Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN KHUSUS

Simposium European Society for


Medical Oncology (ESMO) ke-35
70
ISSN: 0125-913 X I 182 / vol. 38 no. 1 / Januari - Februari 2011 http.//www.kalbe.co.id/cdk

TINJAUAN PUSTAKA BERITA TERKINI PROFIL


Penyebaran HIV/AIDS pada Asupan Magnesium yang Tinggi DR. Dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM
Pasangan Tetap ODHA di Indonesia Menurunkan Risiko Stroke Iskemik Dokter Harus Lebih Menonjolkan
Tingginya Sifat Sosial

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 1 12/30/2010 11:07:16 AM


Petunjuk untuk Penulis
DAFTAR ISI
CDK menerima naskah yang membahas berbagai aspek keseha-
tan, kedokteran dan farmasi, bisa berupa tinjauan kepusta-
kaan ataupun hasil penelitian di bidang-bidang tersebut, termasuk lapo-
ran kasus. Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang EDITORIAL 4
khusus untuk diterbitkan oleh CDK; bila pernah dibahas atau dibacakan ENGLISH SUMMARY 6
dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan mengenai
nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggu- ARTIKEL
nakan bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Manajemen Hipertensi dengan Penyulit Proteinuria
Indonesia yang berlaku. Istilah medis sedapat mungkin menggunakan
istilah bahasa Indonesia yang baku, atau diberi padanannya dalam ba-
Sany Rahmawansa Siswardana 7
hasa Indonesia. Terapi Diabetes Mellitus
Redaksi berhak mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Vincea Eko 13
Setiap naskah harus disertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia
Aspek Klinis HIV
dan Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak ber-
bahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah berisi 2.000 - 3.000 kata Yuly 21
ditulis dengan program pengolah kata seperti MS Word, spasi ganda, Penyebaran HIV/AIDS pada Pasangan Tetap
font Eurostile atau Times New Roman 10 pt.
ODHA di Indonesia
Nama (para) pengarang ditulis lengkap, disertai keterangan lemba-
ga/fakultas/institut tempat bekerjanya. Tabel/skema/grak/ilustrasi yang Noviyani Sugiarto 25
melengkapi naskah dibuat sejelas- jelasnya dan telah dimasukkan dalam Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase Deficiency (G6PD)
program MS Word.
Erica Surjadjaja 34
Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan pemunculannya
dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated Index Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien Stroke
Medicus dan/atau Uniform Requirement for Manuscripts Submitted to Punik Mumpuni Wijayanti 37
Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9).

Contoh : BERITA TERKINI


1. Basmajian JV, Kirby RL.Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore, Apixaban: Penghambat faktor Xa yang Lebih Baik 41
London: William and Wilkins, 1984; Hal 174-9.
Beta-blocker Meningkatkan Harapan Hidup dan
2. Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading micro-
organisms. Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic Menurunkan Risiko Eksaserbasi Pasien PPOK 43
physiology: Mechanism of diseases. Philadelphia: WB Saunders, Cara Mudah Mencegah Penyakit Kardiovaskuler
1974 ; 457-72. Bagi Masyarakat Umum 45
3. Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan lariasis di Indonesia.
Asupan Magnesium yang Tinggi Menurunkan Risiko
CDK. 1990; 64: 7-10.
Stroke Iskemik 46
Jika pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh Hepatoprotektor Herbal untuk Gangguan Hati 47
atau lebih, sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
Merokok adalah Satu-satunya Risiko untuk Kanker Paru
Naskah dikirim ke redaksi dalam bentuk softcopy / CD atau melalui
pada Perempuan dengan HIV 51
e-mail ke alamat :
Palonosetron sebagai Antiemetik pada Kasus
Redaksi CDK Melanoma Metastatik 53
Jl. Letjen Suprapto Kav. 4
Resusitasi Anak 54
Cempaka Putih, Jakarta 10510
E-mail: cdk.redaksi@yahoo.co.id Sumatriptan Transdermal sebagai Terapi Migren 55
Tlp: (021) 4208171. Fax: (021) 42873685 Escitalopram Memperbaiki Fungsi Kognitif Pasien
Pasca Stroke 57
Mengingat saat ini CDK sudah dapat diakses lewat internet (online)
Olmesartan Meningkatkan Risiko Kematian Pasien
maka (para) penulis hendaknya menyadari bahwa makalah yang diter-
bitkan juga akan dapat lebih mudah dimanfaatkan oleh lingkungan yang pada Diabetes Melitus 59
lebih luas. L-arginin Memperbaiki Kapasitas Latihan dan Kualitas
Korespondensi selanjutnya akan dilakukan melalui e-mail; oleh kar- Hidup Pasien Transplantasi Jantung 60
ena itu untuk keperluan tersebut tentukan contact person lengkap den-
gan alamat e-mailnya.
PRAKTIS 61
OPINI 65
PROFIL 69
LAPORAN KHUSUS 70
INFO PRODUK 75
AGENDA 77
RPPIK 78

Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat


masing-masing penulis dan tidak selalu merupakan pandangan
atau kebijakan instansi/lembaga tempat kerja si penulis.

| JANUARI - FEBRUARI 2011 3

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 3 12/30/2010 11:08:31 AM


LAPORAN KHUSUS
Simposium European Society for
Medical Oncology (ESMO) ke-35
70
ISSN: 0125-913 X I 181 / vol. 38 no. 1 / Januari - Februari 2011 http.//www.kalbe.co.id/cdk

TINJAUAN PUSTAKA BERITA TERKINI PROFIL


Penyebaran HIV/AIDS pada Asupan Magnesium yang Tinggi DR. Dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM
Pasangan Tetap ODHA di Indonesia Menurunkan Risiko Stroke Iskemik Dokter Harus Lebih Menonjolkan
Tingginya Sifat Sosial

EDITORIAL
Memasuki tahun 2011, redaksi berharap semuanya selalu optimis dan berada dalam keadaan
yang lebih baik, termasuk kesehatan dan kesejahteraan sejawat sekalian.

Bahasan CDK edisi ini ialah mengenai masalah hipertensi dan metabolik dalam kaitannya
dengan diabetes mellitus, diikuti dengan artikel mengenai HIV masalah yang akan makin
mengemuka di kemudian hari.

Di edisi ini, juga disisipkan angket yang diharapkan bisa memberikan umpan-balik atas
kinerja majalah dan manfaatnya bagi para pembaca; oleh karena itu, kami harapkan sejawat
sudi meluangkan sedikit waktu untuk mengisi dan mengirimkannya kembali ke alamat kami
untuk perbaikan mutu yang akhirnya akan bermanfaat bagi semua,

Kami tunggu suara dan pendapat sejawat,

Selamat Tahun Baru 2011

Redaksi

4 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 4 12/29/2010 12:43:19 AM


Redaksi Kehormatan
Prof. Drg. Siti Wuryan A Prayitno, SKM, MScD, PhD
Bagian Periodontologi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta

Prof. Dr. Abdul Muthalib, SpPD KHOM


Divisi Hematologi Onkologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
ISSN: 0125-913 X
Prof. Dr. Djoko Widodo, SpPD-KPTI
http://www.kalbe.co.id/cdk Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Prof. DR. Dr. Charles Surjadi, MPH


Pusat Penelitian Kesehatan Unika Atma Jaya Jakarta

Prof. DR. Dr. H. Azis Rani, SpPD, KGEH


Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Prof. DR. Dr. Sidartawan Soegondo, SpPD, KEMD, FACE


Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Alamat Redaksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Gedung KALBE DR. Dr. Abidin Widjanarko, SpPD-KHOM


Jl. Letjen. Suprapto Kav. 4 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Kanker Dharmais, Jakarta
Cempaka Putih, Jakarta 10510
DR. Dr. med. Abraham Simatupang, MKes
Tlp: 021-420 8171 Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta
Fax: 021-4287 3685
E-mail: cdk.redaksi@yahoo.co.id Prof. Dr. Sarah S. Waraouw, SpA(K)
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado
http://twitter.com/CDKMagazine
Prof. DR. Dr. Rully M.A. Roesli, SpPD-KGH
Nomor Ijin Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 Tanggal 3 Juli 1976 Dr. Hasan Sadikin, Bandung

Dr. Aucky Hinting, PhD, SpAnd


Penerbit Kalbe Farma Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
Pencetak Dian Rakyat
DR. Dr. Yoga Yuniadi, SpJP
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI/Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita, Jakarta

Prof. DR. Dra. Arini Setiawati


Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Prof. Dr. Faisal Yunus, PhD, SpP(K)


Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/SMF Paru RS Persahabatan, Jakarta
Susunan Redaksi Prof. DR. Dr. Rianto Setiabudy, SpFK
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Dr. R.M. Nugroho Abikusno, MSc., DrPH


Ketua Pengarah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta
Dr. Boenjamin Setiawan, PhD
Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS
Fakultas KedokteranUniversitas Udayana Denpasar, Bali
Pemimpin Umum
Dr. Kupiya Timbul Wahyudi Prof. DR. Dr. Ignatius Riwanto, SpB(K)
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS Dr. Kariadi,
Ketua Penyunting Semarang

Dr. Budi Riyanto W. Dr. Tony Setiabudhi, SpKJ, PhD


Universitas Trisakti/ Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia, Jakarta
Manajer Bisnis Prof. DR. Samsuridjal Djauzi, SpPD, KAI
Nofa, S.Si, Apt. Sub Dept. Alergi-Imunologi, Dept. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Dewan Redaksi Dr. Prijo Sidipratomo, SpRad(K)
Dr. Artati Departemen Radiologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Dr. Irwan Widjaja
Prof. DR. Dr. Johan S. Masjhur, SpPD-KEMD, SpKN
Dr. Esther Kristiningrum
Departemen Kedokteran Nuklir Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
Dr. Dedyanto Henky RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung
Dr. Harvian Satya Dharma
Dr. Yoska Yasahardja Dr. Hendro Susilo, SpS(K)
Dept. Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RS Dr. Soetomo,
Surabaya
Tata Usaha
Dodi Sumarna Prof. DR. Dr. Darwin Karyadi, SpGK
Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat
Dr. Ike Sri Redjeki, SpAn KIC, M.Kes
Bagian Anestesiologi & Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung

| JANUARI - FEBRUARI 2011 5

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 5 12/29/2010 12:43:20 AM


ENGLISH SUMMARY

Glucose-6-Phosphate chronic hemolytic anemia, neonatal odontal disease, the most common
Dehydrogenase (G6PD) hyperbilirubinemia or absence of clini- oral infection.
cal symptoms. There is an advantage
Deciency of resistance to Falciparum malaria in Among stroke patients, maintaining
heterozygous females. Basically, the oral care can be a challenging task.
Erica Surjadjaja main treatment is avoidance of oxida- Physical weakness, lack of coordination
Jakarta, Indonesia tive stressors that induces hemolysis. and cognitive problems may prevent a
Acute hemolysis is mostly self-limited, person from independently maintain-
Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase but in rare cases it can be so severe that ing good oral hygiene. Dry mouth,
(G6PD) deciency is the most com- blood transfusion is required. Neona- oral ulcers and stomatitis caused by
mon human enzyme deciency affect- tal hyperbilirubinemia may be treated medication may also give impact on
ing approximately 400 millions people with phototherapy or exchange trans- oral health. Facial weakness and pa-
worldwide, and also the most impor- fusion to prevent kernicterus. ralysis of extremities may make oral
tant disease of the hexose mono- CDK 2011; 38 (1) : 34-36 hygiene procedures difcult. Many
phospate pathway. G6PD deciency stroke patients rely on nursing staff
makes erythrocytes more vulnerable for maintaining oral hygiene, yet oral
to oxidative stress, such as infections, care is not a priority, and few training
oxidative drugs or, rarely fava beans; Oral Hygiene in or care policies available.
this is why the G6PD deciency is also
known as favism. G6PD deciency as
Stroke Patients Dental health care provider should
an X-chromosome linked inborn error Punik Mumpuni Wijayanti counsel the patient on the importance
is most commonly found in males of Department of Public Health, Faculty of of thorough oral hygiene; dental health
African, Asian, Mediterranean, or Mid- Medicine, Universitas Islam Indonesia, care provider may need to modify oral
dle Eastern descent. Homozygotes Yogyakarta, Indonesia hygiene instruments for ease of use,
and heterozygotes both can be symp- perhaps in consultation with an occu-
tomatic; may be more severe in the Most studies concerning the rela- pational therapist.
homozygotes. The clinical presenta- tionship between oral infection and CDK 2011; 38 (1) : 37- 40
tions include acute hemolytic anemia, systemic diseases are related to peri-

Segenap Redaksi CDK mengucapkan

Selamat Hari Natal


dan
Tahun Baru
2011

6 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 6 12/29/2010 3:52:27 PM


TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Hipertensi dengan Penyulit Proteinuria


Sany Rahmawansa Siswardana
PPDS-1 Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Universitas Udayana/ RSUP Sanglah
Denpasar, Bali, Indonesia

PENDAHULUAN Excess Reduced Stress Genetic Obesity Endothelium


sodium nephon alteration derived
Hipertensi adalah salah satu faktor intake number factors

risiko penyakit kardiovaskular. Meng-


ingat umumnya hipertensi asimtomatis, Renal Decreased Sympathetic Renin- Cell Hyper-
sodium ltration nervous anglotensin membrane insulinemia
banyak penderita yang tidak waspada retention surface overactivity excess alteration

terhadap perjalanan lanjut hipertensi.


Fluid Venous
volume constriction
Konsep manajemen hipertensi ada-
lah mempertahankan tekanan darah
dalam keadaan optimal. Sedangkan Preload Contractability Functional Structural
constriction hypertrophy
tujuan utamanya adalah mencegah
komplikasi pada organ target, salah
satunya ginjal, agar dapat memerta- BLOOD PRESSURE = CARDIAC OUTPUT X PERIPHERAL RESISTANCE
Hypertension = Increased CO and/or Increased PR
hankan kualitas hidup penderita. Autoregulation

Proteinuria merupakan petanda keru- Gambar 1. Persamaan dasar tekanan darah dan etiologi hipertensi primer.
sakan ginjal; tatalaksana hipertensi
dengan proteinuria haruslah berdasar- Tabel 1. Klasikasi hipertensi menurut ESC-ESH guideline 2007.4
kan hasil penelitian dan panduan pe- Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
natalaksanaan yang telah disepakati. Optimal <120 dan <80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
DASAR HIPERTENSI: CARDIAC
OUTPUT(CO), RESISTENSI PERIFER Normal tinggi 130-139 dan/atau 85-89
(PR), DAN PERAN AUTOREGULASI Hipertensi stadium 1 140-159 dan/atau 90-99
Temuan hemodinamik khas pada hi- Hipertensi stadium 2 160-179 dan/atau 100-109
pertensi menetap adalah peningkatan Hipertensi stadium 3 180 dan/atau 110
resistensi perifer dan normal cardiac
Hipertensi sistolik terisolasi 140 dan <90
output karena peran proses autoregu-
lasi. 1
HIPERTENSI DAN PROTEINURIA rena mekanisme kompensasi intrinsik
Studi besar epidemiologi menunjuk- Pada hipertensi salah satu organ tar- vaskular melalui peningkatan tahanan
kan bahwa peningkatan heart rate (laju get adalah ginjal. Hipertensi memberi sistemik vaskular; proses ini disebut
jantung) adalah faktor risiko indepen- kontribusi terhadap kerusakan fungsi autoregulasi.1 Peningkatan tekanan
den terhadap mortalitas dan morbidi- ginjal, manifestasinya dapat berupa sistemik terus menerus terhadap
tas individu sehat dengan atau tanpa proteinuria, penurunan GFR, atau se- glomerulus dapat menyebabkan hi-
hipertensi dan pada penderita penya- cara progresif menuju penyakit ginjal pertensi glomerular, glomerulosklero-
kit jantung koroner, infark miokard dan stadium akhir.5 sis dan disfungsi ginjal progresif.
gagal jantung kongestif.2
Apabila parenkim ginjal diberi beban Protein di dalam nefron akan diltrasi
Studi besar MERIT-HF pada penderita volume melebihi kapasitasnya maka oleh glomerulus dan direabsorbsi oleh
gagal jantung kronis, menunjukkan tekanan darah akan naik akibat pen- tubulus. Pada keadaan normal ginjal
bahwa penderita dengan heart rate ingkatan cardiac output, tetapi dalam mengekskresi protein dalam jumlah
lebih tinggi mortalitasnya lebih ting- beberapa hari cardiac output akan sedikit di urin; komposisinya 20% pro-
gi.3 menurun sampai hampir normal ka- tein berat molekul rendah, 40% Tamm-

| JANUARI - FEBRUARI 2011 7

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 7 12/29/2010 12:43:21 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Horsfall mucoprotein yang disekresi gresif dan meningkatnya risiko penya- < 90 mmHg dibanding tekanan darah
oleh tubulus distalis, dan 40% albumin kit kardiovaskular.5,6 < 130/90 mmHg memberikan hasil re-
dengan berat molekul tinggi. Dua pro- sidual proteinuria yang sama.
tein pertama tidak dapat terdeteksi PERANAN PROTEINURIA PADA
pada pemeriksaaan dipstick. Ekskresi TATALAKSANA HIPERTENSI5 Penelitian-penelitian tersebut menun-
albumin urine rata-rata 30-300 mg/ Semua guideline terbaru merekomen- jukkan bahwa tekanan darah <130/80
hari (0.03-0.3 g/hari) bila diukur de- dasikan target tekanan darah pada di- mmHg menurunkan progresivitas ke-
ngan urine tampung 24 jam, 20 - 200 abetes dan atau penyakit ginjal kronis rusakan ginjal7,8
mikrogram/menit jika diukur dalam kurang dari 130/80 mmHg. Studi The
rentang waktu pada pemeriksaan urin Modication of Diet in Renal Disease Analisis hasil studi menghasilkan bah-
tampung, atau 30 - 300 mg/g (0.03 - (MDRD) memberikan bukti pertama wa pada individu dengan proteinu-
0.3 g/g) jika diukur dengan rasio urin yang mendukung teori bahwa penu- ria > 1g/hari progresitas penurunan
albumin-creatinine.5,6 runan tekanan darah pada penderita fungsi ginjal berkurang melalui penu-
penyakit ginjal kronis menghasilkan runan GFR, saat tekanan darah kurang
Proteinuria merupakan cermin kerusa- mortalitas yang lebih rendah. dari 125/75 mm Hg.
kan ginjal walaupun tidak ada keluhan.
Gangguan fungsi glomerular dapat Studi meta analisis Jafar TH dkk. TATALAKSANA HIPERTENSI DEN-
menyebabkan hipertensi dan seba- (2003) pada penderita hipertensi GAN PROTEINURIA
liknya hipertensi dapat menyebabkan dengan penyakit ginjal non diabetik, Penelitian menunjukkan dengan
gangguan fungsi glomerular. Fungsi menunjukkan bahwa tekanan sistolik menurunkan tekanan darah pada ting-
ginjal akan menurun secara progresif 110129 mmHg berrisiko progresivi- kat yang sama, semua obat sama efek-
dan berakhir sebagai penyakit ginjal tas penyakit ginjal lebih rendah pada tifnya pada populasi rata-rata penderi-
kronis. penderita dengan ekskresi urine lebih ta hipertensi.5
dari 1.000 mg/hari.
Proteinuria adalah adanya protein Apabila hipertensi ditemukan bersa-
urine > 150 mg/24 jam atau 140 mg/ Studi African American Study of Kid- ma penyakit kardiovaskular lain, lebih
m2 pada anak-anak. Dalam keadaan ney Disease (AASK) atas sampel ras direkomendasikan jenis obat tertentu
normal, sejumlah protein ditemukan Afrika-Amerika dengan penyakit ginjal yaitu ACE inhibitor (ACEI) dan Angio-
pada pemeriksaan urin rutin tanpa hipertensif, menekankan pentingnya tensin receptor blocker (ARB).5 Dua obat
gejala. Prevalensi proteinuria saat pe- penurunan tekanan darah pada pe- ini sudah terbukti dalam berbagai pe-
nyaringan rutin pada orang sehat seki- nyakit ginjal, sampai rata-rata 102-107 nelitian dapat menurunkan progresivi-
tar 3,5%5. mmHg. tas penyakit ginjal.4,7,8

Proteinuria dikatakan patologis bila Studi Ramipril Efcacy in Nephropathy Menurut algoritma ESC-ESH 2007,
kadarnya > 200 mg/hari pada bebe- (REIN) memberikan tambahan per- pada tingkat tekanan darah bera-
rapa pemeriksaan pada saat berbeda; spektif ; bahwa tekanan darah diastolik papun jika sudah disertai penyulit,
dikategorikan persisten bila menetap
di atas normal selama 3 bulan atau Tabel 3. Karakteristik hasil studi terhadap perbaikan ginjal.5,6
lebih. Proteinuria dikategorikan masif MDRD AASK REIN-2
bila protein urin > 3500 mg/hari dan Rata rata follow-up pasien (tahun) 6.2 3.8 3
mayoritas terdiri dari albumin. 5
GFR awal (mL/menit/1.73m2) 32 46 35

Proteinuria merupakan manifestasi Awal ekskresi protein (mg/hari) 1.090 530 2.850
klinis tipikal nefropati; berhubungan Perbedaan hasil akhir pada ginjal antara grup Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dengan penurunan fungsi ginjal pro- dengan tekanan darah tinggi dan rendah perbedaan perbedaan perbedaan

Tabel 2. Denisi mikroalbuminuria dan makroalbuminuria atau proteinuria.


Makroalbuminuria atau
Metode penampungan Normal Mikroalbuminuria
proteinuria
Albumin Penampungan 24 jam (mg/hari) <30 30-299 300
Penampungan sewaktu (microgram/menit) <20 20-199 200
rasio albumin-creatinin urin spot (mg/g) <30 30-299 300
Protein total Penampungan 24 jam (mg/hari) <300 Tidak dapat dilakukan 300
Penampungan sewaktu (mikrogram/menit) <20 Tidak dapat dilakukan 200
rasio albumin-creatinin urin spot (mg/g) <200 Tidak dapat dilakukan 200

| JANUARI - FEBRUARI 2011 9

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 9 12/30/2010 9:31:44 PM


TINJAUAN PUSTAKA

Blood pressure (mmHg)


Normal High normal Grade HT Grade 2 HT Grade 3 HT
Other risk factors OD SBP 120-129 SBP 130-139 SBP 140-159 SBP 160-179 SBP 180
or disease or or or or or
DBP 80-84 DBP 85-89 DBP 90-99 DBP 100-109 DBP 110

Lifestyle changes for Lifestyle changes for


Lifestyle changes
several monthsthen several monthsthen
No other risk factors No BP intervention No BP intervention + immediate drug
drug treatment if BP drug treatment if BP
treatment
uncontrolled uncontrolled

Lifestyle changes for Lifestyle changes for


Lifestyle changes
several monthsthen several monthsthen
1-2 risk factors Lifestyle changes Lifestyle changes + immediate drug
drug treatment if BP drug treatment if BP
treatment
uncontrolled uncontrolled

Lifestyle changes
3 risk dactors, MS
Lifestyle changes and consider drug
or OD Lifestyle changes Lifestyle changes Lifestyle changes
treatment
+ + + immediate drug
Lifestyle changes + Drug treatment Drug treatment treatment
Diabetes Lifestyle changes
Drug treatment

Lifestyle changes Lifestyle changes Lifestyle changes Lifestyle changes Lifestyle changes
Established CV or
+ immediate drug + immediate drug + immediate drug + immediate drug + immediate drug
renal disease
treatment treatment treatment treatment treatment

Gambar 1. Algoritma tatalaksana hipertensi ESC-ESH guideline 2007. 4

harus dilakukan modikasi gaya hidup proteinuria.5,7 c. Diit rendah lemak dan kolesterol.
dan terapi obat dengan target teka- d. Diit cukup kalium, kalsium dan
nan darah <130/80 mmHg, sedang- Pengukuran di rumah lebih efektif un- magnesium.
kan pada pendertia proteinuria nor- tuk pemantauan dibanding penguku- e. Tidak minum alkohol.
motensi tujuan pengobatan adalah ran tiap kunjungan.7 Pemantauan fung- f. Olah raga yang cukup 20 30 me-
menurunkan progresivitas perburukan si ginjal dan elektrolit sebelum mulai nit minimum 3 kali tiap minggu.
fungsi ginjal.4 pengobatan hipertensi dapat mem- g. Hindari stres.
berikan informasi berharga kepada h. Stop merokok.
PENGOBATAN HIPERTENSI: PRIN- masalah utamanya dan mencegah efek i. Diit tinggi serat dengan sayuran
SIP DASAR samping serius.10 Kalium dan kreatinin dan buah-buahan.
Tatalaksana awal manajemen hiper- harus dipantau paling tidak 1-2 kali tiap j. Aktitas sik.
tensi adalah terapi non-farmakologi tahun.7 Setelah tekanan darah menca-
(modikasi gaya hidup), lalu terapi far- pai target dan terkontrol, kunjungan ke Studi MDRD adalah studi terbesar
makologi (dengan obat-obatan). praktek dapat dilakukan tiap 3 sampai mengenai peran diit rendah protein
6 bulan.7 Kontrol tiap 6 bulan cukup un- terhadap fungsi ginjal pada populasi
Setiap kenaikan tekanan darah sistolik tuk hipertensi terkontrol.11 penderita penyakit ginjal kronis de-
20 mmHg atau tekanan darah diastolik ngan proteinuria; populasi ini dibagi
10 mmHg akan meningkatkan risiko PENGOBATAN HIPERTENSI menjadi dua grup yaitu grup dengan
penyakit kardiovaskular sebanyak 2 DENGAN PROTEINURA: NON diit rendah protein (0.58 g/kg/hari)
kali pada tekanan darah antara 115/75 FARMAKOLOGIS dan grup dengan diit sangat rendah
sampai 185/115 mmHg.6 Modikasi gaya hidup merupakan pro- protein (0.28 g/kg/hari). Ternyata se-
gram yang harus dijalani: 4,5,7,,9,12 lama 3 tahun penelitian, progresivitas
Pada penderita hipertensi dengan di- a. Menurunkan kelebihan berat kerusakan ginjal lebih rendah pada
abetes dan penyakit ginjal (termasuk badan sesuai Body Mass Index penderita dengan diit sangat rendah
proteinuria) target yang harus dicapai (BMI). protein. Hasil penelitian ini juga diper-
lebih rendah yaitu <130/80 mmHg. b. Diit rendah natrium 2.4 g per hari kuat oleh studi meta-analisis. Pelak-
1,4,5,7,8,
Hipertensi yang tak terkon- (100 mmol atau kurang dari 6g ga- sanaan diit harus dalam pengawasan
trol akan memperburuk keadaan ram). ketat karena risiko malnutrisi.5

10 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 10 12/29/2010 12:43:22 AM


TINJAUAN PUSTAKA

PENGOBATAN HIPERTENSI ACEI dan ARB adalah agen proteinuria -blocker) dapat ditambahkan.
DENGAN PROTEINURIA: lini pertama karena mempunyai efek
FARMAKOLOGIS independen antiproteinuria dan secara Penurunan tekanan darah dan protein-
Pada penelitian klinis, obat antihi- konsisten pada berbagai studi meng- uria diharapkan dapat memberikan
pertensi dapat mengurangi kejadian hasilkan perbaikan pada ginjal dan kar- proteksi maksimal terhadap fungsi
stroke 35-40 %; menurunkan kejadian diovaskular. Apabila tekanan darah ma- ginjal dan kardiovaskular, sehingga
infark miokard 20-25 %; dan menu- sih tinggi dapat dikombinasi dengan dapat menurunkan progersivitas pe-
runkan kejadian gagal jantung >50 non-DHP CCB, thiazide atau diuretik nyakit ginjal dan menurunkan risiko
%.8,13,14 Penderita hipertensi dengan loop, barulah agen lain (-blocker, kejadian penyakit kardiovaskular.
proteinuria memerlukan terapi lebih
agresif ; target tekanan darah <130/80
mmHg akan memperlambat pro- DAFTAR PUSTAKA
gresivitas kerusakan ginjal lebih lanjut 1. Kaplan NM. Primary hypertension: pathogenesis. In: Kaplans Clinical Hypertension. 9th ed. Philadel-
dan menurunkan risiko penyakit kar- phia: Lippincott Williams & Wilkins 2006. pp. 50-121.
diovaskular.5, 15 2. Bakris GL, Toto RD, McCullough PA et al. Effect of different ACE inhibitor combinations on albuminuria:
result of the GUARD study. Kidney Intl 2008. pp. 1303-1309.
Obat yang terbukti renoprotektif 3. Hjalmarson A. Heart rate: an independent risk factor in cardiovascular disease. Eur Heart J. 2007;9:
adalah ACE inhibitors, Angiotensin Suppl F3-F7.
receptor blockers, Calcium channel 4. Members of The Task Force on Hypertension of the European Society of Cardiology. The management
bockers. Sedangkan diuretik Thiazide, of arterial hypertension. In: ESC Guideline Desk Reference. Lippincott Williams & Wilkins 2007, 17-31.
-blocker dan -blocker belum ter- 5. Saradis PA, Khosla N, Bakris GL. Antihypertensive Therapy in the Presence of Proteinuria, Am J Kidney
bukti efek renoprotektifnya.6 Dis 2006;49:12-26.
6. Khosla N, Sarafadis P, Bakris GL. The presence of proteinuria and antihypertensive therapy selection, in:
Diuretik thiazide (HCT) tidak terbukti Theurapetic strategies in hypertension, Oxford 2006, pp. 28-29.
renoprotektif, tetapi pada penderita 7. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. JNC 7 Express, The Seventh Report of The Joint National
hipertensi dan proteinuria kombinasi Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. National Insti-
HCT dengan ACEI atau ARB merupa- tutes of Health 2003, 2-15.
kan pilihan pertama berdasarkan reko- 8. Indonesia Society of Hypertension. Ringkasan Eksekutif Penanggulangan Hipertensi 2007. InaSH Ja-
mendasi National Kidney Foundation- karta 2007, 3-24.
Kidney Disease Outcomes Quality 9. Rashidi A, Rahman M, Wright JT. Diagnosis and treatment of hypertension.In: Hursts the Heart, Vol. 2.
Initiative (NKF-KDOQI).5 12th ed. McGraw-Hill 2008, 1610-1629.
10. Martin U, Coleman JJ. Monitoring renal function in hypertension. BMJ 2006;333:896-899.
-blocker dan -blocker direkomen- 11. Birthwistle RV, Goodwin MS, Delva MD, et al. Randomised equivalence trial comparing three month and
dasikan oleh NKF-KDOQI sebagai six month follow up of patients with hypertension by family practitioners. BMJ 2004; 204:1-6.
agen lini ke tiga pada penderita de- 12. Kaplan NM. Management of hypertension. 5th ed. EMIS 1993, 48-51.
ngan proteinuria. Data penelitian UK- 13. Neal B, MacMahon S, Chapman N. Effects of ACE inhibitors, calcium antagonists, and other blood-
PDS 39 menunjukkan tidak ada efek pressure-lowering drugs: Results of prospectively designed overviews of randomized trials. Blood Pres-
renoprotektif agen ini; penurunan sure Lowering Treatment Trialists Collaboration. Lancet 2000;356:1955-1964.
derajat proteinuria hanyalah akibat 14. August P. Initial Treatment of Hypertension. N Engl J Med 2003;348:610-617.
penurunan tekanan darah.5 15. Ripley E. Richmond MS. Complementary effects of angiotensin-converting enzyme inhibitors and an-
giotensin receptor blockers in slowing the progression of chronic kidney disease, Am Heart J 2009;157:
SIMPULAN S7-S16.
Proteinuria merupakan faktor risiko
untuk progresi kerusakan ginjal, mor-
biditas dan mortalitas pada penya-
kit kardiovaskular. Hal utama adalah
menurunkan tekanan darah di bawah
130/80 mmHg pada AUE > 300 mg/d.

Sesuai ESC-ESH guideline 2007, tata-


laksana hipertensi dengan proteinu-
ria adalah modikasi gaya hidup dan
obat-obatan. Target tekanan darah
adalah <130/80 mmHg.

| JANUARI - FEBRUARI 2011 11

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 11 12/29/2010 12:43:22 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Terapi Diabetes Mellitus


Vincea Eko
RSUD Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia

PENDAHULUAN ingkatan aktivitas trombosit sehingga DEFINISI & PATOFISOLOGI DM


Diabetes mellitus merupakan suatu berefek buruk pada sistem kardio- Diabetes Melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik de- vaskuler; selain itu sering dihubung- kelompok penyakit metabolik dengan
ngan karakteristik hiperglikemia. Pe- kan dengan kerusakan sel saraf, iskemi karakteristik hiperglikemia karena ke-
ningkatan pendapatan perkapita dan otak, diperkirakan melalui peningka- lainan sekresi insulin, kerja insulin atau
perubahan gaya hidup di berbagai tan asidosis jaringan dan kadar laktat kedua-duanya (ADA 2005). DM meru-
negara berkembang, termasuk di In- darah. Hiperglikemia berdampak bu- pakan sesuatu yang tidak dapat ditu-
donesia, terutama di kota-kota besar, ruk terhadap luaran klinis (Clement et angkan dalam satu jawaban singkat
meningkatkan prevalensi penyakit al, 2004). tetapi secara umum dapat dikatakan
degeneratif seperti penyakit jantung sebagai suatu kumpulan problema
koroner, hipertensi, hiperlipidemia, Beberapa penelitian seperti UKPDS anatomik dan kimiawi akibat sejum-
diabetes dan lain-lain. Di Indonesia (United Kingdom Prospective Diabetes lah faktor di mana didapat desiensi
penyandang diabetes melitus tipe I Study), ADVANCE, ACOORD, VADT insulin absolut atau relatif dan gang-
jarang, prevalensinya belum diketahui menyatakan bahwa terkontrolnya gula guan fungsi insulin (WHO 1980). Insu-
pasti. Faktor genetik adanya kekurang- darah mengurangi komplikasi. Infus lin adalah hormon pengatur glukosa
an asam aspartat pada posisi HLA- insulin (glucose-insulin-potassium/ darah, yang menstimulasi pemasukan
DQ-beta menyebabkan seseorang GIK) juga terbukti dapat memper- glukosa ke dalam sel untuk diguna-
menjadi rentan (susceptible) terhadap baiki luaran pasien gawat darurat kan sebagai sumber energi, dipro-
DM tipe 1. Lain halnya pada DM tipe2 yang dirawat di ruang intensif akibat duksi oleh sel beta pulau Langerhans
yang meliputi lebih 90% populasi dia- kelainan jantung, infark miokard akut, kelenjar pankreas. Insulin basal adalah
betes. Dalam Diabetes Atlas 2000 stroke, menurunkan angka kejadian jumlah insulin eksogen per unit waktu
(International Diabetes Federation) gagal organ multipel akibat sepsis, yang diperlukan untuk mencegah
perkiraan penduduk Indonesia di atas gagal ginjal akut yang membutuhkan hiperglikemia puasa akibat glukoneo-
usia 20 tahun sebesar 125 juta, dengan dialisis, menurunkan kebutuhan trans- genesis serta mencegah ketogenesis
asumsi prevalensi DM 4,6% diperkira- fusi darah, polineuropati, menurunkan yang tidak terdeteksi. Insulin prandial
kan ada 5,6 juta penderita DM; pada penggunaan ventilasi mekanis yang adalah jumlah insulin yang dibutuhkan
tahun 2020, dengan asumsi 178 juta berkepanjangan serta lama perawatan untuk mengkonversi bahan makanan
penduduk diperkirakan akan ada 8,2 di ruang intensif. ke dalam bentuk energi cadangan
juta pasien diabetes. Penelitian Lit- sehingga tidak terjadi hiperglikemia
bang Depkes terakhir (Desember 2008) Terdapat dua proses patosiologi postprandial. Insulin koreksi adalah
menunjukkan prevalensi nasional un- primer yang berperan dalam perkem- jumlah insulin yang diperlukan pasien
tuk TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) bangan diabetes tipe 2 : berkurang- di rumah sakit akibat kenaikan kebutu-
10,25% dan diabetes 5,7%. nya respon jaringan tubuh terhadap han insulin yang disebabkan penyakit
insulin dan menurunnya fungsi pulau atau stres. Insulin endogen adalah
Hiperglikemia membahayakan ber- Langerhans secara berkelanjutan dise- insulin yang dihasilkan oleh pankreas.
bagai sel dan sistem organ karena babkan tidak seimbangnya pola sekre- Insulin eksogen adalah insulin yang
penga-ruhnya terhadap sistem imun, si insulin dan glucagon. Ini menyebab- disuntikkan dan merupakan suatu
dapat bertindak sebagai mediator in- kan ekasi pengobatan berkurang produk farmasi.1,2
amasi, meningkatkan petanda sitokin sejalan dengan berkembangnya pe-
proinamasi seperti tumor necrosis nyakit DM tipe2, sehingga dibutuhkan Pada keadaan normal glukosa diatur
factor (TNF-) dan interleukin-6 (IL- obat yang lebih efektif, salah satunya oleh insulin, sehingga kadarnya di da-
6), serta memudahkan infeksi karena Vildagliptin (turunan hormon incretin) lam darah selalu dalam batas aman,
disfungsi fagosit. Hiperglikemia dapat yang dapat memperbaiki fungsi sel baik pada keadaan puasa maupun se-
me-ningkatkan risiko trombosis me- pankreas dengan cara meningkatkan sudah makan; kadar glukosa darah se-
lalui penurunan aktivitas brinolitik sekresi insulin dan menurunkan sekre- lalu stabil sekitar 70-140 mg/dL. Pada
plasma dan aktivator plasminogen si glu-kagon, dengan begitu kontrol keadaan DM tubuh relatif kekurangan
jaringan, peningkatan aktivitas inhibi- glikemik bisa menjadi lebih baik. insulin sehingga pengaturan kadar
tor aktivator plasminogen (PAI-1), pen- glukosa darah menjadi kacau; walau-

| JANUARI - FEBRUARI 2011 13

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 13 12/29/2010 12:43:23 AM


TINJAUAN PUSTAKA

pun kadar glukosa darah sudah tinggi, pemberian GLP-1 dalam merangsang Idiopatik
pemecahan lemak dan protein men- sekresi insulin, maka penelitian ten-
jadi glukosa (glukoneogenesis) di hati tang incretin lebih banyak difokuskan TIPE 2 : Bervariasi , mulai yang domi-
tidak dihambat (karena insulin kurang/ pada upaya peningkatan aktivitas nan resistensi insulin disertai desiensi
relatif kurang) sehingga kadar glukosa GLP-1 sebagai strategi baru dalam insulin relatif sampai yang dominan
darah makin meningkat; timbul gejala penanganan penderita DM tipe 2. defek sekresi insulin disertai resistensi
khas DM (poliuri, polidipsi, polifagi, insulin
berat badan turun), jika berlarut men- Faktor-faktor yang dapat diperbaiki
jadi kegawatan DM (DKA, HHS, dll) untuk mencegah kerusakan sel beta TIPE LAIN: Defek genetik fungsi sel
dan dapat mengakibatkan kematian. lebih lanjut, glukotoksisitas (kadar beta, defek genetik kerja insulin, pe-
glukosa darah yang berlangsung lama nyakit eksokrin pankreas, endokrino-
Pada individu sehat, hormon kunci un- akan menyebabkan peningkatan stres pati, karena obat atau zat kimia, in-
tuk mengontrol glukosa darah adalah oksidatif, IL-1 dan NF-B yang meng- feksi, sebab imunologi yang jarang,
glukagon dan insulin, setelah makan akibatkan peningkatan apoptosis sel sindrom genetik lain yang berkaitan
sekresi insulin akan meningkat agar ter- beta), lipotoksisitas (peningkatan dengan DM.
jadi pengambilan glukosa postprandi- asam lemak bebas yang berasal dari
al di hati dan jaringan perifer sedang- jaringan adiposa dalam proses lipolisis DIABETES MELITUS GESTASIONAL
kan sekresi glukagon berkurang. Pada akan mengalami metabolisme non ok- DIAGNOSIS
saat kadar glukosa plasma rendah, sidatif menjadi ceramide yang toksik Diagnosis DM tidak dapat ditegakkan
sekresi glukagon akan meningkatkan sehingga terjadi apoptosis sel beta), hanya atas dasar adanya glukosuria,
konsentrasi glukosa plasma dengan penumpukan amiloid (keadaan re- melainkan harus memenuhi kriteria
menstimulasi pemecahan glikogen sistensi insulin membuat glukosa da- diagnosis :
yang tersimpan dalam hati menjadi rah meningkat, sebagai kompensasi 1. Gejala klasik DM + kadar glukosa
glukosa dan meningkatkan hepatic sekresi insulin ditingkatkan, disertai plasma sewaktu >200 mg/dL (hasil
gluconeogenesis. Glukagon berfungsi sekresi amylin dari sel beta, ditumpuk pemeriksaan sesaat tanpa mem-
sebagai regulatory counterpart insulin menjadi jaringan amiloid yang akan perhatikan saat makan terakhir)
dalam menjaga homeostasis glukosa mendesak sel beta itu sendiri hingga ATAU
normal. jumlahnya berkurang), resistensi insu- 2. Gejala klasik DM + kadar glukosa
lin yang dipicu obesitas, diet tinggi le- plasma puasa >126 mg/dL (pasien
Incretin glucagon-like peptide-1 mak rendah karbohidrat, kurang gerak puasa/tidak mendapat kalori tam-
(GLP-1) insulinotropic polypeptide badan, faktor keturunan/herediter.3 bahan sedikitnya 8 jam) ATAU
(GIP). Peningkatan aktivitas GLP-1 3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada
dan GIP saat ini telah menjadi target Klasikasi DM: TTGO >200 mg/dL
terapi DM tipe 2. Namun, karena efek- TIPE 1 : Destruksi sel beta, umumnya
tivitas pemberian GIP eksogen ternya- menjurus ke desiensi insulin absolut Bila hasil pemeriksaan tidak memenuhi
ta lebih rendah dibandingkan dengan Autoimun kriteria Normal atau DM maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok:
TGT (Toleransi Glukosa Tergang-
Counterregulatory gu): bila pada TTGO kadar glu-
Absolute Insulin Hormones Relatif Insulin
Deciency Deciency kosa plasma 140-199 mg/dL
GDPT(Glukosa Darah Puasa Ter-
Lipolysis ganggu): bila kadar glukosa plas-
Protein synthesis Proteolysis
Absent or minimal ma puasa antara 100-125 mg/dL
FFA to liver ketogenesis
Glucomeogemic substrates
Ketogenesis
Glucose utilization Glucose genesis Glycogenelysis TERAPI DM:
Alkali reserve 1. Edukasi
Hyperglycemia
Perubahan gaya hidup dan perilaku,
Ketoacidesis Glycosuria (osmotic diuresis)
dimulai dengan menghindari merokok,
Triacyylglycerol Loss of water and clectrolytes
Decreased uid intake
alkohol, makan berlebihan terutama
Dehydration Hyperosmolarity
Hyperlipidemia tinggi lemak dan karbohidrat sampai
Impaired renal function
keteraturan minum obat, pemakaian
HHS insulin.
DKA
2. Terapi Gizi Medis
Karbohidrat 45-60%, protein 10-20%,
Bagan 1. Patosiologi dan Komplikasi DM akut lemak 20-25% dengan jumlah kalori di-

14 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 14 12/30/2010 9:31:52 PM


TINJAUAN PUSTAKA

Keluhan Klinik Diabetes hitung dari berat badan idaman {(TB-


100)-10%)} dikali kalori basal 30kkal/
Keluhan klinis diabetes (+) Keluhan klasik (-) kgbb untuk laki-laki, 25 kkal/kgbb un-
tuk wanita dan ditambah kalori untuk
GDP 126 <126 GDP 126 100-125 <100
atau
GDS 200 <200
atau
GDS 200 140-199 <140
aktivitas lalu dibagi 3 porsi besar ma-
kan pagi 20%, makan siang 30%, sore
Ulang GDS atau GDP 25%. dan 2-3 porsi makan ringan 10-
15%. Jumlah kandungan serat 25 g/
GDP 126 <126 TTGO
hari.
atau
GDS 200 <200 GD 2 jam
3. Latihan Jasmani
200 140-199 <140 Dianjurkan latihan teratur 3-4x/ ming-
gu selama 30 menit, bersifat CRIPE
DIABETES MELITUS TGT GDPT Normal (Continuous, Rhythmical, Interval, Pro-
Evaluasi status gizi Nasihat umum
gressive, Endurance training), sedapat


Evaluasi penyulit DM
Evaluasi perencanaan makan


Perencanaan makan
Latihan jasamani
mungkin mencapai sasaran 75-85%
sesuai kebutuhan

Berat idaman
Belum perlu obat penurun glukosa
denyut nadi maksimal (220-umur).
GDP = Glukosa Darah Puasa
GDS = Glukosa Darah Sewaktu Hati-hati pada diabetes tidak terken-
GDP = Glukosa Darah Puasa Terganggu
TGT = Toleransi Glukosa Terganggu dali (gula darah >250 mg/dL) karena
olahraga dapat meningkatkan kadar
Bagan 2. Langkah-langkah dignostik DM & gangguan toleransi glukosa glukosa darah dan benda keton yang
dapat berakibat fatal.
Bagan 3. Algoritma pengobatan
DM Tipe2 tanpa Dekompensasi Terdiagnosis DM Tipe 2
Metabolik

Perubahan gaya hidup

Cek kadar glukosa darah


Kadar A1C (%)

<6,5 6,5-7 7-8 8-10 >10

Terapi* : Terapi kombinasi oral# : Terapi kombinasi Terapi insulin :


Teruskan Metformin SU oral+insulin : Rapid-acting
AGI Metformin Metformin Insulin analog
TZD AGI TZD NPH atau
Keadaan khusus : TZD SU Long-acting Insulin
Meglitinides Meglitinides Long-acting Insulin Pre-mixed
SU Keadaan khusus : Rapid-acting Insulin analog
Rapid-acting Rapid-acting Insulin analog Beberapa pasien
Insulin analog Insulin analog Pre-mixed tertentu dengan nilai
Pre-mixed Insulin analog A1C> 10% kombinasi
Insulin analog NPH OHO kemungkinan juga
Kombinasi lain efektif
yang diakui

Target Target tidak Target Target tidak Target Target tidak Target Target tidak
tercapai tercapai tercapai tercapai tercapai tercapai tercapai tercapai

Teruskan Intensikasi Teruskan Intensikasi Teruskan Intensikasi Teruskan Intensikasi


terapi terapi atau terapi terapi atau terapi terapi atau terapi terapi insulin
Basal+bolus

Keterangan :
1. * Monoterapi oral, diurutkan berdasarkan efektivitas, harga, serta yang tidak menyebabkan hipoglikemia.
2. # Kombinasi terapi oral antara dua golongan obat yang berbeda mekanisme kerjanya.
3. Keadaan khusus misalnya: alergi terhadap OHO tertentu, adanya infeksi, penurunan berat badan yang cepat, stress, dsb.
4. A1C = hemoglobin A1C, AGI = -glukosidase inhibitor, TZD = Tiazolidindion, SU = Sulfonilurea, OHO = Obat hipoglikemik oral.
5. Target terapi :
A1C 6,5 %
GDP <110 mg/dL
GDPP < 140 mg/dL
GDP = glukosa darah puasa, GDPP = glukosa darah 2 jam post prandial.
6. Tercapai atau tidaknya target terapi dinilai setelah pemberian terapi baik oral maupun insulin dengan dosis hampir maksimal selama 2-3 bulan.

| JANUARI - FEBRUARI 2011 15

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 15 12/29/2010 12:43:24 AM


TINJAUAN PUSTAKA

4. Intervensi farmakologis

Dosis harian Lama kerja Frek/


Golongan Generik Mg/tab Waktu Cara kerja utama
(mg) (jam) hari
Sulfonilurea Klorpropamid 100-250 100-500 24-36 1 Sebelum makan Meningkatkan
sekresi insulin
Glibenklamid 2,5-5 2,5-15 12-24 1-2
Glipizid 5-10 5-20 10-16 1-2
5-10 5-20 12-16 1
Gliklazid 80 80-320 10-20 1-2
30 30-120 24 1
Glikuidon 30 30-120 6-8 2-3
Glimepirid 1, 2, 3, 4 0,5-6 24 1
1, 2, 3, 4 1-6 24 1
1, 2, 3, 4 1-6 24 1
1, 2, 3, 4 1-6 24 1
Glinid Repaglinid 0,5, 1, 2 1,5-6 - 3
Nateglinid 120 360 - 3
Tiazolidindion Rosiglifazon 4 4-8 24 1 Tidak bergantung Menambah
jadwal makan sensitivitas terhadap
Pioglitazon 15, 30 15-45 24 1 insulin
15, 30 15-45 24 1
Penghambat Glukosidase Acarbose 50-100 100-300 3 Bersama suapan Menghambat
pertama absorpsi glukosa
Biguanid Melformin 500-850 250-3000 6-8 1-3 Bersama/ sesudah Menekan produksi
makan glukosa hati
500 500-3000 6-8 2-3 dan menambah
sensitivitas terhadap
Melformin XR 500-750 insulin
500 500-2000 24 1
Obat Kombinasi Tetap Melformin + 250/1,25 Total 12-24 1-2 Bersama/ sesudah
Glibenklamid 500/2,5 500/5 glibenclamid makan
20 mg/hari
Rosiglifazon + 2mg/ 600mg 8mg/ 2000mg 12 2
Melformin 4mg/ 500mg (dosis
maksimal)
Glimepirid + 1mg/ 250mg 2mg/ 500mg - 2
Melformin 2mg/ 500mg 4mg/ 1000mg
Rosiglifazon + 4mg/ 1mg 8mg/4mg 24 1 Bersama/ sesudah
Glimepirid 4mg/ 2mg (dosis makan pagi
4mg/ 4mg maksimal)
Tabel 1. Obat Hipoglikemia Oral

4.a.OHO (obat hipoglikemia oral) Hiperglikemia dengan asidosis hadap OHO


4.b. INSULIN laktat Riwayat pankreatektomi/disfungsi
Sekresi insulin dapat dibagi menjadi Gagal dengan kombinasi Obat pankreas, riwayat uktuasi kadar
sekresi insulin basal (saat puasa/sebe- Hipoglikemia Oral (OHO) dosis glukosa darah yang lebar, riwayat
lum makan) dan insulin prandial (se- hampir maksimal ketoasidosis, riwayat penggunaan
telah makan). Kendali kadar glukosa darah bu- insulin lebih dari 5 tahun, dan pe-
ruk (Hb A1c > 7,5% atau kadar nyandang DM lebih dari 10 tahun.
Terapi insulin diperlukan pada glukosa darah puasa >250 mg/dL
keadaan: Stress berat (infeksi sistemik, ope- Penggunaan insulin lebih dini dan
Penurunan berat badan yang ce- rasi besar, IMA, stroke) lebih agresif memberi hasil klinis yang
pat Kehamilan dengan DM gestasio- lebih baik terutama berkaitan dengan
Hiperglikemia berat disertai keto- nal yang tidak terkendali dengan masalah glukotoksisitas, ditunjukkan
sis diet. dari perbaikan fungsi sel beta pan-
Ketoasidosis diabetik Gangguan fungsi ginjal atau hati kreas. Insulin juga dapat mencegah
Hiperglikemia hiperosmolar non yang berat kerusakan endotel, menekan pro-
ketotik Kontra indikasi dan atau alergi ter- ses inamasi, mengurangi kejadian

16 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 16 12/30/2010 9:31:59 PM


TINJAUAN PUSTAKA

Glukosa Insulin nasi OHO dan insulin. Sesuai dengan


keadaan siologis tubuh, idealnya in-
sulin diberikan sekali untuk kebutuh-
an basal dan tiga kali insulin prandial
ROS (02) generation, NADPH oxidase
setelah makan (1 unit insulin untuk
ROS (02) generation
Transient NADPH oxidase NFkBI CAM-1, MCP-1 CRP setiap 15 gram karbohidrat/ 60 kalori);
Oxidative NFkB IkB
Stress IkB EgrTF, PAI-1, Ap-1, MMPs dapat dimodikasi untuk kenyamanan
Inflammation AP-1MMPs pasien. 4-7
EgrTF

Bagi pasien kritis di ruang intensif,


terapi insulin mengacu pada protokol
Netralisasi efek pro-oksidatid and pro- van den Berghe; dimulai dengan infus
inflamasi asupan makronutrien
D5%100 ml/jam, bila terdapat syringe
Netralisasi efek pro-thrombotik asupan pump siapkan 50 unit insulin reguler
macronutrien (Egr-1 and TF)
diencerkan dengan NaCl 0,9% hingga
50ml (1ml NaCl=1unit insulin); bila
diperlukan 5 unit perjam, kecepatan
5 ml/jam. Bila tidak ada syringe pump
Supresi dapat dengan infus, misal 12 unit insu-
Perbaikan kondisi IM inflamasi pada
dinding arteri lin dalam 500 mL larutan NaCl 0,9%; 1
unit/jam = 1 botol/12 jam; 2 unit/jam
= 1 botol/ 6 jam (1ml cairan infus = 20
tetes makro = 60 tetes mikro).8
Atherosclerosis
Plague rupture
Thrombosis Komplikasi terapi insulin:
- Hipoglikemia, terapi insulin inten-
Bagan 4. Mekanisme langsung dan tidak langsung insulin dalam memperbaiki struktur dan fungsi dinding sif cenderung meningkatkan risiko
vaskular hipoglikemia; edukasi pasien
dan penggunaan insulin yang
Diagram 1. Prol farmakokinetik insulin manusia dan analog insulin. mendekati siologis dapat me-
ngurangi risiko hipoglikemia.
Aspart, glulisine, lispro (4-6 jam)
- Kenaikan berat badan, karena
Reguler (6-8 jam) terapi insulin memulihkan massa
Kadar Insulin Plasma

NPH (12-20 jam) otot dan lemak (pengaruh anabo-


Ultralente (18-24 jam) lik insulin). Penyebab kenaikan
berat badan lain adalah makan
Glargine (20-24 jam)
berlebihan serta kebiasaan me-
ngudap untuk menghindari hipo-
glikemia, biasanya pasien dengan
terapi insulin melakukan diet yang
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
lebih longgar dibandingkan de-
Jam ngan diet ketat saat terapi OHO.
- Edema insulin, dapat muncul pada
Keterangan: Lama kerja relatif berbagai jenis insulin, bervariasi antar dan intraperorangan pasien dengan kendali glukosa
buruk, termasuk akibat retensi
apoptosis, memperbaiki prol lipid; multipel untuk kendali kadar glukosa garam dan air yang akut, dapat
secara ringkas terapi insulin memper- darah yang baik; pemberian dapat hilang spontan dalam beberapa
baiki luaran klinis. Insulin terutama melalui pompa insulin (continuous hari, kadang-kadang dibutuhkan
insulin analog merupakan jenis yang subcutaneus insulin infusion/CSII). diuretika.
baik karena prol sekresinya sangat
mendekati pola sekresi insulin normal Pada DM tipe II dipakai acuan hasil 4.c. INCRETIN
atau siologis. konsensus PERKENI 2006 dan kon- Banyak obat anti hiperglikemia be-
sensus ADA-EASD2006 : jika kadar kerja sebagai insulin-sensitizing, tetapi
Pada pasien DM tipe 1 terapi insulin glukosa darah tidak terkontrol baik relatif jarang yang memperbaiki fungsi
diberikan segera setelah diagnosis (HbA1c >6,5%) dalam 3 bulan dengan sel pankreas. Satu pendekatan untuk
ditegakkan, dianjurkan injeksi harian 2 obat oral, ada indikasi terapi kombi- meningkatkan fungsi sel pankreas ada-

| JANUARI - FEBRUARI 2011 17

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 17 12/29/2010 12:43:24 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2. Prol kadar gula darah yang sering ditemukan pada pasien DM yang memerlukan insulin. lah dengan pemberian DPP-4 inhibi-
tor. Enzim DPP-4 dapat membuat hor-
Prol Gula Darah Subkelompok Pasien Rekomendasi Terapi Insulin
mon inkretin di gastrointestinal seperti
Hiperglikemia puasa Pasien di insentive care Insulin reguler intus intra vena; hentikan terapi obat Glucagon-like peptide-1 (GLP-1) dan
dan postprandial unit oral (OAD)
glucose-dependent insulinotropic
Diabetes tipe 1 Pilihan pertama: glargine atau detemir dan insulin peptide (GIP) yang cepat dibuat aktif.
kerja sangat cepat sebelum makan
Pilihan kedua: insulin NPH atau detemir dua GLP-1 dan GIP dapat meningkatkan
kali/hari dan insulin kerja sangat cepat sebelum sekresi insulin dan menurunkan sekresi
makan
Pilihan ketiga: insulin NPH dua kali/hari atau pada glukagon untuk merespon kondisi hi-
malam hari dan insulin reguler tiga kali/hari. Jangan perglikemia.
lupa makan
Diabetes tipe 2 dengan Pilihan pertama: NPH dua kali/hari
Pada pasien diabetes mellitus tipe 2,
insulinopenis bermakna Pilihan kedua: Glagine malam hari atau detemir
dua kali/hari kadar GLP-1 aktif turun, menyebab-
Lanjutkan OAD dan tambahkan insulin sebelum kan terganggunya glucose-sensitive
makan jika diperlukan
Pilihan alternatif: premixed insulin sebelum sarapan response dan memperburuk fungsi
dan makan malam sel pankreas. Dengan menghambat
Terapi glukokortikoid Sama seperti untuk pasien diabetes tipe 2 dengan enzim DPP-4, maka kadar inkretin ak-
dua kali/hari insulinopenia bermakna
tif dapat ditingkatkan dan aktivitasnya
Diabetes tipe 2 lanjut Pilihan pertama: Glargine pada pagi hari
diperlama; salah satu obat DPP-4 in-
usia Pilihan kedua: NPH atau detemir dua kali/hari
hibitor adalah vildagliptin, merupak-
Diabetes gestasional NPH dua kali/hari dan insulin reguler sebelum
makan an Dipeptidyl peptidase-4 Inhibitor
Hiperglikemia puasa Diabetes tipe 2 dengan Pilihan pertama: insulin NPH atau detemir pada (DPP-4 Inh) yang poten, selektif dan
dan Euglikemia siang makan malam besar dan malam hari reversibel. Vildagliptin memperpan-
hari kudapan sebelum tidur Pilihan kedua: insulin kerja cepat malam hari jika
aktif sepanjang hari, dan kadar gula darah sebelum tidur >140 mg/dL
jang masa kerja GLP-1 sehingga me-
bioktivitas sekretagogus Lanjutkan OAD ningkatkan kadar insulin sekaligus
insulin terbatas menekan sekresi glukagon, meng-
Hiperglikemia Diabetes tipe 2 yang Pilihan pertama: insulin NPH atau detemir pada hasilkan kontrol glukosa darah, mem-
postprandial dan gagal parsial dengan pagi hari
Euglikemia puasa OAD, penyakit hati Pilihan kedua: insulin kerja cepat atau sangat cepat perbaiki fungsi sel pankreas dan sen-
lanjut, atau penyakit sebelum 1 atau lebih makan sitivitas sel dan terhadap glukosa.
ginjal terminal
Terapi glukokortikoid Insulin NPH atau detemir pada pagi hari dan insulin
pagi kerja cepat atau sangat cepat sebelum makan jika
Efek farmakologik dan klinik vildaglip-
diperlukan tin:
Diabetes gestasional NPH pada pagi hari dan insulin reguler sebelum 1. Menghemat fungsi sel beta pan-
makan jika diperlukan kreas
* NPH = Neutral Protemine Hegedorn; OAD = Oral Antiglycemic Drug. 2. Memperbaiki fungsi sel beta yang
Ekasi dan keamanan rejiman insulin dipilih sesuai dengan uji klinis (evidence-based recommendation). rusak
NPH dua kali /hari dipilih sebagai terapi pilihan pertama untuk menghindari mahalnya insulin analog
atau insulin campuran (premixed insulin) karena pada pasien ini sering dibutuhkan insulin dosis besar.
3. Satu-satunya jenis OHO yang juga
Opini ahli. bekerja pada sel alfa
4. Interaksi obat minimal
5. Efektif pada diabetes yang sudah
Hitung Insulin Harian Total (IHT) gagal dengan terapi lain
= 0,5 unit x berat badan (kg)
ATAU
(penjumlahan dosis terakhir)
Misalnya: berat badan 60 kg, IHT = 30 unit Suatu studi acak, terbuka, placebo-
controlled crossover meneliti on-
set dan durasi DPP-4 inhibitor pada
pasien diabetes mellitus tipe 2. Dose-
Insulin Prandial Total (IPT) Insulin Basal Total (IBT) response relationship pada dosis tung-
(lispro, aspart atau reguler) (NPH, glargine, ultralente)
= 60% dari IHT = 40% dari IHT gal oral 10- 400 mg vildagliptin terlihat
eg: 60% x 30 unit = 18 unit eg: 40% x 30 unit = 12 unit
setelah 30 menit pemberian 75 g oral
glucose tolerance test. Aktivitas DPP-4
tidak berubah pada plasebo, namun
Dosis sarapan Dosis makan siang Dosis makan malam Dosis sebelum tidur vildagliptin terlihat cepat mengham-
= IBT
= 1/3 dari IPT = 1/3 dari IPT = 1/3 dari IPT bat DPP-4. Vildagliptin 100 mg secara
mis. 40% x 30 unit
mis. 1/3 x 18 = 6 unit mis. 1/3 x 18 = 6 unit mis. 1/3 x 18 = 6 unit = 12 unit signikan meningkatkan area under
curve (AUC) insulin serta menurunkan
Bagan 5. Memulai terapi insulin injeksi harian multipel pada pasien DM tipe1 AUCs glukosa dan glukagon; vilda-

18 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 18 12/29/2010 12:43:24 AM


TINJAUAN PUSTAKA

gliptin dapat meningkatkan fungsi sel Tabel 3. Protokol terapi insulin infus intravena
pankreas dengan meningkatkan glu-
Pemeriksaan Kadar gula darah Tindakan
cose-dependent insulin secretory res
ponses dan menurunkan glucagons Periksa kadar > 220 mg/dL Mulai insulin 2-4 unit/jam
glukosa darah
secretory responses.9-12 saat pasien
110-220 mg/dL Mulai insulin 1-2 unit/jam
masuk ICU < 110 mg/dL Periksa glukosa darah tiap 4 jam, insulin
tidak diberikan
Dalam klinik, vildagliptin 50 mg dua
kali sehari menurunkan kadar HbA1c Periksa glukosa > 140 mg/dL Naikkan insulin 1-2 unit/jam
darah tiap 1-2
secara cepat, bermakna serta stabil jam sampai
110-140 mg/dL Naikkan insulin 0,5-1 unit/jam
selama 2 tahun; pada pasien diabe- kadar normal Bila tercapai kadar normal Sesuaikan insulin 0,1-0,5 unit/jam
tes mellitus tidak terkontrol, vildaglip- Periksa glukosa Bila kadar glukosa mendekati normal Sesuaikan insulin 0,1-0,5 unit/jam
tin monoterapi efektif menurunkan setiap 4 jam Insulin dipertahankan

HbA1c -1,9%. Kadar glukosa normal Turukan insuin setengahnya


Kadar glukosa darah turun bertahap Turunkan insulin, periksa glukosa darah tiap
Kombinasi obat antidiabetes dari kelas 1 jam

yang berbeda, kerap diperlukan untuk 60-80 mg/dL Stop insuin infus, periksa gula darah tiap 1
jam, berikan glukosa
mengontrol hiperglikemia. Vildaglip-
40-60 mg/dL 10 g bolus intravena
tin dikombinasi dengan metformin da-
pat memberikan tambahan penurunan
HbA1c yang signikan sebesar -1.1%.
Studi-studi terapi kombinasi vildaglip- H O N

tin dengan pioglitazone, glimepiride, HO N


N
atau insulin pada pasien yang tidak
cukup terkontrol dengan monotera-
pi, juga memperlihatkan penurunan Highly selective DPP-4 inhibitor
HbA1c yang besar dan signikan.13 Has a high afnity for the human enzyme
Reversible inhibition

Vildagliptin memiliki efektivitas yang X-ray crysallographic structure of vildagliptia


(green) bound to the active site (yellow) of
sama dengan pioglitazone saat ma- human DPP-4
sing-masing obat ditambahkan ke
metformin pada pasien tidak cukup Gambar 1. Vildagliptin a protent and selective dipeptidyl peotidase-4 inhibitor
terkontrol dengan terapi metformin
tunggal, tetapi vildagliptin tidak me-
nyebabkan peningkatan berat ba- Oral glucose tolerance test 30 min after single oral dose of vildagliptin (100 mg)
dan seperti pada pioglitazone dan
120 75 g glucose
rosiglitazone. Data tolerabilitas vilda- Placebo (n=16)
Insulin (pmol/L)

100 Vildagliptin 100 mg (n=15)


gliptin lebih baik dibandingkan obat 80 Dose
antidiabetes yang sudah ada. Secara 60
40
keseluruhan, monoterapi vildagliptin 20
memiliki efek samping dan risiko hipo- 0
-90 -60 -30 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
glikemia yang sama dengan plasebo.
22.5
Glucose (mmol/L)

Vildagliptin relatif aman diberikan


bersamaan dengan obat-obat seperti 17.5
warfarin, digoxin, ramipril, simvasta- 12.5
tin, valsartan dan amlodipin, karena
vildagliptin tidak dimetabolisme di 7.5
-90 -60 -30 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
CYP450. Ekskresi terbesar vildagliptin 140
Glucagon (ng/L)

adalah melalui urin yaitu 85% dan si-


120
sanya feses 15%.14,15
100
80
Dosis vildagliptin harian yang direko-
60
mendasikan adalah 50 mg atau 100 -90 -60 -30 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
mg. Terapi kombinasi bersama met- Time
formin atau tiazolidinedion: 50 mg
atau 100 mg per hari. Terapi kombinasi Diagram 2. Vildagliptin memperbaiki fungsi pankreas dengan meningkatkan sekresi insulin dan mengham-
bersama sulfonilurea: 50 mg per hari. bat glukagon

| JANUARI - FEBRUARI 2011 19

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 19 12/29/2010 12:43:24 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Dosis 50 mg diberikan sekali sehari di Tabel 4. Kriteria pengendalian DM


pagi hari. Dosis 100 mg diberikan da- Baik Sedang Buruk
lam dosis terbagi 50 mg pada pagi dan
Glukosa darah puasa (mg/dL) 80-<100 100-125 126
malam hari. Tidak direkomendasikan Glukosa darah 2 jam (mg/dL) 80-144 145-179 180
untuk pasien gangguan hati, termasuk A1C (%) <6,5 6,5-8 >8
pasien yang memiliki nilai ALT atau Kolesterol Total (mg/dL) <200 200-239 240
AST >2,5 x dari batas atas normal. Kolesterol LDL (mg/dL) <100 100-129 130
Kolesterol HDL (mg/dL) pria: > 40, wanita: > 50
Trigeliserida (mg/dL) <150 150-199 200
KRITERIA PENGENDALIAN DM IMT (kg/m )2
18,5 - <23 23-25 >25
Untuk kualitas hidup yang lebih baik, Tekanan darah (mmHg) 130/80 >130-140/>80-90 >140/90
sasaran terapi pengendalian DM yaitu Keterangan :
untuk mencegah penyulit akut seperti Angka di atas adalah hasil pemeriksaan plasma vena.
Perlu konversi nilai kadar glukosa darah dari darah kapiler darah utuh ke plasma vena.
ketoasidosis diabetik, hiperosmolar
non ketotik, hipoglikemia, serta penyu-
lit menahun seperti makroangiopati
pembuluh darah jantung, otak, perifer
(ulkus iskemik kaki, dll), mikroangiopa-
ti (retinopati diabetik, nefropati diabe-
tik), neuropati. Untuk pasien usia lebih
dari 60 tahun dengan komplikasi, sasa-
ran kendali kadar glukosa darah dapat
lebih tinggi (puasa 100-123 mg/dL,
sesudah makan 145-180 mg/dL), kadar
lipid, tekanan darah, mengacu pada
kriteria pengendalian sedang, karena
sifat-sifat khusus pasien usia lanjut dan
untuk mencegah kemungkinan hipo-
glikemia dan interaksi obat.

DAFTAR PUSTAKA
1. American Diabetes Association. Supplement 1. American Diabetes Association: Clinical Practice Recommendations 2006. DiabCare.2006:29(Suppl1.)
2. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe2 di Indonesia, PERKENI 2006.
3. Sugondo S, Soewondo P, Subekti I. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit FKUI 2005.
4. Le Roith. Molecular Mechanism by which Metabolic Control may Improve Outcomes. Endocr Pract 2004;10(Suppl2):57-62
5. Hirsch IB. Insulin Analog. N Engl J Med 2005;352:174-183
6. Mooradian AD, Bernhaum M, Albert SG, Narrative Review : A Rational Approach to Starting Insulin Therapy. Ann Intern Med 2006;145:125-134
7. Cheng AYY, Zinman B, Khan CR et al. (eds). Joslins Diabetes Melitus 4th ed. Lippincott Williams&Wilkins. Philadelphia, 2005.
8. Van den Berghe G, Wouters P, Weekers F et al. Intensive insulin therapy in critically ill patients. N Engl J Med 2001;345:1359-1367.
9. Salehi M, Aulinger AB, Dalessio AD.Targeting -cell mass in type 2 diabetes : Promise and limitation of new drugs based on incretins. Endocrine Rev. 2008;29(3):
367-79.
10. Chia WC, Egan MJ. Incretin-based therapies in type 2 diabetes mellitus. J Clin Endocrinol Metab 2008; 93: 3703-16.
11. HeY-L, Wang Y, Bullock JM, et al. J. Clin. Pharmacol. 2007;47(5): 663-41
12. Raz I,Hannefeld M,Xu L et al. Efcacy and safety of the dipeptidylpeptidase-4 inhibitor sitagliptin as monotherapy in patient with type 2 diabetes mellitus. Dia-
betogia 2006; 49: 2564-71
13. Freeman SJ. Why and when to implement incretin therapy. J Fam Pract 2008;57(9)
14. Carbonel B, Karasik A, Liu J, Wu M, Meininger G. Efcacy and safety of the dipeptidyl peptidase-4 inhibitor sitagliptin added to ongoing metformin therapy in
patient with type 2 diabetes inadequately controlled with metformin alone. Diabetes Care 2006; 29: 2638-2643
15. Rosentock J,Brazg R,Andiyuk PJ,Lu K,Stein P. Efcacy and safety of the dipeptidylpeptidase-4 inhibitor sitagliptin added to ongoing pioglitazone therapy in
patient with type 2 diabetes, a 24-week multicenter, randomized, double blind, placebo-controlled, parallel group study. Clin Ther 2006; 28: 1556-1568

20 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 20 12/29/2010 12:43:25 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Aspek Klinis HIV


Yuly
Rumah Sakit Karya Husada, Cikampek, Jawa Barat, Indonesia

ABSTRAK
Dalam beberapa dekade terakhir ini perkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. HIV me-
rupakan penyebab dasar AIDS, menyerang sistem kekebalan tubuh. Pada anak, infeksi HIV terutama terjadi pada usia
dini, sebagian besar akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak pada saat persalinan, saat menyusui maupun intrauterin.
Masalah utama perawatan bayi yang lahir dari ibu penderita HIV adalah menentukan apakah bayi tersebut ikut terinfeksi.
Hal ini penting untuk menentukan prognosis terapi secara dini.

Kata kunci: HIV, manifestasi klinis, tata laksana

EPIDEMIOLOGI
Data Depkes menunjukkan peningkat- Kasus AIDS Indonesia 2008
an 3 kali lipat kasus baru AIDS dalam
3 tahun terakhir. Dari jumlah kumulatif 9000
16.110 kasus AIDS yang dilaporkan 8000

Kasus AIDS Indonesia 2008


pada Desember 2008 sekitar 74,9%
7000
laki-laki, 24,6% perempuan. Kumulasi
kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada 6000
kelompok umur 20-29 tahun (50,82%), 5000
disusul kelompok usia 30-39 tahun
4000
(29,36%). Saat ini perkembangan epi-
demi HIV di Indonesia termasuk yang 3000
tercepat di Asia. 2000

1000
Saat ini di seluruh dunia, setiap hari
sekitar 2.000 anak-anak usia di bawah 0
15 tahun terinfeksi HIV akibat penu-
th

th

th

th

th

th

th

th

th

laran dari ibu ke bayinya, sekitar 1.400


<1

14

19

29

39

49

59

01
1-

5-

>6
15

20

30

40

50

di antaranya meninggal akibat AIDS.


Pada anak, infeksi HIV terutama terjadi Gambar 1. Kasus AIDS di Indonesia tahun 2008
pada usia dini, sebagian besar (80%)
akibat transmisi vertikal dari ibu ke berusia di bawah 1 tahun (Depkes, dikenal sebagai Lymphadenopathy
anak pada saat persalinan (tersering), 2008). Associated Virus type-2 (LAV-2).Secara
saat menyusui maupun intra uterin (ja- morfologik HIV-1 berbentuk bulat dan
rang).Lima puluh persen kasus terde- ETIOLOGI terdiri dari inti (core) dan selubung
teksi sebelum usia 1 tahun, 82% sebe- Penyebab Human Immuno-deciency (envelope). Inti tersusun dari protein
lum usia 3 tahun. Virus (HIV) adalah virus RNA famili Re- genom RNA dan enzim reverse tran-
trovirus, subfamili Lentiviridae. Sampai scriptase yang membuatnya mampu
Jumlah penderita HIV di bawah usia sekarang baru dikenal 2 serotipe HIV memperbanyak diri secara khusus,
14 tahun sekitar 2,27%, yang berusia di yaitu HIV-1 sebagai penyebab sindrom sedangkan selubung terdiri dari suatu
bawah 4 tahun sekitar 77% dan 31,67% desiensi imun (AIDS) dan HIV-2 yang glikoprotein.

| JANUARI - FEBRUARI 2011 21

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 21 12/29/2010 12:43:25 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Pada awal perjalanan infeksi HIV ter-


jadi invasi cepat dan replikasi virus
dalam jaringan limfoid saluran cerna
(GALT = Gut Associated Lymphoid
Tissue) diperantarai integrin 47
yang merupakan reseptor homing sel
T. Ikatan protein gp120HIV dengan re-
septor integrin 47 sel T-CD4 akan
memicu pembentukan formasi sinaps
dengan sel berdekatan yang memu-
dahkan penyebaran HIV dari sel ke sel
secara esien.Terjadi penyebaran HIV
langsung ke jaringan limfoid saluran
cerna. Selanjutnya HIV akan memedia-
si deplesi sel T-CD4 sehingga terjadi
disfungsi sistem imun. Kemampuan
virus untuk berikatan dengan inte-
grin 47 akan menentukan besarnya
dampak terhadap jaringan limfoid sal-
Gambar 2. Diagram Virus HIV uran cerna dan deplesi sel T-CD4.

Reproduksi virus terjadi secara cepat


dalam 2-6 minggu sesudah pajanan,
menimbulkan gejala klinis menyerupai
penyakit mononukleosis akut (acute
mononucleosis like illness) seperti
demam, nyeri kepala, lesu, ruam ku-
lit, dan limfadenopati. Masa inkubasi
berkisar 17-35 hari dan gejala klinis
berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu. Gejala klinis in-
feksi primer tidak terlihat pada bayi
mungkin karena transmisi prenatal,
perbedaan beban transmisi virus atau
fenotip atau karena imaturitas respon
imun. Selain itu bayi yang lahir dari ibu
pengidap HIV telah mempunyai anti-
bodi spesik HIV yang dapat mengu-
rangi gejala klinis.

Fase penyakit akut berhubungan de-


ngan tingginya viremia dan luasnya
penyebaran virus terutama ke jari-
ngan limfoid dan organ lain seperti
SSP, ditandai dengan ditemukannya
RNA HIV yang dapat mencapai kadar
1.000.000 kopi virus/mL dan antigene-
mia p24. Beban virus (viral load) yang
tinggi ini menetap dalam jangka pan-
jang pada anak yang terinfeksi pada
masa prenatal sehingga virologic point
pada anak cenderung lebih tinggi.
Gambar 3. Mekanisme infeksi HIV pada saluran cerna
Dalam 1-2 minggu akan terbentuk res-
pon imun CTL dan antibodi, terjadi
penurunan dramatis viral load. Hal ini

22 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 22 12/29/2010 12:43:25 AM


TINJAUAN PUSTAKA

berhubungan juga dengan terperang- Kandidiosis oral persisten (setelah Pneumonia pneumosistis
kapnya kompleks imun virus-antibodi- usia 6-8 minggu) Infeksi bakterial berat berulang
komplemen dalam sel dendrit folikular Oral hairy leukoplakia (misalnya empiema, piomiositis,
(FDC). Dengan menurunnya virus da- Periodontitis/gingivitis ulseratif infeksi tulang dan sendi, meningi-
lam sirkulasi, dapat terjadi pemulihan nekrotikan akut tis, kecuali pneumonia)
parsial hitung sel T-CD4. Konsentrasi TB kelenjar Infeksi herpes simplex kronik (oro-
plasma virus pada akhir fase akut me- TB paru labial atau kutaneus >1bulan atau
rupakan set point yang berhubungan Pneumonia bakterial yang berat viseralis di lokasi manapun )
dengan perjalanan penyakit infeksi dan berulang TB ekstra pulmonar
HIV. Set point yang tinggi berhubung- Pneumonitis interstitial limfoid Sarkoma Kaposi
an dengan cepatnya perjalanan pe- simtomatik Kandidiosis esofagus (atau trakea,
nyakit. Penyakit paru berhubungan den- bronkus, paru )
gan HIV kronik termasuk bronkiek- Toksoplasmosis susunan saraf
Fase laten asimptomatik pada dewasa tasis pusat (selain neonatus)
dapat bertahun-tahun setelah infeksi Anemia yang tidak dapat dijelas- Ensefalopati HIV
primer. Pada sebagian anak umum- kan (<8g/dL), neutropenia (< Infeksi sitomegalovirus (CMV), re-
nya fase laten lebih singkat atau tanpa 500/mm) atau trombositopenia tinitis atau infeksi CMV pada organ
fase laten sama sekali dengan kerusa- (<50.000/mm) lain dengan onset usia > 1 bulan
kan progresif sel T-CD4 dan jaringan Kriptokokosis ekstrapulmonar ter-
sel FDC kelenjar limfoid. Stadium klinis 4 masuk meningitis
Malnutrisi, wasting dan stunting Mikosis endemik diseminata (histo
MANIFESTASI KLINIS berat yang tidak dapat dijelas- plasmosis,coccidiomycosis)
Stadium klinis WHO untuk bayi dan kan dan tidak berespon terhadap Kriptosporidiosis kronik (dengan
anak yang terinfeksi HIV : terapi standar diare)

Stadium klinis 1
Asimtomatik Penilaian dan tatalaksana awal
Limfadenopati generalisata per- Tabel 1. Penilaian dan tata laksana pada anak dengan pajanan HIV
sisten

Stadium klinis 2
Hepatosplenomegali persisten ANAK DENGAN PAJANAN HIV
yang tidak dapat dijelaskan
Erupsi pruritik papular
Infeksi virus wart luas Penilaian kemungkinan infeksi HIV dengan memeriksa:
Angular cheilitis  Status penyakit HIV pada ibu
 Pajanan ib dan bayi terhadap ARV
Moluskum kontagiosum luas
 Cara kelahiran dan laktasi
Ulserasi oral berulang
Pembesaran kelenjar parotis per-
sisten yang tidak dapat dijelaskan
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sik serta evaluasi
Eritema gingival linear jika anak mempunyai tanda dan gejala infeksi HIV atau
Herpes zoster oportanistik.
Infeksi saluran nafas atas kronik Lakukan pemeriksaan dan pengobatan yang sesuai.
atau berulang (otitis media, otor-
rhoea, sinusitis, tonsilitis)
Infeksi jamur pada kuku Identikasi kebutuhan ART dan kotrimoksazol untuk
mencegah PCP.
Stadium klinis 3 Identikasi kebutuhan anak usia > 1 tahun untuk
Malnutrisi sedang yang tidak da- meneruskan ketrimoksazol.
pat dijelaskan, tidak berespon
adekuat terhadap terapi standar
Diare persisten yang tidak dapat
dijelaskan (> 14 hari) Lakukan uji diagnostik HIV.
Demam persisten yang tidak da- Metode yang digunakan tergantung usia
pat dijelaskan (> 37.5 C atau kon- anak.
stan, > 1 bulan)

| JANUARI - FEBRUARI 2011 23

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 23 12/29/2010 12:43:25 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Pemberian ART berdasarkan kriteria klinis AZT


Tabel 2. Pemberian ART berdasarkan kriteria klinis

d4T 3TC NV

Anak dengan
HIV positif
EFV

Gambar 4. Rekomendasi ART


Stadium
WHO 3 atau 4
Golongan NNRTI:
Nevirapin
Efavirenz
Ya Tidak
Lamivudin (3TC)

DAFTAR PUSTAKA
CD4+ menunjukkan
imunodesiensi 1. Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan terapi
Usia >12 bulan berat yang dikaitkan
dengan HIV Retroviral pada Anak di Indonesia. Dalam:
Kurniati N, penyunting. Jakarta: Depkes RI;
2008.
2. Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Buku Ajar
Ya Tidak Ya Tidak Infeksi dan Pediatri Tropis ed 2. .Jakarta :Balai
Penerbitan IDAI;2008 h.243-258
3. Ditjen PPM & PL Depkes RI.Statistik HIV/AIDS
di Indonesia. Desember 2008.
Ulang
TB, LIP, OHL atau pemeriksaan 4. WHO. Antiretroviral therapy for HIV infections
trombositopenia Mulai ART Mulai ART CD4+ dengan
sampel berbeda in infants and children: toward universal ac-
cess: recommendation for a public health ap-
proach. Geneva:WHO press;2007.
5. WHO. UNICEF. Scale up of HIV-related
prevention,diagnosis,care and treatment for
Ya Tidak
infants and children:a programming frame-
work.Geneva:WHO press;2008.
6. US Departement of Human Health and Ser-
vices. Guidelines of HIV Infection. Available at
Pemeriksaan
Mulai ART http://AIDSinfo.nih.gov/guidelines/.
CD4+ tersedia
7. UNAIDS 2009 report on the global AIDS epi-
demic: Executive summary/UNAIDS.
8. Thisyakorn U. Epidemiology and clinical prob-
lems of AIDS in children in South East Asia.
MDVI 1996;23:8s-10s.
Isosporiasis kronik Menggunakan 2 Nucleoside Reverse 9. Hel Z, McGhee JR, Mestecky J. HIV infection:
Infeksi mikobakteria non tuberku- Transcriprase Inhibitor (NRTI) + 1 Non- rst battle decides the war. Trends Immunol
losis diseminata nucleoside Reverse Transcriptase In- 2006;27:274-8.
Kardiomiopati atau nefropati yang hibitor (NNRTI) 10. Tiemessen CT, Khun L.Immune pathogenesis
disebabkan HIV simtomatik Langkah: of pediatric HIV-1 infection. Curr HIV/AIDS
Limfoma sel B Non Hodgkin atau Pilih 1 NRTI untuk dikombinasi Rep.2006;3:13-9.
limfoma serebral dengan 3 TC 11. http://aids.org
Leukoensefalopati progresif yang Pilih 1 NNRTI 12. http://www.who.int/hiv/en
multifokal 13. http://www.paho.org/English/HCP/HCA/ant-
Golongan NRTI: retrovirals_HP.htm
DIAGNOSIS Zidovudin (AZT) 14. www2.massgeneral.org/gastroenterology/re-
Rekomendasi ART Stavudin (d4T) search..

24 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 24 12/29/2010 12:43:25 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Penyebaran HIV/AIDS
Pada Pasangan Tetap ODHA di Indonesia
Noviyani Sugiarto
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta

PENDAHULUAN Kondisi ini menyebabkan pasangan masih amat rendah. Beberapa cara
Indonesia merupakan salah satu ne- dari ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) yang dapat diupayakan adalah skri-
gara dengan angka penambahan ka- ikut berisiko tertular HIV/AIDS; selain ning pranikah, sosialisasi dan edukasi
sus HIV/AIDS tercepat di Asia. Di Asia itu pasangan dari pengguna narkotika masyarakat melalui media cetak dan
Tenggara, laju penambahan kasus di suntik dan pria LSL juga memiliki risiko elektronik, serta pembagian kondom
Indonesia adalah yang tercepat.1 Pada sangat tinggi tertular HIV/AIDS. Pa- gratis.
bulan Juni 2010, jumlah pengidap sangan dari ODHA, pengguna narko-
AIDS sebanyak 21.770 orang tersebar tik suntik, dan pria LSL juga merupakan Artikel ini membahas besarnya risiko
di 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota kelompok risiko tinggi; mereka adalah pasangan dari orang-orang yang
di Indonesia.2 Jumlah ini meningkat kelompok inferior yang mendapat- berisiko tinggi tertular HIV/AIDS,
1.206 kasus dibandingkan triwulan kan infeksi HIV/AIDS tanpa mengeta- seperti pelaku seks bebas, pengguna
sebelumnya. huinya, bukan akibat perbuatan yang Napza suntik, dan pria LSL. Pada ber-
berisiko tinggi menularkan HIV/AIDS. bagai jalur penularan, masalah yang
Proporsi cara penularan HIV/AIDS dihadapi dalam upaya pencegahan-
tertinggi di Indonesia adalah mela- Kewaspadaan dini terhadap risiko nya akan berbeda-beda. Selain itu,
lui hubungan heteroseksual (pria dan pasangan ODHA, penasun, dan pria dibahas pula beberapa strategi terkait
wanita), yaitu 49,3%. Cara penularan LSL tertular HIV/AIDS patut diketa- untuk menurunkan penularan HIV/
HIV/AIDS lain yang tinggi adalah hui oleh pekerja di bidang kesehatan AIDS pada kelompok tersebut. Seba-
melalui pengguna napza suntik (pena- atau pemerintah mengingat selama gai pekerja di bidang kesehatan, se-
sun) sebesar 40,4%. Proporsi lain yang ini fokus penelitian, sosialisasi, dan patutnya kita memahami pentingnya
lebih rendah adalah LSL (lelaki yang program kesehatan hanya terpusat kewaspadaan, edukasi, dan sosialisasi
suka berhubungan seks dengan lelaki) pada pelaku hubungan seks (baik terhadap pasangan orang berisiko
dan penularan ibu-bayi pada masa heteroseksual maupun homoseksual/ tinggi.
perinatal; masing-masing 3,3% dan LSL) dan pengguna narkotika suntik;
2,7%.2 Urutan cara penularan tersebut perhatian pemerintah, klinisi, peneliti,
berbeda dengan pada dekade lalu dan ahli kesehatan masyarakat ter- PASANGAN RISIKO TINGGI HIV/
saat jalur transmisi terpenting adalah hadap pasangan ODHA, pengguna AIDS
penggunaan narkotika suntik. Napza suntik (Penasun), dan pria LSL Dari empat juta pengguna Napza
suntik yang hidup dengan HIV/ AIDS
60 di Asia, 25-60% telah menikah atau
49.3 memiliki pasangan intim wanita (Komi-
50
40.4 si Penanggulangan AIDS Asia tahun
Persentase

40 2008)3; artinya sebanyak 25-60% dari


30
empat juta (pasangan) berisiko tinggi
terinfeksi HIV/AIDS. Sementara itu, 10
20 juta WPS (Wanita Pekerja Seks) dan 75
10
juta pengguna jasa pekerja seks regu-
3.3 4.3
2.7 0.1 ler di Asia, masing-masing juga telah
0 memiliki pasangan intimnya masing-
IDU Heterosex LSL Perinatal Transfusi Darah Tak diketahui
masing. Dari 16 juta pria LSL di Asia,
Faktor Risiko 10-60% pria LSL telah menikah atau
memiliki pasangan intim regular.4
Grak 1. Persentase kumulatif kasus AIDS di Indonesia berdasarkan cara penularan s.d. 30 Juni 2010
(Sumber : Laporan Surveilans AIDS Depkes RI tahun 1987 sampai Juni 2010)

| JANUARI - FEBRUARI 2011 25

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 25 12/30/2010 11:10:22 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Survei di India mendapatkan, dari 236


juta pasangan yang menikah pada usia
produktif, 1,18 juta terinfeksi HIV.5 Dari
jumlah tersebut, terdapat 0,42 juta
wanita HIV positif, 1,02 juta pria HIV
positif dan 0,26 juta pasangan yang
keduanya HIV positif ; sekitar satu dari
empat pasangan HIV yang telah me-
nikah, keduanya terinfeksi HIV/AIDS.5
Sebagian besar wanita mendapatkan
infeksi dari pasangan atau suaminya
yang memiliki perilaku seks bebas
atau pernah /sedang menggunakan
narkotika jarum suntik.3

Gambar 1. Model transmisi HIV pada wanita pasangan intim di Asia Di Indonesia sampai dengan 30 Juni
(sumber: HIV transmission in intimate partner relationships in Asia) 2010, dari 32 propinsi yang melapor-
kan data terkait estimasi populasi raw-
an tertular HIV pada tahun 2009, ter-
dapat total 105.784 penasun dengan
pasangan penasun sebanyak 28.085
orang. Pelanggan WPS dan pelanggan
waria dilaporkan sejumlah 3.241.244
orang, dengan pasangan pelang-
gan diperkirakan sejumlah 1.938.650
orang.2 Berdasarkan data tersebut
diperkirakan 2 juta orang di Indonesia
memiliki risiko tinggi tertular HIV/AIDS
karena merupakan pasangan tetap
dari kelompok risiko tinggi. Jumlah ini
lebih sedikit dibandingkan data esti-
Grak 2. Estimasi jumlah orang dengan HIV dan AIDS berdasarkan kelompok risiko masi Depkes dan Biro Pusat Statistik
(Sumber: Depkes KPAN, 2006) nasional tahun 2002, bahwa sekitar
7 - 9 juta laki-laki di Indonesia meng-
gunakan jasa seks dan 50 persennya
telah menikah, sehingga sekitar 4 juta
ibu rumah tangga ikut terancam tertu-
lar HIV.6 Perbedaan ini dapat disebab-
kan oleh fenomena gunung es: jum-
lah orang yang dilaporkan jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah
sebenarnya.

Berdasarkan estimasi Depkes dan


KPAN, jumlah orang dengan HIV
dan AIDS di Indonesia pada tahun
2006 sebanyak 193.030 orang, 11% di
antaranya merupakan pasangan tetap
Penasun dan pengguna jasa pekerja
seks komersial, sehingga sekitar 21
ribu pasangan tetap telah hidup de-
ngan HIV/AIDS.7
Gambar 2. Kecenderungan epidemi HIV di Indonesia di masa yang akan datang8
(Sumber: Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS tahun 2010 2014) Walaupun saat ini epidemi HIV/AIDS
di Indonesia masih dikuasai oleh
pengguna narkotika suntik dan peng-

| JANUARI - FEBRUARI 2011 27

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 27 12/29/2010 12:43:26 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3. Rute transmisi penderita HIV/AIDS di Tanah Papua dan di 31 propinsi lainnya di Indonesia,
1990-2020 (Sumber : Asian Epidemic Modeling (AEM))

guna jasa seks komersial, diperkirakan (CDC 2002).9 yang berasal dari propinsi lain. Peng-
dalam 15 tahun ke depan, prevalensi gunaan kondom konsisten pada pria
di kelompok pasangan tetap dari ke- Berdasarkan Survei Tepadu Biologis berisiko masih rendah, dan sebagian
lompok risiko tinggi juga akan me- Perilaku (STBP) 2007 terhadap em- besar tidak tahu bahwa penggunaan
ningkat signikan.9 pat kelompok pekerja pria, diketahui kondom dapat mengurangi risiko
bahwa prevalensi HIV di kalangan pria penularan HIV. Selain itu, keadaan
Kondisi sedikit berbeda terlihat di Ta- berisiko tinggi sekitar 0,8% di Papua diperburuk oleh kenyataan bahwa
nah Papua di mana epidemi HIV sudah dan 0,0-0,8 % di propinsi lainnya (tabel masih sedikit kelompok pria berisiko
masuk ke dalam masyarakat (general- 1, 2). Sampel yang dipilih adalah su- tinggi yang menjalani tes HIV.
ized epidemic) dengan prevalensi HIV pir truk (di Deli Serdang dan Batang),
di populasi dewasa sebesar 2,4%.10 anak buah kapal atau ABK (di Batam, Adanya penyedia jasa seks bebas
Kaum wanita sebagai pasangan tetap Medan, Semarang, Surabaya), pekerja (WPS) merupakan faktor penting penu-
semakin banyak terkena HIV/AIDS, se- pelabuhan (di Jakarta, Merauke, So- laran HIV/AIDS terhadap pria berisiko
hingga selain perlunya perhatian dan rong), dan tukang ojek (di Medan, tinggi tersebut; pengetahuan mereka
pencegahan lebih lanjut di Tanah Pa- Banyuwangi, dan Jayapura).11 terhadap penggunaan kondom ren-
pua, kondisi ini juga perlu mendapat dah, sama dengan pengetahuan para
perhatian lebih agar masyarakat Indo- Beberapa temuan penting dari survei pria pengguna jasa mereka.12 Penge-
nesia di daerah lain secara dini melin- tersebut, antara lain supir truk dan tahuan penggunaan kondom tersebut
dungi para pasangan tetap tersebut. anak buah kapal merupakan kelom- seharusnya lebih disosialisasikan un-
pok paling berisiko tinggi tertular HIV tuk menekan laju penularan HIV/AIDS
Pasangan pelaku seks bebas yang berasal dari hubungan seksual melalui jalur seksual.
Pelaku seks bebas di Indonesia banyak dengan WPS (wanita pekerja seks).
terdapat pada kelompok pria berisiko Dari kelompok tersebut, 55-87% ber- Saat ini studi mengenai kondisi,
tinggi. Kelompok pria tersebut dapat status menikah. Pada kelompok kerja pengetahuan, dan perilaku dari pa-
menjadi jembatan penularan antara yang sama, pria yang berasal dari sangan tetap pria berisiko tinggi masih
WPS (Wanita Pekerja Seks) dengan Papua lebih banyak kontak dengan sangat minim. Padahal dengan jumlah
masyarakat umum. Pekerjaan seper- WPS dan pasangan kasual (pasangan yang cukup besar tersebut, perhatian
ti pengemudi truk, pelaut, tentara, lain yang melakukan hubungan tanpa juga harus diberikan terhadap para
dan pekerja migran yang sering me- dibayar) dibandingkan dengan pria pasangan tetap ini. Perusahaan atau
nyebabkan mereka bermalam di tem-
pat yang jauh dari rumah merupakan Tabel 1. Prevalensi HIV/AIDS pada sampel surveilans
kelompok berisiko tinggi. Diperkira- (Sumber: Departemen Kesehatan RI, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, Family Health International
kan terdapat sekitar 8,5 juta pria peng- Medan Batam Jakarta Jawa Tengah Jawa Timur Papua
guna jasa seks komersial pertahunnya Prevalensi HIV (%) 0.2 0.4 0.0 0.4 0.8 1.8

28 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 28 12/29/2010 12:43:26 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2. Indikator Kunci Surveilans Terpadu Biologis Perilaku


(Sumber : Departemen Kesehatan RI, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, Family Health International, 2007)

Supir Anak buah Pekerja pelabuhan Tukang ojek


truk kapal Papua Propinsi lain Papua Propinsi lain
Prevalensi HIV (%) 0.2 0.5 3.0 0.0 1.0 (tidak diteliti)
Saat ini berstatus menikah (%) 77 56 69 84 55 87
Berhubungan seks dengan WPS dalam tahun terakhir (%) 60 45 43 11 34 12
Berhubungan seks dengan pasangan tidak tetap dalam tahun 19 24 25 6 30 12
terakhir (%)
Selalu menggunakan kondom dengan WPS dalam 3 bulan 7 16 37 10 45 21
terakhir (%)
Menerima hasil tes HIV dalam tahun terakhir (%) 1 4 7 0 5 0
Tahu bahwa penularan HIV dapat dihindari dengan 55 58 36 39 40 38
menggunakan kondom pada seks anal atau vaginal (%)

instansi tempat bekerja diharapkan perilaku penggunaan jarum suntik se- Data perilaku diperoleh dari Malang
memberikan penyuluhan terhadap cara bergantian. Diperkirakan pada dan Semarang, sementara dari sisanya
pasangan mengenai HIV/AIDS serta tahun 2006 di Indonesia terdapat diperoleh data biologis dan perilaku
cara pencegahannya, sehingga dapat 190.000-248.000 penasun. Survei ter- (Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya).
meningkatkan pengetahuan kedua hadap enam kota di Indonesia (gam-
pasangan. Layanan konseling peru- bar 4 dan 5) mendapatkan 43-56% Saat ini pemerintah telah menye-
bahan perilaku juga perlu disediakan. penasun di empat kota telah terinfeksi diakan Program layanan jarum suntik
Pemeriksaan kesehatan termasuk tes HIV dan sebanyak 38-59% dari pena- (LJSS) dan program terapi rumatan
HIV secara rutin perlu diadakan di sun memiliki pasangan tetap. Pena- metadon (PTRM) yang telah menca-
perusahaan tempat bekerja, berikut sun juga melakukan hubungan seks pai cakupan tinggi di beberapa kota.
juga tindak lanjut yang tepat berupa dengan banyak orang termasuk di Progam ini berdampak baik berupa
pengobatan dan skrining bagi pekerja antaranya pasangan tetap, pasangan menurunnya pemakaian jarum sun-
dan keluarganya. Selain itu hal yang tidak tetap, dan WPS; dan sebagian tik bergantian. Permasalahan saat ini
sangat penting adalah promosi peng- besar melakukannya tanpa menggu- antara lain masih kurangnya jumlah
gunaan kondom serta akses kondom nakan kondom.13 jarum suntik yang didistribusikan serta
gratis bagi para pekerja. cukup banyaknya penasun yang kem-
Berikut ini adalah tabel perilaku terkait bali menyuntik narkotik setelah terapi
Pasangan pengguna narkotika napza pada penasun, serta prol peri- rumatan metadon. Tes HIV terhadap
suntik laku seksualnya (tabel 3 dan 4). Sam- penasun juga masih rendah, hanya
Pengguna napza suntik (penasun) pel diambil dari enam di kota di Indo- kurang dari 30% melakukan tes HIV
merupakan kelompok berisiko sangat nesia, yaitu Medan, Jakarta, Bandung, dalam setahun terakhir. Pengetahuan
tinggi terhadap penularan HIV karena Semarang, Malang, dan Surabaya. tentang HIV pada penasun cukup baik

Gambar 4. Proporsi Penasun yang melaporkan berhubungan seks selama Gambar 5. Proporsi Penasun yang melaporkan Pemakaian Kondom Tidak
setahun terakhir, berdasarkan jenis pasangan dan kota (Sumber: Surveilans konsisten dalam tahun terakhir, berdasarkan pasangan dan kota (Sumber: Sur-
Terpadu Biologis Perilaku pada Pengguna Napza Suntik, 2007) veilans Terpadu Biologis Perilaku pada Pengguna Napza Suntik, 2007)

| JANUARI - FEBRUARI 2011 29

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 29 12/29/2010 12:43:27 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 3. Perilaku terkait napza pada penasun


(Sumber: Surveilans Terpadu Biologis Perilaku pada Pengguna Napza Suntik, 2007)

Medan Jakarta Bandung Semarang Malang Surabaya


Menyuntik napza selama minggu terakhir (%) 100 97 91 92 99 95
Berbagi jarum dalam minggu terakhir (%) 16 63 24 9 14 56
Menerima jarum dari program layanan jarum suntik 96 73 66 98 96 33
steril (LJSS) dalam minggu terakhir (%)
Menerima substitusi dalam tahun terakhir (%) 57 17 47 50 88 60
Mengetahui bahwa HIV ditularkan melalui 4 30 1 2 3 3
pertukaran jarum (%)

Tabel 4. Perilaku seksual pada penasun


(Sumber: Surveilans Terpadu Biologis Perilaku pada Pengguna Napza Suntik, 2007)

Medan Jakarta Bandung Semarang Malang Surabaya


Memiliki banyak pasangan seksual dalam tahun
40 17 60 84 36 52
terakhir
Memiliki pasangan tetap dalam tahun terakhir 38 42 59 48 45 51
Memiliki pasangan tidak tetap dalam tahun terakhir 43 20 59 60 24 28
Melakukan hubungan seks dengan WPS dalam 20 9 46 54 27 44
tahun terakhir (untuk Penasun pria)
Pemakaian kondom tidak konsisten dengan 93 95 82 89 85 94
pasangan tetap dalam tahun terakhir (%)
Pemakaian kondom tidak konsisten dengan 94 100 72 70 84 93
pasangan tidak tetap dalam tahun terakhir (%)
Pemakaian kondom tidak konsisten dengan WPS 88 95 45 65 72 91
dalam tahun terakhir (%)
Mengetahui bahwa penularan HIV secara seksual 91 49 96 97 99 92
dapat dihindari dengan menggunakan kondom (%)
Menerima hasil tes HIV dalam tahun terakhir 21 27 37 54 8 15

tetapi tidak mempengaruhi perilaku lensi HIV sangat tinggi pada penasun, di Indonesia. Di Indonesia diperkira-
penasun.13 perilaku seks yang bebas, dan pe- kan pada tahun 2006 terdapat sekitar
makaian kondom yang masih rendah, 384.320 sampai 1.149.270 LSL, dengan
Berdasarkan studi lain di tiga kota risiko terhadap pasangan tetap para rata-rata 766.800 orang.15 LSL ini juga
(Jakarta, Surabaya, Bandung) di Indo- penasun terinfeksi HIV/AIDS juga sa- berperan dalam penularan terhadap
nesia yang mempelajari perilaku sek- ngat tinggi. Saat ini upaya yang telah wanita, sehingga turut menjadi jem-
sual pada penasun, didapatkan bahwa ada kurang menjangkau pasangan batan penghubung penularan virus
hampir semua pengguna narkotika tetap tersebut, karena itu diperlukan HIV ke populasi yang lebih luas.
suntik mengetahui bahwa HIV dapat upaya dan perhatian yang lebih besar.
ditransmisikan lewat pemakaian ber- Pemberian informasi mengenai HIV/ Berdasarkan survei tahun 2006 di enam
sama alat suntik, namun 85% pemakai AIDS terhadap pasangan tetap sa- kota di Indonesia (Medan, Batam, Ja-
menggunakan alat suntik secara ber- ngat diperlukan. Para pasangan tetap karta, Bandung, Surabaya, dan Ma-
sama dalam satu minggu terakhir. diharapkan aktif bekerja sama men- lang). LSL cenderung memiliki banyak
Dalam hal ini, pengetahuan mereka dukung proses kesembuhan suami/ partner seks, baik laki-laki maupun
tidak berbanding lurus dengan peri- pasangannya serta aktif melindungi perempuan, dan banyak di antara me-
laku. Lebih dari dua per tiga aktif se- diri dari infeksi HIV dengan skrining reka juga membeli dan menjual seks.
cara seksual, 48% dilaporkan memiliki dan penggunaan kondom secara tera- Sebanyak 87% LSL melakukan seks
pasangan seks lebih dari satu dan 40% tur. Upaya ini juga perlu mendapat du- kasual dengan pasangan pria, dan
menggunakan jasa seks komersial da- kungan pemerintah. 40% dengan pasangan wanita setahun
lam satu tahun terakhir. Tetapi hanya sebelum survei ini. Sepertiga LSL me-
10% yang menggunakan kondom se- Pasangan pria LSL laporkan memiliki pasangan pria tetap
cara teratur.14 Lelaki yang suka berhubungan seks dan 16% memiliki pasangan wanita
dengan lelaki (LSL) juga turut ber- tetap, dan 22% pasangan tetapnya
Melihat kondisi di atas, di mana preva- peran dalam penyebaran HIV/AIDS memiliki pasangan lain. Jaringan ini

30 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 30 12/29/2010 12:43:27 AM


TINJAUAN PUSTAKA

meningkatkan risiko penularan HIV/ miologi. Sosialisasi dan perlindung- langsung bagi populasi tersebut. Pa-
AIDS pada LSL dan pasangannya. an terhadap kelompok ini sangatlah dahal, seperti yang digambarkan tabel
penting. Sayangnya, perhatian terha- 2-4, pada beberapa tahun ke depan,
Studi lain di Jakarta mendapatkan dap kelompok ibu rumah tangga diperkirakan jumlah populasi pasang-
prevalensi HIV pada 22% waria, 3,6% dan istri tanpa perilaku risiko tinggi an akan meningkat secara signikan.
pekerja seks laki-laki, dan 2,5% LSL. masih sangat kurang. Selama ini se- Hal ini menuntut agar populasi terse-
Selain itu, 59.3% waria dan 64.8% bagian besar kegiatan promosi kese- but mendapatkan program-program
pekerja seks laki-laki dilaporkan hatan banyak berfokus pada pelaku serta kebijakan yang lebih efektif.
melakukan hubungan anal tidak ter- seks bebas dan pengguna narkotika
proteksi dengan kliennya, dan 53.1% suntik. Dengan demikian, tingkat ke- Beberapa strategi yang dapat disa-
LSL lainnya melakukan hubungan anal waspadaan kelompok pasangan tetap rankan untuk mencegah dan menu-
tidak terproteksi dengan pasangan masih sangat rendah. runkan penularan HIV/AIDS pada
prianya. Terdapat 54,4% pekerja seks pasangan orang berisiko tinggi adalah
laki-laki dan 18,3% LSL lainnya yang Beberapa strategi dapat dilaksana- sebagai berikut:
memiliki pasangan tetap wanita dalam kan untuk menekan angka penularan
satu tahun terakhir.16 HIV/AIDS pada kelompok pasangan. 1. Strategi yang merupakan prioritas
Beberapa di antaranya mirip dengan sampai saat ini memang melaku-
Pengetahuan mengenai kondom di strategi pencegahan seks bebas pada kan pencegahan penyebaran HIV
populasi LSL cenderung menengah umumnya. Dukungan dan komitmen terutama terhadap kelompok-
hingga tinggi. Namun, pengetahuan yang kuat dari pemerintah, LSM (lem- kelompok berisiko tinggi seperti
mengenai HIV secara umum serta baga swadaya masyarakat), klinisi, pekerja seks, pengguna narkotika
pencegahannya melalui penggunaan ahli kesehatan masyarakat, dan tokoh suntik, serta LSL, dengan mem-
kondom masih rendah. Salah satu pe- masyarakat sangat diperlukan untuk perluas dan memperkuat strategi
nyebab kurangnya pengetahuan dan menyadarkan kelompok pasangan untuk turut mencapai pasangan
perilaku terkait pencegahan HIV/AIDS agar mewaspadai penularan melalui tetap mereka. Peraturan peng-
adalah masih rendahnya penggunaan pasangannya. gunaan kondom harus diperketat,
layanan konseling HIV/AIDS dan tes melihat data penggunaan kon-
HIV/AIDS di berbagai pelayanan kese- Saat ini, sudah dikeluarkan rencana dom yang masih sangat minim.
hatan. Diperlukan penelitian lebih lan- strategis (2003-2007) dan rencana aksi Terutama di tempat-tempat yang
jut mengapa LSL tidak memanfaatkan nasional (2007-2010, 2010-2014) dalam berpotensi menjadi penjualan
layanan tersebut, terkait pula faktor rangka menekan laju penyebaran HIV/ jasa seks, harus disediakan kotak
stigma atau perlakuan diskriminatif. AIDS di Indonesia. Di dalam strategi kondom gratis dengan kualitas
tersebut, perhatian ditujukan bagi kondom yang baik. Pemerintah
Jaringan LSL yang luas dan rumit me- pelaku primer penularan HIV/AIDS, juga harus membuat regulasi
nyebabkan jangkauan kepada LSL yaitu pelaku seks bebas, pemakai ja- publik mengenai penggunaan
saat ini masih sangat kurang, hal ini rum suntik, dan LSL. Beberapa program kondom ini terutama pada kelom-
lebih mempersulit jangkauan terhadap yang sudah ada, antara lain pence- pok yang berisiko tinggi tersebut
pasangan dari LSL tersebut. Kesadaran gahan penularan melalui alat suntik dan juga pasangannya. Selain
pribadi pasangan LSL untuk mening- (layanan alat suntik steril atau LASS), peraturan yang tegas juga diper-
katkan proteksi diri dengan pemaka- terapi rumatan metadon, program- lukan pendidikan dan informasi
ian kondom sangat diperlukan, begitu program di lembaga pemasyarakatan, khususnya pada kelompok risiko
pula terhadap layanan konseling dan pencegahan penularan melalui trans- tinggi tersebut mengenai bahaya
tes HIV. Tindakan umum pemerintah misi seksual melalui promosi kondom penularan HIV/AIDS dan penyakit
juga sangat diperlukan, berupa diting- dan layanan infeksi menular seksual, menular seksual lainnya dan ba-
katkannya pemberian informasi dan program pencegahan penularan HIV gaimana cara pencegahan serta
pendidikan mengenai HIV/AIDS serta melalui ibu ke bayi (PMTCT), konsel- pemeriksaan dini. Perlu juga di-
adanya perlindungan hukum yang ing dan testing sukarela (voluntary lakukan pelatihan bagaimana cara
jelas terhadap hak wanita. counseling and testing), dan program pemasangan kondom yang benar,
perawatan dukungan dan pengobat- karena diketahui tingginya tingkat
Strategi pencegahan pada pasang- an.8 kebocoran kondom pada popula-
an tetap ODHA di Indonesia si tersebut yang cukup tinggi yang
Berdasarkan data di atas, pasangan Meskipun beberapa strategi yang di- dapat mengakibatkan semakin
dari orang yang berisiko tinggi terke- sebutkan di atas memiliki efek tidak besarnya penularan.
na HIV/AIDS merupakan kelompok langsung terhadap pasangan tetap 2. Pendidikan, pelatihan serta pem-
risiko tinggi tertular HIV/AIDS. Jumlah para pelaku primer, namun belum ada berian informasi sebaiknya juga
mereka sangat besar secara epide- program yang secara spesik ditujukan dilakukan ke masyarakat luas, mi-

| JANUARI - FEBRUARI 2011 31

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 31 12/29/2010 12:43:27 AM


TINJAUAN PUSTAKA

salnya diikutkan dalam kurikulum tahui status ODHA pasangannya; terhadap pasangannya.
pendidikan nasional di kalangan dokter seharusnya memberitahu- 8. Pemeriksaan kesehatan dan pe-
remaja dan dewasa muda (pen- kan masalah ini ke pasangannya. nyakit menular bagi mantan
didikan seksual di SD, SMP, atau 5. Skrining penyakit infeksi menu- pengguna narkotika suntik dan
SMA). Hal ini diperlukan karena lar seksual pranikah (atau pra- pelaku seks bebas. Pemeriksaan
saat ini pendidikan seksual belum hubungan seksual). Skrining diri sendiri wajib dilakukan oleh
dimasukan ke dalam kurikulum se- memiliki efektivitas sangat baik setiap orang yang pernah terlibat,
cara nasional. Atau melalui media dalam mencegah penularan pe- baik dalam kegiatan seks bebas,
elektronika mengenai HIV/AIDS nyakit infeksi menular seksual; na- narkotika jarum suntik, LSL, man-
termasuk sosialisasi penggunaan mun kelemahannya adalah tindak tan penghuni penjara, asrama,
pengaman (kondom). Data UN- lanjut jika hasil skrining positif. atau barak di mana orang-orang
AIDS17 menyatakan bahwa peng- Dapat timbul masalah, baik da- berisiko tinggi terkena penyakit
gunaan kondom terbukti seba- lam hubungan antara pasangan, menular seksual.
gai satu-satunya cara mencegah maupun keluarga masing-masing.
transmisi infeksi menular seksual Melalui skrining, dapat diketahui Sampai saat ini, belum ada program
termasuk HIV/AIDS. Penggunaan penyakit-penyakit menular yang atau undang-undang pemerintah In-
kondom juga dapat hampir 100% diidap pasangan, misalnya HIV/ donesia yang secara tegas melindungi
mencegah transmisi infeksi menu- AIDS, hepatitis B, hepatitis C, para pasangan tetap orang-orang
lar seksual, di samping abstinen gonorea, dan silis. berisiko tinggi dari risiko penularan
(tidak melakukan hubungan). 6. Pentingnya keterlibatan perusa- HIV/AIDS. Undang-undang yang te-
Perlu diingat bahwa tingginya jen- haan tempat kerja para pekerja lah ada saat ini adalah mengenai usia
jang pendidikan dan kelas sosial- risiko tinggi seperti supir truk, pe- pernikahan yang legal secara hukum,
ekonomi, tidak menjamin sedikit- laut, tentara, dan lainnya, untuk HAM, serta kesetaraan gender yang
nya penggunaan jasa pekerja seks menyediakan program khusus di hanya digambarkan secara umum.
komersial; penelitian di Hanoi, tempat kerjanya yang menjang- Selain itu belum ada undang-undang
Vietnam menunjukkan makin ting- kau pasangan. Di antaranya meli- khusus mengenai tes HIV, diagnosis,
gi status sosial pria di masyarakat, puti penyuluhan/seminar terhadap pengobatan, serta perawatan ter-
makin tinggi frekuensi mengguna- pekerja dan pasangan mengenai hadap penderita HIV.10 Sebagai sa-
kan jasa pekerja seks komersial. HIV/AIDS serta infeksi menular ran, perlu integrasi berbagai bidang
Tetapi angka penggunaan kon- seksual, pelayanan konseling pe- terkait (pemerintah, klinisi, ahli kese-
dom pria mapan lebih tinggi dari- rubahan perilaku, tes HIV dan pe- hatan masyarakat, ahli hukum, tokoh
pada siswa dropout sekolah (84% meriksaan kesehatan secara rutin, masyarakat, tokoh agama, sosiolog)
berbanding 63%).18 promosi dan layanan kondom gra- untuk merumuskan rekomendasi dan
3. Layanan pemerintah untuk pasien- tis, serta konsultasi dengan dokter perlindungan bagi pasangan tetap
pasien ODHA seperti Layanan keluarga atau bidan menyangkut orang berisiko HIV/AIDS. Penelitian
Konseling & Tes Sukarela (VCT), masalah reproduksi. Data MAP efektivitas masing-masing strategi
Pelayanan, Dukungan & Perawa- (Monitoring of AIDS Pandemic),18 juga perlu dilakukan untuk menge-
tan (CST), Layanan Infeksi Menular mendapatkan 40-70% pria peng- tahui prioritas program pencegahan
Seksual (IMS), Layanan Alat Suntik guna jasa seks adalah pria yang penularan HIV/AIDS terhadap pasan-
Steril (LASS), Layanan Program memiliki pasangan tetap. Hal ini gan tetap.
Terapi Rumatan Metadon (PTRM), membuat penularan HIV/AIDS
serta layanan lainnya baik dari pe- menjadi cukup tinggi pada pasan- SIMPULAN
merintah atau non-pemerintah, gan dari pria risiko tinggi tersebut. Pasangan tetap ODHA adalah kelom-
juga menjaring pasangan pasien 7. Kewaspadaan dini dan tindakan pok risiko tinggi tertular HIV/AIDS.
ODHA terutama dalam hal edu- aktif dari pasangan tetap para Saat ini, kelompok tersebut tidak
kasi dan informasi terutama me- pelaku risiko tinggi (pelaku seks menjadi sasaran promosi kesehatan,
ngenai pentingnya pencegahan bebas, pengguna narkoba suntik, meskipun jumlahnya semakin bertam-
penularan misalnya dengan meng- dan pria LSL). Kurangnya program bah. Perhatian pemerintah, lembaga
gunakan kondom secara teratur, dari pemerintah memerlukan ke- swadaya masyarakat, dan klinisi hanya
mendapatkan akses kondom gra- waspadaan dari pasangan untuk terpusat pada pelaku seks bebas dan
tis, serta saran untuk melakukan melindungi diri terhadap infeksi pengguna narkotika jarum suntik. Be-
pemeriksaan gratis. HIV/AIDS, dengan menggunakan berapa contoh mereka adalah pasang-
4. Perlunya Undang-Undang praktik kondom secara rutin, mencari in- an tetap pelaku seks bebas, pasangan
kedokteran yang melindungi para formasi secara aktif, pemeriksaan tetap pengguna narkotika jarum sun-
pasangan tetap penderita ODHA: kesehatan, dengan tetap mening- tik, dan pasangan tetap pria LSL. Ma-
pasangan tetap berhak menge- katkan komunikasi dan dukungan sing-masing kelompok memiliki pelu-

32 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 32 12/29/2010 12:43:27 AM


TINJAUAN PUSTAKA

angnya sendiri-sendiri dalam tertular DAFTAR PUSTAKA


HIV/AIDS. Beberapa strategi ke de- 1. USAID Indonesia. HIV/AIDS Health Prole. United States Agency for International Development; Ja-
pan untuk mencegah penularan HIV/ karta, 2008.
AIDS adalah skrining infeksi menular 2. Departemen Kesehatan RI. Laporan Triwulan Kemenkes 2010. Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan
seksual pranikah atau pra-hubungan Republik Indonesia; Jakarta, 2010.
seksual, pendidikan seksual, sosialisa- 3. UNAIDS Switzerland. HIV transmission in intimate partner relationships in Asia. United Nations Pro-
si penggunaan pengaman (kondom) gramme on HIV/AIDS; Geneva, 2009.
saat berhubungan seksual, keterlibat- 4. International Institute for Population Sciences Macro International. National Family Health Survey
an perusahaan dengan pekerja risiko (NFHS-3), 20052006. International Institute for Population Sciences; Mumbai, 2007.
tinggi, kewaspadaan dini pasangan, 5. Bennetts A, Shaffer N, Phophong P, et al. Differences in sexual behavior between HIV-infected pregnant
pemeriksaan kesehatan berkala, dan women and their husbands in Bangkok, Thailand. AIDS Care 1999;11:64961.
pendidikan/kursus pranikah. 6. P2MPL dan Litbangkes. Data Kesehatan 1 Desember 2006Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2006.
Permasalahan pasangan tetap ODHA 7. Komisi Penanggulangan AIDS. Situasi HIV & AIDS di Indonesia. Komisi Penanggulangan AIDS; Jakarta,
merupakan tanggung jawab pemerin- 2009
tah, klinisi, ahli kesehatan masyarakat, 8. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan
serta tokoh agama dan masyarakat. AIDS tahun 2010 2014 (Lampiran Peraturan Menko Kesra/08/1/2010). KPA; Jakarta, 2010.
Di masa depan, kita wajib memikir- 9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Risk behavior and HIV prevalence in Tanah Papua 2006.
kan inovasi strategi untuk mencegah Depkes RI; Jakarta, 2006.
penularan bagi kelompok ini. Peneli- 10. IPPF. UNFPA, The Global Coalition on Women and AIDS, et al. Report card HIV prevention for girls and
tian mengenai kondisi, pengetahuan, young women: Indonesia. IPPF; London, 2009.
perilaku, dan hal-hal lain terkait stigma 11. Departemen Kesehatan RI, Komisi Penanggulangan AIDS, USAID, et al. Surveilans Terpadu - Biologis
serta perlakuan terhadap para pasan- Perilaku pada Kelompok Berisiko Tinggi; Rangkuman Surveilans Pria Berisiko Tinggi. Depkes RI; Ja-
gan tetap perlu dilakukan. Selain itu, karta, 2007.
penelitian mengenai efektivitas mas- 12. Departemen Kesehatan RI, Komisi Penanggulangan AIDS, USAID, et al. Surveilans Terpadu - Biologis
ing-masing strategi perlu dilakukan Perilaku pada Kelompok Berisiko Tinggi; Rangkuman Surveilans Wanita Pekerja Seks. Depkes RI; Ja-
sebagai bahan evaluasi program kese- karta, 2007.
hatan di berbagai golongan tertentu 13. Departemen Kesehatan RI, Komisi Penanggulangan AIDS, USAID, et al. Surveilans Terpadu - Biologis
(misalnya pada suku atau budaya ter- Perilaku pada Kelompok Berisiko Tinggi; Rangkuman Surveilans Pengguna Jarum Suntik. Depkes RI;
tentu, atau agama tertentu). Jakarta, 2007.
14. Pisani E, Dadun, Sucahya PK, et al. Sexual behavior among injection drug users in 3 Indonesian cities
Peraturan mengenai hak dan kewa- carries a high potential for HIV spread to noninjectors. J Acquir Immune Dec Syndr 2003;34:4036.
jiban untuk mendapat informasi medis 15. Departemen Kesehatan RI, Komisi Penanggulangan AIDS, USAID, et al. Surveilans Terpadu - Biologis
berkaitan dengan diri dan pasang- Perilaku pada Kelompok Berisiko Tinggi; Rangkuman Surveilans Lelaki yang Seks dengan Lelaki. Dep-
annya perlu dibuat agar menjamin kes RI; Jakarta, 2007.
kebebasan tenaga kesehatan dalam 16. Pisani E, Girault P, Gultom M, et al. HIV, syphilis infection, and sexual practices among transgenders,
menyampaikan informasi penyakit male sex workers, and other men who have sex with men in Jakarta, Indonesia. Sex Transm Infect 2004;
menular seksual yang diidap oleh 80(6): 53640.
salah satu pasang. Selain itu, hal yang 17. UNAIDS. Fast facst about HIV preventions. UNAIDS, 2008.
juga penting adalah perlu dibuatnya 18. The MAP Network. Sex work and HIV/AIDS in Asia. MAP Report, 2005.
peraturan perundang-undangan yang
secara tegas melindungi para pasang-
an tetap ODHA di Indonesia.

| JANUARI - FEBRUARI 2011 33

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 33 12/30/2010 9:32:13 PM


TINJAUAN PUSTAKA

Glucose-6-Phosphate
Dehydrogenase Deciency (G6PD)
Erica Surjadjaja
General Practitioner, interested in Pediatrics, Jakarta

EPIDEMIOLOGY Table 1. Classes of G6PD Enzyme Variants


G6PD deciency is found with in- Level of Enzyme activity Prevalence
creased frequency in Africa, Asia, the Class deciency
Mediterranean, and the Middle-East. I Severe Chronic nonspherocytic hemolytic Uncommon; occurs across
anemia in the presence of normal populations
Those places are known as high-risk erythrocyte function
area of Malaria. Researchers have II Severe Less than 10 percent of normal Varies; more common in Asian
found evidence that the Plasmodium and Mediterranean populations
protozoas do not survive well in G6PD III Moderate 10 to 60 percent of normal 10 percent of black males in the
decient cells. It is believed that the in- United States
creased frequency of G6PD deciency IV Mild to none 60 to 150 percent of regular Rare
may be a way of developing protec- V None Greater than 150 percent of normal Rare
tion against malaria. There are three G6PD = glucose-6-phosphate dehydrogenase. Information from references 1 and 7.
(Extracted from http://www.aafp.org/afp/20051001/1277.html)
common G6PD enzyme mutants :
1. G6PD A+
Affecting approximately 13% of Hexokinase
Glucose 6 G6PD 6 phospho-
male African-American. In this Glucose
phosphate gluconate
mutant, the erythrocyte activity re-
duced to less than 515 % of nor-
mal activity. ATP NADP+ NADPH
ADP
2. G6PD B+
Found in Italian, Greeks and other
Mediterranean, Middle-East, Afri- Glutathione
reductase
can and Asian ethnic groups with
incidence ranging from 5 40 % of GSSG GSH
the populations.
3. G6PD Canton Fig.1. Hexose monophosphate pathway: (Extracted from http://www.aafp.org/afp/20051001/1277.html)

Occurs in 5% of Chinese population.


Dinucleotide Phosphate (NADP) to its mutation clustered near carboxyl ter-
ETIOLOGY AND PATHOPHISIOLOGY reduced form, NADPH (Nicotinamide minus is associated with chronic non-
Glucose-6-Phosphate dehydroge- Adenine Dinucleotide Phosphate Hy- spherocytic hemolytic anemia.
nase is an enzyme essential in hexose drogenase). The role of NADPH is to The normal enzyme is designated G6PD
monophosphate pathway. Synthesis of protect cells from oxidative damage. B+ ; G6PD A+ is a normal variant mostly
erythrocyte G6PD is determined by a Since NADPH is not generated in found in African American. There are
gene located on the X chromosome. erythrocytes, they are more suscep- over 400 variants of G6PD with a wide
Therefore, the disease involving this tible to destruction from oxidative spectrum of hemolytic disease.
enzyme occurs more commonly in stress e.g : oxidative drugs like pri-
male because male has only one X maquine, methylene blue, sulfame- The most common cause of hemo-
chromosome (XY). Female can act as a thoxazole and oxidative agents like lysis may be infection, even when no
carrier (if heterozygous) or affected (if naphthalene/mothball, fava beans or drugs given. The exact mechanism is
homozygous). Heterozygous females infection. Normal erythrocytes not un- unknown, but it is thought to be the
have intermediate enzyme activity, der oxidative stress generally exhibit oxidants released by leukocytes dur-
and have two populations of erythro- G6PD activity at 2 % of total capacity, ing phagocytosis that cause oxidative
cytes, one is normal and the other is therefore there may be absence of stress to the erythrocytes.
G6PD decient; most heterozygous clinical symptoms even with reduced
females are asymptomatic. This popu- G6PD enzyme activity. Table 2. High risk oxidative drugs to avoid by
lation has an advantage of resistance The gene encoding the G6PD is locat- all variants of G6PD deciency:
to Falcifarum malaria. ed in the distal arm of X chromosome. Acetylphenylhydrazine
Mutation near the amino terminus is Aldenosulfone sodium (Sulfoxone)
G6PD catalyses Nicotinamide Adenine associated with milder disease, while Arsine

34 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 34 12/30/2010 11:15:25 AM


TINJAUAN PUSTAKA

Beta-naphtol (2-Naphtol) Table 5. Low risk oxidative drugs safe in clinically as back or abdominal pain
Dapsone normal therapeutic dose for G6PD decient and jaundice secondary to a rise in un-
Dimercaprol subjects without nonspherocytic hemolytic conjugated bilirubin. With normal liver
Furazolidone anemia: function, jaundice occurs after over 50
Glucosulfone Acetaminophen % of erythrocytes hemolyzed. Hemo-
Vitamin K* Ascorbic Acid (Vitamin C) lysis does not continue despite contin-
Methylene Blue Diphenhydramine ued infection or exposure to oxidative
Pure Naphthalene Isoniazid agents because older erythrocytes with
(Naphtalin, Mothball) L-Dopa the worst enzyme deciency undergo
Niridazole Phenilbutazone hemolysis rst so younger erythrocytes
Nitrofural (Nitrofurazone) Phenytoin having higher level of enzyme activity
Nitrofurantoin Steptomycin dominate; they are able to sustain the
Pamaquine Trimetoprim oxidative damage without hemolysis.
Pentaquin Colchicine In rare cases, hemolysis is so severe
Phynyl Hydrazine Aminopyrine that a blood transfusion is required.
Primaquine Antazoline The degree of hemolysis depends
Probenecid* Benzhexol on the inciting agent or stressor, the
Stibophen Chlorguanidine, Sulfaguanidine amount ingested, and the severity of
Sulfacetamide Procain Amide Hydrochloride enzyme deciency. Most heterozygous
Sulfadimidine Pyrimethamine females do not have clinical hemolysis
Sulfamethoxazole Quinidine after being exposed to oxidative stres-
Sulfanilamide Quinine sors except in rare cases of random
Sulfapyridine Sulfacytine inactivation (Lyon Hypotesis) of the
Sulfasalazine Sulfadiazine normal X chromosome resulting G6PD
(Salazopyrin) Sulfamerazine deciency in majority of erythrocytes.
Tolonium Chloride Sulfamethoxypyridazine Sporadic gene mutation is the com-
(Toluidine Blue) Sulsoxazole mon cause of G6PD deciency that
Tripelennamin manifests as chronic non-spherocytic
Table 3. High risk oxidative drugs for Medi- anemia. The defect is usually located
terranean and Asian variants: CLINICAL MANIFESTATION primarily in the region of NADP bind-
Acetanilide Clinical appearance may vary from ab- ing site near the carboxyl terminus of
Chloramphenicol* sence of symptom to acute hemolytic the protein. The variants that develop
Chloroquine* anemia, chronic non-spherocytic ane- chronic non-spherocytic anemia are the
Ciprooxacin mia, or neonatal hyperbilirubinemia. Loma Linda, Tomah, Iowa, Beverly Hills,
Doxorubicin Symptoms develop within 24 to 72 Nashville, Riverside, Santiago de Cuba
Glibenclamide hours after exposure to oxidative and Andalas. Hemolysis continues to
Isobutyl Nitrite stressors with resolution within 4 to occur even during normal erythrocyte
Mepacrine (Quinacrine) 7 days. An oxidative agent ingested metabolism. Exposure to oxidative
Mezalazine-S-Aminosalisylic Acid by a breast-feeding mother may be stressors can result in acute hemolysis.
(Paraminosalisylic Acid) transmitted in breast milk to her G6PD
Nalidixic acid decient child and causes an acute Neonatal hyperbilirubinemia is found
O-Acetylsalicylic Acid hemolysis. In some patients, inges- mostly in males with gene defect and
Urate oxidase tion of fava beans (may also known in homozygous females. This condi-
Phenacetin (Acetophenetidin)* as broad beans, bell beans, English tion is associated with increased risk
Sulfafurazole (Sulfafurazone, Sulsox- dwarf beans, haba beans, fever beans, of kernicterus and death. Newborns of
azole) silkworm beans, tick beans, horse or Greeks (G6PD B-) and Chinese ethnics
Thiazosulfone (Thiazolesulfone) pigeon beans, in Indonesia : kacang (G6PD Canton) are at higher risk of hy-
Trinitrotoluene koro), may lead to an acute severe perbilirubinemia. The mechanism of
hemolytic symptom called favism, neonatal hyperbilirubinemia is unclear.
(*) high risk drugs considered safe to take in normal which is caused by oxidative prod- Although hemolysis may be observed
therapeutic dose. ucts derived from two glycosidic com- in these cases, hyperbilirubinemia is
pounds, vicine and convicine. Favism likely to be secondary to impairment
Table 4. Miscellaneous agents besides drugs is more common in G6PD Mediterra- of bilirubin conjugation and clear-
that should be avoided: nean (G6PD B-). ance by the liver leading to indirect
Fava Beans hyperbilirubinemia. G6PD should be
Some Chinese Herbs Acute hemolytic anemia may present suspected in neonates with hyperbili-

| JANUARI - FEBRUARI 2011 35

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 35 12/30/2010 11:15:26 AM


TINJAUAN PUSTAKA

rubinemia within the rst 24 hours of of oxidative stressors in G6PD de- 8. Kaplan M, Rubaltelli,FF, Hammerman C, Vilei
life, a history of jaundice in a sibling, cient persons. Blood transfusion may MT, Leiter C, Abramov A, et al. Conjugated bil-
bilirubin levels greater than the 95th be required in a severe case of hemo- irubin in neonates with glucose-6-phosphate
percentile and in Asian females. lytic anemia. Folic acid and iron can be dehydrogenase deciency. J. Pediatr 1996;
used as supportive therapy. 128(5 pt 1):695-7.
LABORATORY FINDINGS 9. Neonatal screening for G6PD deciency.
Acute hemolysis results in fall of he- SUMMARY h t t p : / / w w w. s p r i n g e r l i n k . c o m / c o n t e n t /
moglobin and hematocrite. In severe G6PD deciency is due to inherited h025wg3p7h15m628. Accessed August 19,
cases, the hemoglobin-binding pro- genetic mutation on X chromosome. 2009
teins (such as haptoglobin) are saturat- G6PD deciency increases the vul- 10. Beutler E. G6PD deciency. Blood 1994;
ed, and free hemoglobin may appear nerability of erythrocyte to oxidative 84:3613-36.
in plasma and subsequently in urine. stress, which may lead to hemolysis. 11. Glucose-6-phosphate dehydrogenase. http://
Unstained or supravital preparations of However, most G6PD deciency sub- www.g6pd.org. Accessed August 19, 2009
erythrocyte reveal Heinz bodies, which jects are asymptomatic. They can live 12. American Academy of Pediatrics Committee
are rapidly removed from the circula- normal lives, despite bearable hemo- on Drugs. Transfer of drugs and chemicals into
tion wirhin 3 to 4 days of a hemolysis lysis when exposed to oxidative stres- human milk. Pediatrics 2001; 108:776-89.
episode. sors. Screening for G6PD deciency 13. WHO Working Group. Glucose-6-phosphate
(for homozygous G6PD decient dehydrogenase deciency. Bull WHO 1989;
DIAGNOSIS females and males; not reliable in 67:601-11.
Diagnosis of G6PD deciency is made heterozygous females) is important in 14. Ainoon O, Alawiyah A, Yu YH, Cheong SK,
by quantitative spectrophotometric high-risk neonates to prevent neona- Hamidah NH, Boo NY, et al. Semiquantitative
analysis. Enzyme activity in affected tal hyperbilirubinemia, which may lead screening test for G6PD deciency detects se-
persons is less than 10 % of normal. to kernicterus and death. There is no vere deciciency but misses a substantial pro-
Screening tests of G6PD deciency cure since it is of genetic basis. portion of partially-decient females. South-
are based on decoloration of methyl- east Asian J Trop Med Public Health 2003;
ene blue, reduction of methemoglo- 34:405-14.
bin, or uorosence of NADPH. These REFERENCES 15. Klaus MH, Fanaroff AA. Care of the high-risk
screening tests are best to detect 1. Frank E, Jennifer. Diagnosis and manage- neonate. 4th ed. Philadelphia: WB. Saunders
homozygous G6PD decient males ment of G6PD deciency. American Family Co, 1993; 16:418.
and females, but unreliable to detect Phisician. 2005; l72 (7):1277-1282. Accessed 16. Kaplan M, Abramov A. Neonatal Hyperbiliru-
heterozygous females. August 19, 2009 at http://www.aafp.org/ binemia associated with glucose-6-phosphate
afp/20051001/1277.html. dehydrogenase deciency in Sephardic-Jewish
In acute hemolysis, the test may be 2. Segel, GB. Glucose-6-phosphate dehydroge- neonates: incidence, severity, and the effect of
falsely negative because of domi- nase and related deciencies. 18th ed,Nelson phototherapy. Pediatrics 2001; 90:401-5.
nation of reticulocytosis and young Textbook of Pediatrics 2007;463:2040-42. 17. Reclos GJ, Hatzidakis CJ, Schulpis KH. Glu-
erythrocites having higher enzyme ac- 3. Ruwende C, Hill A. Glucose-6-phosphate de- cose-6-phosphate dehydrogenase deciency
tivity. The diagnosis is suspected when hydrogenase deciency and malaria. J Mol neonatal screening: preliminary evidence that
G6PD activity is within the low normal Med 1998:76:581-8. a high percentage of partially decient female
range in the presence of of a high re- 4. Noori-Daloii MR, Naja L, Ganji SM, Hajebra- neonates are missed during routine screening.
ticulocyte count. Electrophoretic ana- himi Z, Sanati MH. Molecular identication of J Med Screen 2000; 7:46-51.
lysis is used to detect G6PD variants. mutation in G6PD gene in patients with favism 18. Iwai K, Matsuoka H, Kawamoto F, Arai M,
The G6PD test should be performed in Iran. J Physiol.Biochem. 2004; 60:273-8. Yoshida S, Hirai M, et al. A rapid single step
in children with a family history of 5. Mockenhaupt, Mandekow J, Till H, Ehrhardt screening method for glucose-6-phosphate
jaundice, anemia, splenomegaly and S, Eggelte TA, Bienzle U. Reduced prevalence dehydrogenase deciency in eld applica-
cholelithiasis, especially of Mediter- of Plasmodium falciparum infections and of tions. Japanese J Trop Med Hygiene 2003;
renean or African ancestry; or children concomitant anaemia in pregnant woman with 34:405-14.
and adults (especially males of African, heterozygous G6PD deciency. Trop Med Int 19. Hermiston ML, Mentzer WC. A practical ap-
Mediterranean or Asian descents) with Health 2003; 8:118-24 proach to the evaluation of the anemic child.
acute hemolytic reaction caused by 6. Glucose-6-phosphate deciency.Accessed Pediatr Clin North America 2002; 49:877-91.
infection or exposure to a known oxi- August 19, 2009, at http://www.malariasite. 20. Nair PA, Al Khusaiby SM. Kernicterus and
dative agent. WHO recommends neo- com/MALARIA/g6pd.htm. G6PD deciencya case series from Oman. J
natal screening in populations with a 7. Kaplan M, Hammerman C, Vreman Trop Pediatr 2003; 49:74-7.
prevalence of over 3 % in males. HJ,Stevenson DK, Beutler E. Acute hemolysis 21. Gregg XT, Prchal JT. Red cell enzymopa-
and severe neonatal hyperbilirubinemia in glu- thies. In: Hoffman R,ed. Hematology : basic
THERAPY / TREATMENT cose-6-phosphate dehydrogenase-decient principles and practice. 4th ed. Philadelphia:
The most important thing is avoidance heterozygotes. J Pediatr. 2001;139:137-40. Churchill Livingstone, 2000:657-60.

36 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 36 12/30/2010 9:32:18 PM


TINJAUAN PUSTAKA

Kebersihan Rongga Mulut


Dan Gigi Pasien Stroke
Punik Mumpuni Wijayanti
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia

PENDAHULUAN hankan fungsi mulut untuk proses asu- stroke. Juga menjadi semakin jelas
Rongga mulut (cavum oris) merupakan pan makanan. bahwa rongga mulut dan gigi da-
bagian paling atas saluran gastrointes- pat menjadi tempat asal penyebaran
tinal; meliputi labium atas dan bawah, Pembersihan rongga mulut adalah bakteri dan mikroorganisme lain ke
lidah, jaringan gigi, gingiva, mukosa, suatu tindakan yang ditujukan un- organ lain dalam tubuh manusia. Gi-
tulang mandibula, dan faring. tuk: (1) menjaga kontinuitas labia, li- ngivitis dan periodontitis sudah ter-
dah serta mukosa membran jaringan bukti merupakan faktor risiko bagi
Dalam rongga mulut terdapat ber- rongga mulut, (2) mencegah infeksi penyakit sistemik, khususnya penyakit
bagai mikroorganisme yang meskipun rongga mulut, dan (3) mempertahan- jantung dan stroke (Gurenlian, 2007).
bersifat komensal, dapat menjadi pa- kan kelembaban mukosa rongga mu-
tologis pada individu immunocompro- lut dan labia (Dental Hygiene Series Li et al. (2000), melaporkan kurang le-
mised (Li et al., 2000). Proses pember- (1982) dan American Dental Hygienist bih terdapat 1011 bakteri dalam setiap
sihan rongga mulut secara siologis Assiciation (ADHA) (2008). miligram plak gigi yang menempel di
dilakukan oleh lidah serta pengeluar- permukaan gigi, walaupun tidak se-
an saliva, yang bisa terganggu (Scully Pada pasien stroke dengan kelum- muanya membahayakan; banyak yang
& Ettinger, 2007), misalnya pada pasien puhan nervus XII sentral dan/atau justru dibutuhkan sebagai ora normal
stroke dengan kelumpuhan sentral gangguan neuromuskuler, tindakan rongga mulut.
nervus hipoglosus (nervus XII). oral hygiene mutlak dilakukan untuk
mencegah infeksi melalui rongga mu- Penyakit jaringan pendukung gigi
Pembersihan rongga mulut (oral hy- lut maupun untuk mempertahankan diawali dari rendahnya kualitas ke-
giene) adalah tindakan membersihkan asupan makanan. bersihan gigi dan mulut yang dapat
rongga mulut, gigi dan gingiva (Kohn menyebabkan gingivitis yang terbatas
et al., 2003) dengan tujuan : (1) mence- KEBERSIHAN RONGGA MULUT pada gingiva atau marginal gingivitis.
gah penyakit pada mulut dan gigi DAN GIGI Proses ini berlanjut ke dalam jaringan
beserta jaringan pendukungnya, (2) Kemajuan dalam identikasi bak- pendukung gigi di bawahnya menjadi
mencegah penyakit yang penularan- teri rongga mulut makin meyakinkan marginal periodontitis. Jika kronis akan
nya melalui mulut, (3) meningkatkan adanya hubungan antara kejadian in- merusak seluruh jaringan periodontal
pertahanan tubuh terhadap infeksi feksi rongga mulut dan gigi dengan menjadi chronic destructive perio-
baik di jaringan rongga mulut maupun berbagai penyakit sistemik seperti pe- dontitis (Carranza, 2000). Di antara
infeksi sistemik, dan (4) memperta- nyakit jantung, diabetes melitus dan gigi dan gingiva ada celah sekitar 2

| JANUARI - FEBRUARI 2011 37

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 37 12/30/2010 11:15:55 AM


TINJAUAN PUSTAKA

mm disebut sulcus gingiva; daerah setelah perawatan akar gigi, dan 55% bagai mediator penyakit vaskuler, mi-
ini paling rentan terhadap infeksi bak- setelah tonsilektomi (Li et al, 2001),. salnya hiperkoagulasi, perkembangan
teri dan radang, menimbulkan penya- aterosklerotik atau keduanya.
kit periodontal, dengan tanda-tanda HUBUNGAN PENYAKIT PERI-
memerah, bengkak, mudah berdarah, ODONTAL DENGAN STROKE Pada tikus, penyuntikan intravena P.
mungkin disertai gigi goyah. Kerusakan sel endotelium, migrasi gingivalis akan mempercepat perkem-
vascular smooth muscle dan jaringan bangan aterosklerotik (Li et al., 2002).
Rendahnya kebersihan gigi dan mulut protein matriks merupakan faktor-fak- Lalla et al. (2003), menemukan bahwa
menyuburkan perkembangan bakteri. tor yang berhubungan dengan proses pada injeksi P. gingivalis ke daerah
Selanjutnya bakteri dan produknya aterosklerosis (Haynes & Stanford, rongga mulut, DNA P. gingivalis terse-
menginvasi epitel sulkus gingiva mela- 2003), yang juga mempunyai hubu- but ditemukan di jaringan aorta hanya
lui mekanisme pelepasan eksotoksin, ngan positif dengan penyakit jaringan pada tikus yang terinfeksi bersamaan
endotoksin, enzim-enzim proteolitik periodontal (Demmer & Desvarieux, dengan percepatan proses ateroskle-
dan selanjutnya mempengaruhi res- 2006). rosis. Giacona et al. (2004), menemu-
pon imunologik. Beberapa bakteri kan bahwa strain P. gingivalis mampu
yang diduga penyebab periodontitis Beberapa hipotesis yang meng- menginfeksi makrofag dan mening-
adalah Porphyromonas gingivalis, Ac- hubungkan penyakit jaringan peri- katkan pembentukan sel busa (foam
tinobacillus actinomycetemcomitans, odontal dengan aterosklerosis adalah: cell) di dinding vaskuler, selanjutnya
Capthophilic gram negatif, Fusobac- mampu menginisiasi atau memper-
terium nucleatum dan Prevotella inter- 1. Jalur langsung buruk proses aterosklerosis. Penelitian
media. Aktivasi epitel menyebabkan Mikroorganisme di rongga mulut dan terakhir mendapatkan bahwa Strep-
pelepasan mediator-mediator ina- produk yang dilepaskannya dapat me- tococcus sanguis dan P. gingivalis
masi; proses ini merupakan salah satu nyebar secara sistemik melalui sistem mampu menyebabkan agregasi plate-
faktor risiko aterosklerosis, yang se- sirkulasi. Geerts et al. (2002), melapor- let dan hiperkoagulasi, sehingga akan
lanjutnya akan menyebabkan penyakit kan bahwa mengunyah pelan-pelan meningkatkan pembentukan trombus
sistem kardioserebrovaskuler (Chun, dapat menyebabkan endotoksemia, yang dapat menyebabkan stroke iske-
2005). Bakteri rongga mulut maupun dan meningkatkan risiko seiring de- mik akut (Fong, 2000).
toksin yang dihasilkannya (endotoksin/ ngan tingkat keparahan periodon-
eksotoksin) dapat menyebar melalui titisl; bakteri patogen periodontal 2. Jalur tidak langsung
aliran darah. Bakteremia diamati pada dapat ditemukan pada plak arterial Pada aterosklerosis didapatkan kom-
100% pasien setelah ekstraksi gigi, 70% (Haraszthy et al., 2000). Pada penye- ponen inamasi kuat (Libby, 2000),
setelah pembersihan karang gigi, 55% baran sistemik, bakteri rongga mulut dan bukti epidemiologi mendapatkan
setelah pembedahan gigi molar, 20% mempunyai pengaruh langsung se- peningkatan tingkat inamasi sistemik

Oral Infection
Hyperinammatory
Monocyte (Periodontitis)
phenotype

Bacteremia
Bacteremia

Hyperreactive Produksi Bakteri: Produk Inamasi: Status hiperkoagulasi: Kehilangan gigi


Mononuclear - Endotoksin - Sitokin - Fibrinogen
phagocyte - Heat shock protein - C reactive protein - Lekosit
- S. sanguis & P. gingivalis
- Mediator agregasi platelet

Patologi Vaskuler

STROKE

Gambar 1. Mekanisme yang menghubungkan infeksi oral dan penyakit periodontal dengan stroke (Li et al., 2000)

38 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 38 12/29/2010 12:43:27 AM


TINJAUAN PUSTAKA

sebagai petunjuk terjadinya penyakit dihubungkan dengan alat hisap serta 2) Berkumur dengan antiseptik
vaskuler (Ridker et al., 2000). sarung tangan sekali pakai (Perry & Yang cukup murah dan efektif adalah
Potter 2005). dengan air hangat dicampur garam.
Pada pasien penyakit jaringan peri- Berkumur lebih diperlukan untuk pe-
odontal didapatkan peningkatan in- Kemudian adalah pelaksanaan pem- nyakit-penyakit jaringan gingiva serta
amasi sistemik, misalnya (Loos ., bersihan rongga mulut : perawat jaringan periodontal.
2000; Slade ., 2000; Slade ., 2003), dan pasien harus cuci tangan secara asep-
dilaporkan bahwa terapi penyakit ja- tik, kemudian memakai sarung ta- Berkumur saja tidak terbukti mence-
ringan periodontal dapat menurunkan ngan. Setelah itu periksa reeks mun- gah karies gigi; penting ditekankan
inamasi sistemik (DAiuto ., 2004). tah pasien, posisikan kepala pasien bahwa berkumur bukanlah pengganti
Terdapat banyak faktor pencetus miring ke kanan atau kiri; jika pasien menyikat gigi untuk upaya mencegah
peningkatan respon inamasi siste- menggunakan gigi palsu maka harus karies.
mik, salah satunya adalah bakteremia dilepas terlebih dahulu. Selanjutnya
dan pelepasan produk bakteri yaitu letakkan kertas tisu di bawah wajah 3) Pembersihan dengan atau
lipopolisakarida (Mahanonda ., 2004). pasien dan baskom bengkok di bawah benang gigi
Mekanisme lain yang menghubung- dagunya, kemudian secara hati-hati Dental oss atau benang gigi cukup
kan infeksi rongga mulut dengan iske- regangkan gigi atas dan bawah meng- baik untuk membersihkan plak di sela-
mik adalah : target antibodi menuju gunakan spatel lidah, lalu bersihkan sela gigi, tetapi harus dilakukan de-
ke bakteri, termasuk yang di jaringan mulut dengan spatel lidah yang diba- ngan hati-hati karena dapat melukai
periodontal berreaksi silang dengan sahi dengan pencuci mulut atau air; gingiva dan menyebabkan gingivitis.
sel-sel induknya. cairan yang terkumpul dihisap dengan
penghisap elektrik. Jika rongga mulut 4) Penggunaan pembersih lidah
Beberapa mekanisme patosiologi dan gigi dirasakan sudah bersih, beri- Pembersih lidah dapat digunakan
dapat menjelaskan hubungan perio- kan lapisan tipis larut air pada bibir untuk membersihkan dorsum lingual.
dontitis dengan stroke. Pada inamasi pasien. Jelaskan kepada pasien bah- Tumpukan debris di dorsum lingual
akut gingiva, tindakan tidak memba- wa sudah melakukan tatalaksana pem- mengandung bakteri oportunis dan
hayakan seperti menggosok gigi atau bersihan rongga mulut sesuai prose- kandida sebagai ora normal maupun
mengunyah, dapat menyebabkan dur baku, lepaskan sarung tangan dan patogenik.
masuknya bakteri jaringan periodon- buang di tempat yang sesuai dan cuci
tal beserta endotoksinnya ke sirkulasi tangan hingga bersih. SIMPULAN
sistemik (Lockhart, 2000). Bakteri pato- Beberapa penelitian membuktikan
gen di jaringan periodontal ternyata Pada pasien yang sadar dan sudah bahwa infeksi bakteri kronis pada rong-
dapat terdeteksi di plak karotis dan mulai mandiri, tatalaksana pember- ga mulut maupun gigi berhubung-
berperan pada aterogenesis dengan sihan rongga mulut dapat dilakukan an dengan perburukan pasien akut.
cara merusak endotelium dan men- dengan efektif, yaitu; Mikroorganisme dapat menginfeksi
stimulasi proses inamasi arteri-arteri sel-sel endotelium vaskuler secara
besar (Chiu, 1999; Haraszthy ., 2000). 1) Kegiatan sikat gigi langsung sehingga menginisiasi res-
Bakteri jaringan periodontal juga da- Sangat penting untuk mengenal teknik pon inamasi yang kemudian me-
pat menstimulasi trombogenesis de- sikat gigi yang tepat, motivasi untuk nyebabkan aterosklerosis sehingga
ngan cara menginduksi agregasi dan sikat gigi secara teratur serta pemi- bisa menyebabkan perburukan, baik
meningkatkan faktor-faktor penjenda- lihan pasta gigi yang sesuai. Teknik karena adanya serangan ulang mau-
lan (Sharma ., 2000). menyikat gigi secara horizontal adalah pun komplikasinya.
salah karena lambat laun menimbul-
PENATALAKSANAAN KEBERSIHAN kan resesi gingival dan abrasi gigi, se- Dokter gigi harus memberi nasehat
RONGGA MULUT hingga penyakit jaringan periondontal pentingnya kesehatan dan kebersihan
Penatalaksanaan tindakan pember- akan lebih mudah terjadi. Pemilihan rongga mulut. Kelemahan anggota
sihan rongga mulut adalah pertama bulu sikat yang halus juga penting gerak maupun kelemahan otot-otot
mempersiapkan alat, yang meliputi agar tidak melukai gusi; sikat gigi wajah dapat menyulitkan pember-
pencuci mulut atau larutan antiseptik, harus diganti minimal tiap bulan. Pilih sihan rongga mulut secara mandiri;
spatel lidah dengan bantalan spon, pasta gigi yang mengandung uoride, dokter gigi harus mampu menjelaskan
kertas tisu standar, baskom bengkok, karena dapat menurunkan angka karies dan memberi modikasi cara menjaga
gelas air beserta air dingin, larut da- dan selanjutnya juga akan terhindar kesehatan dan kebersihan rongga mu-
lam air, karet pipa penghisap yang dari penyakit jaringan periodontal. lut yang mudah.

| JANUARI - FEBRUARI 2011 39

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 39 12/29/2010 12:43:27 AM


TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
1. American Dental Hygienist Assiciation (ADHA), Competencies for the Advanced Dental Hygiene Practitioner (ADHP). Chicago, IL 60611. 2008.
2. Carranza FA. , 7st ed, WB. Saunders Co, Philadelphia, London, Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo. 2000.
3. Chiu B. Multiple infections in carotid atherosclerotic plaques. . 1999;138: S534-S536.
4. Chun YHP, Chun KRJ, Olguin DA, Wang HL. Biological foundation for periodontitis as a potential risk factor for atherosclerosis. . 2005; 40: 87-95.
5. DAiuto F, Parkar M, Andreou G . Periodontitis and systemic inammation: control of the local infection is associated with a reduction in serum inammatory
markers. 2004; 83(2):156-160.
6. Demmer RT, Desvarieux M. Periodontal infections and cardiovascular disease. The heart of the matter. . 2006;137 (suppl 2): 14S-20S.
7. Dental Hygiene Series. Position Classication Standard for Dental Hygiene Series, 1982.GS-0682, TS-61.
8. Fong IW. Emerging relations between infectious diseases and coronary artery disease and atherosclerosis. 2000; 63(1): 49-56.
9. Geerts SO, Nys M, De MP et al. Systemic release of endotoxins induced by gentle mastication: association with periodontitis severity. 2002; 73(1): 73-78.
10. Giacona MB, Papapanou PN, Lamster IB . induces its uptake by human macrophages and promotes foam cell formation in vitro. 2004; 241(1): 95-101.
11. Gurenlian JR. The Role of Dental Plaque Biolm in Oral Health. 2007. Special supplement: 4-12.
12. Haraszthy VI, Zambon JJ, Trevisan M, Zeid M, Genco RJ. Identication of periodontal pathogens in atheromatous plaques. 2000.; 71: 1554-1560.
13. Haynes WG, Stanford C. Periodontal Disease and Atherosclerosis: From Dental to Arterial Plaque. . 2003; 23: 1309-1311.
14. Kohn WG, Collins AS, Cleveland JL, Harte JA, Eklund KJ, Malvitz DM. Guidelines for Infection Control in Dental Health-Care. 2003; 52: 1-61.
15. Lalla E, Lamster IB, Hofmann MA . Oral infection with a periodontal pathogen accelerates early atherosclerosis in apolipoprotein E-null mice. 2003.; 23(8): 1405-
1411.
16. Li L, Messas E, Batista EL. Jr, Levine RA, Amar S. infection accelerates the progression of atherosclerosis in a heterozygous apolipoprotein E-decient murine
model. 2002; 105(7): 861-867.
17. Li X, Kolltveit KM, Tronstad L, Olsen I. Systemic diseases caused by oral infection. . 2000;13(4): 547-558.
18. Libby P.. Coronary artery injury and the biology of atherosclerosis: inammation, thrombosis, and stabilization. 2000; 86 (8B): 3J-9J.
19. Lockhart PB. The risk for endocarditis in dental practice. 2000; 23: 127-135.
20. Loos BG, Craandijk J, Hoek FJ, Wertheim-van Dillen PM, van der Velden U.. Elevation of systemic markers related to cardiovascular diseases in the peripheral
blood of periodontitis patients. 2000; 71(10): 1528-1534.
21. Mahanonda R, Sa-Ard-Iam N, Charatkulangkun O. Monocyte activation by LPS in aggressive periodontitis with the use of whole-blood cultures. 2004; 83(2): 540-
545.
22. Perry AG, Potter PA. . 6th ed. Elsevier Inc. 2005.
23. Ridker PM, Rifai N, Stampfer MJ, Hennekens CH. Plasma concentration of interleukin-6 and the risk of future myocardial infarction among apparently healthy
men. 2000; 101(15): 1767-1772.
24. Scully C, Ettinger RL. The Inuence of Systemic Diseases on Oral Health Care in Older Adults. 2007; 138, suppl. 1: 7S-14S.
25. Sharma A, Novak EK, Sojar HT, Swank RT, Kuramitsu HK, Genco RJ. Porphyromonas gingivalis platelet aggregation activity: outer membrane vesicles are potent
activators of murine platelets. 2000; 15: 393-396.
26. Slade GD, Ghezzi EM, Heiss G, Beck JD, Riche E, Offenbacher S. Relationship between periodontal disease and C-reactive protein among adults in the Athero-
sclerosis Risk in communities study. 2003; 163(10): 1172-1179.
27. Slade GD, Offenbacher S, Beck JD, Heiss G, Pankow JS. Acute phase inammatory response to periodontal disease in the US population. 2000; 79(1): 49-57.
28. WHO. MONICA, 1986. 1: 1.

40 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 40 12/29/2010 12:43:27 AM


BERITA TERKINI

Apixaban : Penghambat faktor Xa yang Lebih Baik?

P
enelitian AVERROES (The Apixa- Apixaban 2,5 mg, dua kali Apixaban 10 mg, sekali sehari
ban versus Acetylsalicylic Acid to sehari
Prevent Strokes), sebuah peneli- Peningkatan kejadian HR 1,78; 95% CI, 0,91-3,48, HR 2,45; 95% CI 1,31- 4,61
tian yang membandingkan keamanan perdarahan p=0,09 p=0,005
dan efektitas apixaban dengan aspi- Penurunan kejadian HR 0,73; 95% CI, 0,44 - 1,19 HR 0.61; 95%CI 0.35 - 1.04
rin pada pasien-pasien dengan bri- iskemik p=0.21 p=0,07
lasi atrium, dihentikan lebih awal oleh
Tabel 1. Hasil penelitian APPRAISE, perbandingan apixaban dosis 2,5 mg dua kali sehari den-
komite pengamat data independen gan dosis 10 mg sehari terhadap kejadian perdarahan dengan kejadian iskemik pada pasien-
(independent data monitoring com- pasien SKA. HR=hazard ratio; CI= condence interval.
mittee). Penghentian lebih awal ini di-
lakukan setelah ada bukti nyata bahwa
apixaban secara klinis mengurangi ke- Data lengkap hasil penelitian ini belum SIMPULAN
jadian stroke dan embolisme sistemik. dipublikasikan. Hingga kini hanya ada Penelitian AVERROES dihentikan
maklumat bahwa penelitian dihenti- lebih awal karena adanya bukti
Apixaban merupakan obat pengham- kan lebih awal oleh komite pengamat bahwa apixaban secara klinis
bat faktor Xa oral dengan selektitas data independen karena adanya bukti mengurangi kejadian stroke dan
tinggi, bekerja secara langsung dan nyata bahwa apixaban secara klinis embolisme sistemik.
diberikan sebagai pencegahan serta mengurangi kejadian stroke dan em- Penelitian lanjutan mengenai
terapi penyakit tromboemboli. Apixa- bolisme sistemik. efektitas apixaban perlu dilaku-
ban memiliki anitas tinggi terhadap kan karena dalam penelitian-
faktor Xa dan anitas yang relatif ren- Namun apakah benar apixaban memi- penelitian sebelumnya apixaban
dah untuk trombin dan tripsin. Karena liki prol yang baik? tidak mengurangi kejadian iske-
anitas dan selektitasnya yang tinggi, mik secara bermakna pada pasien
apixaban diperkirakan memiliki ke- Apixaban pernah diteliti dalam pene- SKA dan gagal memenuhi kriteria
unggulan farmakologik dibandingkan litian APPRAISE (Results of the Apixa- statistik untuk non-inferioritas
dengan obat-obat penghambat faktor ban for Prevention of Acute Ischemic bila dibandingkan dengan enoxa-
Xa lainnya, sehingga memperbaiki pi- and Safety Events), penelitian fase 2 parin.  (YYA)
lihan terapi. yang memperlihatkan bahwa pembe-
rian apixaban sebagai terapi tambah- REFERENSI
Penelitian AVERROES dilakukan oleh an pada pasien SKA (Sindrom Koroner 1. APPRAISE Steering Committee and Investiga-
Population Health Research Institute Akut) yang telah diterapi dengan tors. Apixaban, an Oral, Direct, Selective Fac-
di McMaster University Research In- antiplatelet menghasilkan peningka- tor Xa Inhibitor, in Combination with Antiplate-
stitute di Hamilton, Ontario, Kanada; tan kejadian perdarahan yang linear let Therapy After Acute Coronary Syndrome
melibatkan 5.600 pasien dari 36 ne- dengan peningkatan dosis; sedang- Results of the Apixaban for Prevention of
gara dengan berbagai tipe brilasi kan penurunan kejadian iskemik den- Acute Ischemic and Safety Events (APPRAISE)
atrium, yang tidak dapat/ kurang tepat gan terapi tambahan apixaban pada Trial. Circulation 2009; 119: 2877-85.
diterapi dengan warfarin. Penelitian pasien-pasien ini tidak bermakna, baik 2. Lassen MR, Raskob GE, Gallus A, Pineo G,
ini telah dimulai pada bulan Septem- dengan dosis 2,5 mg dua kali sehari, Chen D, Portman RJ. Apixaban or Enoxaparin
ber 2007. Pasien-pasien dalam pene- maupun dengan 10 mg sekali sehari. for Thromboprophylaxis after Knee Replace-
litian ini secara acak menerima terapi ment. N. Engl. J. Med., Aug 2009; 361: 594
apixaban 5 mg atau aspirin 81 hingga Pada penelitian lainnya apixaban ga- 604.
324 mg sampai akhir penelitian. Hasil gal memenuhi kriteria statistik non- 3. Medscape. AVERROES: Apixaban in Atrial
akhir efektivitias primer (primary ef- inferioritas bila dibandingkan den- Fibrillation Study Stopped Early for Benet.
cacy outcome) penelitian ini adalah gan enoxaparin untuk pencegahan [cited 2010 June 17]. Available from: http://
stroke iskemik, stroke hemoragik atau tromboemboli vena. www.medscape.com/viewarticle/723479
embolisme sistemik. Sedangkan hasil 4. Raghavan N, Frost CE, Yu Z, He K, Zhang H,
akhir efektivitias sekunder (secondary Simpulan bahwa apixaban lebih baik Humphreys WG, et al. Apixaban Metabolism
efcacy outcome) di antaranya adalah dibandingkan dengan obat pengham- and Pharmacokinetics after Oral Administra-
stroke iskemik, stroke hemoragik, em- bat faktor Xa lainnya tampaknya masih tion to Humans. Drug Metab. Dispos. 2009;
bolisme sistemik, infark miokard dan perlu diteliti lebih lanjut. 37: 74 81.
kematian.

| JANUARI - FEBRUARI 2011 41

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 41 12/29/2010 12:43:28 AM


BERITA TERKINI

SIMPULAN
Beta-blocker Meningkatkan o Obat antihipertensi golongan
BB (beta-blocker) menurunkan
Harapan Hidup dan Menurunkan risiko eksaserbasi serta memper-
baiki angka harapan hidup pasien
Risiko Eksaserbasi Pasien PPOK PPOK (Penyakit Paru Obstruktif
Kronik). Hasil penelitian ini ber-
beda dengan paradigma sebe-

T
erapi antihipertensi golongan (30,8%) meninggal dunia. HR (hazard lumnya yang tidak menganjurkan
BB (beta-blocker) dapat menu- ratio) kasar (crude HR) dan HR yang pemberian BB pada pasien PPOK
runkan risiko eksaserbasi serta disesuaikan (adjusted HR) untuk kema- karena efek samping BB terhadap
memperbaiki harapan hidup pasien tian dengan terapi BB berturut-turut paru (bronkokonstriksi)
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kro- adalah 0,70 (95% condence interval o Manfaat BB terhadap pasien
nik). Efek menguntungkan BB ini di- [CI], 0,59 0,84), dan 0,68 (95% CI, PPOK ini diperkirakan terjadi kare-
perkirakan karena efek proteksi kardi- 0,56 0,83). Sedangkan HR kasar dan na proteksi kardiopulmonal obat
opulmonal. Demikian hasil penelitian HR yang disesuaikan untuk eksaserbasi golongan BB.
dr. Frans H. Rutten dkk. dari University PPOK setelah terapi BB berturut-turut o Penelitian lanjutan perlu dilakukan
Medical Center in Utrecht, Belanda, adalah 0,73 (95% CI, 0,63 0,83) dan untuk menkonrmasikan hasil pe-
dan telah dipublikasikan dalam Ar- 0,71 (95% CI, 0,60 0,83) (tabel 1). nelitian ini.  (YYA)
chives of Internal Medicine Mei 2010.

HR kasar (crude HR) HR yang disesuaikan


Dr. Rutten mengatakan bahwa sampai
(adjusted HR)
saat ini, banyak dokter tidak meng-
gunakan BB pada pasien PPOK dan Kematian karena PPOK dengan 0,70 0,68
terapi BB (95% CI, 0,59 0,84) (95% CI, 0,56 0,83).
penyakit kardiovaskular lainnya, ka-
rena mengkhawatirkan efek samping Eksaserbasi karena PPOK dengan 0,73 0,71
bronkokonstriksi pada paru. Namun terapi BB (95% CI, 0,63 0,83) (95% CI, 0,60 0,83)
belakangan ini beberapa hasil pe-
Tabel 1. HR dan CI kematian dan eksaserbasi karena PPOK setelah mendapatkan terapi BB.
nelitian mendukung pemberian BB
BB = beta blocker; HR = hazard ratio; CI = condence interval
pada pasien PPOK karena diperkira-
kan dapat menurunkan kejadian ke-
matian pasien PPOK. Mengingat efek
pemberian BB pada pasien PPOK Para peneliti menyimpulkan bahwa
masih belum jelas, maka beliau. me- terapi BB dapat mengurangi risiko
neliti efek BB terhadap angka harapan eksaserbasi dan meningkatkan angka
hidup dan kejadian eksaserbasi pada harapan hidup pasien PPOK. Hal ini
pasien-pasien PPOK. diduga karena manfaat perlindungan
kardiopulmonal obat antihipertensi
Penelitian ini merupakan penelitian golongan BB. Selain itu BB juga di-
kohort yang melibatkan 2.230 pasien perkirakan dapat mengurangi kejadian REFERENSI
dari 23 klinik praktik kedokteran umum kematian pada pasien PPOK dengan 1. Andrus MR, Holloway KP, Clark DB. Use of -
di Belanda. Pasien berumur 45 tahun hipertensi atau penyakit kardiovaskular. Blockers in Patients with COPD. Ann. Pharma-
(umur rerata 64,8 11,2 tahun pada Dr Don D. Sin dan dr. Paul Man dari the cother. 2004; 38(1): 142-5.
saat penelitian dimulai), 53% telah/ per- University of British Columbia and the 2. Dranseld MT, Rowe SM, Johnson JE, Bailey
nah didiagnosis menderita PPOK an- Providence Heart and Lung Institute di WC, Gerald LB. Use of b blockers and the risk
tara tahun 1996 dan 2006. Para peneliti Vancouver, Kanada mengatakan bahwa of death in hospitalised patients with acute ex-
menganalisis data catatan medis elek- hasil penelitian ini berbeda dengan acerbations of COPD. Thorax 2008; 63: 301-5.
tronik, termasuk informasi-informasi pengajaran dulu, yang tidak meng- 3. Medscape. Beta-Blockers May Lower Risk for
yang berhubungan dengan diagnosis anjurkan pemberian BB pada pasien Exacerbations and Improve Survival in COPD.
dan terapi harian pasien. Rerata follow- PPOK. Pemberian BB bukan saja aman, [cited 2010 June 10]. Available from:
up adalah 7,2 2,8 tahun. namun memberikan harapan baru bagi 4. Rutten FH, Zuithoff NPH, Hak E, Grobbee DE,
pasien-pasien PPOK. Mereka juga Hoes AW. -Blockers May Reduce Mortal-
Hasil penelitian memperlihatkan bah- mengatakan bahwa hasil penelitian ini ity and Risk of Exacerbations in Patients With
wa selama follow-up, sejumlah 1055 perlu dikonrmasi lebih lanjut dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Arch
pasien PPOK (47,3%) mengalami eksa- melakukan penelitian lanjutan dengan Intern Med. 2010; 170(10): 880-7. [cited 2010
serbasi 1 kali dan 686 pasien PPOK metode acak terkontrol. June 10]. Available from:

| JANUARI - FEBRUARI 2011 43

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 43 12/30/2010 9:32:27 PM


BERITA TERKINI

Cara Mudah Mencegah Penyakit


Kardiovaskuler Bagi Masyarakat Umum

P
enyakit kardiovaskuler (CVD) bagi masyarakat, yaitu Panca Usaha
merupakan penyakit yang perlu Pencegahan YJI SEHAT: S-eimbang
mendapat perhatian masyarakat Gizi, E-nyahkan rokok, H-indari stres,
umum, karena merupakan pembunuh A-wasi tekanan darah, dan T-eratur
no. 1 di Indonesia maupun di dunia. berolahraga. tif primer ini, masyarakat dapat lebih
Masalah bagi para praktisi keseha- pro-aktif mengurangi pembunuh no.1
tan adalah mencegah morbiditas dan Sudah seharusnya masyarakat sadar di Indonesia dan praktisi kesehatan
mortalitas penyakit ini. akan kesehatan jantungnya, mere- dapat mencegah progresivitas CVD
ka harus waspada pada keadaan serta meningkatkan kualitas hidup
Pepatah mengatakan mencegah leb- perokok, usia paruh baya, obesitas masyarakat.
ih baik dari pada mengobati, lagi-pu- abdominal, memiliki satu atau lebih
la tindakan preventif primer amatlah faktor risiko (hipertensi, dislipidemia Sidhi Laksono
mudah; tidak perlu biaya besar untuk ataupun DMT2), mempunyai riwayat Bagian Kedokteran Emergensi, Rumah Sakit
memberikan penyuluhan masyarakat keluarga CVD prematur ataupun ter- Lapangan Natuna, Kep. Anambas, Kepri
ataupun konsultasi saat pasien datang dapat gejala sugestif CVD.
berobat ke praktisi kesehatan. DAFTAR PUSTAKA
Jika ditemukan keadaan keadaan 1. Graham Ian, Atar Dan, Boysen Gudrun, et al.
Di Eropa, ESC mengeluarkan panduan tersebut diharapkan masyarakat ESC Pocket Guidelines Cardiovascular Dis-
klinis mencegah CVD berupa model berkonsultasi dan memeriksakan diri ease Prevention in Clinical Practice. New Ver-
angka angka yang mudah diingat. ke praktisi kesehatan untuk dinilai sion 2007. Fourth Joint European Societies
Angka angka tersebut mencermink- risiko CVD-nya dan diberi penangan- Task Force on Cardiovasculer Disease Preven-
an orang sehat yang jauh dari penyakit an lebih lanjut sesuai skor risikonya. tion in Clinical Practice. Europ J Cardiovasc Prev
kardiovaskuler, 0-3-5-140-5-3-0. and Rehab 2007; 4 (Suppl.2).
Praktisi kesehatan dapat memberikan 2. Pearson TA, Blair SN, Daniels SR, et al. AHA
Angka 0 mencerminkan tidak mero- rekomendasi perubahan gaya hidup Guidelines for Primary Prevention of Cardio-
kok, 3 dimaksudkan berjalan 3 km berupa tidak merokok; pengurangan vascular Disease and Stroke. 2002 Update.
tiap hari ataupun melakukan aktivitas BB jika IMT-nya 25 kg/m2 terutama Consensus Panel Guide to Comprehensive
moderat selama 30 menit. Sedangkan jika 30 kg/m2; pertahankan BB jika Risk Reduction for Adult Patients without
5 adalah makan buah dan sayuran 5 lingkar pinggang (LP) 80 88 cm pada Coronary or Other Atherosclerotic Vascular
x sehari, 140 menunjukkan tekanan wanita dan 94 102 cm untuk pria; sa- Diseases. Circulation 2002; 106: 388391.
darah kurang dari 140 mmHg. rankan penurunan BB jika LP 88 cm 3. Pearson TA, Bazzarre TL, Daniels SR, et al.
(wanita) dan 102 cm (pria); usahakan American Heart Association Guide for Improv-
Lima berarti kolesterol total < 5 latihan moderat selama 30 menit seti- ing Cardiovascular Health at the Community
mmol/L atau 190 mg/dL, tiga untuk ap hari; latihan dan pengurangan BB Level: a Statement for Public Health Practitio-
kolesterol LDL < 3 mmol/L atau 115 dapat mencegah diabetes; dan anjur- ners, Healthcare Providers, and Health Policy
mg/dL dan angka terakhir 0 berarti kan diet sehat. Makers from the American Heart Association
mencegah berat badan (BB) berlebi- Expert Panel on Population and Prevention
han dan diabetes. Yang dimaksud diet sehat adalah varia- Science. Circulation 2003;107:645651.
si makanan luas; pengaturan asupan 4. Gaziano JM, Manson JE and Ridker PM. Pri-
Angka angka ini diadopsi di Indo- makanan untuk mencegah kelebihan mary and Secondary Prevention of Coronary
nesia oleh PERKI dalam pedoman BB; perbanyak buah, sayuran, roti dan Heart Disease. In: Libby P, Bonow RO, Mann
tatalaksana penyakit kardiovaskuler di sereal wholegrain, ikan, daging tanpa DL, Zipes DP (eds). Braunwalds Heart Disease.
Indonesia 2009 dan di Amerika, AHA/ lemak, produk susu rendah lemak; A Textbook of Cardiovascular Medicine. 8th
ACC membuat panduan pencegahan gantikan lemak jenuh dengan lemak ed. 2008. Philadelphia: Saunders Elsevier. pp:
primer CVD dan stroke, yang isinya tak jenuh berantai tunggal dan ganda 1119-45.
hampir sama. (sayuran dan hewan hewan laut) dan 5. Kaminsky MA. Dyslipidemia. In: Topol EJ, Grifn
mengurangi asupan garam. BP, Nair D and Ashley K (eds). Manual of Cardio-
Yayasan Jantung Indonesia juga vasculer Medicine. 3rd ed. 2009. Philadelphia:
memberikan pedoman yang mudah Diharapkan dengan tindakan preven- Lippincott Williams & Wilkins. pp: 564-77.

| JANUARI - FEBRUARI 2011 45

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 45 12/30/2010 9:32:43 PM


BERITA TERKINI

(95%CI; 0.76-0.97; p(trend) = 0,004) di-


bandingkan pria dengan asupan mag-
Asupan Magnesium yang Tinggi nesium terendah. Hubungan terbalik
antara asupan magnesium dengan
Menurunkan Risiko Stroke Iskemik infark serebral lebih besar pada pria
<60 tahun, dengan risiko relatif 0,76;
95%CI 0,64-0,89; dan nilai p untuk in-
teraksi = 0,02.

H
asil penelitian dr. Susanna C.
Larsson dan rekan dari Karo- Para peneliti menyimpulkan bahwa
linska Institutet di Stockholm, asupan magnesium dosis tinggi ber-
Swedia, memperlihatkan bahwa asu- hubungan dengan penurunan risiko in-
pan harian magnesium dalam jumlah fark serebral. Hasil penelitian ini perlu
besar mengurangi risiko stroke iske- diuji lebih lanjut pada penelitian acak
mik primer pada pria perokok. Pria tersamar ganda jangka panjang. Para
perokok dengan asupan magnesium peneliti juga menganjurkan konsumsi
tertinggi mengalami penurunan ri- makanan mengandung magnesium
siko infark serebral sebesar 15%, di- dosis tinggi seperti sereal, yang dapat
bandingkan dengan perokok dengan mencegah kejadian infark serebral.
asupan magnesium terendah. Para
peneliti menambahkan bahwa dalam SIMPULAN
penelitian mereka, asupan magnesi- Asupan harian magnesium dalam
um tidak berpengaruh terhadap risiko jumlah besar mengurangi risiko
stroke hemoragik. Hingga kini belum stroke iskemik.
diketahui dengan pasti hubungan Hingga kini belum diketahui pasti
antara asupan tinggi magnesium de- hubungan antara asupan tinggi
ngan penurunan risiko stroke iskemik, magnesium dengan penurunan
namun diperkirakan terjadi karena efek risiko stroke iskemik, namun di-
magnesium terhadap kadar kolesterol penggunaan alpha-tocopherol 50 mg perkirakan karena efek magne-
dan metabolisme glukosa. Hal ini juga sehari atau beta karoten 20 mg seha- sium terhadap kadar kolesterol
yang mungkin menjelaskan mengapa ri dapat mengurangi kejadian kanker dan metabolisme glukosa.
dalam penelitian ini asupan magnesi- paru pada pasien pria perokok). Dari Penelitian lanjutan perlu dilaku-
um tidak berpengaruh terhadap risiko data penelitian ATBC ini, dr. Susanna kan untuk menguji manfaat kon-
stroke hemoragik. Hasil penelitian dr dan rekan menganalisis data pasien sumsi magnesium terhadap risiko
Susanna dkk. dipublikasikan dalam pria dengan usia 50-69 tahun yang me- kejadian kardiovaskular, serta
the Archives of Internal Medicine. rokok 5 batang rokok sehari, tanpa meneliti mekanisme perlindungan
riwayat stroke dan memiliki data leng- vaskular pada pemberian suple-
Hingga kini sudah banyak penelitian kap diet pada garis dasar (baseline). men magnesium.  (YYA)
yang mempelajari efektitas magnesi- Hasil akhir primer (primary outcome)
um terhadap penurunan tekanan da- penelitian adalah kejadian stroke baru
rah dan risiko hipertensi. Namun data selama penelitian berlangsung. REFERENSI
prospektif yang berhubungan dengan 1. Larsson SC, Virtanen MJ, Mars M, Mnnist S,
asupan magnesium terhadap risiko Selama penelitian ATBC berlangsung Pietinen P, Albanes D, et al. Magnesium, Cal-
stroke tidak konsisten. terjadi 2.702 infark serebral, 383 per- cium, Potassium, and Sodium Intakes and Risk
darahan intraserebral dan 196 perda- of Stroke in Male Smokers. Arch Intern Med.
Penelitian ini dilakukan untuk me- rahan subarakhnoid. Setelah penye- 2008; 168(5): 459-65. [cited 2010 April 14].
ngetahui efek magnesium dosis tinggi suaian faktor-faktor risiko, dr. Susanna Available from: http://archinte.ama-assn.org/
terhadap risiko stroke, menggunakan dkk. menemukan bahwa pria dengan cgi/content/abstract/168/5/459
data prospektif dari penelitian the asupan magnesium tertinggi (sekitar 2. Medscape. Low Serum Magnesium Linked to
Alpha-Tocopherol, Beta-Carotene 589 mg sehari) memiliki risiko infark Increased Stroke Risk. [cited 2010 April 15].
Cancer Prevention Study (ATBC). (Pen- serebral yang lebih rendah diban- Available from: http://cme.medscape.com/
elitian ATBC merupakan penelitian dingkan dengan pria dengan asupan viewarticle/466890
acak, tersamar ganda, kontrol plasebo, magnesium rendah (sekitar 373 mg 3. Medscape. Magnesium Linked to Lower Isch-
prevensi primer, melibatkan 26.566 pa- sehari). Risiko relatif multivarian untuk emic Stroke Risk in Male Smokers. [cited 2010
sien, waktu follow-up rata-rata adalah infark serebral bagi pria dengan asu- April 14]. Available from: http://cme.med-
13,6 tahun, untuk mengetahui apakah pan magnesium tertinggi adalah 0,85 scape.com/viewarticle/571376

46 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 46 12/29/2010 12:43:42 AM


BERITA TERKINI

Hepatoprotektor Herbal untuk Gangguan Hati

LATAR BELAKANG lain yang mengurangi efektivitas tera- formula lainnya. Preparat herbal yang
Penyakit hati kronik masih menjadi pi yang ada memungkinkan peng- diambil dari bagian tanaman me-
masalah besar pada banyak negara gunaan modalitas lain, di antaranya ngandung berbagai campuran bahan
di dunia, termasuk di Indonesia. Ber- terapi alternatif (complementary and kimia, di antaranya: komponen zat ak-
bagai faktor dapat berperan sebagai alternative medicine = CAM). tif, komponen zat inaktif, metal, dsb.
penyebab, seperti virus hepatitis (virus
hepatitis B maupun C), konsumsi al- Complementary and alternative medi- Herbal yang bermanfaat atau mempu-
kohol, obat-obatan, serta perlemakan cine atau CAM merupakan modalitas nyai potensi sebagai hepatoprotektor
hati non alkoholik. Walaupun ada per- yang sangat banyak variasinya. Data merupakan komponen tumbuh-tum-
bedaan penyebab, perjalanan penya- survai di USA tahun 1990 1997 buhan (akar, daun, ataupun bagian
kit, progresi dan hasil akhir berbagai menunjukkan peningkatan penggu- yang lain) yang mempunyai potensi
penyakit hati kronik seperti tersebut di naan CAM untuk hepatitis yaitu dari melindungi sel-sel hati baik yang se-
atas, secara umum proses peradangan 34% menjadi 47%, dan penggunaan cara tradisional sudah lama digunakan
atau inamasi, pelepasan radikal be- herbal yang merupakan bagian dari atau yang sudah ada data uji ilmiah-
bas, aktivasi sitokin proinamasi, akti- CAM juga meningkat cukup tinggi, nya.
vasi sintesis matrik ekstraseluler yang yaitu lima kali lipat dari 2,5% menjadi
akan meningkatkan brosis merupa- 12%. Kemampuan herbal sebagai hepato-
kan proses yang hampir selalu terjadi protektor ini diketahui dengan ber-
pada gangguan hati kronik ini. HEPATOPROTEKTOR HERBAL bagai mekanisme, di antaranya adalah
Preparat untuk tujuan pengobatan dengan adanya potensi antiinamasi,
Pengobatan penyakit hepatitis virus medis yang didapatkan dari berbagai adanya kemampuan sebagai antiok-
kronik dengan antivirus masih sulit di- bentuk/ bagian tanaman dikategori- sidan, efek koleretik dan kolekinetik,
jangkau bagi sebagian besar pasien di kan sebagai herbal. Preparat herbal meningkatkan regenerasi sel-sel hati
Indonesia karena masalah sosioekono- mengandung komponen aktif yang dengan meningkatkan sintesis pro-
mi. Selain itu tingkat keberhasilan tera- merupakan bagian dari tanaman ter- tein, menjaga integritas membran sel
pi antivirus untuk hepatitis B maupun masuk: daun, bunga, akar, batang dsb.
C adalah sekitar 40 70%. Kegagalan atau tangkai, biji, serta bagian lainnya.
terapi dan besarnya kelompok yang Komponen ini dapat diberikan dalam Data menunjukkan bahwa preparat
tidak memenuhi syarat untuk menda- bentuk serbuk, pil, atau dilarutkan, herbal hepatoprotektor mampu me-
patkan obat anti virus, serta hal-hal diseduh dalam bentuk teh, atau dalam lindungi sel-sel hati terhadap berbagai

| JANUARI - FEBRUARI 2011 47

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 47 12/29/2010 12:43:44 AM


BERITA TERKINI

stresor, baik dari bahan kimia (misalnya: punyai kadar lebih tinggi atau lebih nya lebih terukur daripada poliherbal.
CCl4, Cadmium Chlorida, dsb), atau rendah. Dengan cara-cara tersebut Saat ini adanya studi baik secara in
dari berbagai agen biologi (misalnya: akan didapatkan kadar yang lebih ter- vitro maupun uji pada hewan coba
aatoksin B1), obat-obatan (INH, dsb). standarisasi. Untuk zat-zat yang sangat dapat sebagai gambaran awal dari
Namun untuk hepatitis virus sampai kecil diserap oleh saluran cerna dapat kombinasi berbagai herbal (ataupun
saat ini belum ada bukti herbal hepato- diformulasikan dalam bentuk phyto- dikombinasikan dengan komponen
protektor dalam hal menekan/mengu- some, misalnya: silymarin phytosome lain) dalam satu sediaan. Kombinasi si-
rangi jumlah virus yang ada. yang memberikan beberapa kelebi- lybin (silymarin), phosphatydilcholine,
han dibandingkan dengan silymarin vitamin E dan zinc ternyata aman digu-
PERMASALAHAN DALAM PRE- standar. Beberapa keuntungan sily- nakan pada hewan coba, suplemen-
PARAT HERBAL marin phytosome di antaranya ada- tasi kombinasi tersebut juga terbukti
Walaupun data menunjukkan pen- lah: bioavailabilitas, tingkat kelarutan, meningkatkan kadar masing-masing
ingkatan penggunaan herbal sebagai serta penetrasi ke dalam sel-sel hati komponen di dalam darah. Kombinasi
hepatoprotektor, beberapa hal yang menjadi lebih baik silymarin, phosphatydilcholine dan vi-
masih sering dipertanyakan oleh ka- tamin E menurunkan derajat brosis
langan medis di antaranya adalah: b. Data ilmiah pendukung sebesar 30% pada hewan coba yang
Hal yang juga sering dianggap kurang diberi dimethylnitrosamine dan dili-
a. Standarisasi menguntungkan untuk produk-produk gasi saluran empedunya. Pemberian
Reprodusibilitas merupakan hal yang herbal adalah kurangnya data ilmiah, kombinasi tersebut mampu menu-
sangat penting dan merupakan salah baik data farmakologi (farmakokinetik runkan proliferasi hepatic stellate
satu dasar untuk memastikan bahwa & dinamik), uji toksikologi, terutama cell, menurunkan deposisi kolagen,
suatu produk mempunyai spesikasi kurangnya data uji klinis walaupun menurunkan derajat nekroinamasi,
sama, termasuk untuk memproduksi mungkin suatu herbal sudah sangat dan juga menurunkan kadar serum
obat herbal. Pada kenyataannya stan- banyak digunakan sebagai obat atau transaminase.
darisasi produk herbal merupakan telah digunakan secara tradisional da-
hal yang sulit. Perbedaan proses pe- lam jangka lama. PREPARAT HERBAL YANG
manenan, ekstraksi serta perlakuan MEMPUNYAI POTENSI SEBAGAI
pasca panen memberikan dampak Saat ini sudah mulai ada data ilmiah HEPATOPROTEKTOR DI
terhadap kadar ataupun kemurnian baik preklinis maupun klinis walaupun ANTARANYA ADALAH:
zat aktif. mungkin dengan disain dan jumlah
subyek yang masih sedikit. Sebagai a. Silymarin
Untuk itu diperlukan suatu cara iden- contoh adalah silymarin. Silymarin yang juga dikenal dengan
tikasi zat aktif herbal yang akurat se- nama Milk thistle ini diisolasi dari biji
hingga dapat menentukan kadar yang Silymarin merupakan herbal yang tanaman Silybun marianum yang
tepat dalam produk-produk herbal. sangat banyak digunakan sebagai merupakan campuran dari beberapa
Penggunaan metode kromatogra hepatoprotektor. Dari monograf sily- avonolignan (silybin, isosilybin, si-
(HPLC, TC, GC,CE dsb) ataupun spek- marin diketahui paling tidak ada 37 uji lidianin, dan silychristin), yang sejak
troskopi saat ini merupakan salah satu klinis, 17 case report, 46 uji pada he- abad ke-16 sudah digunakan sebagai
pilihan. Metode-metode di atas saat wan coba, 84 uji farmakodinamik, 28 preparat untuk memperbaiki gang-
ini sudah diakui oleh regulator (British uji analisis kimia, 8 uji farmakokinetik guan hati. Dari ke empat avono-
Herbal Pharmacopeia), termasuk Ba- (ADME), 5 data efek samping dan tok- lignan tersebut, silybin merupakan
dan Kesehatan Dunia (WHO). sisitas, dan 1 data interaksi obat. Data komponen utama (70%), selanjutnya
di atas menunjukkan bahwa preparat silychristin (20%), dan sisanya yang
Setelah diketahui kadar yang tepat herbal (termasuk hepatoprotektor) su- lain.
maka diperlukan suatu formulasi un- dah mulai diteliti seperti halnya obat
tuk mendapatkan kadar zat aktif yang yang rasional. Data efektivitas dan Silymarin merupakan zat yang tidak
selalu konstan. European Guidelines keamanan yang reprodusibel berfung- larut dalam air, sehingga pada pembe-
menyebutkan bahwa untuk kom- si sebagai dua pilar utama obat yang rian per oral sangat kecil (2-3%) diserap
ponen-komponen zat aktif yang sudah rasional. melalui saluran cerna. Waktu paruh
diketahui prol farmakologinya dapat pemberian peroral adalah sekitar 4-6
dilakukan proses normalisasi sehingga c. Mono atau poliherbal. jam, dan 40% dari silymarin diekskresi
menjadi lebih terstandarisasi. Penye- Sediaan herbal tunggal atau kombina- melalui empedu. Untuk memperbaiki
suaian kadar zat aktif ini di antaranya si dalam satu sediaan mempunyai kon- bioavailabilitas maka dikembangkan
adalah dengan penambahan zat inert sekuensi yang berbeda, terutama da- silymarin phytosome atau silybinphos-
(misal: laktosa), ataupun dengan cara lam segi farmakokinetika dan interaksi phatidylcholine yang merupakan cam-
blending dengan bahan yang mem- obat. Penggunaan monoherbal tentu- puran silymarin dan phosphatidylcho-

| JANUARI - FEBRUARI 2011 49

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 49 12/29/2010 12:43:46 AM


BERITA TERKINI

line dengan rasio 1:1 molar. licorice in sudah berabad-abad digu- REFERENSI
nakan sebagai obat tradisional un- 1. Husna I, Hasan I, Gani RA. et al. Pengaruh Im-
Silymarin ini secara farmakodinamik tuk pengobatan radang hati, batuk, unomodulator Terhadap Sistem Imun Seluler
mempunyai potensi antiinamasi, bronkitis serta gastritis. Glycyrrhicin Spesik Pada Penderita Hepatitis C Kronik.
antoksidan, merangsang sintesis mengandung zat aktif yaitu: glycyr- Sub Bagian Hepatologi, Bagian Ilmu Penyakit
protein sehingga dapat digunakan rhetic acid, beberapa avonoid, isoa- Dalam. FKUI / RSUPN-Cipto Mangunkusumo.
untuk meningkatkan regenerasi sel- vonoid, dan juga sterol. Glycyrrhicin ini Jakarta
sel hati, serta anti brosis. Beberapa memperbaiki gangguan hati dengan 2. Seeff LB, Lindsay KL, Bacon BR et al. Comple-
studi klinis penggunaan silymarin di cara mencegah produksi PGE2 oleh mentary and Alternative Medicine in Chronic
antaranya adalah untuk penyakit hati makrofag, modikasi metabolisme Liver Disease. Hepatology 2001;34(3):595-603.
akibat alkohol yang melibatkan 106 asam arakidonat, serta potensi seba- 3. Ram VJ. Herbal Preparation as a source of He-
subyek, mampu menurunkan kadar gai anti oksidan glutathion dan kata- patoprotective Agents. Drug News Perspect
serum transaminase, dan memper- lase sehingga mampu menurunkan 2001;14(6):353-63.
baiki histologi sel hati. Pada studi lain proses peradangan, menurunkan ALT 4. Schuppan D, Dong Jia J, Brinkhaus B,. et al.
atas 170 pasien sirosis hati, pemberian serta menghambat proses brosis. Herbal Product for Liver Disease: A Therapeu-
silymarin mampu memperbaiki sur- tic Challenge for the New Millennium. Hepa-
vival rate. Silymarin juga mampu me- d. Phyllanthus amarus tology 1999;30(4):1099-104.
lindungi sel-sel hati terhadap pema- Phyllanthin dan hypophyllanthin meru- 5. Mihin PY, Gandhi TR. Hepatoprotective Herbal
paran CCl4, acetaminophen, ethanol, pakan komponen utama Phyllanthus Drug, Silymarin: from experimental pharma-
D-galactosamine, dsb. amarus yang dilaporkan mempunyai cology to clinical medicine - A Review. Phar-
efek hepatoprotektor terhadap CCl4 macognosy Rev. 2008;2(3):102-9.
Silymarin secara umum ditoleransi dan D-galactosamine. Preparat ini 6. Lazarowych NJ, Pekos P. Use of Fingerprinting
dengan baik, mempunyai prol ke- luas digunakan sebagai obat tradisi- and Marker Compounds for Identication and
manan yang bagus. Pemberian dosis onal untuk mengobati keluhan ikte- Standarization of Botanical Drugs: Strategies
tinggi (1.500 mg/ kgbb.) masih aman, rus, gangguan hati lainnya dan mem- for Appliying Pharmaceutical HPLC Analy-
efek samping yang sering terjadi ada- perbaiki serum transmanisae, bilirubin sis to Herbal Product. Drug Information J.
lah diare (efek laksatif), kembung, dis- dan ALP. 1998;32:497-512.
pepsia, mual, dan rash. 7. Bauer R. Quality Criteria and Standarization of
e. Beberapa herbal lain yang mem- Phytopharmaceuticals: Can Acceptable Drug
b. Schisandra punyai potensi hepatoprotektor misal- Standards be Achieved ?.Drug Information J.
Merupakan kumpulan lignan dari tana- nya: Picroriza kurroa, Lycium chinensis 1998;32:101-110.
man Schisandra chinensis & Schisan- dsb. 8. Dandagi PM, Patil MB, Mastiholimath VS. et
dra sphenanthera yang berasal dari al. Development and Evaluation of Hepato-
China. Schisandra ini mengandung SIMPULAN protective Polyherbal Formulation Containing
zat aktif Schisandrin B, Schisandrin C, Hepatoprotektor herbal memperbaiki Some Indigenous Medicinal Plants. Indian J.
Schisandrol B, dan Schisandra A, yang fungsi hati dengan cara memperbaiki Pharmaceut. Sci. 2008;70(2):265-8.
terutama terdapat di dalam Schisan- kondisi yang terjadi pada gangguan 9. Woolf AD. Herbal Remedies and Children:
dra chinensis. Sedangkan Schisandra hati sebagai antiinamasi, antioksidan, Do They Work?, Are They Harmful ?. Pediatr.
sphenanthera mengandung Schisan- membantu regenerasi sel-sel hati, 2003;112:240-6.
therin A, Schisantherin B, Schisan- menjaga stabilitas membran sel dsb. 10. Filburn CR, Kettenacker R, Grifn D. Safety and
therin C dan Schisantherin D. Schisan- Namun belum terbukti memberikan Bioavailability in Beagles of Zinc and Vitamin E
dra terbukti mampu mencegah atau efek terhadap penurunan jumlah virus. Combined with Silybin and Phosphatidylcho-
mengurangi kerusakan molekul lemak line. Intern J Appl Vet Med. 2006;4(4):326-34.
(lemak teroksidasi) akibat pemaparan Beberapa hepatoprotektor (misal: sily- 11. Di Sario A, Bendia E, Taffetani S. et al. He-
CCl4 pada sel-sel hati, juga terbukti marin) saat ini sudah mulai ada data patoprotective and Antibrotic Effect of a
mampu menurunkan kadar transami- master-nya (kandungan zat aktif, far- New Silybin - Phosphatidylcholine - Vitamin E
nase hati. Mekanisme fungsi hepato- makokinetik/ADME, farmakodinamik, Complex in Rats. Digestive and Liver Disease
protektor ini diperkirakan dengan cara uji hewan coba, uji klinis, dsb) seh- 2005;37(11):869 (abstrak).
memperbaiki dan meningkatkan glu- ingga sudah mulai digunakan seperti 12. Silyamrin. http://www.herbmed.org/Herbs/
thation redoks dari mitokrondria. halnya obat yang rasional. Data efek- Herb120.htm
tivitas dan keamanan yang reprodusi-
c. Glycyrrhizin bel inilah yang berfungsi sebagai pilar
Glycyrrhizin merupakan hasil ekstrak utama dari obat yang rasional, walau-
akar licorice dari Glycyrrhicin glabra pun masih diperlukan uji klinis dalam
yang merupakan tanaman asli dari skala luas dan dengan disain yang
Eropa Tenggara dan Asia Barat. Akar baik.  (KTW)

50 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 50 12/29/2010 12:43:47 AM


BERITA TERKINI

Merokok adalah Satu-satunya Risiko


untuk Kanker Paru pada Perempuan dengan HIV

M
erokok adalah satu-satunya feksi dibandingkan dengan di popu- Karena ketidakpastian ini, para pe-
faktor risiko kanker paru pada lasi. Penjelasan yang mungkin adalah neliti Womens Interagency HIV Study
perempuan dengan atau tingkat merokok yang tinggi, tulis (WIHS) memeriksa tingkat kanker paru
yang berisiko tinggi HIV; demikian hasil para peneliti. dalam kohort mereka dalam periode
penelitian yang diterbitkan dalam edisi sebelum dan setelah tersedianya an-
online Journal of Clinical Oncology. Tingkat kanker terkait HIV telah menu- tiretroviral yang efektif. Mereka mem-
run secara dramatis sejak tersedia bandingkan insiden kanker paru-paru
Studi juga menunjukkan bahwa ting- terapi antiretroviral yang efektif. Na- antara peserta perempuan dengan
kat kejadian kanker paru adalah seru- mun, hal ini diikuti dengan peningka- HIV-positif dan HIV-negatif. Faktor
pa antara perempuan HIV-positif dan tan kejadian kanker tidak terkait AIDS, risiko kanker ini juga diperiksa dan
HIV-negatif. Namun, insiden kanker termasuk kanker paru-paru. Kanker ini dibandingkan antara perempuan HIV-
paru-paru dalam populasi penelitian jarang di antara orang dengan HIV. positif dan HIV-negatif.
tiga kali daripada pada perempuan Merokok telah diidentikasi sebagai
populasi umum di AS. Sekali lagi, hal faktor risiko yang kuat, tetapi beber- Sebanyak 3.549 perempuan, 898 di
ini dapat dijelaskan oleh kebiasaan apa penelitian menunjukkan bahwa antaranya HIV-negatif, diikuti selama
merokok. Kami menemukan risiko masa infeksi HIV yang lebih panjang periode lebih dari 12 tahun antara ta-
yang meningkat secara bermakna dari juga dapat berperan, namun, peran hun 1994 dan 2006. Tahun 1994-1997
kelompok perempuan HIV-positif dan pasti dari faktor-faktor terkait HIV didenisikan sebagai periode sebe-
perempuan yang berisiko tinggi terin- tetap tidak jelas. lum antiretroviral yang efektif. Para

| JANUARI - FEBRUARI 2011 51

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 51 12/29/2010 12:43:48 AM


BERITA TERKINI

perempuan menyumbang secara total


25.000 orang-tahun masa tindak lanjut
untuk analisis, dengan rata-rata 5,8 ta-
hun per individu.

Ada 14 kejadian kanker paru, 12 di


antaranya perempuan dengan HIV.
Keseluruhan tingkat kejadian kanker
paru adalah 56 per orang-tahun. Ting-
kat ini adalah serupa antara HIV-positif
dan HIV-negatif.

Kejadian ini adalah tiga kali lipat dari-


pada perempuan usia dan ras yang
sesuai di populasi umum. Risiko ini se-
rupa pada perempuan HIV-positif dan
HIV-negatif di kohort WIHS, dan untuk
era sebelum dan sesudah tersedianya
terapi antiretroviral yang efektif.

Analisis lebih lanjut menunjukkan


bahwa perempuan HIV-positif dan
HIV-negatif dalam studi WIHS lebih
cenderung memiliki sejarah merokok
daripada perempuan populasi umum
(68% vs 37%, p <0,001). Selain itu, di
antara perokok saat ini, perempuan
dalam studi WIHS merokok sekitar
50% lebih banyak per tahun.

Selanjutnya para peneliti meneliti Perempuan yang mengidap kanker, Bila dibandingkan dengan kontrol
faktor-faktor risiko kanker paru-paru merokok rata-rata 19 bungkus rokok berbasis populasi, setiap peningkatan
bagi para perempuan dalam kohort per tahun, hal ini secara signikan kejadian kanker paru di antara perem-
mereka. lebih tinggi daripada rata-rata per ta- puan terinfeksi HIV dapat dijelaskan
hun 9 bungkus yang dikonsumsi oleh oleh perbedaan riwayat paparan tem-
Hanya sejarah merokok dan intensitas perokok yang tidak mengidap kanker bakau, komentar para peneliti.
merokok yang signikan. Tidak ada (p = 0,002).
kanker paru yang diamati pada yang Mereka menyimpulkan, perkem-
bukan perokok, dan respon dosis Para peneliti memeriksa karakteristik bangan kanker paru di antara perem-
ditemukan meningkat sejalan dengan perempuan HIV-positif yang mengidap puan terinfeksi HIV tampak sangat
risiko kanker paru. Respon dosis di- kanker paru. Usia rata-rata mereka 53 kuat berkorelasi dengan paparan
hitung melalui jumlah bungkus rokok tahun, semua berkulit hitam dari ras tembakau. Dengan demikian, diperlu-
per tahun. non Hispanik. Konsumsi rokok rata- kan peningkatan pengembangan dan
rata per tahun adalah 15 bungkus. pelaksanaan program penghentian
Namun, di antara perempuan HIV- merokok yang ditujukan untuk orang
negatif, kanker paru hanya terjadi Pada saat diagnosis kanker paru, terinfeksi HIV. Peran tepat infeksi HIV
pada perempuan yang merokok hanya dua perempuan menggunakan saja terhadap risiko kanker paru masih
sedikitnya 20 bungkus per tahun, se- terapi antiretroviral. Jumlah CD4 rata- menunggu klarikasi lebih lanjut.
dangkan pada perempuan dengan rata 376 dan viral load rata-rata 3400.  (NFA)
HIV, sebagian besar kanker (tujuh) Dua pertiga memiliki riwayat penyakit
terlihat pada mereka yang merokok AIDS.
antara 10 dan 20 bungkus per tahun
(insiden, 246 per 100.000 orang tahun). Median kelangsungan hidup setelah SUMBER
Para peneliti berspekulasi bahwa HIV diagnosis kanker paru adalah 14 bu- Levine AM et al. HIV as a risk factor for lung cancer
mungkin telah mempercepat perkem- lan, dan satu perempuan masih hidup in women: data from the Womens Interagency HIV
bangan kanker paru. setelah 28 bulan. Study. J. Clin. Oncol. (online edition), 2010.

52 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 52 12/29/2010 12:43:49 AM


BERITA TERKINI

Palonosetron sebagai Antiemetik


Pada Kasus Melanoma Metastatik

P
enggunaan Palonosetron (an- yang disebabkan oleh pengaruh sis- SIMPULAN
tagonis reseptor 5HT3) sebagai tem saraf pusat atau gangguan salu- Pemberian Palonosetron pada hari
antiemetik pada kasus kanker ran cerna tidak termasuk kriteria studi berselang lebih efektif mengontrol
melanoma metastatik, yang menda- ini. Penambahan antiemetik yang di- kejadian nausea dan vomitus yang
patkan regimen BTC dengan Inter- perlukan juga tercatat. Pasien diikuti disebabkan oleh pemberian BCT, dan
leukin efektivitasnya lebih baik bila selama 21 hari (termasuk hari 1-7 da- mengurangi tambahan dosis antieme-
diberikan berselang, sebagaimana lam perawatan ). Parameter Functional tik. Pengontrol nausea & vomitus (N/V)
disampaikan oleh Dr. Homsi dkk. dari Living Index-Emesis (FLIE), kuesioner juga mengurangi dampak nausea dan
Pusat Kanker Anderson Houston, Te- yang spesik untuk emesis dan nausea vomitus dalam kehidupan pasien pada
xas dan dipublikasi dalam pertemuan dilengkapi mulai hari pertama. populasi penelitian ini.  (IWA)
tahunan ASCO 2009 yang lalu.
Dari 30 pasien yang ikut dalam studi
Selama ini Interleukin-2-based bio- ini, umur median 53 tahun (23-64 ta-
chemotherapy (BCT) merupakan te- hun), dan 18 subyek (60%) adalah laki-
rapi yang umum pada pasien mela- laki. REFERENSI
noma metastatik, namun pemberian J. Homsi AY, Bedikian KB, Kim NE, Papadopou-
BCT menginduksi nausea dan vomitus Insidensi BCT yang berkaitan dengan los W, Hwu S, Mahoney AG, Vardeleon M, Davies
(N/V) yang masih merupakan masalah nausea / vomitus dan nausea yang P, Hwu. Randomized trial of two schedules of
pada sekitar 26% pasien grade 3 dan berpengaruh dengan nafsu makan, palonosetron for the prevention of nausea and
4. Palonosetron adalah antagonis re- tidur, aktivitas sik, kehidupan sosial vomiting in patients with metastatic melanoma re-
septor 5-HT3 yang diindikasikan untuk dan kehidupan yang nyaman dapat ceiving interleukin-2-based concurrent biochemo-
mencegah nausea dan vomitus yang dilihat pada tabel 1. therapy. J Clin Oncol 27, 2009.
berkaitan dengan kemoterapi, tetapi
dosis anjuran yang direkomendasi Tabel 1. Insidensi BCT yang berkaitan dengan Nausea / Vomitus dan Nausea
pada pasien melanoma yang diobati Palonosetron Palonosetron
dengan BCT masih belum diketahui. hari ke- 1,4 (n=15) hari ke-1,3,5 (n=15)

Metode studi ini menggunakan pa- Jumlah episode N/V pada seluruh pasien N: 137 N: 85
sien melanoma metastatik yang be- (pada 7 hari pertama) V: 70 V: 44
lum pernah mendapatkan kemoterapi Jumlah median pasien dgn N/V pada setiap N: 9 (6-9) N: 6 (2-8)
yang akan menjalani pengobatan sik- hari selama 7 hari pertama V: 5 (3-8) V: 3 (0-7)
lus pertama BCT secara acak : Palono- Jumlah yang memerlukan beberapa dosis 100 57
antiemetik yang digunakan seluruh pasien
setron 0,25 mg sebagai premedikasi
pada 7 hari pertama
intravena pada hari ke- 1 dan 4, atau
Jumlah kejadian nausea dibagi jumlah pasien 14,5 8,1
dosis serupa pada hari ke- 1, 3, dan selama 21 hari
5. Regimen BCT meliputi: Cisplatin Jumlah kejadian vomitus dibagi jumlah pasien 6,2 3,9
(20 mg/m2) dan Vinblastin (1,6 mg/m2) selama 21 hari
pada hari ke 1-4, Dacarbazine (800 mg/ % pasien dengan nausea yang berkaitan 41% 31%
m2) pada hari 1, Interleukin-2 (9 MIU/ dengan nafsu makan (sedang/berat)
m2/hari) dengan infus kontinu pada % pasien dengan nausea yang berkaitan 20% 13%
dengan tidur (sedang/berat)
hari 1-4 dan Interferon alfa (5 MU/m2/
% pasien dengan nausea yang berkaitan 31% 20%
hari) pada hari 1-5. Episode terjadinya dengan aktivitas sik (sedang/berat)
nausea didenisi sebagai kejadian se- % pasien dengan nausea yang berkaitan 32% 21%
gala tingkat nausea yang dilaporkan dengan kehidupan sosial (sedang/berat)
atau dicatat oleh perawat setiap saat. % pasien dengan nausea yang berkaitan 36% 26%
Pasien dengan nausea dan vomitus dengan kenyamanan hidup (sedang/berat)

| JANUARI - FEBRUARI 2011 53

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 53 12/30/2010 11:16:15 AM


BERITA TERKINI

Resusitasi Anak

U
ntuk mengetahui teknik CPR sil neurologik yang lebih baik diban- lebih banyak didapatkan pada yang
(cardiopulmonary resusicita- dingkan dengan mereka yang tidak ditolong oleh awam dibandingkan
tion) oleh orang awam mana mendapat CPR ( 5.4% [10/2439] vs. tanpa pertolongan (9.5%[42/440] vs.
yang lebih efektif hanya kompresi 1.9%[53/1279]; adjOR 2.59; 95%CI 4.1% [14/339]; OR 2.21, 1.08-4.54),
dada atau kompresi dada + perna- 1.81-3.71). tidak berbeda antara cara konvensio-
pasan buatan (konvensional) pada nal dengan cara hanya kompresi (9.9%
anak-anak, di Jepang dilakukan pe- Di kalangan anak usia 1-17 tahun yang [28/282] vs. 8.9% [14/158]; OR 1.20,
nelitian atas 5170 anak-anak usia 17 henti jantung karena penyebab non 0.55-2.66)
tahun yang mengalami henti jantung kardiak, hasil neurologik yang lebih
di luar rumahsakit selama periode 1 baik lebih banyak di kalangan yang Di kalangan bayi < 1 tahun, keluaran
Januari 2005 sd. 31 Desember 2007. mendapat CPR oleh awam diban- semuanya buruk (hanya 1.7% [36/2082])
dingkan dengan yang tidak mendapat yang keluarannya baik).
Dari populasi tersebut, 3675 (71%) CPR (51.% [51/1004] vs. 1.5% [20/1293];
anak menderita henti jantung karena OR 4.17; 2.37-7.32).Sedangkan CPR Mereka menyimpulkan bahwa untuk
penyebab non kardiak, 1495 (29%) konvensional lebih banyak menghasil- anak dengan henti jantung di luar ru-
oleh penyebab kardiak; 1551 (30% ) kan keluaran neurologik yang lebih mahsakit karena sebab nonkardiak,
menerima CPR konvensional dan 888 baik dibandingkan dengan CPR ha- CPR konvensional dengan pernapasan
(17%) hanya kompresi saja. Data tidak nya kompresi (7.2% [45/624] vs. 1.6% buatan oleh awam (bystander) lebih
lengkap pada 12 anak. [6/380]; OR 5.54, 2.52-16.99) baik dibandingkan resusitasi kompresi
saja. Untuk penyebab kardiak, kedua
Anak yang mendapat CPR oleh awam Pada anak-anak usia 1-17 tahun den- cara tersebut sama baiknya.  (BRW)
yang ada di lokasi (bystander) secara gan henti jantung karena sebab kar-
bermakna mempunyai prognosis ha- diak, hasil neurologik yang lebih baik, Lancet 2010;375:1347-54

54 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 54 12/29/2010 12:43:51 AM


BERITA TERKINI

Sumatriptan Transdermal
Sebagai Terapi Migren

P
emberian sumatriptan dengan
teknologi transdermal (transder-
mal patch) efektif mengurangi
nyeri dan gejala lain yang disebabkan
oleh migren. Pernyataan ini merupa-
kan hasil penelitian Dr. Mark W. Pierce
dari NuPathe Inc., Conshohocken,
Pennsylvania, Amerika Serikat, dan di-
publikasikan pada pertemuan tahun-
an AAN (the American Academy of perlu adanya sediaan obat golongan SIMPULAN
Neurology) ke-62, April 2010. Beliau triptan yang dapat diberikan melalui o Sumatriptan transdermal (trans-
mengatakan bahwa pemberian suma- jalur non-oral untuk menghindari jalur dermal patch) efektif mengurangi
triptan transdermal ini sangat berman- gastrointestinal dan memaksimalkan nyeri dan gejala lain pada migren.
faat bagi penderita migren dan efektif terapi. o Sumatriptan transdermal ini meng-
mengobati semua gejala migren, serta gunakan teknologi iontophoresis,
mengatasi keterbatasan pemberian Penelitian ini melibatkan 454 pasien, yang mengontrol masuknya suma-
sumatriptan melalui rute oral, nasal yang secara acak diberi sumatriptan triptan melalui kulit, menghasilkan
dan subkutan. transdermal (n=226) atau plasebo kadar sumatriptan dalam darah
(n=228). Hasil penelitian memperli- yang konstan.
Migren merupakan gangguan nyeri hatkan bahwa pemberian sumatriptan o Sediaan sumatriptan transdermal
kepala episodik yang ditandai dengan transdermal mengurangi gejala nyeri ini diharapkan dapat menjadi pi-
gejala-gejala neurologik, gastrointes- dan mual lebih baik dibandingkan lihan bagi pasien-pasien migren,
tinal dan otonom. Gangguan gastro- dengan pasien yang diterapi plasebo. yang sering mengalami gangguan
intestinal, di antaranya mual, muntah gastrointestinal, yang menggang-
dan gastroparesis yang umumnya Nyeri karena aplikasi transdermal le- gu efektivitas terapi sumatriptan
terjadi pada pasien-pasien migren da- bih banyak terjadi pada kelompok su- melalui jalur oral.  (YYA)
pat mengganggu terapi. Obat-obat matriptan transdermal (23% vs 15%),
golongan triptan bekerja pada saraf namun efek samping lainnya pada
trigeminal yang mengalami aktifasi se- tempat aplikasi seperti paraestesia,
lama terjadinya migren. gatal dan reaksi pada tempat aplikasi
tidak berbeda antara terapi sumatrip-
Obat golongan triptan pada umum- tan transdermal dengan plasebo. Para
nya tersedia dalam sediaan oral, yang ahli dalam penelitian ini berharap bah- REFERENSI
pada pasien-pasien migren pada um- wa pemberian sumatriptan transder- 1. Docguide. Sumatriptan Patch Controls Mi-
umnya bukan merupakan jalur pembe- mal dapat bermanfaat sebagai terapi graine Pain, Symptoms Better Than Placebo:
rian yang ideal (karena gejala gastroin- migren dan meningkatkan kenyama- Presented at AAN. Abstract. [cited 2010 April
testinal yang umum terjadi), sehingga nan pasien. 19]. Available from: http://www.docguide.
com/news/content.nsf/news/85257614004886
7C85257708007E3311?OpenDocument&id=4
Terapi sumatriptan Terapi plasebo Nilai P
transdermal (n=226) (n=228). 8DDE4A73E09A969852568880078C249&c=Mi
graine&count=10
Jumlah pasien bebas nyeri 40 pasien (18%) 20 pasien (9%) P= 0,009
2. Ingenta Connect. Zelrix: A Novel Trans-
Jumlah pasien bebas mual 189 pasien (84%) 143 pasien (63%) p<0,0001
setelah 2 jam dermal Formulation of Sumatriptan. [cit-

Bebas fotofobia setelah 2 115 pasien (51%) 82 pasien (36%) P=0,0028 ed 2010 April 19]. Available from: http://
www.ingentaconnect.com/content/bsc/
Bebas fonofobia setelah 2 jam 124 pasien (55%) 88 pasien (39% P=0,0002
hed/2009/00000049/00000006/art00002;jsessi
onid=a0qob6e8mqk51.alexandra
Table 1. Perbandingan efek terapi sumatriptan transdermal dengan plasebo.

| JANUARI - FEBRUARI 2011 55

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 55 12/30/2010 11:16:36 AM


BERITA TERKINI

P
asien-pasien pasca stroke yang
diterapi dengan obat antidepre-
si escitalopram mengalami
Escitalopram Memperbaiki Fungsi
pemulihan fungsi kognitif lebih baik
dibandingkan dengan pasien-pasien
Kognitif Pasien Pasca Stroke
yang diterapi dengan plasebo atau
TPM (Terapi Penyelesaian Masalah/
Problem Solving Therapy). Simpulan
ini merupakan hasil penelitian dr. Ri- Tabel 1. Perbandingan efek terapi escitalopram dengan terapi non-escitalopram (plasebo dan
Terapi Penyelesaian Masalah) pada pasien-pasien pasca stroke
cardo E. Jorge dkk. dari Carver Col-
lege of Medicine and Department of Kelompok Kelompok Nilai p
Biostatistics, University of Iowa. Iowa escitalopram non- escitalopram
City, Amerika Serikat yang dipublikasi-
Perubahan tskor total RBANS 10,0 3,1 P<0,01
kan dalam Archives of General Psychi-
atry edisi Februari 2010. Skor penghambatan memori RBANS 11,3 2,5 P<0,01

Di samping peningkatan penggu-


naan trombolitik, kini makin banyak
ahli yang tertarik pada terapi-terapi seperti Controlled Oral Word Asso- samping selama terapi tidak berbeda
restorasi (restorative therapies) pasca ciation, Wechsler Adult Intelligence dengan efek samping plasebo. Man-
stroke. Terapi restorasi pada masa- ScaleIII Similarities, dan tes Stroop. faat obat-obat antidepresan seperti
masa awal pasca stroke (secara dini) Penelitian berlangsung selama 12 escitalopram dalam proses pemulihan
dianggap penting karena pada masa- minggu. pasca stroke perlu diteliti lebih lanjut.
masa inilah derajat perbaikan spontan
paling besar dapat terjadi, baik untuk Hasil penelitian memperlihatkan per- SIMPULAN
desit motorik maupun kognitif. Kini, bedaan bermakna antar 3 kelompok Pada pasien-pasien pasca stroke <3
fokus penelitian juga terhadap obat- penelitian dalam perubahan total nilai bulan, pemberian escitalopram mem-
obat antidepresi sebagai bagian dari RBANS dan skor delayed memory perbaiki fungsi kognitif global, teru-
terapi restorasi karena makin banyak RBANS (keduanya p<0,01). Para pe- tama fungsi memori verbal dan visual.
data yang memperlihatkan bahwa obat- neliti menemukan bahwa escitalopram Perbaikan fungsi kognitif ini diperkira-
obat antidepresi dapat menstimulasi memiliki manfaat yang bermakna ter- kan terjadi karena adanya perubahan
pembentukan zat-zat yang penting un- hadap total nilai RBANS dan skor de- struktural otak oleh escitalopram.
tuk pertumbuhan sel saraf, serta memi- layed memory RBANS dibandingkan
liki pengaruh terhadap struktur otak dengan kelompok non-escitalopram Manfaat obat-obat antidepresan se-
seperti korteks visual, hipokampus (tabel 1). perti escitalopram dalam proses pe-
dan korteks serebral. Karena itulah, dr. mulihan pasca stroke perlu diteliti
Ricardo dan rekan meneliti efek escita- Para peneliti menyimpulkan bahwa lebih lanjut.  (YYA)
lopram terhadap fungsi motorik dan bila dibandingkan dengan pasien
kognitif pasca stroke. yang menerima plasebo atau TPM,
pasien stroke kurang dari 3 bulan dan
Penelitian ini merupakan penelitian mendapat terapi escitalopram mem-
acak, tersamar ganda, kontrol plasebo, perlihatkan perbaikan fungsi kognitif
melibatkan 129 pasien stroke. Pasien- global, terutama fungsi memori verbal
pasien dalam penelitian ini dibagi da- dan visual. Hingga kini belum dike- REFERENSI
lam 3 kelompok: Kelompok I diterapi tahui penyebab perbaikan ini, namun 1. Doctors Guide. Escitalopram May Improve
dengan escitalopram 5-10 mg sehari diperkirakan karena adanya peruba- Cognitive Function After Stroke. [cited 2010
(n=43), Kelompok II diterapi dengan han struktural otak oleh escitalopram. July 01]. Available from: http://www.pslgroup.
plasebo (n=45) dan sebagian diterapi Efek menguntungkan escitalopram ini com/dg/24548a.htm
dengan Terapi Penyelesaian Masalah tidak berhubungan dengan manfaat 2. Edruginfo. Escitalopram After Stroke. [cit-
(n=41). Hasil akhir (outcome) pene- antidepresinya. Dr. Ricardo menam- ed 2010 July 01]. Available from: http://
litian ini adalah perubahan nilai skor bahkan bahwa yang lebih penting ada- www.edruginfo.com/nc_escitalopramafter-
awal penelitian (baseline) dibanding- lah bahwa perbaikan neuropsikologik stroke032010.htm
kan dengan akhir penelitian, meng- menghasilkan perbaikan aktitas 3. Jorge RE, Acion L, Moser D, Adams HP, Ro-
gunakan Repeatable Battery for the hidup sehari-hari. Hal menguntung- binson RG. Escitalopram and Enhancement
Assessment of Neuropsychological kan lainnya adalah bahwa escitalo- of Cognitive Recovery Following Stroke. Arch
Status (RBANS) dan tes-tes lainnya pram ditoleransi dengan baik dan efek Gen Psychiatr. 2010; 67(2): 187-96.

| JANUARI - FEBRUARI 2011 57

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 57 12/29/2010 12:43:54 AM


BERITA TERKINI

Olmesartan Meningkatkan Risiko Kematian


Pasien pada Diabetes Melitus ?

F
DA (Food and Drug Administra- Hasil akhir (Outcome) Olmesartan Plasebo
tion) sedang melakukan sebuah (n=2.232) (n=2.215)
tinjauan (review) terhadap Olme- Total kematian karena kardiovaskular 15 3
sartan, obat antihipertensi golongan Kematian mendadak karena kardiovaskular 7 1
ARB (Angiotensi Receptor Blocker). Infark miokard fatal 5 0
Tinjauan ini dilakukan setelah 2 pe- Kematian pada saat atau setelah tindakan revaskularisasi 1 0
nelitian besar, yaitu ROADMAP (Ran- Stroke fatal 2 2
domized Olmesartan and Diabetes Tabel 1. Perbandingan hasil akhir (outcome) antara kelompok olmesartan dengan kelompok
Microalbuminuria Prevention) dan plasebo (kontrol) dalam penelitian ROADMAP.
ORIENT (Olmesartan Reducing Inci-
dence of End Stage Renal Disease in Hasil akhir (Outcome) Olmesartan Plasebo
Diabetic Nephropathy Trial) memper- (n=282) (n=284)
lihatkan bahwa pemberian olmesartan Total kematian karena kardiovaskular 10 3
pada pasien-pasien diabetes mening- Kematian mendadak karena kardiovaskular 5 2
katkan risiko kematian karena kardio- Infark miokard fatal 1 1
vaskular. FDA menambahkan bahwa Kematian karena kardiovaskular yang tidak diketahui 1 0
penyebabnya
hingga kini belum diambil simpulan
Stroke fatal 3 0
apakah benar olmesartan meningkat-
kan risiko kematian. Tabel 1. Perbandingan hasil akhir (outcome) antara kelompok olmesartan dengan kelompok
plasebo (kontrol) dalam penelitian ORIENT..
Penelitian ROADMAP (Randomized
Olmesartan and Diabetes Microalbu- fungsi ginjal. Pasien-pasien tersebut se- berhubungan dengan terapi olmesar-
minuria Prevention) di Eropa melibat- cara acak diterapi dengan olmesartan tan pada program FDA MedWatch.
kan 4.447 pasien diabetes dengan pal- 10 -40 mg sehari (n=282) atau plasebo
ing tidak 1 faktor risiko kardiovaskular (kelompok kontrol) (n=284). Di kelom- SIMPULAN
namun tanpa disfungsi ginjal. Pasien- pok olmesartan terjadi 10 kematian ka- Penelitian ROADMAP dan ORIENT
pasien dalam penelitian ini secara acak rena kardiovaskular: 5 kasus kematian memperlihatkan bahwa pemberian
diterapi dengan olmesartan 40 mg se- mendadak, 1 kasus infark miokard fatal, olmesartan pada pasien-pasien dia-
hari (n=2.232) atau plasebo (n=2.215). 3 fatal dan 1 kasus karena penyebab betes meningkatkan risiko kematian
Hasil penelitian memperlihatkan kardiovaskular yang tidak diketahui. karena kardiovaskular.
bahwa kejadian kardiovaskular di kel- Sedangkan di kelompok plasebo, ter-
ompok terapi olmesartan lebih besar jadi 3 kematian: 2 kasus kematian men- Kini sedang dilakukan tinjauan terh-
dibandingkan dengan di kelompok dadak, dan 1 kasus infark miokard. adap olmesartan berdasarkan data
plasebo. Di kelompok olmesartan ter- ROADMAP dan ORIENT serta peneli-
jadi 15 kematian karena kardiovaskular Walau hasil dua penelitian ini memper- tian-penelitian lainnya yang menggu-
- 7 kasus kematian mendadak, 5 kasus lihatkan bahwa olmesartan meningkat- nakan olmesartan.  (YYA)
infark miokard fatal, 2 kasus fatal dan kan risiko kardiovaskular, FDA hingga
1 kematian yang berhubungan dengan kini masih percaya bahwa kemampuan
revaskularisasi koroner. Sedangkan di olmesartan dalam menurunkan teka- REFERENSI
kelompok plasebo (kontrol), terjadi 3 nan darah dapat mengimbangi risiko 1. FDA. FDA Drug Safety Communication: On-
kematian karena kardiovaskular saja, yang dapat terjadi. Selain itu peneli- going safety review of Benicar and cardiovas-
terdiri dari 1 kasus kematian men- tian-penelitian lainnya yang melibatkan cular events. [cited 2010 June 17]. Available
dadak, dan 2 kasus fatal. penggunaan olmesartan maupun ARB from: http://www.fda.gov/Drugs/DrugSafety/
lainnya tidak memperlihatkan pening- PostmarketDrugSafetyInformationforPatient-
Penelitian ORIENT (Olmesartan Reduc- katkan risiko kejadian kematian karena sandProviders/ucm215222.htm
ing Incidence of End Stage Renal Dis- kardiovaskular. Semantara menunggu 2. Medscape. FDA Reviews Olmesartan Safety
ease in Diabetic Nephropathy Trial) di tinjauan FDA, para klinisi dianjurkan un- Record, Cites CV Deaths in Trials. [cited 2010
Jepang dan di Hong Kong melibatkan tuk mengikuti label rekomendasi terapi June 17]. Available from: http://www.med-
566 pasien penderita diabetes dan dis- dan melaporkan efek samping yang scape.com/viewarticle/723471

| JANUARI - FEBRUARI 2011 59

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 59 12/30/2010 9:32:53 PM


BERITA TERKINI

L-arginin Memperbaiki Kapasitas Latihan dan


Kualitas Hidup Pasien Transplantasi Jantung

L
-arginin, yang merupakan Selain itu dilakukan pemeriksaan fung- kapasitas latihan dan kualitas hid-
prekursor pembentukan NO (ni- si endotel dengan analisis metabolit up pasien penerima transplantasi
tric oxide), dapat memperbaiki NO, endothelin dan keseimbangan jantung.
kapasitas latihan dan kualitas hidup NO : endothelin. Penelitian lanjutan perlu dilakukan
pasien penerima transplantasi jan- untuk meneliti apakah pemberian
tung. Simpulan ini merupakan hasil Hasil penelitian memperlihatkan bah- L-arginin memang bermanfaat
penelitian dr. Stephane Doutreleau, wa setelah 6 minggu, kelompok L- bagi semua pasien penerima
dari Nouvel Hopital Civil, Strasbourg, arginin mengalami perbaikan kualitas transplantasi jantung dan mene-
Perancis dan telah dipublikasikan da- hidup dan kapasitas latihan secara ber- liti lebih dalam mekanisme yang
lam the American Journal of Clinical makna, sedangkan kelompok plasebo mendasari manfaat vaskular L-ar-
Nutrition bulan Maret 2010. tidak mengalami perubahan diban- ginin.  (YYA)
dingkan dengan data awal (baseline).
L-arginin merupakan prekursor sio- Dengan terapi L-arginin terjadi pen-
logis pembentukan NO. NO terlibat ingkatan jarak rata-rata pada peme-
dalam berbagai fungsi vaskular seperti riksaan tes berjalan 6 menit (6-minute
vasodilatasi, penghambatan agregrasi walk test) dari 525 20 menjadi 580
dan adhesi trombosit. Selain itu dalam 20 m (p = 0,002). Latihan berken-
penelitian, L-arginin diperkirakan da- dara maksimal dengan sepeda juga
pat menghambat proses atherosklero- menunjukkan perbaikan. Ambang
sis. Dr. Stephane mengatakan bahwa batas ventilasi (ventilator threshold)
kapasitas latihan yang menurun pada selama pemeriksaan tertunda selama
pasien penerima transplantasi jantung 1,2 menit (p=0,01). Selain itu L-arginin
disebabkan karena disfungsi endo- meningkatkan rasio NO:endothelin
tel dan gangguan pembentukan NO. dari 2,49 0,38 menjadi 3,31 0,39; (P REFERENSI
Jika demikian, pemberian L-arginin = 0,03). Para peneliti juga melaporkan 1. Brunini TMC, Mendes-Ribeiro AC, Ellory JC,
untuk meningkatkan NO diperkirakan penurunan the Minnesota Living with Mann GE. Platelet nitric oxide synthesis in
dapat bermanfaat bagi pasien-pasien Heart Failure score (dirancang untuk uremia and malnutrition: A role for L-arginine
penerima transplantasi jantung untuk menilai efek gagal jantung dan terapi supplementation in vascular protection? Car-
meningkatkan kapasitas latihan dan terhadap kualitas hidup pasien) dari diovasc. Res. 2007; 73: 35967.
meningkatkan kualitas hidup. 15,3 menjadi 10,6 pada kelompok L- 2. Doutreleau S, Rouyer O, Di Marco P, Lonsdor-
arginin, menandakan perbaikan kuali- fer E, Richard R, Piquard F, Geny B. L-Arginine
Untuk mengetahui apakah L-arginin tas hidup pasien (p<0,001). supplementation improves exercise capacity
dapat memperbaiki kapasitas latihan after a heart transplant. Am. J. Clin. Nutr. 2010;
dan kualitas hidup pasien, para pe- Para ahli dalam penelitian ini menyim- 91: 1261 - 7.
neliti mengukur karakteristik klinik, pulkan bahwa terapi L-arginin oral 3. Drexler H, Fischell TA, Pinto FJ, Chenzbraun
ekokardiograk dan latihan 22 pasien dapat menjadi terapi tambahan yang A, Botas J, Cooke JP, Alderman EL. Effect of
penerima transplantasi jantung (waktu bermanfaat untuk memperbaiki kuali- L-arginine on coronary endothelial function
menerima transplan jantung <6 bulan) tas hidup dan toleransi latihan pasien in cardiac transplant recipients. Relation to
dan 11 subyek kontrol sehat. Peneli- penerima transplantasi jantung. Mere- vessel wall morphology. Circulation 1994; 89;
tian dengan metoda prospektif, tersa- ka juga menganjurkan penelitian yang 1615-23.
mar ganda, lebih besar untuk meneliti apakah 4. Medscape. L-Arginine Use Improves Exercise
pemberian L-arginin memang ber- Capacity After Heart Transplant. [cited 2010
Ke-22 pasien penerima transplantasi manfaat bagi semua pasien penerima April 27]. Available from: http://www.med-
jantung menjalani pemeriksaan ber- transplantasi jantung dan meneliti le- scape.com/viewarticle/719452?src=mpnews&
jalan selama 6 menit (6-min-walk test) bih dalam mekanisme yang mendasari spon=2&uac=117092CG
dan pemeriksaan berkendara sepeda manfaat vaskular L-arginin . 5. Rector TS. Overview of The Minnesota Living
maksimal (maximal bicycle exercise with Heart Failure Questionnaire. [cited 2010
test) sebelum dan 6 minggu sesudah SIMPULAN April 27]. Available from: http://www.mlhfq.
periode terapi L-arginin atau plasebo. Pemberian L-arginin memperbaiki org/_dnld/mlhfq_overview.pdf

60 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 60 12/30/2010 9:33:09 PM


PRAKTIS

Review Pedoman Nutrisi Enteral


Steven Tiro
Departemen Medical PT. Kalbe Farma Jakarta

S
elama 4 tahun terakhir terdapat penyakit kritis harus mendapatkan 25-30 kkal/kgBB/hari.
beberapa pedoman nutrisi yang nutrisi melalui enteral menggunakan
telah direvisi dan dipublikasikan, selang ke usus halus apabila memiliki Kontroversi :
di antaranya The American Society risiko tinggi terjadinya aspirasi atau ASPEN/CCPG : Jika tidak mungkin
of Enteral and Parenteral Nutrition intoleransi terhadap asupan ke lam- memenuhi kebutuhan energi (100%
(ASPEN), The European Society for bung. target) setelah 7-10 hari melalui rute
Clinical Nutrition and Metabolism (ES- enteral, pertimbangkan memulai nu-
PEN), dan The Canadian Critical Care ESPEN : Asupan nutrisi ke jejenum trisi parenteral (PN). Memulai suple-
Clinical Practice Pedomans Commit- merupakan pilihan terbaik dalam kon- man PN setelah masa tersebut pada
tee (CCPG). Pedoman-pedoman ini disi dimana mudah dilakukan pema- pasien yang telah mendapatkan EN
memiliki banyak kesamaan khususnya sangan selang (pasca trauma abdomi- tidak memperbaiki luaran dan dapat
mengenai nutrisi pada pasien dengan nal atau operasi abdominal elektif). merugikan
penyakit kritis.
CCPG : Asupan nutrisi ke usus halus ESPEN : Semua pasien yang kebutu-
Berikut merupakan review dari pedo- direkomendasikan apabila jalur ke han nutrisinya tidak dapat dipenuhi
man-pedoman nutrisi enteral revisi usus halus memungkinkan. setelah 2 hari, harus berikan NP tam-
terakhir yang telah dipublikasikan. bahan.
DOSIS
PEMILIHAN PASIEN ASPEN : Asupan makanan harus di- KEBUTUHAN PROTEIN
Seluruh Pedoman : Nutrisi enteral tingkatkan hingga mencapai target ASPEN : Pada pasien dengan body
(NE) merupakan pilihan utama dalam kebutuhan pasien dalam 48-72 jam. mass index (BMI) < 30, kebutuhan pro-
support nutrisi pada pasien dengan Kebutuhan energi dapat dihitung teinnya mencapai 1,2-2 g/kgBB/hari,
penyakit kritis yang tidak dapat mem- dengan menggunakan rumus atau ka- dan mungkin dapat lebih tinggi pada
pertahankan asupan makanan yang lorimetri indirek. Diusahakan pemenu- pasien dengan trauma akibat perbe-
adekuat. han asupan > 50%-65% dari target daan suhu/temperatur yang ekstrim
energi total dalam minggu pertama atau trauma multipel.
ESPEN : NE harus diberikan kepada perawatan untuk memperoleh man-
semua pasien yang diperkirakan tidak faat klinis dari NE. PASIEN OBESITAS
dapat mengkonsumsi makanan secara ASPEN : Pada pasien dengan penya-
penuh dalam 3 hari. ESPEN : Tidak ada jumlah umum kit kritis, diperbolehkan pemberian
yang direkomendasikan pada terapi nutrisi enteral hipokalorik. Untuk pa-
WAKTU PEMBERIAN NE, melainkan harus disesuaikan ber- sien dengan BMI>30, pemberian NE
Seluruh Pedoman : NE harus dimulai dasarkan progresivitas/perjalanan tidak boleh melebihi 60-70% dari to-
dalam waktu 24-48 jam setelah pasien penyakit dan toleransi usus. Asupan tal kebutuhan atau 11-14 kkal/kgBB/
dirawat. energi selama fase akut dan fase ini- hari (atau 22-25 kkal/kgBB ideal/hari).
sial dari penyakit kritis sebesar 20-25 Protein harus diberikan sebanyak > 2
RUTE PEMBERIAN kkal/kgBB/hari dapat dikaitkan deng- g/kgBB/hari untuk pasien obesitas ke-
Seluruh Pedoman : Baik jalur asupan an hasil yang kurang menguntungkan. las I dan II (BMI 30-40), dan > 2,5 g/
ke lambung maupun usus halus da- Selama fase penyembuhan (fase ow), kgBB/hari untuk pasien obesitas kelas
pat digunakan di ICU. Pasien dengan asupan energi harus diberikan sebesar III (BMI >40).

| JANUARI - FEBRUARI 2011 61

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 61 12/29/2010 12:43:59 AM


PRAKTIS

PASIEN DENGAN HEMODINAMIK ditemukan, pemberian formula enteral dengan penyakit kritis.
YANG TIDAK STABIL dengan serat larut (soluble bre) atau
ASPEN : Pada kondisi hemodinamik peptida kecil dapat digunakan. VITAMIN ANTIOKSIDAN DAN
tidak stabil (pasien yang membutuh- SELENIUM
kan bantuan untuk mempertahankan NUTRISI IMUNOMODULASI ASPEN/CCPG : Kombinasi vitamin an-
hemodinamik dengan menggunakan ASPEN/ESPEN : Formula nutrisi tioksidan dan trace element (utamanya
katekolamin dosis tinggi, baik sendiri imunomodulasi (dengan tambahan selenium) harus diberikan pada semua
maupun dikombinasi dengan cairan arginine, glutamine, asam nukleat, pasien dengan penyakit kritis yang
dalam jumlah yang besar atau darah omega-3, dan antioksidan) harus di- mendapatkan terapi nutrisi khusus.
untuk mempertahankan perfusi ja- gunakan untuk pasien yang tepat (op-
ringan), pemberian NE harus ditunda erasi elektif mayor, trauma, luka bakar, Tidak cukup data untuk membuat re-
hingga pasien stabil atau resusitasi kanker kepala leher, pasien kritis den- komendasi pemberian selenium intra-
berhasil. gan ventilasi mekanik), dan digunakan vena baik tunggal maupun dikombi-
dengan hati-hati pada pasien dengan nasi dengan antioksidan lainnya pada
PEMANTAUAN TOLERANSI DAN sepsis berat. Pasien ICU yang tidak pasien dengan penyakit kritis.
KECUKUPAN memenuhi kriteria harus mendapat-
ASPEN : Pada perawatan ICU, NE da- kan formula nutrisi standar. GLUTAMIN (ENTERAL)
pat diberikan tanpa perlu bukti ada- Seluruh pedoman : Penambahan glu-
nya pergerakan usus. Pada pasien Untuk mendapatkan manfaat terapi tamin enteral pada regimen nutrisi
ICU, ada atau tidaknya bising usus optimal, nutrisi imunomodulasi harus enteral harus dipertimbangkan pada
atau atus tidak diperlukan untuk me- diberikan hingga mencapai setidaknya pasien dengan trauma akibat perbe-
mulai pemberian nutrisi enteral. 50-65% dari total kebutuhan energi daan suhu/temperatur yang ekstrim,
harian pasien. trauma dan pasien ICU.
Toleransi pasien terhadap NE harus
dipantau (dinilai dari keluhan pen- CCPG : Berdasarkan 4 studi level 1 (A) SERAT
derita berupa nyeri dan / atau distensi, dan 17 studi level 2 (B), penggunaan ASPEN : Serat larut bermanfaat terh-
pemeriksaan sik, atus dan feses, ra- arginine dan nutrisi khusus lainnya adap pasien penyakit kronis dengan
diogra perut). Penghentian NE yang tidak direkomendasikan untuk diberi- hemodinamik stabil yang menderita
tidak tepat harus dihindari. kan kepada pasien penyakit kritis. diare. Konsumsi serat tidak larut se-
baiknya dihindari pada semua pasien
ESPEN/CCPG : Pemberian metoclopr- Seluruh Pedoman : Pasien dengan sin- dengan penyakit kritis. Baik serat larut
amide atau eritromisin intravena harus droma distres napas akut dan trauma maupun tidak larut harus dihindari
dipertimbangkan pada pasien dengan paru akut berat harus diberikan for- penggunaannya pada pasien dengan
intoleransi terhadap nutrisi enteral, mula enteral yang memiliki prol anti- risiko tinggi iskemia usus atau dismo-
contoh, residu lambung yang tinggi. inamasi seperti omega-3 dan antiok- tilitas berat.
sidan.
ASPEN/CCPG : Penggunaan protokol CCPG : Tidak cukup data untuk men-
asupan enteral meningkatkan ke- PROBIOTIK dukung penggunaan serat (pektin
mungkinan pencapaian keseluruhan Kontroversi : atau polisakarida kedelai) secara ru-
persentase energi yang ditarget dan ASPEN : Pemberian probiotik menun- tin dalam formula nutrisi enteral pada
harus dilaksanakan. jukkan hasil yang lebih baik (menu- pasien penyakit kritis.
runnya infeksi) pada pasien penyakit
ASPEN : Penilaian risiko aspirasi ter- kritis spesik termasuk pasien yang
hadap pasien yang mendapatkan NE menjalani transplantasi, operasi abdo- REFERENSI
harus dilakukan. Langkah-langkah un- men mayor, dan trauma berat. Tidak 1. Kreymann G. New developments in clinical
tuk mengurangi risiko aspirasi harus ada rekomendasi yang dapat dibuat practice guidelines. S Afr J Clin Nutr 2010;
digunakan. Kepala pasien yang diintu- saat ini untuk penggunaan probiotik 23(1):S29-S32
basi dan menerima NE harus ditinggi- pada pasien ICU dikarenakan kurang- 2. McClave SA, Martindale RG, Vanek VW, et al.
kan 30-45O untuk mencegah aspirasi. nya konsistensi hasil yang ditemukan. Guidelines for the Provision and Assessment
Penggunaan obat kumur chlorhexidine Tampaknya terdapat perbedaan efek of Nutrition Support Therapy in the Adult Criti-
dua kali sehari harus dipertimbangkan dan dampak dari setiap spesies pro- cally Ill Patient:: Society of Critical Care Medi-
untuk mengurangi risiko pneumonia biotik terhadap pasien sehingga sulit cine (SCCM) and American Society for Paren-
akibat ventilator. dibuat rekomendasi umum. teral and Enteral Nutrition (A.S.P.E.N.). JPEN J
Parenter Enteral Nutr 2009;33(3):277316.
ASPEN : Diare yang diakibatkan asu- CCPG : Tidak cukup data untuk mem- 3. Kreymann KG, Berger MM, Deutz NE, et al.
pan melalui enteral tube memerlu- buat rekomendasi penggunaan prebio- ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Inten-
kan evaluasi penyebab. Apabila diare tik/probiotik/synbiotics pada pasien sive care. Clin Nutr 2006;25(2):21023.

| JANUARI - FEBRUARI 2011 63

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 63 12/29/2010 12:44:00 AM


OPINI

Probiotik - Peranannya Dalam Dunia Medis


Marcellus Simadibrata
Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia

PENDAHULUAN yang secara tradisional telah lama cara antara lain dengan3, 6 :
Di dalam saluran cerna bagian atas digunakan dalam bentuk makanan, 1. Memproduksi substansi-substansi
dan usus halus terjadi proses pencer- mengandung baik bakteri hidup, penghambat. Probiotik mampu
naan, absorpsi makanan,dan proses bakteri mati maupun metabolitnya memproduksi zat-zat pengham-
fermentasi zat-zat tidak tercerna.1,2 yang dalam kurun waktu lama terbukti bat pertumbuhan bakteri gram
Proses-proses tersebut sangat dipe- aman.7 positif maupun negatif. Zat-zat ini
ngaruhi oleh beberapa faktor, antara termasuk asam organik, hidrogen
lain enzim-enzim dalam saluran cerna Mikroba yang dapat atau mungkin peroksida (H2O2), bakteriosin, reu-
dan mikroekosistem usus halus mau- dapat dipakai sebagai probiotik harus terin yang mampu menghambat
pun usus besar. Mikroekosistem ini mempunyai syarat-syarat tertentu2,4-6 : tidak hanya bakteri hidup namun
terdiri dari mikroora dan integritas 1. Merupakan mikroorganisme yang juga produksi toksin.
dinding usus; selain itu mukus, peri- berasal dari manusia (secara ala- 2. Menghambat perlekatan bakteri
staltik, pergantian (turn-over) epitel miah terdapat di tubuh manusia). patogen dengan berkompetisi
saluran cerna juga turut menjaga in- 2. Tidak bersifat patogen, di tempat perlekatan permukaan
tegritas mikroekosistem saluran cerna 3. Tahan terhadap pemaparan asam mukosa saluran cerna diduga juga
tersebut .3 lambung dan cairan empedu, merupakan salah satu cara pro-
4. Mampu menempel pada dinding biotik menghambat invasi dari
Mikroora pada saluran cerna terdiri saluran cerna dan bertahan dalam bakteri patogen.
dari jutaan mikroba yang secara ala- populasi yang banyak. 3. Kompetisi nutrisi. Bakteri-bakteri
miah hidup di dalam lumen saluran 5. Mampu menghasilkan zat antimi- yang menguntungkan (probiotik)
cerna. Hampir 400 500 spesies ter- kroba, dan meningkatkan sistem akan berkompetisi dengan bakteri
dapat dalam saluran cerna. Kompo- imunitas tubuh. patogen dalam hal memperebut-
sisi mikroora meliputi bakteri komen- 6. Tahan terhadap proses produksi kan nutrisi dalam saluran cerna.
sal, bakteri patogen maupun bakteri dalam pembuatan sediaan. 4. Merusak reseptor toksin dan men-
apatogen.2,3 7. Secara genetik stabil degradasi toksin.
5. Memperbaiki respon imun melalui
Adanya fakta-fakta yang menunjuk- Mekanisme probiotik melindungi atau peningkatan ekspresi dari limfo-
kan manfaat bakteri komensal bagi memperbaiki kondisi kesehatan antara sit B dan sekresi imunoglobulin
kesehatan, mendorong konsep terapi lain dengan menghambat pertumbu- A baik secara lokal maupun siste-
melalui functional food, di antara- han bakteri patogen melalui beberapa mik.
nya dengan cara meningkatkan atau
mengoptimalkan jumlah mikroora BAKTERI PATOGEN
komensal melalui pemberian preparat
probiotik. PROBIOTIK

ENTEROSIT
DEFINISI, SYARAT DAN KONSEP
KERJA PROBIOTIK DINDING USUS
Probiotik didenisikan sebagai mikro-
organisme hidup non-patogenik, yang
jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu
BAKTERI PATOGEN
akan memberikan efek menguntung-
kan bagi inang (host) (FAO/WHO). 3,4 PROBIOTIK
ENTEROSIT
Probiotik merupakan bakteri-bakteri DINDING USUS

| JANUARI - FEBRUARI 2011 65

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 65 12/30/2010 11:17:52 AM


OPINI

6. Meningkatkan resistensi terhadap


kolonisasi patogen. PROBIOTIK
7. Menstimulasi kekebalan (imunitas)
lokal dan perifer. NUTRISI
8. Mencegah translokasi mikrobial. BAKTERI
PATOGEN
PERANAN PROBIOTIK DALAM
BERBAGAI KONDISI PATOLOGIS ENTEROSIT
Potensi manfaat probiotik telah ba-
DINDING USUS
nyak diteliti, baik dalam membantu
mengatasi kelainan saluran pencer-
naan, maupun pada kondisi patologis
lainnya.
infantis, dan Streptococcus thermo- meta-analisis didapatkan bahwa su-
Diare Karena Infeksi philus efektif mengatasi diare yang plementasi beberapa strain probiotik
Studi yang paling banyak dilakukan diinduksi tindakan radiasi.12,13 cukup efektif mengobati intoleransi
adalah pada infeksi diare akut bayi, laktosa. 19
yang sering diakibatkan oleh rotavirus. Inammatory Bowel Disease (IBD)
Tinjauan sistematis menunjukkan, se- Probiotik memiliki potensi menstabil- Prevensi Kanker Kolon
cara umum pemberian probiotik da- kan barier sistem imun mukosa usus Mekanismenya adalah melalui per-
pat mengurangi durasi diare hingga dengan mengurangi pelepasan faktor baikan aktivitas metabolit mikroora
17-30 jam.5 Potensi probiotik untuk proinamasi lokal sitokin. usus, perbaikan kondisi siokimia da-
kasus ini adalah dengan menghambat lam kolon, mengikat dan degradasi
secara kompetitif tempat perlekatan Berbagai studi melaporkan manfaat karsinogen potensial, produksi zat
reseptor virus, meningkatkan signal pemberian probiotik untuk kasus kolitis anti-tumor atau anti-mutagen, mem-
respon imun yang mengatur sistem ulseratif, penyakit Chron dan pouchitis. perbaiki respon imun. 20
pertahanan dalam mengeliminasi sub- Beberapa studi mendapatkan bahwa
stansi berbahaya dan melalui produksi probiotik dapat mempertahankan re- Infeksi Helicobacter pylori
metabolit yang menginaktifkan parti- misi dan mencegah relaps penyakit IBD Hasil studi meta analisis terbaru ter-
kel virus. ini. 14,15 Akan tetapi beberapa studi lain hadap 14 studi acak menunjukkan
mendapatkan bahwa probiotik tidak bahwa pemberian regimen antibi-
Diare karena antibiotik (Antibiotic efektif dalam pengobatan IBD.16 otik bersama probiotik meningkatkan
Associated Diarrhea=AAD), infeksi eradikasi H. pylori. Penggunaan pro-
Clostridium difcile dan kolitis Irritable Bowel Syndrome (IBS) biotik secara tunggal untuk kasus ini
pseudomembran. Pemberian Lactobacillus reuteri se- belum didukung bukti yang kuat se-
Berbagai studi telah mengevaluasi lama 1 minggu memperbaiki gejala hingga penggunaannya untuk ajuvan,
peranan probiotik sebagai terapi dan kolik pada 90 bayi; penurunan rasa bukan sebagai terapi tunggal.21,22
pencegahan karena pemberian anti- kembung dan pembentukan gas juga
biotik; tinjauan sistematis maupun terjadi setelah pemberian Bidobac- Ensefalopati hepatik
studi meta-analisis menunjukkan ke- terium infantis 35624. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
unggulannya dibandingkan kelompok probiotik dapat menurunkan kadar
plasebo. 7-11 Beberapa studi melaporkan bahwa ammonia darah, diduga dengan men-
probiotik dapat memperbaiki geja- ingkatkan konsentrasi bakteri non
Clostridium difcile merupakan penye- la klinik dan menormalkan frekuensi urease.23,24
bab diare karena antibiotik (AAD) dan buang air besar penderita IBS dengan
timbulnya kolitis pseudomembran. aman dan efektif. 17,18 Pankreatitis
Pemberian Lactobacillus maupun S. Pada uji klinik kasus pankreatitis akut,
boulardii dapat menekan pertum- Intoleransi laktosa Lactobacillus plantarum 299v mem-
buhan C. difcile dan mencegah reku- Probiotik memperbaiki pencernaan berikan perbaikan dan memper-
rensi kolitis pseudomembran. laktosa dengan mengurangi gejala pendek masa perawatan. Penelitian
intoleransi dan memperlambat waktu lain melaporkan bahwa probiotik
Diare karena Radiasi transit makanan. Pemberian probiotik justru meningkatkan mortalitas pada
Bukti-bukti penelitian menunjukkan dapat meningkatkan aktivitas enzim pankreatitis akut yang berat; hasil
bahwa Lactobacillus casei, L. plan- lactase di lumen usus sehingga men- tersebut membutuhkan penelitian lan-
tarum, L. acidophilus, L. delbrueckii, fasilitasi proses pencernaan dan mem- jutan dengan sampel lebih besar atau
Bidobacterium longum, B. breve, B. perbaiki intoleransi. Pada penelitian penelitian metaanalisis. 25,26

66 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 66 12/30/2010 9:31:28 PM


OPINI

Alergi Tabel 1. Jenis probiotik dan kasus alergi yang dapat diobati
Probiotik membantu menjaga ke-
Probiotik Kasus
seimbangan T helper. Berbagai jenis
probiotik yang biasanya digunakan Lactobacillus rhamnosus GG Asthma, rhinitis, eksema, alergi
untuk kasus alergi adalah3,27: Lacto- makanan
bacillus rhamnosus GG, Lactobacillus Bidobacterium lactis Eksema atopik
paracasei, Lactobacillus reuteri dan Lactobacillus paracasei Rhinitis alergi
Bidobacterium lactis (tabel 1).
Lactobacillus reuteri Dermatitis atopik
POTENSI LAIN
Bayi
Pemberian Lactobacillus reuteri ATCC hadap asam lambung, cairan empe- lized). Hasil pemberian mikroba pero-
55730 setiap hari selama 30 hari da- du, mampu menempel pada dinding ral yang hidup live dibandingkan
pat memperbaiki toleransi mengasup saluran cerna sehingga melindungi dengan bakteri heat-killed untuk
makanan, pola defekasi dan motilitas mukosa saluran cerna, dan mampu kasus intoleransi laktosa adalah se-
saluran cerna pada bayi prematur baru menghasilkan zat yang berpotensi se- banding, selain itu untuk kasus gas-
lahir yang mendapat asupan nutrisi dari bagai antimikroba. Kedua mikroba ini troenteritis akut beberapa probiotik
susu botol9. Penelitian juga memperli- sering juga disebut bakteri asam lak- (baik hidup maupun yang mati) mam-
hatkan penurunan insiden necrotizing tat (LAB lactic acid bacteria) karena pu memperpendek waktu diare.
enterocolitis pada bayi prematur yang mampu melakukan proses fermentasi
diberi suplemen Lactobacillus GG. membentuk asam laktat pada usus Sedangkan untuk efek stimulasi sistim
besar. imunitas tubuh, pemberian probiotik
Kehamilan hidup menunjukkan hasil yang lebih
Pemberian probiotik sejak trimester Beberapa strain yang umum diguna- baik. Efek pada aktivitas enzim bak-
awal kehamilan bermanfaat mence- kan sebagai sediaan probiotik: teri usus juga hanya didapatkan dari
gah peningkatan berat badan berlebih probiotik hidup 8. Teoritis, probiotik
selama kehamilan dan pasca melahir- yang non viable atau heat killed
kan.28 Berbagai studi juga menunjuk- Strain tyndallized tidak memiliki risiko terha-
kan penurunan hingga 50% kasus der- dap transfer gen dan mutasi bakteri.
matitis atopik pada bayi di kelompok Bidobacterium animalis DN 173 010 Selain itu untuk kasus AAD (antibiotic
yang mengkonsumsi probiotik selama Bidobacterium animalis subsp. lactis Bb-12 associated diarhea) probiotik jenis ini
kehamilan. Penggunaan probiotik se- Bidobacterium breve Yakult menunjukkan prol ekasi yang baik.
lama kehamilan juga memiliki prol Bidobacterium infantis 35624 Kadar probiotik dalam sediaan yang
kemanan yang baik. Bidobacterium lactis HN019 (DR10) dikonsumsi manusia minimal 10 7 CFU
Bidobacterium longum BB536 / mg atau mL14. Literatur lain menye-
Memperbaiki prol lipid. Enterococcus LAB SF 68 butkan dosis probotik berkisar 1 x 10
6-9
Probiotik dapat menurunkan insiden Escherichia coli Nissle 1917 CFU/ gram sediaan 11.
dan mortalitas karena penyakit kar- Lactobacillus acidophilus LA-5
diovaskular dengan cara memperbaiki Lactobacillus acidophilus NCFM Sangat jarang terjadi efek samping
prol lipid. Tetapi mekanisme pastinya Lactobacillus casei DN-114 001 pada konsumsi probiotik Lactobacillus
belum diketahui dan masih mem- Lactobacillus casei CRL431 dan Bidobacterium. Penggunaan pada
butuhkan evaluasi lebih lanjut.29,30 Lactobacillus casei F19 anak-anak relatif aman, namun hati-hati
Lactobacillus casei Shirota pada pasien dengan gangguan imuni-
JENIS PROBIOTIK Lactobacillus johnsonii La1 (Lj1) tas karena mikroba mempunyai potensi
Dari sekian banyak mikroorganisme, Lactobacillus lactis L1A sebagai patogen oportunistik .3,16
Lactobacillus, Bidobacterium meru- Lactobacillus plantarum 299V
pakan mikroora normal usus yang Lactobacillus reuteri ATTC 55730 Sediaan probiotik ada yang dikombi-
paling utama15 ,merupakan mikroba Lactobacillus rhamnosus ATTC 53013 (LGG) nasi dengan prebiotik. Prebiotik adalah
yang paling banyak berperan menja- Lactobacillus rhamnosus LB21 adalah karbohidrat rantai pendek, tidak
ga kesehatan fungsi saluran cerna, se- Lactobacillus salivarius UCC118 dicerna namun difermentasi dalam usus
hingga kedua genus ini paling banyak Saccharomyces cerevisiae (boulardii) Iyo besar untuk menghasilkan asam lemak
digunakan dalam pengembangan rantai pendek seperti asetat, butirat,
produk probiotik.31-33 Sediaan probiotik yang dipasarkan da- dan propionat yang bermanfaat terha-
pat pula mengandung bakteri dalam dap stabilitas dan pertumbuhan koloni
Lactobacillus dan Bidobacterium bentuk masih hidup maupun sudah mikroba, me-ningkatkan pertumbuhan
merupakan probiotik yang tahan ter- mati ( heat killed bacteria = tyndal- probiotik dan memperbaiki pola buang

| JANUARI - FEBRUARI 2011 67

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 67 12/30/2010 9:33:17 PM


OPINI

air besar Beberapa zat yang dapat di- ble from url: http://www.wikipedia.org. eradication with Lactobacillus reuteri. A dou-
pakai sebagai prebiotik antara lain me- 10. Probiotics Improve Feeding Tolerance, Gas- ble-blind placebo-controlled study. Dig Liver
liputi: FOS (fructo-oligosaccharida), tric Function in Preterm Newborns.Accessed Dis 2005;37 (suppl 1): S88, abstr. PO1.49.
inulin, isomalto-oligosaccharida, lactilol, 8 December 2010. http://www.medscape.com 23. Bajaj JS, Saeian K, Christensen KM, Ha-
lactosucrose, lactulose, pyrodextrins, Article submitted on June 2008. feezullah M, Varma RR, Franco J et.al.
Soy-oligosaccharida, Transgalacto-oli- 11. Reid, G. et al. Potential Use of Probiotics in Clin- Probiotic yogurt for the treatment
gosaccharida, dan Xylo-oligosacchari- ical Pratice. Clin Microbiol Rev 2003; 658 72 of minimal hepatic encephalopathy.
da. Sekian banyak macam prebiotik ini 12. Della P, Sansotta G, Donato V, Frosina P, Mes- Available from url: http://www.natmedtalk.
mempunyai potensi dan efektivitas ser- sina G, De Renzis C et.al. Use of probiotics com/nutrition/3292-yogurt-may-protect-liver-
ta keamanan yang hampir sama. Kombi- for prevention of radiation-induced diarrhea. health.html.
nasi probiotik dan prebiotik merupakan World J Gastroenterol 2007; 13: 912-5. 24. Probiotic yogurt for the treatment of minimal
kombinasi yang sinergistik, saling men- 13. Delia P, Sansotta G, Donato V, Messina G, Fro- hepatic encephalopathy. Am J Gastroenterol.
guntungkan dan sering disebut den- sina P, Pergolizzi S et.al. Prevention of radia- 2008 Jul;103:1707-15. Accessed 12 December
gan sinbiotik. Sediaan probiotik selain tion-induced diarrhea with the use of VSL#3, a 2010. Available from url: http://www.green-
sebagai tambahan makanan (misalnya new highpotency probiotic preparation. Am J medinfo.com/article/probiotic-yogurt-dem-
tambahan dalam susu formula), juga da- Gastroenterol 2002; 97: 2150-2. onstrates-significant-rate-minimal-hepatic-
pat dalam tablet kunyah, serbuk granul 14. Zocco MA, dal Verme LZ, Cremonini F, Pisca- encephalopathy-reversal.
hingga permen karet. glia AC, Nista EC, Candelli M et.al. Efcacy 25. Besselink MG, van Santvoort HC, Buskens E,
of Lactobacillus GG in maintaining remission Boermeester MA, van Goor H, Timmerman
SIMPULAN of ulcerative colitis. Aliment Pharmacol Ther HM et.al. Probiotic prophylaxis in predicted
Probiotik merupakan mikroorganisme 2006; 23: 1567-74. severe acute pancreatitis: a randomised,
hidup yang menguntungkan bagi 15. Bousvaros A, Guandalini S, Baldassano RN, Bo- double-blind, placebo-controlled trial. Lancet.
kesehatan manusia. Probiotik dapat telho C, Evans J, Ferry GD et.al. A randomized, 2008;371:651-9.
dipakai sebagai suplemen atau alter- double-blind trial of Lactobacillus GG versus 26. Sahin T, Aydin S, Yksel O, Bostanci H, Akyrek
natif dalam mengobati dan mencegah placebo in addition to standard maintenance N, Memi L et.al. Effects of the probiotic agent
beberapa penyakit pada manusia. therapy for children with Crohns disease. In Saccharomyces Boulardii on the DNA damage
Probiotik yang banyak dipakai yaitu amm Bowel Dis 2005; 11: 833-9. in acute necrotizing pancreatitis induced rats.
dari genus Lactobacillus dan Bido- 16. Prantera C, Scribano ML, Falasco G, Andreoli Hum Exp Toxicol. 2007;26:653-61.
bacterium. A, Luzi C. Ineffectiveness of probiotics in pre- 27. Furrie E. Probiotics and allergy. Proceed of Nu-
venting recurrence after curative resection for tri Society 2005;64, 4659
DAFTAR PUSTAKA Crohns disease: a randomised controlled trial 28. Brown,AJ. Probiotics may help ward off post-
1. Heimburger CD, Weinsier RL. Handbook of with Lactobacillus GG. Gut 2002; 51: 405-9. partum obesity. http://www.reuters.com/
Clinical Nutrition. 3rd edition. Mosby-Year 17. How Effective Are Probiotics In Irritable Bowel article/healthNews Article submitted on May
Book Inc. St.Louis, Missouri USA. 1997. Syndrome? .Accessed 11 December 2010. 2009.
2. Dunne, C. et al. Biotherapy Agents in the Available from url: http://www.sciencedaily. 29. Ooi LG, Liong MT. Cholesterol-Lowering Ef-
treatment of Gastrointestinal Disorder. Cur com/releases/2008/10/081006092656.htm. fects of Probiotics and Prebiotics: A Review
Treat Option Infect Dis. 2003, 5: 183- 8. 18. Camilleri M. Probiotics and irritable bowel syn- of in Vivo and in Vitro Findings. Int J Mol Sci.
3. Fedorak RN & Madsen KL. Probiotics And Pre- drome: rationale, putative mechanisms, and 2010; 11: 2499522.
biotics in Gastrointestinal Disorder. Curr Opin evidence of clinical efcacy. J Clin Gastroen- 30. Huang Y, Zheng Y. The probiotic Lactobacillus
Gastroenterol. 2004;20:146-55. terol. 2006 ;40:264-9. acidophilus reduces cholesterol absorption
4. Mercenier A, Pavan S, Pot B. Probiotics as 19. Levri KM, Ketvertis K, Deramo M,Merenstein through the down-regulation of Niemann-
Biotherapeutic Agents: Present Knowledge JH, DAmico F. Do probiotics reduce adult lac- Pick C1-like 1 in Caco-2 cells. Br J Nutr.
and Future Prospects. Curr Pharma Design tose intolerance? A systematic review. Acessed 2010;103:473-8.
2002;8:99-110. 11 December 2010. J Fam Practice. 2005; 54. 31. Tubelis P, Stan V, and Zachrisson A. Increas-
5. Haris K and Varghese T. Probiotics in humans- Available from url: http://www.jfponline.com/ ing work-place healthiness with the probiotic
evidence based review. Calicut Med Journal Pages.asp?AID=1987. Lactobacillus reuteri : a Randomized, double-
2006;4 :e3. 20. Brady LJ, Gallaher DD, Busta FF The role of blind placebo-controlled study. Environtmen-
6. Rolfe, RD. The Role of Probiotic Culture in the probiotic cultures in the prevention of colon tal Health: A Global Access Science Source
Control of Gastrointestinal Health. J of Nutr. cancer. J Nutr. ;130(2S Suppl):410S-4S. 2005,4:25.
2000;130: 396S 402S. 21. OConnor A, Gisbert J, OMorain C. Treatment 32. Wolf BW, Wheeler K B, and Ataya DG. Safety
7. Guarner F, Khan AG, Garisch J. Et al. Probiotic of Helicobacter pylori Infection.. Helicobacter and Tolerance of Lactobacillus reuteri Sup-
and prebiotic. World Gastroenterology Orga- 2009. DOI: 10.1111/j.1523-5378.2009.00704.x. plementation to a Population Infected with
nisation Practice Guideline. May 2008. Accessed 12 December 2010. Available from the Human Imunodeciency Virus. Food and
8. Ishibashi N. Yamazaki S. Probiotics and Safety. url: http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/ Chemical Toxicology 1998:36:1085-94.
Am J Clin Nutr 2001; 73(suppl):465S 70S. j.1523-5378.2009.00704.x/full. 33. Young RJ, Huffman S. Probiotic use in children.
9. Probiotic. Accessed 8 December 2010. Availa- 22. Saggioro A, Caroli M, et al. Helicobacter pylori J Pediatr Health Care. 2003;17:277- 83.

68 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 68 12/29/2010 12:44:05 AM


PROFIL

Profil : DR. Dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM

Dokter Harus Lebih Menonjolkan


Tingginya Sifat Sosial

Orang tua adalah panutan bagi tugas, Iris mengikuti Program Konsul- Pengalaman adalah guru yang paling
anaknya. Semboyan ini yang dipakai tan Alergi Imunologi. baik, dan Iris sebagai dokter mem-
oleh Iis (panggilan sehari-hari beliau) punyai banyak pengalaman menarik
untuk mencapai cita-citanya setelah Ayah saya juga di Sub Bagian Alergi- misalnya ketika bertugas di RS Haji
melihat kedua orang tuanya yang Imunologi FKUI/RSCM, dan setiap hari Pondok Gede Jakarta,. Saya pernah
dokter, walaupun sempat bingung menggeluti penyakit Alergi; karena ditugaskan mencari seragam untuk
setelah tamat SMA. Setelah mengi- sudah terpapar, pada tahun 1994 saya karyawan RS Haji dan mencari model
kuti psikotes, akhirnya ada tiga pilihan: memutuskan untuk meneruskan ke bajunya. Saat itu juga saya banyak be-
kedokteran, arsitek dan ekonomi. Atas pendidikan Konsultan Alergi Imunolo- lajar untuk mendalami agama Islam.
saran orangtua saya pilih kedokteran, gi dan lulus tahun 2000, ujar dokter Sebelum bertugas berdoa dulu, dan
ujar Iris. yang hobynya mendengarkan musik sampai sekarang saya sangat terkesan
klasik ini. dengan teman-teman di RS Haji, ujar
Beliau diterima di FKUI tahun 1977, Iris. Pengalaman lain, beliau pernah
lulus dan mendapat gelar dokter di ta- Tidak puas sampai di situ, Iris terus ikut mendirikan dan menjabat Ketua
hun 1983. Di tahun 1984 beliau mengi- memperdalam ilmu Alergi dengan PKMRS RSHJ; mendirikan, mengem-
kuti wajib kerja sarjana (WKS). Ban- mengikuti program Doktor di Institut bangkan dan sebagai Penanggung
yak suka dan duka ketika mengikuti Pertanian Bogor tahun 2004 dan lulus Jawab Klinik Alergi RSHJ; mendirikan,
WKS di Puskesmas Kelurahan Cikokol tahun 2009. Saya meneliti alergi ser- mengembangkan dan sebagai Pen-
Kec. Mampang Prapatan, Jakarta Se- buk sari terhadap pernafasan manu- anggung Jawab Klinik Edukasi Dia-
latan, ujar Iris. Iris terpilih menjadi sia, ujar Iris. Judul tersebut diambil betes RSHJ, membentuk dan sebagai
Dokter Teladan se Jakarta Pusat pada karena beliau suka tanaman, selain itu Penanggung Jawab Kelompok Senam
tahun 1988. Menurut Iris bekerja se- kebetulan saat itu tidak ada yang mau Asma RSHJ dan Kelompok Senam Di-
bagai dokter Puskesmas janganlah meneliti serbuk sari : memang san- abetes RSHJ.
semaunya saja; datang harus tepat gat menantang selama 5 tahun saya
waktu dan seharusnya dokter bekerja mengambil S3, Sampai saat ini beliau aktif di bebera-
sebaik mungkin. Saya bekerja ses- pa organisasi, sebagai anggota IDI, se-
uai program Puskesmas, misalnya Dokter yang lahir di Jakarta 52 tahun bagai Pengurus Besar PAPDI, sebagai
pengobatan, penyuluhan, posyandu, yang lalu ini anak sulung dari tiga Pengurus Besar PERALMUNI, sebagai
dll. Dokter puskesmas yang santai se- adiknya yang semuanya dokter. Iris Pengurus Peralmuni Jaya dan sebagai
benarnya tidak ada, dan saya memak- mempunyai 4 orang anak, tidak se- Pengurus Dewan Asma Indonesia.
simalkan bekerja di Puskesmas seperti muanya ingin menjadi dokter. karena
bekerja di tempat lain, ujar Iris. saya mendidik anak sesuai dengan ke- Di akhir wawancara beliau berpe-
inginan anak, san, bahwa menjadi dokter baik apa-
Beliau kembali ke FKUI mengikuti bila bisa memberi kepuasan kepada
program pendidikan spesialis ilmu Iris dalam lima hari rutin setiap hari pasien. Sembuhnya pasien meru-
penyakit dalam tahun 1989 dan lulus berangkat pk. 6.00 dan sampai RSCM pakan suatu kepuasan buat saya dan
tahun 1994; kemudian diangkat men- pk. 7.00, kemudian keluar pk. 15.30 pasien. Walaupun penting, uang
jadi calon staf pengajar di Ilmu Penya- langsung ke tempat praktek. Saya bukan yang terutama; dokter harus
kit Dalam Sub Bag Alergi Imunologi berpraktek di dua tempat ujar Iris. menonjolkan lebih tingginya sifat/
FKUI/RSCM di tahun 1995. Setelah lu- Acara keluarga dilakukan di hari Sabtu fungsi sosial. Dengan menjadi dokter
lus Spesialis Ilmu Penyakit Dalam, Iris dan Minggu. Anak-anak saya sudah hubungan silaturahmi menjadi lebih
mengikuti program WKS ke 2 di Ru- besar, mereka mempunyai acara dan banyak, tutur Iris mengakhiri pembi-
mah Sakit Haji, Pondok Gede Jakarta sudah tahu tugasnya masing-masing, caraannya.  (REDAKSI)
Timur sampai tahun 1997. Sambil ber- tutur Iris.

| JANUARI - FEBRUARI 2011 69

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 69 12/30/2010 9:33:33 PM


LAPORAN KHUSUS

Simposium European Society for Medical Oncology


(ESMO) ke-35

B
ertempat di Milan, pada tang- Pada hari pertama pihak industri far- turun 11,8% (p<0,00001) dan mor-
gal 8 - 12 Oktober 2010, dilak- masi diberi kesempatan mempresen- talitas akibat Ca payudara turun 9,2%
sanakan kongres ESMO (Euro- tasikan temuan terbarunya / update (p<0,00001) dibanding kontrol. Terapi
pean Society for Medical Oncology) terapi. Selanjutnya, diisi oleh sesi tamoksifen pada pasien Ca payudara
ke-35. Kongres ini mencapai rekor pe- ilmiah yang terklasikasi menurut jenis stadium dini juga bermanfaat mengu-
serta terbanyak saat pembukaan, yaitu kanker. rangi insiden Ca payudara kontralat-
lebih dari 15.000 peserta. Selain itu, eral sebesar 2/1.000 pasien per tahun-
kongres ESMO kali ini menghadirkan Beberapa topik pilihan: nya.
lebih banyak pembicara, presentasi, Optimising Endocrine Treatment
dan pameran dibandingkan kongres of Breast Cancer, ATAC 10 Years Hasil penilaian 10 tahun penelitian
kongres sebelumnya. on ... John F Forbes, University of ATAC (Arimidex, Tamoxifen, Alone or
Newcastle, Australia in Combination) pada 6.241 pasien
Topik bahasan pada kongres ini cu- Terapi tamoksifen selama 5 tahun ber- menunjukkan superioritas anastrozole
kup luas, meliputi seluruh aspek terapi manfaat menurunkan rekurensi dan dibandingkan tamoksifen dalam hal
kanker (terutama terapi sistemik) dan mortalitas hingga 15 tahun dan mung- Disease-Free Survival (DFS) (33,7 vs
tentunya perkembangan hasil uji klinis kin lebih. Limabelas tahun setelah 30,2% untuk anastrozole, p=0,003), re-
obat baru yang menjanjikan. terapi tamoksifen dimulai, rekurensi kurensi (hazard ratio, 0,79; p=0,0002),

70 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 70 12/29/2010 12:44:07 AM


LAPORAN KHUSUS

time to distant recurrence (17,7 vs dengan perburukan fungsi kognitif kan dalam kombinasi umumnya gagal
15,1% untuk anastrozole, p=0,02) dan sedangkan letrozole dan exemestane meningkatkan harapan hidup.
insiden Ca payudara kontralateral (4,9 tidak.
vs 3,2% untuk anastrozole; p=0,003). Hasil uji klinis fase III perbandin-
Namun tidak terdapat perbedaan ber- Terapi dengan aromatase inhibi- gan regimen FOLFORINOX vs gem-
makna dalam hal mortalitas karena- tor relatif ditoleransi dengan baik, citabine menunjukkan peningkatan
semua-sebab dan mortalitas pasca-re- oleh karena itu direkomendasikan overall response rate (31,6 vs 9,4%;
kurensi. Pada analisis sub-kelompok, pada pasien usia lanjut, baik sebagai p=0,0001), median progression-free
manfaat anastrozole terutama terlihat terapi awal maupun terapi sekuensial survival lebih tinggi (6,4 vs 3,3 bulan;
nyata pada subkelompok pasien den- tamoksifen 2-3 tahun. p<0,0001), dan median overall surviv-
gan KGB (+), ER (+) dan PR (-), serta al (11,1 vs 6,8 bulan; p<0,0001) pada
belum pernah mendapat kemoterapi. Patient-Driven Treatment Strategies regimen FOLFORINOX. Namun efek
in Metastatic Colorectal Cancer samping hematologi dan non-hema-
Elderly Women with Breast Cancer: Cornelis Punt, Department of Medical tologi lebih sering terjadi.
Can They Handle More than They Oncology, Radboud University Nijme-
Get? Matti Aapro, IMO Genolier, gen Medical Centre, Netherlands Atas dasar hasil penelitian terse-
Switzerland but, FOLFORINOX dapat direkomen-
Bevacizumab sebagai terapi lini dasikan sebagai pilihan terapi standar
Populasi pasien kanker payudara pertama kanker kolorektal stadium baru untuk pasien kanker pankreas
umumnya berusia lanjut. Pada pasien metastatik menunjukkan manfaat metastatik. Regimen tersebut menu-
usia lanjut umumnya jenis kanker signikan pada 4 penelitian (kombi- rut rencana akan diuji sebagai terapi
payudara berstatus reseptor hormonal nasi dengan regimen IFL, 5-FU/LV, ajuvan.
positif. FOLFOX/CAPOX, dan capecitabine).
Kombinasi bevacizumab dengan FOL- Prolonging Chemotherapy until
Studi meta-analisis menunjuk- FOX/CAPOX meningkatkan perbaikan Disease Progression Improves Pro-
kan bahwa tamoksifen sangat efek- progression-free survival (hazard ratio gression-Free and Overall Survival
tif pada populasi pasien usia lanjut. 0,83 ;p=0,0023). in MBC: Results of A Systematic Re-
Terapi endokrin pada populasi usia view Alessandra Gennari, Depart-
lanjut menunjukkan perbedaan prol Hasil uji klinis fase III manfaat tera- ment of Health Sciences, University of
efek samping : Hot ashes lebih ser- pi pemeliharaan dengan bevacizumab Genoa, Italy
ing jika mendapat tamoksifen namun masih inkonklusif. Uji klinis prospektif
gejala muskuloskeletal lebih sering observasional (BRITE trial) mengung- Hasil meta-analisis dari 11 uji
terjadi dengan aromatase inhibitor. kapkan bahwa terapi pemeliharaan klinis menunjukkan superioritas pro-
Perdarahan pervaginam maupun kelu- bevacizumab meningkatkan harapan gression-free survival pada kelompok
han sekret vagina lebih sering terjadi hidup median (median overall survival pasien yang mendapat siklus kemot-
dengan tamoksifen. tanpa terapi : 3,6 bulan, tanpa bevaci- erapi lebih banyak dibandingkan lebih
zumab : 9,5 bulan, dengan bevacizum- sedikit - hazard ratio 0,64 (95% CI, 0,55
Masalah terapi pada pasien usia ab 19,2 bulan; p<0,001) ; dilakukan 0,76). Demikian pula dalam hal hara-
lanjut adalah perlu dipertimbangkan- uji klinis prospektif (TML study) untuk pan hidup, ditemukan lebih baik pada
nya penyakit penyerta : mengkonrmasi hal tersebut. kelompok pasien yang mendapat sik-
lus kemoterapi lebih banyak - hazard
o Terapi aromatase inhibitor ber- Randomized Phase III Trial Compar- ratio 0,91 (95% CI, 0,84 0,99).
hubungan dengan peningkatan risiko ing FOLFORINOX vs Gemcitabine as
osteoporosis sedangkan tamoksifen First-Line Treatment for Metastatic Pemberian kemoterapi yang lebih
terlihat sedikit memiliki efek protektif. Pancreatic Adenocarcinoma: Prodi- lama berhubungan dengan penu-
Namun densitas tulang akan kembali ge 4 - ACCORD 11/0402 trial : Fi- runan risiko progresif sebesar 36% dan
normal jika terapi dihentikan. nal Results F. Desseigne, FNCLCC- penurunan risiko mortalitas sebesar
FFCD Prodige Group, Lyon, France 9%. Manfaat pemberian kemoterapi
o Tamoksifen memiliki efek positif yang lebih lama tergantung dari saat
terhadap kadar kolesterol namun ber- Adenokarsinoma duktus pankreas randomisasi, jenis kemoterapi pe-
hubungan dengan peningkatan risiko stadium metastatik hingga kini diang- meliharaan, lamanya kelompok yang
tromboemboli. Sedangkan terapi aro- gap tidak dapat disembuhkan dan mendapat siklus kemoterapi lebih
matase inhibitor tidak berhubungan hanya tersedia sedikit pilihan terapi. singkat, dan terapi endokrin bersa-
dengan kejadian tromboemboli. Gemcitabine sebagai terapi tunggal maan.  (LHS)
standar memberikan harapan hidup
o Tamoksifen terlihat berhubungan median selama 6-7 bulan. Sedang-

| JANUARI - FEBRUARI 2011 71

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 71 12/29/2010 12:44:08 AM


LAPORAN KHUSUS

tuk osteoporosis dan penyakit Paget;


PITNAS VI PEROSI tahun lalu pada percobaan kultur sel
Malang, 14-16 Oktober 2010 kanker dibuktikan bahwa risedronat
secara langsung dapat menghambat

P
ertemuan Ilmiah Tahunan Nasi- an tulang akibat komplikasi penyakit diferensiasi osteoklas dan mempunyai
onal Perhimpunan Osteoporo- ginjal kronik. Kelainan tersebut dapat efek antikanker.
sis Indonesia (PITNAS VI PERO- berupa : osteitis brosa, osteomalacia Berdasarkan hasil uji klinik, acak, den-
SI) diadakan di Hotel Santika Malang akibat intoksikasi aluminium, mixed gan kontrol plasebo, penggunaan zole-
pada 14 -16 Oktober 2010, dibuka renal osteodystrophy dll. dronat dan risedronat selama 3 dan 4
oleh Prof Dr. Errol U. Hutagalung, SpB, Kelainan ini umumnya tanpa gejala tahun menurunkan kejadian fraktur
SpOT-K sebagai ketua PEROSI. atau asimtomatik; keluhan dapat ber- pada masa terapi 6 12 bulan pertama.
Bertemakan Stand Tall, Speak Out upa : pruritus, nyeri tulang, miopati, Untuk risedronat efek ini dipertahankan
for your bones , menurut ketua kelemahan otot, kalsikasi ekstraske- selama 5 tahun, bahkan 7 tahun.
panitia Dr. BP Putra Suryana, SpPD-KR letal, fraktur dan ruptur tendon. Penggunaan alendronat sampai 10 ta-
simposium ini dihadiri oleh sekitar 250 Upaya yang dilakukan : diit rendah fos- hun dan risedronat 8 tahun, dapat di-
peserta dari Malang dan sekitarnya. fat, pemberian kalsium oral,calcitriol, toleransi dengan baik dan cukup aman.
Para pembicara membahas aspek os- phosphate binder, low calcium dialy-
teoporosis ditinjau dari berbagai bi- sate, kontrol asidosis, paratiroidektomi. The role of phytoestrogen for
dang ilmu kedokteran, serta pengena- treatment of osteoporosis - Prof
lan beberapa obat baru yang terkait Peran bisfosfonat untuk osteoporo- Dr. Ichramsjah A Rahman, SpOG-K
dengan osteoporosis. sis - Dr. Suharti K Suherman, SpFK (FKUI, Jakarta)
(Farmakologi & Terapeutik FKUI Phytoestrogen terdiri dari beberapa
Plenary Lecture Jakarta) komponen : avonoid (isoavone),
Interaksi Tulang dan Sistim Imun - Bisfosfonat telah lama dan luas digu- lignan, coumestan, dll; bahan aktif
Prof. Dr. Handono Kalim, SpPD-KR nakan untuk osteoporosis karena akan isoavon adalah : genestein, daidzein,
(FK Unibraw, Malang) terakumulasi di tulang dan dilepaskan formonetin, biochanin, glycetein.
Kaitan antara gangguan metabolisme sedikit demi sedikit sampai beberapa Menurut hasil penelitian beliau,
tulang dalam hal ini osteoporosis den- bulan bahkan beberapa tahun setelah Genestein dan vitamin K + Kalsium
gan berbagai penyakit radang me- terapi dihentikan. + vitamin D serta weight bearing ex-
nahun telah lama dilaporkan. Banyak Pada masa kini dapat dikatakan bahwa ercise (WBE) merupakan pengobatan
penelitian menunjukkan peningkatan bisfosfonat merupakan golongan obat yang baik untuk osteoporosis jika
risiko osteoporosis pada pasien ra- penghambat resorpsi tulang yang pal- pasien tidak mendapat HRT.
dang usus (inammatory bowel dis- ing penting melalui efeknya pada os-
ease), rematik autoimun ( SLE, artritis teoklas, dan juga berperan penting Prophylaxis antibiotics in osteopo-
rheumatoid, ankylosing spondylitis dalam penanggulangan kanker payu- rosis fracture surgery - Dr. Thomas
dll), penyakit hati, paru menahun serta dara dengan metastasis tulang. CJ Huwae, SpOT ( FK Unibraw,
aterosklerosis. Makin banyak bukti bahwa bisfosfonat Malang)
Telah ditemukan banyak persamaan juga mempunyai aktivitas langsung Prolaksis antiobiotik digunakan kar-
antara sel-sel tulang dengan sistem sebagai anti tumor terhadap berbagai ena tingginya infeksi. Pada pembe-
imun, baik asal-usulnya, sifat, serta cell lines kanker. dahan bersih (clean surgery), infeksi
mediator yang berperan. Klasikasi berdasarkan potensi anti- tetap terjadi pada 1,5% di antara
Sel-sel yang berkaitan dengan osteo- resoprsi : 47.000 kasus. Infeksi tempat pembe-
blast mempengaruhi perkembangan 1. Bisfosfonat generasi I : Klodronat, dahan kadang disebabkan oleh infeksi
sel punca (stem cell) hematopoietik etindronat, tiludronat dengan po- nosokomial. Prolaksis diharapkan da-
menjadi sel darah dan sel imun. tensi lemah pat menurunkan morbiditas dan mor-
Osteoklas terbukti berasal dari sel in- 2. Bisfosfonat generasi II : Alen- talitas, khususnya pada bedah tulang
duk yang sama dengan sel prekursor dronat, pamidronat dengan po- dan sendi.
myeloid yang berkembang menjadi tensi 10-100 kali lebih besar dari Antibiotik prolaksis pilihan pertama
makrofag dan sel dendrit. generasi I adalah Cefazolin, sefalosporin gen-
Sel-sel imun juga mampu berkem- 3. Bisfosfonat generasi III : Rise- erasi I, dan Cefuroksim, sefalosporin
bang menjadi osteoklas. dronat, ibandronat dan zoledronat generasi II.
dengan potensi sampai 10.000 kali Beberapa perusahaan farmasi turut
Kelainan tulang pada penyakit lebih besar dari generasi I mendukung dan berpartisipasi dalam
ginjal kronik (renal osteodystrophy) Risedronat adalah bisfosfonat gen- acara ini, antara lain : Kalbe Farma,
- Dr. Atma Gunawan (Divisi Ginjal & erasi III, potensi anti resorpsinya cu- Phapros, Sano Aventis, Roche, Pzer,
Hipertensi FK Unibraw Malang) kup kuat, umumnya diberikan per oral. Novartis, Merck, Interbat, Fahrenheit,
Renal osteodystrophy adalah kelain- Preparat ini telah luas digunakan un- Guardian Pharmatama dll.  (IWA)

72 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 72 12/30/2010 11:22:01 AM


LAPORAN KHUSUS

Asia Pacic Dental Student Association (APDSA)

A
PDSA atau Asia Pacic Dental Tahun ini 2 tim peneliti mahasiswa Keberhasilan tim FKG Universitas
Student Association merupa- FKG Universitas Trisakti mengikuti Trisakti ini tidak luput dari bantuan
kan acara yang diselenggara- SRC, 1 tim pada kategori OP dan 1 tim beberapa dosen khususnya Prof.
kan setiap tahun dan diikuti hampir lainnya pada kategori PP. Kompetisi ini Janti Sudiono, yang ikut membantu
lebih dari 12 negara Asia Pasik de- juga diikuti oleh beberapa universitas melakukan penelitian di kampus, dan
ngan beberapa universitas dari tiap di Indonesia lainnya : Universitas Indo- Prof. Ferry Sandra di SCI.
negara. Acara ini sudah berlangsung nesia (UI) 1 tim, Universitas Airlangga
selama 37 tahun, diselenggarakan di (UNAIR) 4 tim, Universitas Gajah Mada Penelitian ini menelaah efek tanaman
negara yang berbeda. Dua tahun lalu, (UGM) 1 tim dan Universitas Padjad- cangkring (Erythrina fusca) yang se-
Indonesia menjadi tuan rumah, dan ta- jaran (UNPAD) 2 tim. Tim penelitian ring dijumpai di pinggir jalan; terlihat
hun ini, tahun yang ke-37, APDSA di- mahasiswa FKG Universitas Trisakti di- adanya efek penghambatan Erythrina
selenggarakan di Tokyo, Jepang pada wakili oleh Timotius A. Kadrianto (FKG fusca terhadap pertumbuhan bakteri
tanggal 16-21 Agustus 2010. 2007), Nadya S. Halim (FKG 2007) dan Porphyromonas gingivalis yang sering
Melinia (FKG 2007). berhasil mewakili menyebabkan penyakit rongga mulut.
Acara-acara APDSA terdiri dari Scienti- Indonesia sebagai juara III, dengan Penemuan ini diharapkan dapat dilan-
c Research Competition (SRC), Lec- penelitian Bactericidal and Cyto- jutkan agar dapat dihasilkan sesuatu
ture, Hospital Visit, City Tour dan Cultu- toxic Effects of Erythrina fusca Leaves yang dapat langsung digunakan oleh
ral Night. Adapun SRC dibagi menjadi Aquadest Extract. Juara I ditempati masyarakat.
2 kategori, yaitu Oral Presentation (OP) oleh Taiwan dan Hong Kong pada
dan Poster Presentation (PP). juara II.  (Timotius)

| JANUARI - FEBRUARI 2011 73

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 73 12/29/2010 12:44:09 AM


INFO PRODUK

Cadexomer Iodine untuk Penyembuhan Luka Kronik


Luka merupakan kondisi yang sering Gizi buruk akan memperlambat pasien yang diterapi dressing standar
ditemukan dan dapat dialami oleh penyembuhan karena kekurang- beralih ke cadexomer iodine, sedang-
hampir semua orang; dapat digolong- an vitamin, mineral, protein dan kan pada kelompok cadexomer io-
kan menjadi: zat-zat lain yang diperlukan dalam dine, hanya 3 pasien yang beralih ke
a. Luka akut : luka baru terjadi yang proses penyembuhan luka. dressing standard (p<0,02).
dapat sembuh sesuai dengan Penyakit yang Mendasari
lama fase penyembuhan normal Luka pada penderita diabetes tidak INDIKASI
(lama penyembuhan luka dapat terkontrol biasanya sulit sembuh Terapi topikal luka kronik dan bereksu-
diperkirakan) atau bahkan dapat memburuk. dat; dapat digunakan bersama terapi
Contoh : abrasi, laserasi, luka ope- Merokok kompresi, juga boleh digunakan pada
rasi tanpa komplikasi, dll. Asap rokok merusak broblas se- luka terinfeksi, tetapi infeksi harus di-
b. Luka kronik : luka lama karena hingga memperlambat proses pe- terapi sesuai protokol klinis setempat.
proses penyembuhan yang ga- nyembuhan luka.
gal atau luka yang sering kambuh Stres CARA APLIKASI
(waktu penyembuhan luka tidak Stres yang berlangsung lama juga Setelah luka dicuci, cadexomer io-
dapat diperkirakan) akan menghambat penyembuhan dine diaplikasikan di permukaan luka
Contoh : ulkus diabetik, ulkus luka. hingga membentuk lapisan setebal 3
dekubitus, ulkus akibat gangguan Obat-obatan mm, yang sesuai bentuk luka. Kemu-
vaskular, dll. Penggunaan steroid atau imuno- dian luka ditutup dengan dressing
supresan jangka panjang dapat sekunder yang sesuai.
Penyembuhan luka tergantung dari menurunkan daya tahan tubuh
beberapa faktor, antara lain : yang dapat menghambat pe- Cadexomer iodine harus diganti jika
Kebersihan Luka nyembuhan luka. telah jenuh oleh cairan luka dan se-
Benda asing, kotoran atau jaring- mua iodine telah dilepaskan; ditandai
an nekrotik dapat menghambat MEKANISME KERJA CADEXOMER dari memudarnya warna gel menjadi
penyembuhan luka. IODINE putih kekuningan, biasanya 2-3 kali
Eksudat Cadexomer iodine merupakan butiran seminggu. Jika cairan luka banyak,
Merupakan cairan yang keluar dari mikro kanji yang dimodikasi berisi diperlukan penggantian setiap hari.
luka mengandung berbagai sub- iodine 0,9% ; dapat menghilangkan Dressing dapat dibasahi dengan laru-
stansi seperti air, elektrolit, nutrisi, eksudat yang berlebihan dan slough tan salin sebelum diangkat dari luka.
sel mediator inamasi, leukosit, dari dasar luka. Eksudat, slough, dan
protease, dll. kotoran diserap sehingga cadexomer KONTRAINDIKASI
Dalam jumah sedikit, eksudat membengkak, memecah ikatan silang 1. Tidak dapat digunakan pada ja-
bermanfaat menjaga lingkungan dan akhirnya melepaskan kandungan ringan nekrotik kering, atau pada
yang optimal bagi penyembuhan iodine secara perlahan (lepas lambat); pasien yang sensitif terhadap io-
dan menenangkan (soothing ef- memberikan efek antimikroba lebih dine atau komponen lain dalam
fect) ujung saraf yang terpapar panjang (hingga 72 jam). produk ini.
sehingga membantu mengurangi 2. Tidak digunakan pada anak-anak,
nyeri. Tetapi jika berlebihan, da- Cadexomer iodine akan berubah ibu hamil atau menyusui, serta
pat meningkatkan risiko infeksi menjadi gel lembut yang dapat me- pada pasien dengan kelainan gin-
dan maserasi kulit di sekitar luka. lembapkan luka; juga dapat memban- jal atau gangguan tiroid.
Infeksi tu mengurangi bau luka.
Infeksi tidak hanya menghambat PERINGATAN DAN PERHATIAN
penyembuhan, tetapi juga dapat Suatu studi acak dilakukan dengan Aplikasi tunggal cadexomer iodine
menambah ukuran luka. kontrol plasebo pada 59 pasien ulkus tidak boleh melebihi 50 g dan tidak
Usia vena kronik, antara cadexomer iodine lebih dari 150 g dalam satu minggu.
Makin lanjut usia, luka makin lama (n=30) atau dressing standar/kasa steril Lama terapi jangan melebihi 3 bulan.
sembuh karena respons sel dalam (n=29) selama 24 minggu atau sampai
proses penyembuhan luka akan sembuh. Kedua terapi sangat efektif EFEK SAMPING
lebih lambat. tetapi pertumbuhan epitel lebih ce- Iritasi, kemerahan, eksema, edema
Gangguan Suplai Nutrisi dan pat secara bermakna pada kelompok dan alergi. Sekitar 5% pasien menga-
Oksigen pada Luka cadexomer iodine (p<0,001). Pada lami nyeri sementara dalam 1 jam per-
Status Gizi pertengahan studi (minggu ke-12), 13 tama setelah aplikasi.  (EKM)

| JANUARI - FEBRUARI 2011 75

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 75 12/30/2010 9:33:42 PM


AGENDA

KALENDER ACARA BULAN JANUARI - MARET 2011

 JANUARI PIT XXII IKABDI 2011 : Advance Management in


Hepato Pancreatico Biliary
Current Management in The Most Common
Encountered Clinical Problems Tanggal: 11 13 Februari 2011
Tempat: Siloam Karawaci Hospital & UPH, Tangerang,
Tanggal: 15 16 Januari 2011
Banten
Tempat: Auditorium II FK Universitas Gadjah Mada,
Kalangan: Dokter bedah, dokter spesialis
Yogyakarta
Sekretariat: Pharma Pro
Kalangan: Dokter
Phone: +62-21-55798927
Sekretariat: FK UGM Yogyakarta
Fax: +62-21-55798927
Phone: 081804365967
Email: pitikabdi22@pharma-pro.com
Email:clinicalupdates2011.fkugm@gmail.com
Contact Person: Dr. Artetha Mutiara
URL: http://clinicalupdates2011.wordpress.com
 MARET

3rd National Scientic Meeting Anesthesia & Co- 7th JIFESS Course & Indonesian Rhinology Conference
Existing Disease 2011 2011
Tanggal: 20 22 Januari 2011 Tanggal: 10 1- 13 Maret 2011
Tempat: Hotel Aston Primera Pasteur Bandung, Jawa Tempat: Hotel Hyatt Jakarta
Barat Kalangan: Dokter umum, dokter spesialis, dan residen
Kalangan: Intensivis, dokter spesialis Sekretariat: FK Universitas Indonesia Jakarta
Sekretariat: GEO Convex Phone: +62-8129627199 ; +62899970282
Phone: 022-2038285, 2034853 ext 3221 Fax.: +62-21- 3912144 / 3914154
Fax: 022-2038306 /0815.6104952 Email: retno wardani@yahoo.com ; hanjar rahmawati@
Contact Person: Ibu Tini yahoo.com
URL: www.geoconvex.com

Pertemuan Ilmiah Tahunan FETOMATERNAL XII, 2011

 FEBRUARI Tanggal: 7 9 Maret 2011


Tempat: Hotel Clarion Makassar, Sulawesi Selatan
Looking the Past & Facing the Future: Toward Better
Management in Neuro Infection Kalangan: Dokter
Sekretariat: Bag/SMF Obstetri & Ginekologi FK UNHAS /
Tanggal: 11 12 Februari 2011 RS. Dr. Wahidin Sudirohosodo
Tempat: The Ritz-Carlton (Mega Kuningan) Jakarta Jl Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea Makassar
Kalangan: Dokter 90245
Sekretariat: Departemen Neurologi FKUI/ RSUPN Dr. Phone: 0411-585859
Cipto Mangunkusumo Jakarta Fax: 0411-585688
Phone: 021-3149424; 3904827 Email: pit12fetomks@yahoo.com
Email: sekretariatperdossijaya.org Contact Person: Ketty, Marce Pasambe, Hanna
URL: www.perdossijaya.org URL: http://pit12fetomks.com

1. Informasi ini sesuai pada saat dicetak. Apabila ingin mengetahui lebih lanjut, silakan akses http://www.kalbe.co.id/calendar
2. Jika kegiatan ilmiah Anda ingin dipublikasikan, kirim pemberitahuannya ke cdk.redaksi@yahoo.co.id

| JANUARI - FEBRUARI 2011 77

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 77 12/30/2010 11:18:59 AM


RPPIK

RUANG PENYEGAR DAN PENAMBAH ILMU KEDOKTERAN


Dapatkah sejawat menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini?

Jawablah B jika benar, S jika salah

Manajemen Hipertensi Terapi Diabetes Mellitus


Dengan Penyulit Proteinuria
Sany Rahmawansa Siswardana Vincea Eko

1. Pada kebanyakan penderitanya, hipertensi akan 1. Di dalam masyarakat, lebih banyak ditemukan Dia-
menimbulkan keluhan. betes Melitus (DM) tipe 1.

2. Salah satu temuan hemodinamik pada hipertensi 2. Hiperglikemi dapat meningkatkan risiko trombosis.
ialah peningkatan cardiac output.
3. Pada DM tipe 2 ditemukan penurunan respon jarin-
3. Penderita hipertensi dengan denyut jantung yang gan terhadap insulin.
lebih tinggi, risiko mortaliasnya lebih tinggi.
4. Kadar gula darah antara lain dipengaruhi oleh glu-
4. Proteinuri dapat ditemukan pada individu sehat. koneogenesis.

5. Proteinuri masif adalah jika kadar protein dalam 5. Glukosa akan disimpan dalam bentuk glikogen di
urin > 3500 mg/hari. jaringan adiposa.

6. Proteinuri dikatakan persisten jika menetap lebih 6. Selain insulin, hormon incretin juga berperan dalam
dari 1 bulan. metabolisme glukosa.

7. Jika ditemukan proteinuri, target tekanan darah 7. Hormon incretin juga disekresi oleh sel beta Langer-
ialah < 130/80 mmHg. hans.

8. Pada hipertensi terkontrol, follow-up dilakukan 8. Hiperglikemi dengan ketoasidosis harus diatasi
setidaknya tiap 3 bulan. dengan pemberian insulin.

9. Diet rendah garam ialah jika kadar garam 2.4 g/ 9. Vildagliptin bekerja merangsang pengeluaran insu-
hari. lin dari sel beta Langerhans.

10. Obat antihipertensi yang terbukti renoprotektif 10. Vildagliptin digunakan sebagai obat tunggal ; tidak
antara lain golongan C-channel blockers. dikombinasi dengan obat antidiabetes lain.

10.B 9.S 8.S 7.B 6.S 5.B 4.B 3.B 2.S JAWABAN : 1.S 10.S 9.B 8.B 7.S 6.B 5.S 4.B 3.B 2.B JAWABAN : 1.S

78 | JANUARI - FEBRUARI 2011

Layout CDK Edisi 182 Januari 2011 oDRk.indd 78 12/30/2010 11:19:22 AM

Anda mungkin juga menyukai