Anda di halaman 1dari 13

OPTIMASI

PLTU
KELOMPOK 5
1. Ilham Dwi Atmadja 3. Nadiyah Nurul Aini
2. Muhammad Iqbal Syahputera 4. Yudha Muhamad Fauzi
Kelompok 5 / Kelompok Penerbang Roket 3. Target EAF dengan PLN sebesar 85%, sering tidak terpenuhi,
karena rata-rata pencapaian hanya 80% dalam beberapa tahun
Case : belakangan akibat :
Perusahaan dimana anda akan bekerja memiliki pembangkit yang sudah 8 Cukup tingginya gangguan
tahun beroperasi dengan kapasitas 2 x 600 MW di pulau Jawa. Berdasarkan Cukup lamanya perbaikan gangguan
laporan tahunan pembangkit, kondisi saat ini telah terjadi perubahan Sering mundurnya jadual penyelesaian pemeliharaan
performance mesin pembangkit dibandingkan dengan data delapan tahun Kualitas batubara yang masuk juga tidak sesuai yang
sebelumnya, khususnya tentang : diharapkan
1. Heat Rate pembangkit, terjadi kenaikan sebesar 380 kCal/kWh, Bahan Perimbangan :
dibanding base line sebesar ( 2342 kCal/kWh ), yang diambil dari
data heat rate komisioning delapan tahun yang lalu. 1. Dari sisi kualitas dan kuantitas bahan bakar
2. Dari sisi permasalahan Effsiensi
2. EFOR yang selalu direncanakan dan diperjanjikan sebesar 1,5% 3. Dari sisi Kualitas peralatan yang terpasang atas dasar frequency
kepada PLN P3B , ternyata realisasi selama tiga tahun belakangan gangguan
rata-rata hanya mencapai 3 %. 4. Dari sisi kesiapan material, tools.

Data Unit
Item Nilai Real Nilai Standar Satuan
Kapasitas 600000 kW
EFOR Real 3 1,5 %
Heatrate Real 2722 2342 kCal/kWh
Efisiensi Real 31,59 36,72 %
Kualitas Batu Bara 4200 5000 kCal/kg
Harga Batu Bara 42,71 50,82 US $ / Ton
Konsumsi Bahan Bakar / SFC 0,645 0,476 Kg/kWh
Rekomendasi Pengembalian Performance
Sektor Kualitas dan Kuantitas Bahan Bakar
Diketahui bahwa Nilai Kalori Batu Bara yang digunakan saat ini adalah 4200 [kCal/kg], Sedangkan kinerja pembakaran boiler membutuhkan Nilai Kalori 5000
[kCal/kg], ini membutikan bahwa Nilai Kalori Batu Bara yang digunakan dalam pembakaran di bawah standar kerja pada boiler. Nilai Kalori Batu Bara yang
digunakan di bawah standar kerja pada boiler akan berdampak terhadap unjuk kerja operasi pembangkit tenaga listrik. Ini dapat dibuktikan pada contoh
perhitungan di bawah ini:

Nilai Kalori Batu Bara 4200 [kCal/kg]


Dimana 1 kWh = 859.8 kCal, atau 1 kW =859.8 kCal/h
Banyak panas yang diperlukan oleh 600 MW 600000 [kW] x 860 [kCal/h] 515.880.000 [kCal/h]
Bila Thermal Efficiency adalah rata 31,59%, maka panas yang diperlukan 515.880.000 [kCal/h] x 3,17 1.633.048.433 [kCal/h]
Bila unit mengkonsumsi batubara dengan nilai kalor 4.200 [kCal/kg]
Kebutuhan Batu Bara 388.821 [kg/jam]
Atau Kebutuhan Batu Bara per hari 9.332 [ton/hari]
Bila unit beroperasi dengan CF rata-rata perhari adalah 80%
Real Kebutuhan Batu Bara per hari 7.465 [ton/hari]
Atau kebutuhan batubara per tahun 2.724.858 [ton/tahun]
Bila Kandungan Abu yang terdapat pada batu bara yang akan digunakan sebesar 7 %
Real Kebutuhan Batu Bara per tahun 2.915.598,01 [ton/tahun]
Banyak Abu yang harus di handle 190.740,01 [ton/tahun]

Nilai Kalori Batu Bara 5000 [kCal/kg]


Dimana 1 kWh = 859.8 kCal, atau 1 kW =859.8 kCal/h
Banyak panas yang diperlukan oleh 600 MW 600000 [kW] x 860 [kCal/h] 515.880.000 [kCal/h]
Bila Thermal Efficiency adalah rata 31,59%, maka panas yang diperlukan 515.880.000 [kCal/h] x 2,72 1.404.901.961 [kCal/h]
Bila unit mengkonsumsi batubara dengan nilai kalor 5000 [kCal/kg]
Kebutuhan Batu Bara 280.980 [kg/jam]
Atau Kebutuhan Batu Bara per hari 6.744 [ton/hari]
Bila unit beroperasi dengan CF rata-rata perhari adalah 80%
Real Kebutuhan Batu Bara per hari 5.395 [ton/hari]
Atau kebutuhan batubara per tahun 1.969.111 [ton/tahun]
Bila Kandungan Abu yang terdapat pada batu bara yang akan digunakan sebesar 7 %
Real Kebutuhan Batu Bara per tahun 2.106.948,33 [ton/tahun]
Banyak Abu yang harus di handle 137.837,33 [ton/tahun]

Berdasarkan kedua perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menurunnya nilai kalori pada batu bara bisa menyebabkan konsumsi bahan bakar
yang meningkat serta kadar abu yang lebih banyak dihandle. Karena nilai kalori 4200 [kCal/kg] memiliki total moisture yang lebih besar berkisar 30% - 34%,
serta kadar sulfur yang lebih tinggi pula. Sementara total moisture yang tinggi dan kadar sulfur yang tinggi akan berdampak pada unjuk kerja pengoperasian
pembangkit seperti heat rate ( fuel flow rate ), kebutuhan power untuk memanaskan batubara di dalam mill. Disamping itu Batubara moisture tinggi juga
berdampak kepada fuel handling SYSTEM. Sedangkan kadar sulfur yang terlalu tinggi, diatas 0,9 %, maka akan sangat ada potensi terjadinya korosi pada hot
path gas, terutama pada air heater, sehingga suatu saat kemampuan heat transfer air heater akan menurun dan efisiensi juga turun.

Dalam rangka pengembalian kinerja unit dari segi Kualitas dan Kuantitas Bahan Bakar dapat ditinjau Nilai Kalori Bahan Bakar yang dipakai (dalam hal ini batu
bara), maka dapat dilakukan

1. Blending Batu Bara


Blending batu bara yaitu dimana batubara yang kadarnya lebih tinggi dicampur dengan kadar yang lebih rendah agar diperoleh spek yang diinginkan
secara homogen. Blending batubara ini dapat dilakukan di stocpile pembangkit maupun stockpile yang dekat dengan tambang.

Jenis Batu Bara


Uraian
Pemakaian Batu Bara Saat ini Batu Bara Kualitas Tinggi Hasil Akhir
Nilai Kalori [kCal/kg] 4200 5500 5000,8
Rasio Blending 0,384 0,616 1

Adapun cara penyusunan pelapisan dapat dilakukan dengan 3 cara, yakni:

a) Pelapisan Chevron
b) Pelapisan Windrow
c) Pelapisan Chevron dan Windrow
2. Coal Drying di Sisi Pembangkit
Coal drying ini dilakukan untuk mengurangi kadar moisture/air yang terkandung pada batubara. Coal drying menggunakan gas buang/ exhaust steam.

Sektor Efisiensi Unit Pembangkit


Pada pembangkit listrik tenaga uap, beberapa faktor yang cukup mempengaruhi efisiensi unit adalah boiler, turbin uap, dan generator. Hal, ini dikarenakan
perubahan energi paling besar terjadi pada komponen tersebut. Penurunan efisiensi bisa seperti : penurunan kerja turbin, konsumsi bahan bakar meningkat.
Berikut permasalahan yang perlu diperhatikan dari sisi efisiensi :

PERMASALAHAN KOMPONEN PENYEBAB REKOMENDASI


Penurunan Effisiensi Boiler Bahan bakar yang digunakan memiliki Melakukan blending antara batubara yang
nilai kalori yang rendah yaitu sebesar memiliki nilai kalori yang rendah dengan
4200 [kcal/kg] nilai kalori yang lebih tinggi.
Konsumsi bahan bakar semakin banyak Meningkatkan kinerja pada sisi Water
dikarenakan rendahnya kualitas bahan Treatment Plant untuk meningkatkan
bakar yang digunakan kualitas makeup water.
Konduktifitas thermal make up water Melakukan Over Haul terhadap boiler untuk
memiliki nilai yang rendah. membersihkan bagian dalam dari kotoran
Terjadi pengerakan pada burner yang yang ada sebelum melewati jam operasi.
menyebabkan pembakaran tidak
sempurna.
Kerak pada tube diboiler.

Turbin Terjadi leakage pada steam turbin. Membersihkan kondesor serta menutup
Vakum kondensor menurun. tube kondensor jika ada kebocoran.
Pengikisan pada sudu turbin. Memperbaiki oil suplai untuk pelumasan
Penurunan kerja pompa pelumas turbin.
menuju turbin. Melakukan perbaikan pada kebocoran yang
terjadi pada steam turbin serta perbaik
pada sudu turbin yang rusak.
Condensor Tube pada kondensor kotor Melakukan pembersihan pada kondensor.
Banyak biota laut yang berkembang Peningkatan penginjeksian klorin.
pada kondensor. Melakukan penginjeksian ferrous atau
Terjadi kebocoran pada kondensor menutup tube kondensor yang
diindikasikan mengalami kebocoran.

Sektor Kualitas Peralatan yang Terpasang Terhadap Frekwensi Gangguan


Untuk mengetahui frekwensi atau seringnya peraltan mengalami gangguan kita dapat meninjau Periode Kerja Unit serta Data Pembebanan selama satu tahun

Periode Kerja Unit

Item Jumlah Satuan Jumlah Satuan


Available Hours 8492 Jam 8630 Jam
Equivalent Seasonal Derated Hours 0 jam 0 jam Nilai
Equvalent Maintenance Derated Hours 108 jam 100 jam Improvement
Equivalent Forced Derated Hours 130 jam 20 jam
Equivalent Planned Derated Hours 30 jam 10 jam

Data Pembebanan
Jumlah Satuan Nilai
Item Jumlah Satuan
600 MW Improvement
Beban Mampu 600 MW
550 MW
Beban Rata - Rata 480 MW
Keandalan Unit

Item Penjelasan Nilai Real Standar PLN Nilai Improvement


Realibility Tingkat Seringnya Unit Mengalami Gangguan EFOR 3,03% 1,50% 1,47%
Availability Tingkat Ketersediaan / Kesiapan Unit EAF 80,05% 85,00% 88,33%
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa nilai EFOR dari operasi pembangkit saat ini mencapai nilai 3,03 % sedangkan target harus dibawah 1,5 %. Maka dari itu
diperlukan Improvement Kualitas Peralatan serta sistem management material & tools untuk menekan periode Equvalent Maintenance Derated Hours, Equivalent
Forced Derated Hours, dan Equivalent Planned Derated Hours. Setelah melakukan Improvement proyeksi nilai EFOR dapat ditekan hingga bernilai 1,47 % maka
pembeban rata rata dapat ditingkatkan menjadi 550 MW. Dengan meningkatannya besar pembebanan rata rata ini akan meningkatkan nilai ketersediaan
pembangkit hingga mencapai nilai 88,33%

Road Map Rencana Improvisasi Unit Pembangkit PLTU


Dari skema proyeksi diatas kita dapat
1. Penurunan Temperature Gas Keluar
Keluaran Gas buang hasil pembakaran dapat dimanfaatkan kembali untuk udara bakar atau memanaskan udara bakar yang akan masuk untuk
meningkatkan kualitas pembakaran.

a) Pembersihan dan perbaikan air heater


Air heater berguna untuk menurunkan temperatur gas buang untuk menaikan temperature udara bakar yang masuk kedalam boiler. Membersihkan
air heater dari kerak serta perbaikan pada kebocoran yang ada sangat bermanfaat agar temperatur gas buang keluar tidak terlalu tinggi. Penggunaan
SCAH untuk menjaga performa air heater.

b) Penggunaan SCAH (Steam Coil Air Heater)


SCAH atau steam coil air heater adalah suatu alat yang digunakan untuk memanaskan udara bakar sebelum menuju atau masuk ke air heater (Pre
Air Heater) dengan tujuan agar perbedaan nilai temperatur udara masuk ke air heater dengan element air heater tidak terlalu tinggi hingga
menimbulkan kerak pada air heater yang mengakibatkan kurang maksimalnya kerja air heater.

2. Mengurangi kebocoran udara pada air pre heater


Air Preheater (APH) merupakan peralatan bantu dalam PLTU yang berfungsi sebagai pemanas awal udara baik udara primer (Primary air) maupun
sekunder (Secondary air), sampai ke tingkat temperatur tertentu sehingga dapat terjadi pembakaran optimal dalam boiler. Dalam prosesnya, Air
Preheater ini menggunakan gas buang (flue gas) hasil pembakaran di boiler sebagai sumber panasnya, kemudian mentransfer panas tersebut ke aliran
udara melalui elemen pemanas berputar (rotating heat exchanger).

Beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja suatu Air Preheater adalah temperatur inlet dan outlet gas buang pada Air Preheater dan komposisi
dari gas buang. Paramater ini diperlukan untuk memastikan bahwa pengukuran temperatur udara dan gas buang dapat mewakili rata-rata temperatur
yang terdapat pada saluran tersebut.

Saat operasi air heater, terdapat perbedaan tingkat tekanan aliran fluida(udara dan gas buang) yang melewati elemen pemanas saat rotor berputar.
Pada kondisi normal aliran udara memiliki tekanan yang lebih tinggi dari aliran gas sehingga akan terjadi kebocoran udara ke dalam saluran gas. Untuk
menurangi kebocoran udara pada air heater dilengkapi dengan sealing sistem yang terdiri dari:
Seal Radial
Seal radial dipasang pada tiap tiap diafragma rotor baik pada sisi hot end dan cold end. Seal ini diset dengan jarak tersebut akan dipertahankan
dengan menggerakkan sector plate mendekati rotor air heater sesuai dengan ekspansi rotor akibat perubahan temperature.

Seal Axial
Seal axial dipasang pada sisi luar dari rotor segaris dengan diafragma, memanjang dari sisi hot end ke cold end.

Seal By Pass
Seal by pass dipasang stasioner pada sudut ujung hot end dan cold end dengan T bars pada sisi luar dari rotor air heater. Fungsi seal ini untuk
membatasi aliran udara atau gas yang langsung melewati ruang kosong antara rotor danhousing tanpa melalui elemen panas.

Seal Rotor Post


Seal rotor post atau seal poros dipasang disekeliling ujung poros rotor air heater baik pada sisi cold end ataupun hot end.

Leakage Control System


Untuk mengurangi kebocoran pada sisi hot end, air heater dilengkapi dengan control otomatis penggerak sektor plate. Pada saat operasi, sektor
plate ini akan bergerak secara periodik menuju rotor untuk mengurangi gap antara sektor plate dan radial seal sehingga mengurangi area
kebocoran. Kebocoran tersebut terjadi karena adanya kenaikan temperatur yang tidak seimbang antara sisi hot end dan cold end sehingga ekspansi
rotor tidak merata. Hal ini meyebabkan rotor turun atau melebar kearah sisi cold end dan memperlebar gap antara seal radial dan sektor plate
sehingga memperbesar area kebocoran.

3. Memaksimalkan Temperature Air Masuk Boiler


Pemanasan awal terhadap air utama yang akan masuk kedalam boiler sangat penting untuk meningkatkan effisiensi, menurunkan penggunaan bahan
bakar pada boiler. Ketika air utama sudah memiliki temperature yang cukup tinggi saat masuk kedalam boiler maka perubahan fasa akan cepat terjadi.

a) Penggunaan dan Pembersihan Feed Water Heater


Feedwater Heater merupakan pemanas awal air utama (makeup water) yang memanfaatkan panas dari ekstraksi uap turbin HP, IP, dan LP. Dengan
menggunakan beberapa tingkat pada Feedwater heater air utama sebelum masuk boiler akan meningkat. Pembersihan dan perawatan pada
feedwater heater juga diperlukan terutama pada tube tube didalam feedwater heater agar proses heat transfer antara uap ekstraksi dengan air
utama dapat terjadi dengan maksimal.
b) Uap ekstraksi untuk feedwater heater
Uap ekstraksi adalah uap yang digunakan untuk memanaskan air utama yang melewati feedwater heater. Dengan menggunakan uap ekstraksi
turbin yang sesuai untuk memanaskan air utama akan meningkatkan temperatur air masuk boiler.

c) Konduktivitas Thermal
Meningkatkan kerja WTP (Water Treatmen Plant) agar konduktivitas thermal make up water maksimal. Konduktivitas termal air akan
mempermudah air utama menangkan panas yang diberikan saat melalui proses-proses heat transfer yang terjadi.

4. Penurunan Temperature Gas Keluar


Keluaran Gas buang hasil pembakaran dapat dimanfaatkan kembali untuk udara bakar atau memanaskan udara bakar yang akan masuk untuk
meningkatkan kualitas pembakaran.

a) Pembersihan dan perbaikan air heater


Air heater berguna untuk menurunkan temperatur gas buang untuk menaikan temperature udara bakar yang masuk kedalam boiler. Membersihkan
air heater dari kerak serta perbaikan pada kebocoran yang ada sangat bermanfaat agar temperatur gas buang keluar tidak terlalu tinggi. Penggunaan
SCAH untuk menjaga performa air heater.

b) Penggunaan SCAH (Steam Coil Air Heater)


SCAH atau steam coil air heater adalah suatu alat yang digunakan untuk memanaskan udara bakar sebelum menuju atau masuk ke air heater (Pre
Air Heater) dengan tujuan agar perbedaan nilai temperatur udara masuk ke air heater dengan element air heater tidak terlalu tinggi hingga
menimbulkan kerak pada air heater yang mengakibatkan kurang maksimalnya kerja air heater.

5. Memperbaiki kondisi uap ke batasan yang ditentukan pada main steam pipe dan hot reheat pipe

Faktor yang mempengaruhi kondisi uap antara lain :

Temperatur ruang bakar


Temperature ruang bakar dipengaruhi oleh kualitas bahan bakar jika nilai kalori suatu bahan bakar semakin tinggi maka temperatur ruang bakar
pun makin tinggi.

Temperatur ruang bakar juga dipengaruhi oleh pembakaran yang baik pada ruang bakar , jika pembakaran sempurna maka semakin tinggi
temperatur di ruang bakar. Untuk mendapatkan Pembakaran yang sempurna dibutuhkan perbandingan bahan bakar dan udara yang optimum.
Temperatur ruang bakar akan mempengaruhi besar enthalpyi uap yang dihasilkan ,semakin tinggi temperature pada ruang bakar maka enthalpy
uap makin tinggi yang menandakan kondisi uap tersebut makin baik.

Kondisi pipa pipa boiler


Kondisi pipa boiler yang kotor dikarenakan slagging maupun fouling menyebabkan perpindahan panas pada boiler berlangsung secara tidak efektif
hal ini akan mengurangi temperature uap dari set poinnya yang berarti enthalpy uap pun akan menurun. Selain pipa yang kotor masalah selanjutnya
yaitu adanya pipa yang bocor. Hal ini kan menurunkan tekanan uap pada boiler. Jika tekanan uap turun maka enthalpy uap pun akan turun.

Maka dapat kita indikasikan, hal - hal yang perlu dilakukan memperbaiki kondisi uap ke batasan yang ditentukan antara lain :

1. Pastikan bahan bakar yang dipakai pada boiler memiliki kualitas dan nilai kalor yang baik dan sesuai dengan spek boiler tersebut.

2. Pastikan rasio bahan bakar dengan udara pada nilai yang optimum agar pembakaran pada ruang bakar sempurna, cek pada fan jika rasio uadra
kurang ataupun lebih.

3. Pastikan ukuran batu bara sesuai standar agar pembakaran terjadi dengan sempurna poada ruang bakar, jika batu ukuran batu bara tidak sesuai
cek pada mill.

4. Cek dan Pastikan pipa pipa boiler dalam kondisi bersih jika kotor gunakan shoot blower untuk membersihkan jelaga jika kondisi unit sedang
beroperasi.

5. Cek dan Pastikan kondisi dalam pipa tida terjadi slagging, cek kondisi air yang masuk keboiler ,pastikan konisinya sesuai standar agar tidak terjadi
slagging.

6. Cek dan Pastikan tidak ada kebocoran pada pipa pipa boiler.

5. Meningkatkan Tekanan Vakum Kondensor


Parameter Kerja Kondensor dipantau berdasarkan memiliki nilai vakum atau pressure yang dihasilkan. Nilai vakum kondensor ini akan mempengaruhi
bagaimana kinerja steam turbine bekerja. Vakum kondensor akan mempengaruhi tinggi rendah beban yang dihasilkan oleh turbin uap.

Adapun cara meningkatkan tekanan vacum di kondensor sebagai berikut:


A. Menggunakan Steam Jet Air Ejector
Steam jet ejector merupakan alat pembangkit vacuum dengan menggunakan steam sebagai media pendorong. Suatu pancaran cairan, gas atau uap
(steam) keluar dari nozzle dengan kecepatan tinggi sehingga dihasilkan tekanan rendah di titik nozzle tersebut. Dengan demikian, gas yang harus
diangkut akan terhisap, terbawa dan mengalami percepatan. Steam jet ejector berfungsi untuk mengeluarkan gas atau uap dari suatu ruangan dan
mempertahankan kevakuman yang tercapai. Steam jet ejector merupakan pompa yang tidak mempunyai bagian-bagian yang bergerak. Oleh karena
itu, pompa ini sangat sederhana dan tidak memerlukan perawatan yang rumit. Dalam steam jet ejector, steam yang telah dipakai dikondensasi dengan
mencampurkannya dengan air. Daya hisap dan vacuum akhir yang tercapai seringkali tergantung pada tekanan awal pancaran, tekanan uap kondensate
dan konstruksi pompa (jumlah langkah kerjanya). Dengan steam jet ejector satu langkah hanya bisa dicapai vacuum sebesar 130 mbar (atau
perbandingan kompresi sekitar 1:8).

B. Cleaning Tube-tube Kondensor


Tube-tube kondensor sangat mungkin terjadi endapan di permukaannya, sehingga perlu dilakukan cleaning. Cleaning kondensor ini dapat dilakukan
dalam dua metode, yaitu secara online dimana dilakukan ketika unit turbin uap dalam keadaan normal operasi dan offline ketika turbin uap dalam
keadaan stand by. Untuk cleaning tube dalam keadaan online ini sebenarnya sangat penting karena dengan hal ini performa kondensor akan tetap
selalu terjaga. Cleaning tube secara online dapat dilaksanakan dengan cara menggunakan bola Tapproge atau disebut Ball Cleaning Kondensor.

Dalam system Ball Clening ini, fungsinya adalah untuk membersihkan permukaan tube-tube kondensor. Sistem Ball Cleaning menggunakan Bola (
Tapproge ) sebagai alat untuk membersihkan tube kondensor. Bola ini akan diikutkan aliran pada kondensor, masuk di water box inlet kondensor ikut
aliran kondensor dan keluar di water box outlet kondensor kemudian bola-bola tersebut ditangkap oleh Catcher dan diarahkan ke ball collector. Selain
dengan metode Ball Cleaning, cara online juga dapat dilakukan secara manual, hal ini mengingat bahwa kondensor memiliki 2 sisi. Sehingga cara manual
ini dilakukan dengan mengoperasikan kondensor satu sisi dimana satu sisi dibersihkan secara manual saat turbine uap normal operasi. Karena hanya
beroperasi satu sisi, maka beban turbin uap pun tidak bole maksimal, seharusnya beban turbin uap 50 % load maksimal ST. akan tetapi terkadang
karena efek fouling pada permukaan tube, maka kebanyakan beban akan dibuat kurang dari 50 % load turbin uap. Proses manual cleaning ini juga
dilakukan ketika unit dalam keadaan Stand By ataupun ketika ada kegiatan Inspeksi. Diharapkan dengan adanya cleaning kondesor ini performa
kondensor meningkat sehingga heat rate system menjadi lebih baik (semakin kecil).

C. Mengecek air leak di kondensor.


Pengecekan air leak di kondensor juga perlu dilakukan. Air leakage test pada kondensor bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu
pengujian dengan gas tracer seperti dengan menggunakan gas helium atau halogen. Selain itu juga bisa dilakukan air leakage test secara ultrasonic
ataupun secara thermograph, selain itu test leak dengan air merupakan salah satu yang paling murah dan banyak dilakukan.
Sektor Kesiapan Tools & Material
Salah satu penilaian performa pembangkit dilihat dari nilai EAF. Nilai EAF pada pembangkit ini turun diakibatkan beberapa faktor antara lain :
Cukup lamanya perbaikan gangguan
Sering mundurnya jadual penyelesaian pemeliharaan

Faktor diatas bisa disebabkan oleh tidak tersedianya part/komponen yang akan diganti di Gudang persediaan , sehingga kegiatan perbaikann harus menunggu
komponen tersebut datang yang menyebabkan lamanya perbaikan dan mundurnya jadwal perbaikan.

Selain tidak tersedianya komponen ,faktor diatas juga bisa disebabkan karena tidak tersediannya tools ataupun special tools sehingga kegiatan perbaikan tidak
dapat dikerjakan dengan cepat.

Rekomendasi

Pergudangan harus mempersiapkan dari jauh hari part / komponen penting yang sulit didapatkan
Buatlah komponen sendiri ( part non OEM) pada barang barang yang mudah untuk dibuat / dapat dibuat didalam negeri , untuk menghemat biaya dan
waktu, sehingga kita tidak perlu mengindent barang terlalu lama
Perusahaan harus menyiapkan tools dasar dan juga spesials tools untuk mempercepat dan mempermudah kegiatan perbaikan. Special tools sangat
diperlukan karena sebagian besar komponen pada pembangkit memiliki ukuran maupun bentuk yang tidak biasa dimana harus menggukan special tools
untuk melakukan perawatan/ perbaikan komponennnya.

Anda mungkin juga menyukai