Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum, negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahkan setelah abad pertengahan
yang ditandai dengan ide demokrasi dapat dikatakan tanpa konstitusi,
negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hokum dasarnya
suatu negara. Dasar-dasar penyelenggaraan bernegara didasarkan pada
konstitusi sebagai hokum dasar.
Negara yang berlandaskan pada suatu konstitusi dinamakan negara
konstitusional. Konstitusional merupakan salah satu ciri negara demokrasi
modern. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara ideal sebagai negara
konstitusional maka konstitusi negara tersebut harus memenuhi sifat atau
ciri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi, negara tersebut harus pula menganut
gagasan tentang konstitusionalisme.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Negara?
2. Apakah pengertian Konstitusi?
3. Bagaimana kedudukan Konstitusi dalam Negara?
4. Apa isi, tujuan dan fungsi konstitusi dalam negara?
5. Apa saja konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian negara
2. Untuk mengetahui pengertian konstitusi
3. Untuk mengetahui kedudukan konstitusi dalam negara
4. Untuk mengetahui isi, tujuan dan fungsi konstitusi dalam negara
5. Untuk mengetahui konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara
Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang terdiri atas unsur
rakyat (penduduk), wilayah dan pemerintah. Pemerintah adalah satu unsur
negara. Pemerintahlah yang menyelenggarakan dan melaksanakan tugas-
tugas demi terwujudnya tujuan bernegara. Organisasi negara dalam suatu
wilayah bukanlah satu-satunya organisasi, ada beberapa organisasi-
organisasi lain (keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan dan organisasi
lainnya yang maisng-masing memiliki kepribadian yang terlepas dari
masalah kenegaraan). Secara umum negara diartikan sebagai suatu
organisasi utama yang ada didalam suatu wilayah karena memiliki
pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk ikut campur dalam
banyak hal dalam bidang-bidang organisasi-organisasi lainnya.1 Terdapat
beberapa elemen yang berperan dalam membentuk negara yaitu sebagai
berikut:
1. Masyarakat
Masyarakat adalah unsur terpenting dalam tatanan suatu negara.
Masyarakat atau rakyat merupakan suatu individu yang berkepentingan
dalam suksesnya suatu tatanan dalam pemerintahan.
2. Wilayah (territorial)
Suatu negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya suatu wilayah.
Selain pentingnya unsuru wilayah dengan batas-batas yang jelas,
penting pula keadaan khusus wilayah yang bersangkutan, artinya
apakah layak suatu wilayah itu masuk suatu negara tertentu atau
sebaliknya dipecah menjadi wilayah berbagai negara.
1
Endah Norma Dewi, Negara dan Konstitusi,
http://endahnormadewi.blogspot.co.id/2015/05/makalah-negara-dan -konstitusi.html?m=1
diakses pada tanggal 19 Oktober 2017

2
3. Pemerintahan
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintah
memiliki kekuasaan atas semua anggota masyarakat yang merupakan
penduuduk suatu nefara dan dalam wilayah negara. Di negara
demokrasi, pemerintah yang baik adalah pemerintah yang menjamin
sepenuhnya kepentingan rakyat, serta hak-hak dasar rakyat.
Pemerintah yang menjamin sepenuhnya kepentingan rakyat, serta hak-
hak dasar rakyat. Dismaping itu pemerintah dalam menjalankan
kekuasaannya perlu dibatasi agar kekuasaan itu tidak disalahgunakan,
tidak sewenang-wenang, serta benar-benar untuk kepentingan rakyat.
B. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari istilah bahasa Perancis constituer yang
artinya membentuk. Pemakaian istilah konstitusi dimaksudkan untuk
pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara.
Konstitusi juga dapat berarti peraturan dasar (awal) mengenai
pembentukan negara. Istilah konstitudi bisa dipersamakan dengan hokum
dasar atau undang-undang dasar. Kata konstitudi dalam kamus besar
bahasa Indonesia sebagai berikut: (1) segala ketentuan dan aturan
mengenai ketatanegaraan (2) undang-undang dasar suatu negara.2
Konstitusi juga dapat diartikan sebagai hokum dasar. Para pendiri
negara menggunakan istilah hokum dasar. Dalam penjelasan UUD 1945
dikatakan: Undang-undang dasar suatu negara ialah hanya sebagian
hokum dasar negara itu. Undang-undang dasar ialah hokum dasar yang
tertulis, sedang disampingnya undang-undang dasar tersebut berlaku juga
hokum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara, meskipun tidak
tertulis. Hokum dasar tidak tertulis disebut Konvensi.
C. Kedudukan Konstitusi dalam Negara

2
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, edisi ketiga, (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2014) hal. 65

3
Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi
barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti
sejarah perjuangan para pendahulu. Selain itu, konstitusi juga merupakan
ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding fathers, serta memberikan
arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan suatu
negara yang mereka pimpin.
Konstitusi secara umum berisi hal-hal yang mendasar dari suatu
negara. Hal-hal mendasar itu adalah aturan-aturan atau norma-norma dasar
yang dipakai sebagai pedoman pokok bernegara. Meskipun konstitusi
yang ada di dunia ini berbeda-beda, baik dalam hal tujuan, bentuk, atau
isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama,
yaitu sebagai hokum dasae dan hokum tertinggi.
a. Konstitusi sebagai hokum dasar
Konstitusi berkedudukan sebagai hokum dasar karena ia berisi aturan
dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dala, kehidupan suatu
negara, secara khusus konstitusi memuat aturan tentang badan-badab
pemerintahan (lembaga-lembaga negara), dan sekaligus memberikan
kewenangan kepadanya.
b. Konstitusi sebagai hokum tertinggi
Konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hokum tertinggi
dalam tata hokum negara yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa
aturan-aturan yang terdapat dalam konstitusi, secara hierarkis
mempunyai kedudukan lebih tinggi (superior) terhadap aturan-aturan
lainnya.
D. Isi, Tujuan, dan Fungsi Konstitusi Negara
Konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu
negara. Konstitusi menjadi dasar utama bagi penyelenggaraan bernegara
oleh karena itu, konstitusi menempati posisi penting dan strategi dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Prof.A. Hamid S attamini
mengatakan bahwa konstitusi atau undang undang dasar merupakan

4
pemberi pengangan dan pemberi batas, sekaligus merupakan pentunjuk
bagaimana suatu negara harus dijalankan.
Hal hal yang di atur dalam konstitusi negara umumnya berisi
tentang pembagian kekuasaan negara, hubungan antar lembaga negara,
dan hubungan negara dengan warga negara. Aturanaturan itu masih
bersifat umum dan secara garis besar, aturan aturan itu selanjutnya
dijabarkan lebih lanjut pada aturan perundangan di bawahnya.
Menurut miriam budiardjo, konstitusi atau undang-undang dasar
memuat ketentuanketentuan sebagai berikut.
a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasan antara badan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dalam negara federal, masalah
pembagian kekuasan antara pemerintah federal dengan pemerintah
negara bagian, prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yuridikasi
lembaga negara.
b. Hak-hak asasi manusia
c. Prosedur mengubah undang-undang dasar.
d. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari
undang-undang dasar. Hal ini untuk menghindari terulangnya hal-hal
yang telah diatasi dan tidak di kehendaki lagi. Misalnya, undang-
undang dasar jerman melarang untuk mengubah federalisme sebab bila
menjadi unitarisme dikhawatirkan dapat mengembalikan munculnya
seorang hitler. Jika kita membaca pasal demi pasal dalam undang-
undang dasar 1945 maka kita dapat mengetahui beberapa hal yang
menjadi isi daripda konstitusi republik indonesia ini. Hal-hal yang di
atur dalam undang-undang dasar 1945 antara lain:
a. Hal-hal yang sifanya umum, misalnya tentang kekuasaan dalam
negara dan identitas-identitas negara.
b. Hal yang menyangkut lembaga-lembaga negara, hubungan antar
lembaga negara, fungsi, tugas , hak dan kewenangannya.
c. Hal yang menyangkut hubungan antara negara dan warga negara,
yaitu hak dan kewajiban negara terhadap warganya ataupun hak

5
dan kewajiban warga negara tergadap negara, termasuk juga hak
asasi manusia.
d. Konsepsi atau cita negara dalam berbagai bidang, misalnya bidang
pendidikan, kesejahteraan, ekonomi, sosial, dan pertahanan.
e. Hal mengenai perubahan undang-undang dasar.
f. Ketentuan-ketentuan peralihan atau ketentuan transisi.
Gagasan konstitusionalisme menyatakan bahwa konsitusi di suatu
negara memiliki sifat membatasi kekuasaan pemerintah dan menjamin
hak-hak dasar warga negara. Sejalan dengan sifat membatasi kekuasaan
pemerintahan maka konstitusi secara ringkas memiliki tiga tujuan, yaitu :
a. Memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap Kekuasaan
politik.
b. Melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa itu sendiri, dan
c. Memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.
Selain itu, konstitusi negara bertujuan menjamin pemenuhan hak-
hak dasar warga negara. Konstitusi negara memiliki fungsi-fungsi sebagai
berikut:
a. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan negara.
b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara dengan
warga negara.
d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara
ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber, kekuasaan
yang asli (dalam demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
f. Fungsi simbolik, yaitu sebagai sarana pemersatu (simbol unity),
sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of
nation), serta sebagai center of ceremony.

6
g. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control) baik
dalam arti sempit, yaitu bidang politik dan arti luas mencakup bidang
sosial ekonomi.
h. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social
engineering atau social reform)
E. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia
Dalam sejarahnya, sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 hingga
sekarang, di Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar
dalam empat periode, yaitu:
a. Periode 18 Agustus 1945 27 Desember 1949 menggunakan UUD
1945. UUD 1945 terdiri daari bagian pembukaan, batang tubuh dengan
16 bab, 37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan
Tambahan dan bagian penjelasan,
b. Periode 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 menggunakan UUD
RIS. UUD RIS yang terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian,
c. Periode 17 Agustus 1950 5 Juli 1959 menggunakan UUDS 1950
yang terdiri atas 6 bab, 146 pasal, dan beberapa bagian, dan
d. Periode 5 Juli 1959 sekarang kembali menggunakan UUD 1945.
Undang-undang dasar negara republik Indonesia pertama
ditetapkan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada
tanggal 18 Agustus 1945. Undang-undang dasar yang ditetapkan oleh
PPKI tersebut sebenarnya merupakan hasil karya BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) melalui siding-
sidangnya dari tanggal 29 Mei 1945 1 Juni 1945 dan tanggal 10 Juli 16
Juli 1945. Hasil kerja BPUPKI berupa rancangan pembukaan hokum dasae
negara dan rancangan hokum dasar negara. Rancangan pembukaan dan
hokum dasar negara dari BPUPKI itulah yang selanjutnya ditetapkan
menjadi Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia setelah
dilakukan perubahan seperlunya oleh PPKI.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 18 Agustus
1945 hanya berlaku dalam waktu singkat, yaitu mulai tanggal 18 Agustus

7
1945 27 Desember 1949. Sejak 27 Desember 1949 diberlakukan
undang-undang dassar baru yang disebut Konstitusi Republik Indonesia
Serikat (KRIS) tahun 1949. Hal ini terjadi karena bentuk negara Indonesia
berubah dari kesatuan menjadi serikat atau federal.
Konstitusi kedua yang berlaku di Indonesia adalah Konstitusi
Republik Indonesia Serikat disingkat KRIS atau UUD RIS. Konstitusi
Republik Indonesia Serikat (KRIS) atau UUD RIS 1949 berlaku di
Republik Indonesia Serikat (RIS). Jadi, dengan berubahnya bentuk negara
Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) maka Konstitusi
Republik Indonesia Serikat (KRIS) menjadi undang-undang dasarnya.
Undang-undang Dasar Negara Indonesia 18 Agustus 1945 tetap berlaku,
tetapi hanya di salah satu negara bagian RIS, yaitu negara Republik
Indonesia (RI) yang beribukota di Yogyakarta.
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) atau UUD RIS 1949
berlaku dari tanggal 27 Desember 1949 17 Agustus 1950. Pada tanggal
17 Agustus 1950, bangsa Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan.
Dengan demikian UUD 1949 tidak diberlakukan lagi. Periode berlakunya
UUD RIS 1949 dari tanggal 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950 oleh
Muh. Yamin disebut Konstitusi II.
Konstitusi RIS atau UUD RIS 1949 terdiri atas:
a. Mukadimah yang terdiri atas 4 alinea, dan
b. Bagian batang tubuh yang terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan lampiran.
Beberapa ketentuan pokok dalam UUD RIS 1949 antara lain:
a. Bentuk negara adalah serikat, sedang bentuk pemerintahan adalah
republic, dan
b. Sistem pemerintahan adalah parlementer, dimana kepala pemerintahan
dijabat oleh seorang perdana menteri. Perdana menteri RIS saat itu
adalah Moh. Hatta.
Konstitusi yang berlaku sesudah UUD RIS adalah Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS) 1950. UUDS 1950 dimaksudkan sebagai
pengganti dari UUD RIS 1949 setelah Indonesia kembali ke bentuk negara

8
kesatuan. Perubahan UUD RIS menjadi UUDS 1950 dituangkan dalam
Undang-Undang Federal No. 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi
Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia.
Undang-undang dasar ini dinamakan sementara karena sifatnya
memang untuk sementara saja. Dalam ketentuan undang-undang dasar ini
disebutkan adanya lembaga pembuat undang-undang dasar yang
dinamakan konstituante. Konstituante inilah yang akan menyusun undang-
undang dasar yang bersifat tetap.
UUDS 1950 terdiri atas:
a. Mukadimah yang terdiri dari 4 alinea, dan
b. Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 146 pasal.
Isi pokok yang diatur dalam UUDS 1950 antara lain:
a. Bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik.
b. Sistem pemerintahan adalah parlementer menurut UUDS 1950, dan
c. Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang
dasar tetap sebagai pengganti dari UUDS 1950.
UUDS 1950 berlaku dari tanggal 17 Agustus 1950 5 Juli 1959.
Dalam sejarahnya lembaga Konstituante yang diberi tugas menyusun
undang-undang dasar baru pengganti UUDS 1950 tidak berhasil
menyelesaikan tugasnya. Situasi ini kemudian memicu munculnya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Pada tanggal 5 Juli 1959 presiden Soekarno
mengeluarkan dekrit yang isinya sebagai berikut.
a. Menetapkan pembubaran konstituante
b. Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS
1950.
c. Pembentukan MPRS dan DPAS
Dengan ketetapan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tersebut maka sejak 5
Juli 1959 UUDS dinyatakan tidak berlaku lagi. Sejak saat itu berlaku
kembali UUD Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945 yang dalam
Dekrit Presiden disebut UUD 1945.

9
Dengan adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kita menggunakan
kembali UUD Negara Indonesia tanggal 18 Agustus 1945 yang
selanjutnya dikenal dengan nama UUD 1945. Isi UUD 1945 berdasar
Dekrit Presiden ini dengan demikian tidak berbeda debgan Undang-
Undang Dasar tanggal 18 Agustus 1945.
UUD 1945 berlaku dari tanggal 5 Juli 1959 sampai tahun 1999.
UUD 1945 ini berlaku pada dua masa pemerintahan, yaitu:
a. Masa pemerintahan presiden Soekarno dari tahun 1959 sampai 1966,
dan
b. Masa pemerintahan presiden Soekarno dari tahun 1966 sampai 1998.
Dalam dua masa pemerintahan tersebut tidak ada perubahan dalam
UUD 1945. Sesudah berakhirnya masa pemerintahan presiden Soeharto,
UUD 1945 mengalami perubahan atau amandemen.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang terdiri
atas unsur rakyat (penduduk), wilayah dan pemerintah.
Konstitusi berarti peraturan dasar mengenai pembentukan
negara. Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting
dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi
menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang
sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu. Selain
itu, konstitusi juga merupakan ide-ide dasar yang digariskan
oleh the founding fathers, serta memberikan arahan kepada
generasi penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara
yang mereka pimpin. Dalam sejarahnya, sejak Proklamasi 17
Agustus 1945 hingga sekarang, di Indonesia telah berlaku tiga
macam undang-undang dasar dalam empat periode, yaitu: UUD
1945, UUD RIS, UUDS 1950, dan menggunakan UUD 1945
kembali hingga sekarang.
B. Saran
Dengan adanya pengetahuan tentang konstitusi dan negara
ini diharapkan semua kalangan dapat mengenal apa arti penting
konstitusi dan bagaimana suatu konstitusi itu dapat terbentuk.
Konstitusi merupakan tonggak penting bagi suatu negara sudah
sepatutnya konstitusi tetap terjaga kemurniannya dan semua
masyarakat mengerti bagaimana arti penting konstitusi.

11

Anda mungkin juga menyukai