Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-
negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung, Namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku
yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan
karena mereka tidak produktif (Hawari,2000)
Gangguan jiwa dapat memengaruhi fungsi kehidupan seseorang. Aktivitas penderita,
kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan keluarga jadi terganggu karena
gejala ansietas, depresi, dan psikosis. Seseorang dengan gangguan jiwa apa pun harus segera
mendapatkan pengobatan. Keterlambatan pengobatan akan semakin merugikan penderita
keluarga, dan masyarakat (Maramis,2004)
Menurut Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan (Depkes), dr H Syafii Ahmad MPH,
kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap Negara termasuk
Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan
dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat.
Menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per 1000 penduduk dunia,
maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk yang merupakan anggota
keluarga, data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, artinya 2,6 kali
lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini sesuatu yang sangat serius dan World Bank
menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai
dengan 8,5 % saat ini. Saat ini gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit
infeksi dengan 11,5 %. (WHO,2006).
Riset kesehatan dasar (riskesdas) 2007 menyebutkan 14,1% penduduk mengalami
gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat, kondisi ini diperberat melalui aneka bencana
alam yang terjadi di hampir seluruh wilayah indonesia. Data jumlah pasien gangguan jiwa
di indonesia terus bertambah, data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) diseluruh indonesia
menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang,
kenaikan jumlah penderita gangguan jiwa terjadi di sejumlah kota besar. .
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan penulis dapat melakukan atau menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada
pasien gangguan jiwa dengan Harga diri rendah pada praktek lapangan di Rumah
Sakit Jiwa prof. Muhammad ildrem Sumatera.
1.2.2. Tujun Khusus
1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien gangguan jiwa dengan Harga
diri rendah pada praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa prof. Muhammad ildrem
Sumatera Utara.
2. Penulis mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien gangguan jiwa
dengan Harga diri rendah pada praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa prof.
Muhammad ildrem Sumatera Utarasesuai dengan data-data yang telah diperoleh.
3. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa
dengan Harga diri rendah pada praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa prof.
Muhammad ildrem Sumatera Utara sesuai dengan masalah keperawatan yang telah
ditetapkan.
4. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien gangguan jiwa
dengan Harga diri rendah pada praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa prof.
Muhammad ildrem Sumatera Utara sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
disusun.
5. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan
Harga diri rendah pada praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa prof. Muhammad
ildrem Sumatera Utara .
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 HARGA DIRI RENDAH


2.1.1 Defenisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri (Keliat, 2010).
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Damaiyanti, M.
Iskandar. 2012).
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan
memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa apa,
tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya
tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap
pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua
pihak yang bisa disalahkannya, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif)
atau menyalahkan orang lain (Santosa, Budi. 2008).

2.1.2 Tanda dan Gejala


Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri
rendah, Fitria (2009) :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan dir
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap lawan
bicaraLebih banyak menunduk
9. Bicara lambat dengan nada suara lemah
2.1.3 Proses Terjadinya Masalah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu
tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya
bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negative
mendorong individu menjadi harga diri rendah(Santosa, Budi. 2008).
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak factor. Awalnya individu
berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis). individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak
mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu
terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi
harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau
justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan
individu mengalami harga diri rendah kronis (Yosep Iyus, 2009).
2.1.4 Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri positif rendah identitas
Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana
aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart , 2007). Depresi adalah
emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila
mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan mucul bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2008) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku
telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi mengatakan hal
yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus menerus,
mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak mata kurang/tidak ada,
selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada
orang lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak
umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negative mengenai dirinya (Yosep
Iyus, 2009).
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri
rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus. Kegiatan mengganti
identitas sementara, misalnya ikut kelompok social, keagamaan dan politik. Kegiatan
yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes
popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan (Videbeck, Sheila L. 2008).
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan
individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain adalah
menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari
orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
identitas negative, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat. disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri
dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah juga dipengaruhi
beberapa factor predisposisi seperti factor biologis, psikologis, social dan cultural.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah
adalah::(Videbeck, Sheila L. 2008)
1. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri
rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau
gagal terus menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi
klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan
dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan
bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan
latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan
di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada
kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat
dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan
negative yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif.
Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan sesuai
dengan kenyataan.
Harga diri rendah
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal
mencapai keinginan.
Kerancunan identitas
Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa
dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan,perasaan hampa dan lain lain.
Dipersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu dan
sedih karena orang lain
2.1.5 Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologi (Fitria Nita. 2009)
a. Obat anti psikosis: Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2.1.6 Pohon Masalah

Isolasi Sosial: Menarik Diri Effect

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Cor Problem

Koping Individu Inefektif Causa

(Sumber: Keliat. 2011.)


2.2 Proses Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pada pengkajian haraga diri rendah berkut ini adalah tanda dan gejala yang biasa
terjadi: (Keliat. 2011)
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktivitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain data diatas, yang dapat diamati juga adalah penampilannya yaitu
kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan
berkurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara
lambat dengan nada suara lemah.
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat memalui observasi, wawancara atau
pemeriksaan fisik, diagnosis yang dapat ditegakkan pada pasien adalah: (Keliat.
2011).
1. Gangguan konsep diri harga diri rendah berhubungan dengan koping individu
inefektif
2. Isolasi social menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2.2.3. Intervensi Keperawatan
Langkah selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien derngan harga diri rendah
adalah dengan menetapkan tindakan keperawatan: (Keliat. 2011).
1. Tindakan Keperawatan Untuk Pasien
Tujuan:
Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dipilih
Tindakan Keperawatan
1. SP 1: Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.Dapat dilakukan dengan cara:
Mendiskusikan sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien dalam lingkungan terdekat.
Memberikan pujian yang realistic/nyata dan hindarkan setiap kali
bertemu dengan pasien penilaian yang negative.
2. SP 2:Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan. Untuk
tindakan tersebut dapat diilakukan:
Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilakukan
saat ini berdasarkan kemapuan yang telah diidentifikasi.
Membantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
Memperlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif.
Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
Mendiskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan dan memilih
kemampuan yang akan dilatih.
Memberikan dukungan dalam memilih kemampuan yang paling
mudah dilakukannya.
Membantu pasien memilih kemampuan sesuai dengan kondisi pasien
saat ini.
3. SP 3: Melatih kemampuan yang dipillih pasien. Untuk tindakan keperawatan
tersebut dapat dilakukan:
Memotivasi pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
Mendiskusikan cara melaksanakan kemampuan yang dipilih.
Memberi contoh cara melaksanakan kemampuan yang dipilih.
Membantu pasien melakukan sendiri kemampuan yang dipilih.
Memberikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien.

4. SP 4: Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih:


Memberikan kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatih secara mandiri.
Membantu pasien memasukkan kemampuan yang telah dilatih dalam
jadwal kegiatan sehari-hari pasien.
2. Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah dirumah
dan menjadi system pendukung yang efektif bagi pasien.
Tujuan:
1. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien.
2. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien
3. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
4. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
Tindakan Keperawatan:
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pasien
3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya.
4. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5. Demonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah didemonstrasikan
perawat sebelumnya.
7. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien dirumah.
3. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau aktivitas
lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena
masalah sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku pada orang lain
(Keliat. 201).
4. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan kesadaran
klien (Keliat. 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama


Depkes. 2008. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta : EGC
Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:
Salemba Medika.
Hartono, y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Herdman, T.H. 2012. International Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran.
Jakarta: EGC.
Keliat. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta: EGC.
Kusumawati. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2008. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2008 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2008. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 2006.
Jakarta : Prima Medika.
Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :EGC
Yosep , 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai