya dapat dicapai dengan kemauan dan keinginan yang
tinggi untuk sehat serta merubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku hidup
sehat. PHBS harus diterapkan dalam setiap sisi kehidupan manusia kapan saja
sikap dan tindakan yang akan membentuk kebiasaan sehingga melekat dalam
Tangerang, hal ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi yaitu faktor yang dapat
Hilm R. 2015).
Apabila individu atau masyarakat memiliki pengetahuan tentang
Perilaku hidup bersih dan sehat seperti menggunakan air bersih, mencuci
tangan dengan air dan sabun, dan menggunakan jamban maka itu akan
Perilaku Hidup Bersih dan sehat meningkat dan Kejadian Diarenya menurun
tentang Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dengan
Kejadian Diare pada bayi usia 1-12 bulan di kelurahan Antirogo Kabupaten
yang melakukan PHBS dengan baik, maka tidak akan mengalami Diare. Hal ini
ditunjukkan sebanyak 62 responden (60,2%) dengan PHBS yang baik dan tidak
mengalami Diare dalam satu bulan terakhir. PHBS adalah sekumpulan perilaku
rumah tangga PHBS. Rumah tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang
kesehatan.
c) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM).
terjadinya perilaku
3. Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI secara dini dan eksklusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan
akan membantu mencegah penyakit pada bayi. Hal ini disebabkan karena
adanya antibodi penting yang ada dalam kolostrum dan ASI (dalam jumlah
yang sedikit). Selain itu ASI juga selalu aman dan bersih sehingga sangat kecil
kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam tubuh bayi.
18
Balita yang tidak mendapatkan ASI beresiko terkena diare lebih besar
hanya 26 batita (36.11 %) yang terkena diare. Kemudian dari 148 batita yang
A. R. dkk, 2012).
5. Hygiene Perorangan
Personal higiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam
fisik dan psikologis. Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah
buang air besar merupakan kebiasaan yang dapat membahayakan bayi terutama
ketika ibu memasak makanan atau menyuapi balita makan (Hardi A. R. dkk,
2012).
19
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Masalah diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-
mencret, tinjanya encer, dapat bercampur darah atau lendir kadang disertai
keluar melalui tinja. Sehingga kondisi seperti ini tidak baik jika diabaikan
karena membuat tubuh semakin lemas akibat banyak cairan yang dikeluarkan
pada saat diare dan dapat menyebabkan kematian. Kesehatan memang bukan
segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti. Untuk itu
kesehatan.
dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut.
Variabel Independen Variabel Dependen
20
Tingkat Pengetahuan
Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
Status Imunisasi Kejadian Diare
Pemberian Asi
Eksklusif
Personal Hygiene
Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Variabel Yang Tidak DIteliti
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Kejadian Diare
Kejadian diare yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang
dikatakan diare jika mengalami buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari
bersihnya.
21
Kriteria Objektif:
a. Kurang : bila responden hanya mampu menjawab dengan skor
benar <50%
b. Baik : bila responden mampu menjawab dengan skor benar 50%
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian diare di
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional bersifat analitis,
dengan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat dengan kejadian penyakit
Jeneponto.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan 13 - 31 Maret 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua orang yang berusia diatas 24
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 176 orang.
a. Perhitungan besar sampel
Penentuan jumlah sampel dalam dalam penelitian ini menggunakan
d
1+N
N
n=
23
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Besar populasi
0,05
1+314
314
n=
314
n=
1,785
n=175,91
n=176 orang
b. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
sekunder, dimana:
1. Data Primer
Data yang didapat peneliti dari hasil penyebaran kuisioner yaitu
2. Data Sekunder
Data sekunder dimana diperoleh melalui Instansi tempat peneliian yaitu
Kabupaten Jeneponto.
E. Pengelolahan Data
1. Editing
Editing atau penyuntingan mulai dilakukan pada saat penelitian yaitu
memeriksa semua angket yang telah diisi mengenai kekurangan cara pengisian.
pilihan jawaban yang diberikan oleh responden. Setiap bagian kuesioner diberi
pengelolahan, dalam hal ini setelah data tersebut dikoding kemudian ditabulasi
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil hasil
penelitian. Hasil ini menghasilkan presentasi dari tiap variable yang diteliti.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel (variabel independen
dan dependen) yang diduga memiliki hubungan, menggunakan uji statistic Chi-
hubungan antara variabel independen dengan dependen jika nilai p < (= 0,05)
meliputi:
1. Persetujuan tindakan (Informed Consent)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden dengan
jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.
2. Tanpa nama (Anominity)
Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara
tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Bungunglompoa Kelurahan
penelitian cross sectional dan menggunakan uji Chi Square dengan nilai
purposive sampling.
1. Karakteristik Responden
Tabel 3
Karakteristik responden di Lingkungan Bungunglompoa Kelurahan
Bontotangnga Wilayah Kerja Puskesmas Tamalatea Kabupaten Jeneponto
Tahun 2017
Karakteristik Responden n %
Umur:
25-35 Tahun 44 25,0
36-45 Tahun 52 29,5
46-50 Tahun 32 18,2
>50 Tahun 48 27,3
Jenis Kelamin:
Laki-Laki 86 48,9
Perempuan 90 51,1
Jumlah 176 100,0
Sumber: Data Primer
kelompok umur, bahwa umur responden yang paling banyak yaitu kelompok
umur 36-45 tahun yaitu sebanyak 52 orang (29,5%), dan yang paling sedikit
Tingkat Pengetahuan n %
Kurang 70 39,8
Cukup 106 60,3
Jumlah 176 100,0
Sumber: Data Primer
yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan 106 orang (60,2%) yang
Tabel 5
yang memiliki perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dan 94 orang
(53,4%) yang mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat yang baik.
Tabel 6
Karakteristik Kejadian Diare di Lingkungan Bungunglompoa Kelurahan
Bontotangnga Wilayah Kerja Puskesmas Tamalatea Kabupaten Jeneponto
Tahun 2017
Kejadian Diare n %
Diare 92 52,3
Tidak Diare 84 47,7
Jumlah 176 100,0
Sumber: Data Primer
Pada tabel 4 menunjukkan dari 176 responden, yang menderita diare yaitu
3. Analisa Bivariat
Tabel 7
diare dan 26 orang (37,1%) yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 106
(45,3%) yang menderita diare dan 58 orang (54,7%) yang tidak menderita
diare.
Berdasarkan hasil analisis Statistik dengan menggunakan uji Chi Square,
diperoleh nilai = 0,022 < 0,05, yang berarti terdapat hubungan antara tingkat
Tabel 8
Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat dengan kejadian diare di
Lingkungan Bungunglompoa Kelurahan Bontotangnga Wilayah Kerja
Puskesmas Tamalatea Kabupaten Jeneponto Tahun 2017
Kejadian diare
Perilaku hidup Jumlah
Diare Tidak Diare P - Value
bersih dan sehat
n % n % n %
Kurang 51 62,2 31 37,8 82 100,0
Baik 41 43,6 53 56,4 94 100,0 0,014
Jumlah 92 52,3 84 47,4 176 100,0
Sumber: Data Primer
31
perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang terdapat 51 orang (62,2%) yang
menderita diare dan 31 orang (37,8%) yang tidak menderita diare. Sedangkan
dari 94 responden yang memiliki perilaku hidup bersih dan sehat yang baik
terdapat 41 orang (43,6%) yang menderita diare dan 53 orang (56,4%) yang
diperoleh nilai = 0,014 < 0,05, yang berarti terdapat hubungan antara perilaku
Jeneponto.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
banyak adalah kelompok umur 36-45 tahun yaitu sebanyak 52 orang (29,5%).
Hal ini dikarenakan umur merupakan salah satu faktor resiko terjadi diare dan
pada usia ini merupakan usia produktif untuk melakukan banyak aktivitas
cidera, penyakit kronis dan penyakit lain. Umur mempunyai lebih banyak
efek pengganggu daripada yang dimiliki karakter tunggal lain. Hal ini terjadi
dalam kegiatan rumah tangga. Kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga dapat
dari debu, dan tugas-tugas lainnya yang menjadi sumber paparan pathogen
penularan diare.
Hasil menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat
tentang diare, bagaimana tanda dan gejala diare, penyebab dari diare dan
tingkat pengetahuan yang kurang juga memiliki perilaku yang baik sehingga
tingkat pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 106 orang, sebagian besar
dari orang lain maupun media masa. Makin banyak informasi yang masuk
maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang penyakit diare.
diare, semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki semakin baik pula
diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut
sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan
perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang sebanyak 82 orang, sebagian
Hal ini disebabkan karena perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang untuk
mencegah terjadinya penyakit diare. Hal ini terbukti pada hasil jawaban
kurang mengetahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan
yang dimasak sampai mendidih, tidak membuang tinja dengan benar, tidak
diare meskipun memiliki perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang. Hal
tentang perilaku hidup bersih dan sehatnya. Untuk itu perlu ditingkatkan
yang baik sebanyak 94 orang, sebagian besar responden tidak menderita diare
faktor emosi dalam diri individu sehingga pola perilakunya menjadi baik
dalam penangan penyakit diare dan resiko terjadinya penyakit diare menjadi
lebih rendah.
Pada hasil penelitian ditemukan 41 orang (43,6%) menderita diare
meskipun memiliki perilaku hidup bersih yang sehat yang baik terhadap
dikatakan diare dan bagaimana diare itu menular. Diare didapat dicegah
dengan berperilaku hidup bersih yang baik dan sehat tetapi jika masih
terdapat hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian
diare, dimana semakin baik perilaku hidup bersih dan sehat responden dalam
diare.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitisn yang dilakukan oleh Desi
(2013), dengan judul Hubungan Praktik Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
0,000 (<0,05) yang artinya ada hubungan yang bermakna secara statistic
besar pada seseorang yang mempunyai PHBS yang tidak baik dan angka
kejadian diare lebih kecil pada seseorang yang mempunyai PHBS baik. Hasil
lingkungan fisik, prasarana dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku
terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan diare, yaitu faktor luar dan
faktor dalam. Faktor luar merupakan faktor dari luar tubuh yang
yang mendudkung terjadinya diare dalam tubuh seseorang. Faktor luar terdiri
yang jelek, penyimpanan makan yang tidak semestinya. Faktor dalam terdiri
yang memiliki perilku hidup bersih dan sehat (PHBS) buruk tapi tidak
mengalami diare kemungkinan faktor penyebab diare dari dalam yang baik
(Sari, 2012).
Upaya pencegahan penyakit diare salah satunya dengan mencuci
Dilihat dari adanya hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan
Tangerang, hal ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi yaitu faktor yang
bersih dan sehat seperti menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air
dan sabun, dan menggunakan jamban maka itu akan mempermudah dirinya
dalam mencegah dan terhindar dari penyakit seperti Diare (Wiharto, 2015).
39
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dan
perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare di Wilayah Kerja