Anda di halaman 1dari 10

1. Mood : keadaan emosional dalam diri seseorang yang dialami secara subyektif.

2. Afektif : respon emosiaonal yang bisa dinilai melalui ekspresi wajah, pembicaraan, sikap dan gerak tubuh.
Mood dan afektif, tidak reliabel bisa di gali lagi dg anamnesis
3. Sindroma depresi : sindrom yang menunjukan penurunan afektif dan aktivitas sehari hari.
Kumpulan gejala diantaranya : kehilangan minat dan kegembiraan, energi yang mudah turun lelah, kurang konsentrasi,
penurunan rasa percaya diri dan gangguan tidur yang menyebabkan fungsi sosialnya terganggu.
Sindroma depresi: mengalami suasana perasaan yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, mudah lelah dan
berkurangnya aktivitas. Kumpulan dari gejala fisik, yaitu gangguan ekspresi, gangguan fungsional (motorik, insomnia, cepat
lelah), gangguan psikis (murung, hilang minat dan kegembiraan, gangguan konsentrasi, dll).
4. Gangguan suasana perasaan (mood afektif):suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan, kendali dan
pengalaman subjektif akibat adanya penderitaan yang berat, sifatnya menetap atau konstan, berlangsung dalam waktu yang
lama, bisa berupa depresi atau elasi (contoh seperti euforia).
5. Amitriptilin: salah satu obat anti depresi golongan trisiklik. Mekanisme kerjanya adalah menghambat re-uptake dari aminergik
neurotransmitter
STEP 2
1. Mengapa pasien merasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, kurang semangat dan tidur terganggu?
2. Mengapa penderita mengalami perubahan afektif yang sebelumnya semangat menjadi sindroma depresi?
MANIA
Trias Manic:
1. Flight of ideas
2. Euforia dan reaksi emosional yang labil, eksaltasi (perasaan senang dan semangat yang ekstrim)
3. Sikap yang berubah-ubah dan tingkah laku yang hiperaktif
Nafsu bergerak yang banyak dan dapat terjadi logorhoe (bicara cepat dan banyak)
Gejala tambahan:
1. Selalu bangga diri, sikap sombong, puas terhadap dirinya.
2. Kadang-kadang ada waham kebesaran.
Tanda
Penampilan Umum dan perilaku: agitasi psikomotor, menarik perhatian, pakaian berwarna semarak,dadndanan
berlebihan, kombinasi pakaian aneh, intrusive, menghibur,mengancam,hipereksitasi.
Afek:labil, kuat
Mood: euforik, ekspansif, iritabel, menuntut,bercanda
Bicara;menekan, keras,dramatic, berlebihan dapat menjadi inkoheren
Isi pikiran: harga diri sangat tinggi,grandiositas, egosentrik tinggi,waham dan lebih jarang halusinasi
Proses fikiran; flight of ideas(jika berat dpt menjadi inkoheren), pikiran berpacu, neologisme,asosiasi bunyi(clang),
sirkumstansial, tangensial(mendadak berubah topic).
Sensorium: sangat mudah dialihkan, sulit konsentrasi.
Tilikan: sering terganggu.
Gejala
Perilaku keliru dan disinhibisi(semena-mena)
- Membuang uang berlebihan
- Berjudi berlebihan
- Hiperseksualitas, promiskusitas
Terlampau kepanjangan dalam aktivitas dan tanggung jawab
Toleransi frustasi rendah
Tanda vegetative
- Naiknya libido
- penurunanBB dan anoreksia
- Insomnia( diungkapkan sebagai tak perlu tidur)
- Energi berlebihan
DEPRESI
Gejala Utama:
Afek depresi
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yg mudah lelah (rasa lelah yg nyata sesudah kerja sedikit
saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala Tambahan:
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayankan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan menurun
(Dr. Rusdi Maslim, PPDGJ III)

3. Bagaimana hubungan PHK dengan sindroma depresi?


4. Apakah ada hubungan dari umur dan jenis kelamin dengan sindroma depresi?
5. Apa saja faktor yang menyebabkan sindroma depresi?
6. Apa saja derajat depresi?
EPISODE DEPRESIF GJALA KHAS/MENCOLOK
RINGAN Sekurang-kurangnya ada 2 dari 3 gjala utama
depresi
Ditambah sekurang-kurangnya 2 gjala lainnya
tdk ada yg berat diantaranya
minimal berlangsung 2 minggu
Hanya sedikit kesulitan dlm pekerjaan dan
kegiatan social yang biasa dilakukan
SEDANG Sekurang-kurangnya ada 2 dari 3 gjala utama depresi
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (& sebaiknya
4)dari gejala lainnya
minimal berlangsung 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata untuk
meneruskan keg.sosial,pekerjaan dan
urusan rumah tangga
BERAT tanpa Gjala Psikotik Semua 3 gjala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari
gjala lainnya, dan beberapa diantaranya
harus berintensitas berat
berlangsung minimal 2 minggu atau <
bila gjala amat berat dan beronset
sangat ceoat
Sangat tdk mungkin pasient
mampu meneruskan
kegiatan
social,pekerjaan/urusan
rumah tangga kcuali pd taraf
yg sangat terbatas
BERAT dengan gjala Psikotik Sama sperti pd episode
depresif berat tanpa gjala
psikotik tapi disertai waham,
halusinasi atau stupor
depresif
waham biasnyamelibatkan
ide ttg
dosa,kemiskinan/malapetaka
yg mengancam dan pasien
merasa bertanggung jwb
atas itu smua.
halusinasi
auditorik/olfactorik berupa
suara yg
menghina/menuduh/bau
kotoran/daging membusuk

EPISODE MANIK GEJALA KHAS/MENONJOL


Hipomania Afek yang meninggi/berubah disertai peningkatan aktifitas ,
menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari
berturut-turut
Mania tanpa gejala psikotik Episode berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu
Cukup berat sampai mengacaukan seluruh pekerjaan atau
hampir seluruh aktifitas social yang biasa dilakukan
Aktifitas yang berlebihan,percepatan & kbanyakan bicara,keb
tdr yang berkurang, Ide-ide perihal kebesaran/grandiose
ideasdan terlaluoptimistik
Mania dengan Gejala psikotik Gmbrn klinisnya > berat dari mania tanpa gjala psikotik
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaranwaham kebesaran
Iritabilitas & kecurigaan waham kejar (delusion of persecution)
Waham & halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent)

Perbedaan Klinis Antara Depresi dan Mania


No Pembeda Sindroma Depresif Sindroma Manik
1. Mood Depresi, iritabel, atau Elasi, iritabel, atau hostil
cemas(tapi pasien mungkin Menangis sejenak (sebagai
tersenyum atau menolak bagian keadaan campuran)
perubahan mood subjektif dan
sebaliknya mengeluhkan nyeri
atau keluhan somatic lain)
Jeritan tangis (tapi pasien
dapat mengeluh tak mampu
menangis atau mengalami
emosi)
2. Manifestasi psikologis terkait Tak punya keyakinan diri,harga Harga diri
diri rendah, sesal diri, berlebihan,membual,grandi
Konsentrasi buruk , bimbang ositas
Reduksi gratifikasi ,tdk ada Pikiran brpacu,asosiasi
minat dalam aktivitas clang( pikiran baru
lazimnya,lepas kemelekatan, dicetuskan oleh bunyi
nyepi dari pergaulan ucapan bukan
Pengharapan negate, putus artinya),mudah beralih
asa, tak berdaya,naiknya perhatian
ketergantungan Minat meninggi dalam
Rekurensi pikiran akan mati aktivitas teman, dan hal
dan bunuh diri kreatif baru, naiknya
keterlibatan dengan
orang( yang berselisih
karena perilaku pasien yang
intrusive dan ikut campur),
pesta pora, kebebasan
seks,investas bisnis bodoh.
3. Manifestasi Somatik Retardasi psikomotor, Akselerasi psikomotor,
fatig,agitasi eutonia(naiknya rasa
Anoreksia, dan penurunan BB, sejahtera fisik)
atau penambahan BB Kemungkinan penurunan BB
Insomnia, atau hipersomnia akibat naiknya aktifitas dan
Ketidakteraturan inatensi pada kebiasaan diet
haid,amenore yang baik
Anhedonia, hilangnya Turunnya kebutuhan tidur
kehendak seks Naiknya nafsu seks

4. Gejala psikotik Delusi tak berharga dan Delusi grandiose akan bakat
berdosa istimewa
Delusi rujukan dan persekusi Delusi bantuan,delusi
Delusi diri sakit rujukan dan persekusi
(nihilistic,somatic,atau Delusi kebugaran mental
hipokondriak) dan fisik istimewa
Delusi kemiskinan Delusi kaya,keturunan
Halusinasi depresif dibidang bangsawan atau identitas
auditorik,visual, dan (sangat gradios lain
jarang) olfaktorius Halusinasi visual atau
auditorik sekilas

(Buku Saku Psikiatri Klinik, Harold I Kaplan & Benajmin J Sadock)


7. Apa macam-macam mood dan afektif?
Macam Mood
Eutimik: mood dlm batas normal, tdk tertekan atau melambung
Disforik: mood yg tdk menyenagkan
Elevated: lebih ceria dari biasanya
Iritable: mudah diganggu/dibuat marah
Euforia: elasi kuat dg perasaan kebesaran
Ecstasy: rasa kegembiraan yg kuat dan luarbiasa
Expansive: perasaan meluap-luap tanpa batas
Anhedonia: hilang minat, menarik diri dari aktivitas rutin yg menyenangkan
Aleksitimia: kesulitan / tdk mampu menggambarkan emosi / mood.
Afek: tonus perasaan subyektif yang menyertai suatu idea tau representasi mental; unsure perilaku objektif diungkapkan
sebagai tumpul (menurun berat), datar(absen), restriksi(menurun), apropriat(serasi), inapropriat(tidak serasi), dan labil(tak
stabil)
Macam Afek
Afek sesuai (appropriate affect): irama perasaan harmonis dg pikiran dan pembicaraan, rentang emosi lengkap/luas
diekspresikan scr sesuai
Afek tdk sesuai (inappropriate affect): irama perasaan tdk harmonis dg pikiran dan pembicaraan
Afek terbatas (restricted or constricted affect): penurunan irama perasaan kurang parah
Afek tumpul (blanted affect): penurunan berat pd intensitas irama perasaan
Afek datar (flat affect): hampir tdk ada tdk ada tanda ekspresi afek, suara monoton wajah kosong tdk ada gerakan
Afek labil (labile affect): perubahan irama perasaan yg cepat dan tiba-tiba yg tdk berhubungan dg situasi eksternal.
8. Apa macam macam dari gangguan mood/afektif?
Suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan
berat.
Dua gangguan mood utama adalah gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I.
Menurut DSM-IV:
Depresi berat (depresi unipolar)
Ggn bipolar:
Episode mani-depresi atau mani-mani (mani unipolar atau mani murni)
Episode hipomani-depresi
Ggn mood tambahan:
Ggn siklotimik (siklotimia)
Ggn distimik (distimia)
Ggn berhubungan dg sindrom depresi:
Ggn depresi ringan sedang
Ggn depresi singkat rekuren ( berat-ringan)
Ggn disforik pra menstrual
Ggn mood krn kondisi medis umum
Ggn mood akibat zat
Ggn mood yg tdk ditentukan

Mood meninggi Mania : mood meluap-luap, peningkatan harga diri, gagasan meloncat-loncat (flight of ideas), gagasan
kebesaran, hiperaktif, kurang tidur.
Mood terdepresi Depresi : kurang/hilang energi dan minat, nafsu makan, perasaan bersalah, sulit konsentrasi, pikiran
kematian/bunuh diri.
(Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock)
1. Etiologi gangguan mood
Faktor Biologis
Norepinefrin
- aktivitas reseptor adrenergik-alfa2 penurunan jumlah norepinefrin yg dilepaskan
- penurunan serotonin mencetuskan depresi ( beberapa pasien bunuh diri memiliki konsentrasi
metabolit serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah )
Dopamin
- aktivitas dopamin menurun pasien depresi
- aktivitas dopamin meningkat pasien mania
- jalur dopamin mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada depresi. Reseptor dopamin tipe 1 ( D1 )
mungkin hipoaktif pada depresif
Faktor Neurokimiawi lain.
- Neurotransmiter asam amino, khususnya gamma-aminobutyric acid (GABA)dan peptida neuroaktif
(khususnya vasopresin dan opiat endogen) => patofisiologi gangguan mood.
- Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa sistem pembawa kedua (second-messenger), seperti:
adenylate cyclase, phosphotidylinositol, dan regulasi kalsiumjuga memiliki relevansi penyebab.
Regulasi neuroendokrin.
- Hipotalamus sebagai pusat regulasi sumbu neurohormonal dan hipotalamus menerima banyak
masukan (input) neuronal yang menggunakan neurotransmiter amin biogenik.
- Sumbu neuroendokrin utama ggn mood adalah: sumbu adrenal, tiroid, dan hormon pertumbuhan.
- Kelainan neuroendakrin lainnya adalah sekresi nokturnal melantonin, pelepasan prolaktin
terhadap pemberian tryptophan, kadar follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinzing hormone
(LH), dan testosteron pada laki-laki.
Faktor Genetik
Penelitian keluarga
- saudara derajat pertama penderita ggn bipolar I => 8 - 18 kali > saudara derajat pertatma subjek
kontrol untuk menderita gangguan bipolar I & 2-10 kali lebih menderita ggn depresif berat.
- saudara derajat pertama penderita ggn depresif berat => 1,5-2,5 kali > saudara derajat pertama
subjek kontrol untuk menderita gangguan bipolar I dan 2-3 kali lebih mungkin menderita gangguan
depresif berat.
Penelitian adopsi
- Anak biologis dari orang tua yg menderita, berada dlm risiko menderita ggn mood, bahkan jika
dibesarkan oleh keluarga angkat yg tidak menderita gangguan.
Penelitian kembar
- Anak kembar menunjukkan bahwa angka kesesuaian untuk gangguan bipolar I pada kembar
monozigotik adalah 33-90 %, untuk ggn depresif berat angka adalah 50 %.
- Sebaliknya, angka kesesuaian pada kembar dizigotik adalah 5-25 % untuk ggn bipolar I dan 10-25 %
untuk ggn depresif berat.
Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan.
Peristiwa kehidupan (clefts) melepaskan corticotropin-releasing hormone (CRH), menstimulasi pelepasan hormon
adrenokortikotropik (ACTH) dari hipofisis anterior. ACTH => pelepasan kortisol dari korteks adrenal. Kortisol memberikan
umpan batik (feed back) pada jaringan kerja melalui sekurangnya dua mekanisme:
mekanisme umpan balik cepat, peka terhadap kecepatan peningkatan konsentrasi kortisol, beroperasi melalui
reseptor kortisol di hipokampus dan menyebabkan pelepasan ACTH;
mekanisme umpan balik lambat, sensitif terhadap konsentrasi kortisol, bekerja melalui reseptor hipofisis dan
adrenal.
Faktor Pramorbid
Tipe kepribadian: dependen, obsesif-kompulsif, histeriakal risiko > ggn depresi daripada tipe kepribadian antisocial,
paranoid, dan lainnya yang menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan lainnya.
(Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock)
9. Apa penyebab dari gangguan afektif?
10. Apa terapi yang diberikan pada pasien ini?
Terapi Psikososial
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek :
- terapi kognitif
- terapi interpersonal
- terapi perilaku.
Bermanfaat: gangguan depresif berat.
Psikoterapi berorientasi psikoanalitik
Terapi kognitif, pada distorsi kognitif pada depresif berat.
Tujuan terapi kognitif adalah menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya dengan membantu
pasien mengidentifikas dan uji kognitif negatif; mengembangkan cara berpikir altenatif, fleksibel, dan positif; dan
melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru.
Terapi interpersonal
Memusatkan pada satu atau dua masalah interpersonal pasien yang sedang dialami sekarang,
Pertama, masalah interpersonal sekarang kemungkinan memiliki hubungan awal yang disfungsional.
Kedua, masalah interpersonal sekarang adalah efektif di dalam pengobatan gangguan depresif berat dan mungkin,
secara spesifik membantu menjawab masalah.
Terapi berorientasi psikoanalitik.
Pendekatan psikoanalitik pada teori psikoanalitik tentang depresi dan mania.
Tujuan umum
perubahan struktur atau karakter, bukan semata-mata menghilangkan gejala.
perbaikan kepercayaan diri, keakraban, mekanisme mengatasi, kapasitas berdukacita, dan kemampuan untuk
mengalami berbagai macam emosi
Terapi keluarga
Indikasi
jika gangguan membahayakan perkawinan atau fungsi keluarga
jika gangguan mood adalah diperkembangkan atau dipertahankan oleh situasi keluarga
Farmakoterapi
Indikasi
Gangguan depresif berat.
obat trisiklik. masalah pasien tidak respon terhadap pengobatan pertama;
semua antidepresan memerlukan waktu 3-4 minggu efek terapetik, semua antidepresan memiliki efek
merugikan.
Tetapi,
bupropion (Wellbutrin)
serotoninspecific reuptake inhibitors (SSRIs): fluoxetine, paroxetin, dan setraline (Zoloft)klinis lebih
aman dan lebih baik ditoleransi daripada obat yang sebelunnya, sama efektifnya.
gejala pertama yang membaik adalah pola tidur dan makan yang terganggu.agitasi, kecemasan, episode depresif.
gejala selanjutnya yang membaik: energi yang rendah, konsentrasi yang buruk, ketidakberdayaan, dan penurunan
libido
PENDIDIKAN PASIEN.
tentang penggunaan antidepresan adalah sama pentingnya bagi keberhasilan pengobatan.
bahwa pasien tidak akan mengalami ketagihan terhadap antidepresan,
diperlukan waktu 3-4 minggu untuk dapat dirasakannya efek antidepresan:,
menjelaskan efek samping secara terinci;
mempertimbangkan risiko hunuh diri
ALTERNATIF TERHADAP TERAPI OBAT.
elektrokonvulsif terapi dan fototerapi.
elektrokonvulsif terapi (ECT) digunakan jika
(1) pasien tidak responsif terhadap farmakoterapi,
(2) pasien tidak dapat mentoleransi farmakoterapi, atau
(3) situasi klinis adalah sangat parah sehingga diperlukan perbaikan cepat.
Fototerapi adalah suatu pengobatan baru pada pasien ggn mood dgn pola musiman, dapat digunakan sendiri dan
kombinasi
Obat trisiklik, dan tetrasiklik
monoamine oxidase inhibitors (MAOIs).
serotonin specific reuptake inhibitors (SSRIs) dan
Antidepresan atipikal lain: bupropion, trazodone (Desyrel) dan alprazolam (Xanax)
(Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid satu)
Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan.
Berikan kehangatan, empati, pengertian dan opimistik.
Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya.
Bantulah memecahkan problem eksternal (misal, pekerjaan, menyewa rumah)-arahkan pasien, terutama selama episode
akut dan bila pasien aktif bergerak.
Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompesasi yang akan datang
Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu) dan secara teratur tetapi jangan sampai tidak berakhir
atau untk selamanya.
Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui kemarahan, hostilitas, dan
tuntutan yang tak masuk akal, dll)
Psikoterapi berorientasi tilikan jangka panjang dapat berguna pada pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa
pasien dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.
Terapi kognitif perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan ringan
Depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan pengelaman -pengalaman sukses.
Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikian -pikiran negatif dan harapan harapan
negatif. Terapi ini mencegah kekambuhan.
Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga sampai malam berikutnya), dapa membantu
mengurangi gejala gejala depresi mayor buat sementara.
Latihan fisik (berlari,berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan mekanisme bilologik yang belum dimengerti dengan
baik.
Terapi Fisik
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin bermanfaat dalam pengobatan depresi
bipolar akut dan beberapa depresi unipolar.
Antikonvulsan juga sama baik dengan litium untuk mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk
rumatan. Antidepresan dan litium dapat dimulai bersama sama dan litium diteruskan setelah remisi.
Antipsikotik diperlukan bagi pasien psikotik, paranoid, atau pasien yang sangat agitasi, tunggal atau bersama
sama dengan antidepresan, litium, atau ECT-anti depresan yang baru juga terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu pengobatan,
bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang akut)
pada beberapa depresi psikotik
pada pasien yang tak dapat mentoleransi obat (misal, pasien tua yang berpenyakit jantung). Lebih dari 90% pasien
memberikan respons.
(Buku Saku Psikiatri, David A tomb)
Indikasi utama untuk antidepresan adalah episode depresif berat
Obat lini pertamatrisiklik atau tetrasiklik atau SSRI
Alogaritma untuk mengobati pasien dengan gangguan depresif berat

Obat Anti Depresi ( Thymoleptics, Psychic Energizers, Anti Depressants, Anti Depresan
Penggolongan
B. Golongan Obat pada Gangguan Depresi

C.

D. Diagram skematis titik tangkap obat-obat antidepresan


E . S U M B E R : B G K AT Z U N G , B A S I C C L I N I C A L P H A R M A C O L O G Y 1 0 T H E D , 2 0 0 6 .
Indikasi
Untuk Sindroma Depresi
Kontraindikasi
Penyakit jantung koroner, MCI, khususnya pd usia lanjut
Glaukoma, Retensi Urin, Hipertrofi Prostat, Gg fungsi hati, Epilepsi
Pd penggunaan obat Lithium, kelainan fungsi jantung, ginjal dan kelenjar thyroid
Wanita hamil dan menyusui tdk dianjuran menggunaan TCA, resiko teratogenik besar ( khususnya trimester 1 ) dan
TCA diekskresi mll ASI
Mekanisme Kerja
Menghambat re uptake aminergik neurotransmitter (Noradrenalin, serotonin, dopamin) dan menghambat
penghancuran oleh enzim MAO ( Monoamine Oxidase ) shg terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotrasmitter pada
sinaps neuron di SSP.
Dosis
Yg perlu dipertimbangkan :
Onset efek primer : sekitar 2 4 minggu
Onset efek sekunder : sekitar 12 24 jam
Waktu paruh : 12 48 jam ( pemberian 1 2 x / hari )
Ada 5 proses dlm pengaturan dosis :
Initiating Dosage ( test dose) untuk mencapai dosis anjuran selama mgg I
Titrating Dosage ( optimal dose ) mulai dosis anjuran sampai mencapai dosis efektif dosis optimal
Stabilizing Dosage ( Stabilizing dose ) dosis optimal dipertahankan selama 2 3 bulan
Maintaining Dosage ( Maintaining dose ) selama 3 6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan = dosis optimal
Tapering Dosage ( tapering dose ) selama 1 bulan. Kebalikan dari proses Initiating Dosage
Efek Samping
Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll )
Efek Antikolinergik ( mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus tekikardia, dll )
Efek Anti adrenergik alfa ( perubahan EKG, hipotensi )
Efek Neurotoksis ( tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia )
Cara mengatasinya :
Gastric lavage ( hemodialisis tdk bermanfaat oleh karena obat Trisiklik bersifat protein binding forced diuresis juga
tdk bermanfaat oleh karena renal excretion of free drug rendah )
Diazepam 10 mg ( im ) untuk mengatasi konvulsi
Prostigmine 0,5 1,0 mg ( im ) untuk mengatasi efek anti kolinergik ( dp diulangi setiap 30 45 sampai gejala
mereda )
Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung
(Maslim, Rusdi, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, 2001, Edisi ke-3)

Macam-Macam Gangguan Mood dan Ciri-Cirinya


Ada beberapa jenis dalam gangguan mood yang terjadi pada manusia ini umumnya digolongkan sesuai dengan tingkat seberapa
lamanya gangguan ini terjadi, yaitu :
1. Episode manic
Periode ini biasanya muncul secara tiba-tiba, mengumpulkan kekuatan dalam beberapa hari. Selama satu episode manic ornag
tersebut mengalami elevasi atau ekspansi mood yang tiba-tiba dan merasakan kegembiraan, euphoria, atau optimism yang tidak biasa. Orang
yang mengalami episode manic ini akan memperolok orang lain dengan memberikan lelucon yang keterlaluan atau bahkan cenderung
memperlihatkan penilaian yang buruk dan menjadi argumentative, dan terkadang bertindak afektif. Tak hanya itu orang yang mengalami
episode manic ini umumnya mengalami self-esteem yang meningkat, mulai berkisar dari self-confidance yang ekstreem hingga delusi total
akan kebesaran diri sendiri (Nevid, 2003: 237-238).
Dalam episode manic terdapat kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat disertai dengan peningkatan dalam jumlah dan
kecepatan aktivitas fisik dan mental dalam berbagai derajat keparahan. Dalam episode manic terdapat tipe hipomania dimana pada gangguan
ini derajat gangguan yang lebih ringan dari mania. Tipe hipomania ini dapat ditandai dengan adanya afek yang meninggi atau berubah
disertai dengan aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, dan tidak disertai halusinasi atau waham.
2. Gangguan Depresi (gangguan Unipolar)
Depresi merupakan suatu perasaan yang bias muncul dalam berbagai cara dan mempunyai sejumlah penyebab,tidak memedulikan
jenis kelamin dan pekerjaan, dan bias menyerang kapanpun dari remaja sampai paruh baya. Dimana usia paruh baya ini merupakan usia
puncak dari depresi. Pada setiap orang depresi ini berbeda-beda bentuknya. Kondisi ini bisa disertai dengan kecemasan, gelisah, dan
berbicara gugup atau bias beralih menjadi periode mania (mood yang meningkat), berbicara terputus-putus, serta aktivitas kompulsif yang
dinamakan pasien manic depresif. Namun, ada juga yang bersikap apatis dan cenderung menutupi kekhawatirannya. Penderita sering
mengeluh tidak mampu berfikir dengan jelas, sulit berkonsentrasi, atau membuat keputusan (Jacoby, 2009:34). Dalam proses berjalannya
gangguan depresi, depresi ini merupakan gangguan yang dapat dibagi menjadi tiga tahap yang dimulai dari gejala yang ringan, sedang
hingga berat.
Gejala atau ciri-ciri utama seseorang dengan depresi adalah afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya
energy yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
Gejala atau cirri lainnya :
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang,
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,
d) Pandangan tentang masa depan yang suram dan pesimistis,
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri,
f) Tidur terganggu,
g) Nafsu makan berkurang (Maslim, 2003: 64)
Depresi ringan
Depresi ringan ini di identikkan dengan depresi minor yang merupakan perasaan melankolis yang berlangsung sebentar dan
disebabkan oleh sebuah kejadian yang tragis atau mengandung ancaman, atau kehilangan sesuatu yang penting dalam kehidupan si penderita
(Meier, 2000: 20-21). Orang dengan depresi ringan ini setidaknya memiliki 2 dari gejala lainnya dan 2-3 dari gejala utama. (Maslim, 2003,
64).
Depresi sedang
Depresi sedang ini di alami oleh penderita selama kurang 2 minggu, dan orang dengan depresi sedang ini mengalami kesulitan
nyata untuk meneruskan kegiatan social, pekerjaan dan urusan rumah tangga. Orang dengan depresi sedang ini setidaknya memiliki 2-3 dari
gejala utama dan 3-4 dari gejala lainnya (Maslim, 2003: 64)
Depresi mayor
Depresi mayor merupakan salah satu gangguan yang prevalensinya paling tinggi di antara berbagai gangguan (Davidson, 2006:
374). Depresi mayor adalah kemurungan yang dalam dan menyebar luas. Perasaan murung ini mampu menyedot semangat dan energy serta
menyelubungi kehidupan si penderita seperti asap yang tebak dan menyesakkan dada. Depresi mayor ini dapat berlangsung cukup lama
mulai dari empat belas hari sampai beberapa tahun. Hal ini menyebabkan penderita akan sangat sulit utnuk berfungsi dengan baik di
lingkungannya. Orang dengan depresi mayor ini juga terkadang disertai dengan keinginan untuk bunuh diri atau bahkan keinginan untuk
mati. Orang yang sangat tertekan, mereka akan mengalami dampak hal-hal yang mengganggu kejiwaan mereka seperti gila, paranoia atau
halusinasi pendengaran (Meier, 2000: 25-26).
3. Gangguan distimik atau distimia
Gangguan distimik ini merupakan gangguan mood yang berpola depresi ringan (tetapi nungkin saja menjadi mood yang menyulitkan
pada anak-anak atau remaja) yang terjadi dalam suatu rentang waktupada orang dewasa, biasanya dalam beberapa tahun (Nevid, 2003:
229). Gangguan distimik pada anak-anak dan remaja terdiri dari mood yang terdepresi atau mudah tersinggung untuk sebagaian besar hari,
lebih banyak hari dibandingkan tidak, selama periode sekurangnya satu tahun. Pada anak-anak dan remaja, mood yang mudah tersinggung
dapat menggantikan criteria mood terdepresi untuk orang dewasa dan bahwa criteria durasi adalah bukan dua tahun tetapi satu tahun utnuk
anak-anak dan remaja (Kaplan, dkk, 1997: 813).
Ada beberapa gejala atau cirri yang dapat ditandai saat gejala ini muncul, yaitu :
a) Kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan,
b) Sulit tidur atau kebanyakan tidur (sulit bangun),
c) Tingkat energy rendah atau mudah lelah,
d) Citra diri yang rendah,
e) Daya konsentrasi yang rendah atau sulit mengambil keputusan,
f) Perasaan putus asa.
Penderita gangguan ini setidaknya mengalami gejala-gejala diatas paling lama 2 bulan sekali. Pada gangguan ini tidak terjadi depresi
mayor selama dua tahun terakhir, tidak pernah menderita akibat perubahan naik turun antara periode kegairahan yang membumbung tinggi
dan depresi yang melankolis. Gangguan distimia ini tidak disebabkan oleh penyalahgunaaan obat atau bahan kimiawi. Namun, gejala ini
mengakibatkan kerusakan klinis yang signifikan dalam fungsi social, pekerjaan atau area-area penting lain dalam kehidupan si penderita
(Meier, 2000: 22).
4. Gangguan perubahan mood (bipolar)
Gangguan bipolar adalah gangguan mental berat, tanpa memandang apakah ada perubahan mental antara mania dan depresi secara
full brown. Gangguan bipolar merupakan suatu psikosis afektif, ada gangguan emosi, baik akibat kebiasaan maupun menyembunyikan
kecemasan dan perasaan malu. Pada fase depresi, pendiam, mendendam perasaan, emosional sensitive. Pada fase mania perilakunya sangat
berlawanan, sangat ekstrover. Pada beberapa kasus keadaaan ini mengandung unsure fanatic dan religious (Jacoby, 2009: 27).
Gangguan bipolar ini sendiri dibagi menjadi dua, yaitu gangguan bipolar 1 dan gangguan bipolar 2. Gangguan bipolar 1 ini terjadi
pada seseorang yang mengalami setidaknya satu episode manic secara penuh. Di mana seseorang mengalami perubahan mood antara rasa
girang dan depresi dnegan diselingi periode antara berupa mood yang normal. Sedangkan, gangguan bipolar 2 ini diasosiasikan dengan suatu
bentuk maniak yang lebih ringan. Pada gangguan bipolar 2 ini sesorang mengalami satu atau lebih episode-episode depresi mayor dan
paling tidak satu episode hipomanik (Nevid, 2003: 237).
5. Gangguan Siklotimik
Gangguan siklotimik ini berasal dari kata Yunani kyklos lingkaran dan thymos spirit. Jadi dapat diartikan bahwa siklotimik ini
merupakan spirit yang bergerak secara berputar di mana dapat diartikan sebagai suatu deskripsi yang tepat dari siklotimik karena gangguan
ini melibtatkan suatu pola melingkar yang kronis dari gangguan mood yang ditandai oleh perubahan mood ringan paling tidak selama 2
tahun (1 tahun untuk anak-anak dan remaja)(Nevid, 2003: 239). Pada gangguan siklotimik anak dan remaja diperlukan periode satu tahun
adanya sejumlah pergeseran mood. Dan pada beberapa remaja siklotimik dapat memungkinkan untuk menjadi gangguan bipolar 1(Kaplan,
dkk, 1997: 814).
Pada penderita gangguan siklotimik, penderita mengalami pergantian suasana perasaan senang dan depresi yang bersifat kronis yang
tidak sampai pada tingkat keparahan seperti episode manic atau depresi berat. Pada para gangguan siklomatik cenderung berada di salah satu
keadaan suasana perasaan selama bertahun-tahun dengan relative sedikit periode suasana netral (eutimia). Penderita gangguan siklomatik ini
secara berganti-ganti akan mengalami gejala-gejala keadaan depresi ringan dan umumnya disebut sebagai moody(Durand, 2006: 282).
6. Kehilangan
Kehilangan adalah keadaan duka cita yang berhubungan dengan kematian seseorang yang dicintai yang dapat ditemukan dengan
gejala yang karakteristik dari episode depresif berat. Orang dengan kehilangan ini umumnya dapat dikenali dari gejala-gejala berikut :
a) Perasaan sedih,
b) Insomnia,
c) Menghilangnya nafsu makan,
d) Dan di beberapa kasus terjadi penurunan berat badan.
Dan jika pada anak-anak umumnya mereka lebih menarik diri dan terlihat sedih; dan mereka tidak mudah ditarik meskipun aktivitas
itu merupakan aktivitas yang mereka sukai (Kaplan, dkk, 1997: 815).
7. Bunuh Diri
Perilaku bunuh diri bukanlah suatu gangguan psikologis, tetapi sering merupakan cirri atau symptom dari gangguan psikologis yang
mendasarinya, dan biasanya adalah gangguan mood yang menjadi alasan dibalik perilaku percobaan bunuh diri. Orang yang
mempertimbangkan untuk bunuh diri pada saat stress kemungkinan kurang memiliki keterampilan memecahkan masalah dan kurang dapat
menemukan cara-cara alternative untuk copping dengan stressor yang mereka hadapi. Dalam kaitannya, bunuh diri ini terkait dengan suatu
jaringan yang kompleks dari beberapa factor. Namun, jelas bahwa kebanyakan kasus bunuh diri ini dapat dicegah bila orang dengan
perasaan ingin bunuh diri menerima penanganan untuk gangguan yang mendasari perilaku bunuh diri, termasuk didalamnya adalah depresi,
skizofrenia, serta penyalahgunaan alcohol dan zat (Nevid, 2003: 262-266).
C. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Gangguan Mood
Dilihat dari beberapa sudut pandang, ada beberapa hal ynag menyebabkan seseorang itu mengalami gangguan mood, dan diantara
factor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor Biologis
a. Pengaruh Keluarga dan Genetik
Dalam kaitannya dengan gangguan mood adalah dalam studi keluarga, para peneliti melihat adanya prevaliansi gangguan tertentu
pada anggota-anggota keluarga keluarga tingkat-pertama dari orang-orang yang diketahui memiliki gangguan. Dan mereka menemukan
bahwa angka anggota keluarga yang memiliki gangguan suasana perasaan secara konsisten dua sampai tiga kali lebih tinggi fibanding
anggota keluarga kelompok control yang tidak memiliki gangguan perasaan. Namun, perlu diketahui bahwa jika salah satu di antara
pasangan memiliki gangguan unipolar, maka kemungkinan pasangan kembarnya untuk memiliki gangguan bipolar yang sangat tipis atau
sama sekali tidak ada. Dan tingkat keparahan mungkin juga terkait dengan banyaknya concordance (sejauhmana sesuatu dimiliki bersama).
b. Sistem Neurotransmiter
Gangguan suasana perasaan telah menjadi subjek studi neurobiologist yang lebih intens. Penelitian mengimplikasikan pada tingkat
serotonin yang rendah dalam etiologi gangguan suasana perasaan. Hal ini dikarenakan, fungsi primer serotonin adalah mengatur reaksi-
reaksi emosional pada manusia. Dalam hipotesis permisif penelitian ini mengatakan bahwa ketika tingkat serotonin rendah,
neurotransmitter lainnya diizinkan (mood irregularities), termasuk depresi. Anjloknya norepineferin akan menjadi salah satu akibat
terjadinya gangguan mood.
c. Ritme Tidur dan Sirkadian
Gangguan mood yang dialami oleh seseorang ini umumnya dapat dilihat dari pertambahan jam tidur yang semakin meningkat. Dan
dalam beberapa tahun telah diketahui bahwa gangguan tidur merupakan salah satu pertanda bagi kebanyakan gangguan perasaan. Hal ini
terjadi karena, pada orang-orang yang mengalami depresi hanya ada waktu yang lebih pendek secara signifikan sepelum repid eye
movement (REM) sleep dimulai. REM sleep atau non-REM sleep. Pada saat seseorang tetidur, mereka akan melalui beberapa subtahapan
tidur yang secara progresif menjadi lebih nyenyak, di mana pada saat itu mereka mencapai tingkat istirahat yang sesungguhnya. Pada
prosesnya, setelah 90 menit seseorang mulai mengalami REM sleep, di mana otak terjaga dan kita mulai bermimpi. Mata akan bergerak
maju-mundur dengan cepatdi balik kelopak mata, sehingga dinamai dengan repid eye movement sleep. Dan ketika semakin larut, maka
banyaknya REM sleep akan semakain bertambah. Sedangkan, pada orang yang menderita depresi akan kehilangan tidur gelombang-lambat
mereka.
Selain memasuki periode REM sleep yang jumlah yang jauh lebih cepat, orang dengan depresi ini akan mengalami aktvitas REM
yang lebih intens. Tak hanya itu, tahapan tidur yang paling nyenyak hanya berlangsung pendek atau bahkan tidak terjadi sama sekali. Karena
ada beberapa karakteristik tidur hanya terjadi pada saat seseorang sedang mengalami depresi dan tidak terjadi pada saat lainnya.
d. Aktivitas Gelombang Otak
Ada beberapa indicator yang dapat dilihat dari aktivitas gelombang otak yang menunjukkan adanya kerentanan biologis seseorang
terhadap depresi. Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas gelombang otak yang didemonstrasikan oleh peneliti bahwa para penderita depresi
menunjukkan aktivasi lebih besar pada anterior sebelah kanan (dan lebih kecil pada aktivasi sebelah kiri) disbanding orang-orang yang tidak
mengalami depresi (Durand, 2006: 295-299).
2. Faktor Psikologis
Dalam mengulas kontribusi genetic terhadap penyebab depresi dapat dinyatakan bahwa 60%-80% penyebab depresi dapat
diatribusikan pada pengalaman-penagalaman psikologis. Selain itu pengalaman itu bersifat unik untuk masing-masing individu.
a. Peristiwa Kehidupan yang Stressful
Peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan orang-orang yang divintai, putusnuya hubungan romantic, lamanya
hidup menganggur, sakit fisik, masalah dalam pernikahan dan hubungan, kesulitan ekonomi, dan lain sebagainya ini dapat meningkatkan
resiko berkembangnya gangguan mood atau kambuhnya sebuah gangguan mood, terutama depresi mayor. Dan pada orang-orang dengan
depresi mayor ini sering kali kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah interpersonal dengan teman,
teman kerja atau supervisor.
b. Teori Humanistic
Menurut teori ini, seseornag menjadi depresi saat mereka tidak dapat mengisi keberadaan mereka dengan makna dan tidak dapat
membuat pilihan-pilihan autentik yang menghasilkan self-fulfillment. Kemudian dunia dianggap sebagai tempat yang menjemukan (Nevid,
2003: 240-243).
c. Learned Helplessness
Learned helplessness merupakan kedaan diri yang selalu membuat atribusi bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stress dalam
kehidupannya (baik sesuai kenyataan maupun tidak).
d. Negative Cognitive Styles
Negative cognitive styles adalah kesalahan berfikir yang difokuskan secara negative pada tiga hal, yaitu dirinya sendiri, dunian
terdekatnya, dan masa depannya. Di mana menurut Beck, penderita depresi memandang yang terburuk dari segala hal. Bagi mereka,
kemunduran terkevil sekalipun merupakan bencana besar.
3. Faktor Sosial dan Kultural
Sejumlah faktor social cultural memberikan kontribusi pada onset atau bertahannya dperesi. Faktor yang paling menonjol antara lain
adalah hubungan perkawinan, gender, dan dukungan social.
a. Hubungan Perkawinan
Maksudnya adalah hubungan perkawinan yang tidak memuaskan yang bisa menyebabkan individu bisa mengalami gangguan
perasaan seperti depresi.
b. Perbedaan Gender
Menurut Cyranowski, dkk (2000) Sumber perbedaan ini bersifat cultural, karena peran jenis yang berbeda untuk laki-laki dan
perempuan di masyarakat. Di mana laki-laki sangat di dorong mandiri, masterful, dan asertif, sedangkan perempuan sebaliknya diharapkan
lebih pasif, lebih sensitive terhadap orang lain, dan mungkin lebih banyak bergantung pada orang lain.
c. Dukungan Social
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Johnson, Winett, dkk (1999) tentang efek-efek dukungan social di dalam kesembuhan
yang pesat dari episode manic maupun depresif pada pasien gangguan bipolar, mereka menemukan hasil yang mengejutkan bahwa, jaringan
pertemanan, dan keluarga yang suportif secara social membantu terjadinya kesembuhan cepat dari episode depresif, tetapi tidak pada
episode manic. Dari hasil penelitian ini dan juga studi-studi prospektif yang dilakukan menguatkan tentang pentingnya dukungan social
(atau kekurangan dukungan social) dalam memprediksi onset atau gejala-gejala depresi yang muncul kemudian (Durand, 2006: 303-308).

D. Terapi untuk Gangguan Mood


Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani seseorang yang mengalami gangguan mood, beberapa diantaranya
adalah :
1. Pengobatan
Pemberian antidepresian yang dapat membantu memgontrol gejala dan mempertahankan fungsi neurotransmitter. Ada 3 tipe
antidepresian yang sering digunakan, yaitu :
a. Trisiklik (Tofranil, Elavil)
Trisiklik ini berfungsi untuk memberikan efek dengan mendesentralisasi norepinefferin.
b. Monamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)
MAOIs ini berfungsi untuk memblokir enzim MAO yang memogokkan neurotransmitter seperti norepinefrin dan serotonin.
c. Selective Serotogenic Reuptake Inhibitors (SSRIs)
SSRIs ini secara spesifik memblokir reuptake serotonin pra-sinaptik. Dan secara temporer menaikkan level serotonin dibagian
reseptornya.
d. Lithium
Lithium ini merupakan garam yang dapat ditemukan dalam kandungan air minum yang kadar jumlahnya sangat kecil hingga tidak
memberikan efek apapun. Lithium sendiri memiliki sebuah keunggulan yang membedakannya dari antidepresan lainnya. Karena,
substansinya lebih sering efektif untuk mencegah dan menangani episode-episode manic.
2. Terapi Kognitif-Behavioral
Dalam prosees terapi ini klien diajarkan untuk menelaah secara cermat cara berfikir mereka saat mereka depresi dan untuk
menengarai kesalahan-kesalahan depresif dalam berpikir. Tak hanya itu, klien juga diajarkan bahwa kesalahan dalam berfikir dapa
menyebabkan depresi secara langsung. Dan penanganannya melibatkan tindakan mengkoreksi kesalahan-kesalahan berpikir dan
menggantinya dengan pemikiran dan penilaian yang kurang menyebabkan depresi dan (mungkin) lebih relistis.
3. Psikoterapi Interpersonal (IPT / Interpersonal Psychotheraphy)
IPT atau Psikoterapi Interpersonal ini memfokuskan pada penyelesaian berbagai masalah dalam hubungan yang sudah ada dan
belajar membangun hubungan-hubungan interpersonal yang penting dan baru. Dalam proses IPT ini sangat terstruktur. Pada proses awal
terapis harus mengidentifikasi berbagai stressor yang mungkin mencetuskan depresi. Setelah itu, terapis mengklasifikasikan dan
mendefinisikan sebuah perselisihan interpersonal. Setelah itu, mencari penyelesaiannya dengan :
Tahap negosiasi
Tahap jalan bunyu
Tahap resolusi
4. ECT (Elektrokonvulsif dan Simulasi Magnetik Transkranial/ TMS)
ECT adalah penangan yang cukup aman dan efektif untuk depresi berat yang tidak menunjukkan perbaikan dengan penanganan
bentuk lain. ECT merupakan bentuk penanganan yang dalam pengadministrasiannya pasien diberi anestsesi/ obat bius untuk mengurangi
perasaan tidak nyaman dan diberikan obat perelaks otot untuk mencegah kerusakan tulang akibat konvulsi selama sizure (Kejang-kejang).
Kemudian listrik diadministrasikan secara langsung melalui otak selama kurang dari satu detik. Bentuk penanganan ECT ini terbukti untuk
menaikkan lever serotonin, memblokir hormone-hormon stress dan membantu terjadinya neurogenesis dalam hipokampus.
Sedangkan TMS (Transcrantial Magnetic Simulation) bekerja dengan cara menempatkan sebuah gulungan magnetic diatas kepala
untuk membangkitkan denyut elektromagnetik yang dialokasikan dengan tepat. Dalam penanganan ini anastesi tidak dibutuhkan karena,
efek sampingnya biasanya terbatas dalam bentuk sakit kepala.
TMS dan ECT ini sama-sama efektif untuk pasien-pasien dengan depresi berat atau depresi psikotik yang resisten dengan
penanganan (belum menunjukkan respons terhadap obat atau penanganan psikologis) (Durand, 2006: 311-318).

Daftar Pustaka
Davidson, Gerald C., 2006, Psikoloogi Abnormal, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Nevid, Jeffrey S., dkk, 2003, Psikologi Abnormal, Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai