Perilaku pencarian pengobatan merupakan proses dalam merespon terhadap suatu penyakit atau mencari pengobatan. Proses tersebut bisa dengan berusaha mengobati sendiri, pengobatan tradisional (dukun), ke tenaga kesehatan setempat yang kadang tidak terlatih, tenaga kesehatan formal yang terlatih, dan ke pusat kesehatan pemerintah. Perilaku pencarian pengobatan dipengaruhi oleh keadaan sosial, budaya, situasi dan kondisi, pengalaman, dan personal. Hasil pengamatan di keluarga binaan Tn. Jamak menunjukkan perilaku mencari pengobatan yang masih kurang baik. Faktor yang mempengaruhi perilaku Tn. Jamak dalam pencarian pengobatan adalah persepsi derajat keparahan dari kondisi penyakitnya, kondisi ekonominya yang kurang, pengetahuan mengenai penyakit yang kurang karena beliau tidak pernah bersekolah, pelayanan tenaga kesehatan dan keterjangkauan terhadap pengobatan. Tn. Jamak dan istrinya mendapatkan informasi mengenai kesehatan berasal dari petugas kesehatan yang datang ke rumahnya. Seperti pada saat Tn. Jamak mengalami batuk kronis selama satu tahun, beliau tidak memeriksakan dirinya. Tn. Jamak baru mau memeriksakan dirinya setelah ada bidan desa bersama anaknya yang datang ke rumahnya dan memaksanya untuk memeriksakan diri. Demikian juga istrinya yang tidak memeriksakan dirinya walaupun pernah memiliki riwayat muntah darah.Tn jamak dan istrinya baru mau mencari pengobatan apabila penyakitnya sudah memberi hambatan dalam melakukan pekerjaan. Hal ini berarti mereka mau memeriksakan diri apabila penyakitnya sudah memberat. Contohnya Tn. Jamak baru memeriksakan dirinya saat tidak kuat berdiri karena lututnya yang sakit. Tn. Jamak memilih pergi ke pelayanan kesehatan yang terdekat di sekitar rumahnya yakni ke polindes dan mantri desa. Tn. Jamak biasanya akan meminta disuntik jika sudah sakit hingga tidak bisa bekerja. Tingkat pendapatan keluarga Tn. Jamak sebagai buruh tani kurang, dimana beliau tidak akan mendapat uang apabila tidak turun ke sawah. Hal inilah yang bisa menjadi alasan keengganan beliau untuk berobat. Selain itu lokasi pelayanan kesehatan cukup jauh dari rumah Tn. Jamak dan kebergantungan Tn. Jamak kepada anaknya untuk transportasi membuat beliau sering terlambat dalam mencari pengobatan.
3.4 Profil Tempat Tinggal
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran kurang lebih 10 m x 8 m didaerah padat penduduk. Rumah ini mempunyai 1 lantai. Pasien dan keluarganya tinggal di pedesaan dengan bentuk bangunan tidak bertingkat. Rumah pasien dihuni oleh 2 orang penghuni yaitu pasien beserta istrinya. Terdapat sekat tipis dan penghubung kecil antara rumah pasien dengan rumah di sebelahnya yaitu rumah cucu keponakannya. Lantai rumah pasien terbuat semen. Dinding terbuat dari anyaman bambu dan sebagian bertembok, atap terbuat dari genteng dan tidak bereternit. Di dalam rumah pasien terdapat 4 buah ruangan terdiri dari satu ruang tamu yang menyambung dengan ruang tengah, dua kamar tidur , dan dapur. Tidak terdapat jendela sebagai ventilasi . Ventilasi dan pencahayaan hanya didapat dari pintu rumah ketika dibuka.
3.5 Profil Lingkungan Tempat Tinggal
A. Sanitasi Dasar Sumber air Sumber air bersal dari sumur digunakan untuk memasak dan minum. Pasien mandi di sungai dekat rumah. Jamban Rumah pasien tidak memiliki jamban pribadi. Pasien BAB dan BAK sembarangan di selokan sekitar rumahnya. Pembuangan Air limbah rumah tangga langsung dibuang ke sungai dan pembuangan sampah langsung di bakar. Pembuangan sampah rumah tangga dibakar di belakang rumah. B. Pekarangan Pekarangan di sekitar rumah kurang bersih, masih ada sampah dan kotoran dari ayam yang berkeliaran di sekitar rumah. C. Kandang Keluarga pasien tidak memiliki kandang ayam. D. Jarak antar rumah Jarak antar rumah cukup berdekatan sekitar 1 meter. Rumah berada di lingkungan yang cukup padat penduduk. E. Kesehatan orang di sekitar rumah Pasien merupakan perokok berat sejak usia muda. Saat ini pasien sudah mengurangi rokok yang dikonsumsi. Pasien saat ini terdiagnosis TB paru. Cicit keponakan pasien sering main ke rumahnya dan terpapar dengan kuman TB dan asap rokok. Istrinya juga terus terpapar dengan kuman TB dan asap rokok. Kondisi rumah pasien tidak termasuk rumah sehat karena tidak memenuhi beberapa kriteria seperti tidak memiliki jamban pribadi, pekarangan rumah yang kotor, ventilasi buruk, dan tidak ada pembuangan sampah khusus. Selain itu adanya anggota keluarga yang merokok dan sakit TBC membuat lingkungan rumahnya kurang sehat.