Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara- negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, Namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif (Hawari,2000) Gangguan jiwa dapat memengaruhi fungsi kehidupan seseorang. Aktivitas penderita, kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan keluarga jadi terganggu karena gejala ansietas, depresi, dan psikosis. Seseorang dengan gangguan jiwa apa pun harus segera mendapatkan pengobatan. Keterlambatan pengobatan akan semakin merugikan penderita keluarga, dan masyarakat (Maramis,2004) Menurut Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan (Depkes), dr H Syafii Ahmad MPH, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap Negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per 1000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk yang merupakan anggota keluarga, data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini sesuatu yang sangat serius dan World Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 % saat ini. Saat ini gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 %. (WHO,2006). Riset kesehatan dasar (riskesdas) 2007 menyebutkan 14,1% penduduk mengalami gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat, kondisi ini diperberat melalui aneka bencana alam yang terjadi di hampir seluruh wilayah indonesia. Data jumlah pasien gangguan jiwa di indonesia terus bertambah, data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) diseluruh indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang, kenaikan jumlah penderita gangguan jiwa terjadi di sejumlah kota besar. . 1.2. Tujuan Penulisan 1.2.1. Tujuan Umum Diharapkan penulis dapat melakukan atau menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada pasien gangguan jiwa dengan Harga diri rendah pada praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa prof. Muhammad ildrem Sumatera. 1.2.2. Tujun Khusus 1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien gangguan jiwa dengan Harga diri rendah pada praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa prof. Muhammad ildrem Sumatera Utara. 2. Penulis mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan Harga diri rendah pada praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa prof. Muhammad ildrem Sumatera Utarasesuai dengan data-data yang telah diperoleh. 3. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan Harga diri rendah pada praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa prof. Muhammad ildrem Sumatera Utara sesuai dengan masalah keperawatan yang telah ditetapkan. 4. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan Harga diri rendah pada praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa prof. Muhammad ildrem Sumatera Utara sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun. 5. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan Harga diri rendah pada praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa prof. Muhammad ildrem Sumatera Utara . BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 HARGA DIRI RENDAH
2.1.1 Defenisi Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2010). Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Damaiyanti, M. Iskandar. 2012). Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain (Santosa, Budi. 2008).
2.1.2 Tanda dan Gejala
Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah, Fitria (2009) : 1. Mengkritik diri sendiri 2. Perasaan tidak mampu 3. Pandangan hidup yang pesimistis 4. Tidak menerima pujian 5. Penurunan produktivitas 6. Penolakan terhadap kemampuan dir 7. Kurang memperhatikan perawatan diri 8. Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap lawan bicaraLebih banyak menunduk 9. Bicara lambat dengan nada suara lemah 2.1.3 Proses Terjadinya Masalah Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negative mendorong individu menjadi harga diri rendah(Santosa, Budi. 2008). Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak factor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis). individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis (Yosep Iyus, 2009). 2.1.4 Rentang Respon
Respon adaptif Respon maladaptif
Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
Diri positif rendah identitas Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart , 2007). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan mucul bersama penyakit lain. Menurut NANDA (2008) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus menerus, mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak mata kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negative mengenai dirinya (Yosep Iyus, 2009). Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok social, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan (Videbeck, Sheila L. 2008). Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas negative, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah juga dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor biologis, psikologis, social dan cultural. Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah adalah::(Videbeck, Sheila L. 2008) 1. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus. 2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut. 3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien. 4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi. Aktualisasi diri Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif. Konsep diri positif Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan. Harga diri rendah Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan. Kerancunan identitas Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan,perasaan hampa dan lain lain. Dipersonalisasi Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu dan sedih karena orang lain 2.1.5 Penatalaksanaan Medis 1. Farmakologi (Fitria Nita. 2009) a. Obat anti psikosis: Penotizin b. Obat anti depresi: Amitripilin c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam d. Obat anti insomnia: Phneobarbital 2.1.6 Pohon Masalah
Isolasi Sosial: Menarik Diri Effect
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Cor Problem
Koping Individu Inefektif Causa
(Sumber: Keliat. 2011.)
2.2 Proses Keperawatan 2.2.1 Pengkajian Pada pengkajian haraga diri rendah berkut ini adalah tanda dan gejala yang biasa terjadi: (Keliat. 2011) 1. Mengkritik diri sendiri 2. Perasaan tidak mampu 3. Pandangan hidup yang pesimis 4. Penurunan produktivitas 5. Penolakan terhadap kemampuan diri Selain data diatas, yang dapat diamati juga adalah penampilannya yaitu kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan berkurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah. 2.2.2 Diagnosis Keperawatan Berdasarkan data diatas, yang didapat memalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik, diagnosis yang dapat ditegakkan pada pasien adalah: (Keliat. 2011). 1. Gangguan konsep diri harga diri rendah berhubungan dengan koping individu inefektif 2. Isolasi social menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 2.2.3. Intervensi Keperawatan Langkah selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien derngan harga diri rendah adalah dengan menetapkan tindakan keperawatan: (Keliat. 2011). 1. Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Tujuan: Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dipilih Tindakan Keperawatan 1. SP 1: Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.Dapat dilakukan dengan cara: Mendiskusikan sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien dalam lingkungan terdekat. Memberikan pujian yang realistic/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang negative. 2. SP 2:Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan. Untuk tindakan tersebut dapat diilakukan: Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilakukan saat ini berdasarkan kemapuan yang telah diidentifikasi. Membantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien. Memperlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah: Mendiskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan dan memilih kemampuan yang akan dilatih. Memberikan dukungan dalam memilih kemampuan yang paling mudah dilakukannya. Membantu pasien memilih kemampuan sesuai dengan kondisi pasien saat ini. 3. SP 3: Melatih kemampuan yang dipillih pasien. Untuk tindakan keperawatan tersebut dapat dilakukan: Memotivasi pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih Mendiskusikan cara melaksanakan kemampuan yang dipilih. Memberi contoh cara melaksanakan kemampuan yang dipilih. Membantu pasien melakukan sendiri kemampuan yang dipilih. Memberikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
4. SP 4: Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih:
Memberikan kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih secara mandiri. Membantu pasien memasukkan kemampuan yang telah dilatih dalam jadwal kegiatan sehari-hari pasien. 2. Tindakan Keperawatan Pada Keluarga Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah dirumah dan menjadi system pendukung yang efektif bagi pasien. Tujuan: 1. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien. 2. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien 3. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien. 4. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien. Tindakan Keperawatan: 1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pasien 3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji pasien atas kemampuannya. 4. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah 5. Demonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah 6. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah didemonstrasikan perawat sebelumnya. 7. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien dirumah. 3. Terapi kelompok Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku pada orang lain (Keliat. 201). 4. Terapi musik Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan kesadaran klien (Keliat. 2011). DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Depkes. 2008. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta : EGC Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta: Salemba Medika. Hartono, y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Herdman, T.H. 2012. International Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC. Keliat. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta: EGC. Kusumawati. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Nurjanah, Intansari S.Kep. 2008. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia Perry, Potter. 2008 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Santosa, Budi. 2008. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 2006. Jakarta : Prima Medika. Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :EGC Yosep , 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.