Anda di halaman 1dari 19

Tugas Seminar Akuntansi Keuangan Daerah

MAKALAH

DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS

Oleh:

HAYATUN NUFUSI
B1C1 14 137

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
KATAPENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya dan tak lupa Shalawat serta salam tetaplah terlimpahkan kepada
junjungan Rasul Muhammad SAW. Tak lupa pula penulis berterima kasih kepada Dosen yang
telah membimbing sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dan disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan Daerah.
Makalah ini berisikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dana alokasi umum dan
dana alokasi khusus.Semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi

Kendari, Desember 2017

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1LatarBelakang .......................................................................................................................... 1

1.2RumusanMasalah ..................................................................................................................... 2

1.3Tujuan ...................................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dana Alokasi Umum................................................................................................. 3

2.2 Tujuan dan Fungsi Dana Alokasi Umum................................................................................ 3

2.3 Pengertian Dana Alokasi Khusus............................................................................................ 4

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kriteria Desain Dana Alokasi Umum .................................................................................... 5

3.2 Formula Perhitungan Dana Alokasi Umum ........................................................................... 6

3.3 Penentuan Bobot dan Alokasi Daerah ................................................................................... 7

3.4 Tata Cara Penyaluran dan Peloporan DAU ........................................................................... 9

3.5 Bentuk Dana Alokasi Khusus ................................................................................................ 9

3.6 Penyaluran Dana Alokasi Khusus .......................................................................................... 10

3.7 Kebijakan Dana Alokasi Khusus ........................................................................................... 10

BAB IV PENUTUP

4.1Kesimpulan .............................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya implementasi otonomi daerah dan desentralisasi fiskal di Indonesia yang ditandai
dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor
33 Tahun 2004, membawa implikasi tersendiri dalam proses pembangunan di daerah, yaitu
dengan adanya perubahan pola penerimaan dan pengeluaran daerah dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Urusan wajib/kewenangan yang begitu luas diserahkan ke daerah
membawa konsekuensi terhadap pembiayaan, sedangkan bila daerah mengandalkan penerimaan
dan pendapatan asli daerah atau PAD maka membiayai seluruh urusan wajib yang diserahkan
pemerintah tersebut masih sangatlah kurang, untuk itu perlu adanya dana pusat yang diserahkan
ke daerah dalam upaya mengurangi ketimpangan baik vertikal maupun horizontal dan dana
tersebut dalam peraturan perundang-undangan dinamakan Dana Perimbangan.
Sesuai dengan namanya, Dana Perimbangan menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun
2004 adalah dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan ke daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Perimbangan itu
meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Dalam pelaksanaannya, kebijakan otonomi daerah didukung pula oleh perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah, sebagaimana diatur dalam UU No.25 Tahun 1999 (diganti
dengan UU No. 33 Tahun 2004) tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat-
Daerah. Dalam UU tersebut yang dimaksud dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah
adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka Negara kesatuan, yang mencakup
pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antardaerah secara
proporsional, demokrartis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan
kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata acara
penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya
(Saragih, 2003).
Wujud dari perimbangan keuangan tersebut adalah adanya dana perimbangan yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi

1
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak
dan sumber daya alam. Ketiga jenis dana tersebut bersama dengan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) merupakan sumber dana daerah yang digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan
di tingkat daerah. Setiap jenis dana perimbangan memiliki fungsinya masing-masing. Dana Bagi
Hasil berperan sebagai penyeimbang fiskal antara pusat dan daerah dari pajak yang
dibagihasilkan. DAU berperan sebagai pemerata fiskal antardaerah (fiscal equalization) di
Indonesia. Dana Alokasi Umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan
potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan
masyarakat di daerah (Widjaja, 2002). Dan DAK berperan sebagai dana yang didasarkan pada
kebijakan yang bersifat darurat (Saragih, 2003).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah pada makalah ini antar lain:
1. Bagaimana Kriteria Desain Dana Alokasi Umum?
2. Bagaimana Formula Perhitungan Dana Alokasi Umum?
3. Bagaimana Penentuan Bobot dan Alokasi Daerah?
4. Bagaimana Tata Cara Penyaluran dan Peloporan DAU?
5. Bagaimana Bentuk Dana Alokasi Khusus?
6. Bagaimana Penyaluran Dana Alokasi Khusus?
7. Bagaimana Kebijakan Dana Alokasi Khusus?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah tujuan dari makalah ini antara lain
1. Untuk mengetahui Kriteria Desain Dana Alokasi Umum
2. Untuk mengetahui Formula Perhitungan Dana Alokasi Umum
3. Untuk mengetahui Penentuan Bobot dan Alokasi Daerah
4. Untuk mengetahui Tata Cara Penyaluran dan Peloporan DAU
5. Untuk mengetahui Bentuk Dana Alokasi Khusus
6. Untuk mengetahui Penyaluran Dana Alokasi Khusus
7. Untuk mengetahui Kebijakan Dana Alokasi Khusus

2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Dana Alokasi Umum
Menurut Bastian (2003 : 84), Dana Alokasi Umum adalah dana perimbangan dalam rangka
untuk pemerataan kemampuan keuangan antar- daerah.

Sedangkan menurut Halim (2002 : 160), Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa Dana Alokasi Umum memiliki jumlah yang sangat
signifikan sehingga semua pemerintah daerah menjadikannya sebagai sumber penerimaan
terpenting dalam anggaran penerimaannya dalam APBN. Oleh karena itu, Dana Alokasi Umum
dapat dilihat sebagai respon pemerintah terhadap aspirasi daerah untuk mendapatkan sebahagian
kontrol yang lebih besar terhadap keuangan negara.

2.2 Tujuan dan Fungsi Dana Alokasi Umum


Ada beberapa alasan perlunya dilakukan pemberian Dana Alokasi Umum dari pemerintah pusat
ke daerah, yaitu:

1. Untuk mengatasi permasalahan ketimpangan fiskal vertical. Hal ini disebabkan


sebahagian besar sumber-sumber penerimaan utama di negara yang bersangkutan. Jadi
pemerintah daerah hanya menguasai sebahagian kecil sumber-sumber penerimaan negara
atau hanya berwenang untuk memungut pajak yang bersifat lokal dan mobilitas yang
rendah dengan karakteristik besaran penerimaan relatif kurang signifikan.
2. Untuk menanggulangi persoalan ketimpangan fiskal horizontal. Hal ini disebabkan
karena kemampuan daerah untuk menghimpun pendapatan sangat bervariasi, tergantung
kepada kondisi daerah dan sangat bergantung pada sumber daya alam yang dimiliki
daerah tersebut.
3. Untuk menjaga standar pelayanan minimum di setiap daerah tersebut.
4. Untuk stabilitas ekonomi. Dana Alokasi Umum dapat dikurangi di saat perekonomian
daerah sedang maju pesat, dan dapat ditingkatkan ketika perekonomian sedang lesu.

Sedang tujuan umum dari Dana Alokasi Umum adalah untuk:

1. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal vertical


2. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal horizontal
3. Menginternalisasikan/memperhitungkan sebahagian atau seluruh limpahan manfaat/biaya
kepada daerah yang menerima limpahan manfaat tersebut.
4. Sebagai bahan edukasi bagi pemerintah daerah agar secara intensif menggali sumber-
sumber penerimaannya, sehingga hasil yang diperoleh menyamai bahkan melebihi
kapasitasnya.

3
2.3 Pengertian Dana Alokasi Khusus

Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, yang menyebutkan
bahwa:

Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk

membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai

dengan prioritas nasional.

Berdasarkan ketentuan Pasal 162 Ayat (4) UU Nomor 32 Tahun 2004 yang mengamanatkan agar
DAK ini diatur lebih lanjut dalam bentuk PP, Pemerintah telah mengeluarkan PP Nomor 55
Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kriteria Desain Dana Alokasi Umum

Dalam desain Dana Alokasi Umum ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: sumber dana
untuk alokasi DAU (ditributable pool), formula distribusi, dan kondisionalitas (conditionality).

1. Sumber Dana
Satu ciri dari sistem transfer keuangan pusat ke daerah adalah stabilitas, disamping
fleksibilitas. Hal ini tampak bertentangan tapi bukan tidak mungkin untuk dicapai, dan
berkaitan dengan sumber dana. Secara mendasar berdasarkan praktek di banyak negara, ada
tiga cara untuk menentukan berapa jumlah dana yang akan dialokasikan untuk transfer pusat
dan daerah:

Proporsi tertentu dari penerimaan pemerintah, atau persentase tertentu dari APBD
Secara ad hoc yaitu transfer keuangan yang didesain oleh pemerintah pusat yang
didasarkan pada antara lain alokasi prioritas nasional atau alokasi tambahan yang
ditujukan untuk tujuan tertentu untuk satu tahun anggaran tertentu.
Berdasarkan formula yakni distribusi penerimaan ke daerah yang didasarkan kepada
suatu formula tertentu atau mempertimbangkan faktor-faktor tertentu; by grant to
reimburse cost: artinya transfer keuangan kepada daerah untuk membiayai satu jenis
pengeluaran tertentu.

Dana Alokasi Umum dalam hal ini menggunakan cara yang pertama dan merupakan cara
yang baik untuk menciptakan stabilitas bagi pemerintah daerah sekaligus fleksibilitas bagi
pemerintah pusat.

2. Formula Distribusi
Faktor formula distribusi sangat penting dalam menghasilkan efek yang diharapkan bagi
daerah sehingga formula yang tepat harus diusahakan. Maka transfer yang dapat
dinegoisasikan sangat dihindarkan, apalagi sampai daerah bisa mempengaruhi faktor atau
variabel yang dipakai dalam formula untuk kepentingannya.

3. Kondisionalitas
Dana Alokasi Umum adalah unconditional block grant, sehingga persyaratan serupa tidak
ada. Seperti sudah diuraikan, tujuan utama Dana Alokasi Umum adalah untuk menjamin
semua daerah memilki sumber dana dalam menyediakan pelayanan minimum dengan standar
tertentu. Namun untuk penggunaan transfer bersyarat masih sangat kurang di Indonesia.
Transfer ini sangat efektif digunakan sebagai sarana mencapai sasaran di berbagai sektor
tertentu, misalnya : kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur dasar. Transfer ini cukup baik
dalam rangka menciptakan pemerataan standar di pelosok-pelosok Indonesia.

Menurut Kadjatmiko dalam Sidik, dkk (2004 : 133) untuk desain transfer pusat ke daerah
ada beberapa kriteria umum yang harus dipenuhi, antara lain :

5
1. Otonomi
Merupakan prinsip yang mendasari desentralisasi fiskal, apakah suatu negara itu
berbentuk federal maupun kesatuan. Dengan otonomi berarti pemerintah daerah memiliki
independensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas belanja.
2. Penerimaan yang memadai (revenue adequaty)
Pemerintah daerah semestinya memiliki pendapatan (termasuk transfer) yang cukup
untuk menjalankan segala kewajiban atau fungsi yang diembannya.
3. Keadilan (equity)
Besarnya dana transfer dari pusat ke daerah seharusnya berhubungan positif dengan
kebutuhan fiskal daerah, dan sebaliknya berkebalikan dengan besarnya kapasitas fiskal
daerah yang bersangkutan.
4. Transparan dan Stabil
Formula transfer harus diumumkan sehingga dapat diakses masyarakat, dan yang lebih
penting lagi adalah bahwa setiap daerah dapat memperkirakan berapa penerimaan
totalnya termasuk transfer sehingga memudahkan penyusunan anggaran.
5. Sederhana (simplicity)
Alokasi dana kepada pemerintah daerah didasarkan pada faktor- faktor obyektif dimana
unit-unit individual tidak memiliki kontrol atau tidak dapat mempengaruhinya.
Disamping itu juga formula harus relatif mudah untuk dipahami.
6. Insentif
Desain transfer harus sedemikian rupa sehingga memberikan semacam insentif bagi
daerah dengan manajemen fiskal yang baik, dan sebaliknya menangkal praktik-praktik
yang tidak efisien.

3.2 Formula Perhitungan Dana Alokasi Umum

Dalam penyusunannya, rumus Dana Alokasi Umum mengacu pada beberapa prinsip
dasar agar rumus yang dipakai memenuhi beberapa aspek, seperti aspek legalitas hukum,
aspek akademis, dan aspek implementasi di lapangan. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Norma hukum dalam UU nomor 33 tahun 2004


Undang-undang nomor 33 yang telah disetujui DPR menjadi dasar implementasi dana
perimbangan. Oleh karena itu, dalam pembuatan rumus DAU harus memenuhi kaidah-
kaidah dasar yang telah dicantumkan dalam UU No. 33 tahun 2004. Salah satu kaidah
yang terpenting adalah bahwa Dana Alokasi Umum dialokasikan kepada daerah dengan
menggunakan bobot daerah. Sementara itu bobot daerah itu sendiri harus dirumuskan
dengan menggunakan suatu formula yang didasarkan atas pertimbangan kebutuhan dan
potensi penerimaan daerah.

2. Hubungan antara kebutuhan dan potensi daerah harus jelas Hubungan potensi dan
kebutuhan daerah harus jelas. Daerah yang relatif lebih maju dan mampu berdiri sendiri
bila dibandingkan dengan daerah lain, maka daerah bersangkutan akan memerlukan
bantuan dari pusat yang relatif lebih kecil. Daerah yang lebih maju pada umumnya akan
memiliki Pendapatan Asli Daerah dan atau bagi hasil pajak dan bukan pajak (sumber
daya alam) yang relatif lebih besar. Oleh karena itu, dalam perumusannya formula Dana
Alokasi Umum disepakati bahwa daerah yang akan memperoleh DAU adalah daerah

6
yang memerlukan pembiayaan kebutuhan daerah, tetapi tidak mampu membiayai sendiri
dengan kemampuan (potensi) yang ada.
Artinya Dana Alokasi Umum diberikan untuk membiayai selisih antara kebutuhan daerah
dengan potensinya.
3. Rumus untuk menentukan alokasi DAU harus mudah dipahami dan logis
Rumus Dana Alokasi Umum didasarkan atas formula yang sederhana, mudah dipahami,
dan juga mudah dihitung oleh daerah bila data tersedia. Selain itu rumus tersebut harus
logis; artinya memenuhi kaidah-kaidah prinsip teori maupun UU No. 33 Tahun 2004,
serta tidak mempertentangkan prinsip yang satu dengan yang lain (konsisten).
4. Rumus didasarkan atas variabel-variabel yang datanya tersedia akurat
Formula alokasi DAU harus memiliki variabel-variabel yang datanya terdapat di setiap
daerah, dan selain itu data tersebut berasal dari sumber informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka alur pemikiran dalam penyusunan formula Dana Alokasi
Umum dapat digambarkan dalam suatu bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1
Proses penerapan variabel dan rumus DAU

Sumber: Sidik, dkk, 2002

3.3 Penentuan Bobot dan Alokasi Daerah

Untuk menentukan bobot model suatu daerah dalam alokasi DAU, dipergunakan suatu formula
yang mengikuti prinsip-prinsip dasar di atas. Prosedur penetapan bobot daerah dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Langkah Pertama, rumus DAU yang akan dibentuk didasarkan atas pemikiran bahwa alokasi
DAU akan diberikan kepada daerah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya dengan
menggunakan potensi penerimaannya sendiri. Ini berarti bahwa besarnya kebutuhan Dana
Alokasi Umum suatu daerah yang dinyatakan sebagai berikut :

7
Kebutuhan DAU = Kebutuhan Daerah Potensi Penerimaan Daerah

2. Langkah Kedua, dilakukan perkiraan besarnya kebutuhan daerah, yang dalam hal ini
diestimasi dengan menggunakan variabel- variabel kebutuhan yang telah disebutkan
sebelumnya, dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :

(I.Penduduk + I.Luas + I.Harga + I.Kemiskinanan)


Kebutuhan daerah =Pengeluaran daerah rata-rata x ----------------------------------------------------
4

3. Langkah Ketiga, memperkirakan besarnya potensi penerimaan daerah dengan menggunakan


variabel-variabel potensi yang telah dijelaskan di atas. Pengeluaran daerah dihitung dengan
cara sebagai berikut :

[Indeks Industri+Indeks SDA+Indeks SDM]


Potensi Penerimaan= Penerimaan Daerah Rata-rata = -----------------------------------------------
3

Yang dimaksud dengan penerimaan daerah rata-rata adalah total Pendapatan Asli Daerah
ditambah dengan Bagi Hasil Pajak (BPH), dibagi dengan jumlah daerah (Provinsi atau
Kabupaten/Kota).

4. Langkah Keempat, ditetapkan selisih antara kebutuhan setiap daerah dengan potensi
penerimaan dari daerah. Bobot DAU dihasilkan dengan membandingkan kebutuhan DAU
daerah bersangkutan terhadap total kebutuhan DAU.

Kebutuhan DAU Daerah


Bobot DAU Daerah = --------------------------------
Total Kebutuhan

Dengan menggunakan bobot DAU setiap daerah yang diperoleh dari perhitungan di atas,
maka besarnya alokasi DAU untuk setiap suatu kabupaten/kota ataupun provinsi dapat dihitung.
Besarnya Dana Alokasi Umum ke suatu kabupaten/kota dihitung dengan mengalikan bobot
kabupaten/kota bersangkutan dengan besarnya total dana DAU yang tersedia untuk
kabupaten/kota. Total dana DAU untuk kabupaten/kota secara nasional adalah 90% dikalikan
dengan 25% dari Penerimaan Dalam Negeri (PDN). Dengan demikian besarnya alokasi DAU
untuk suatu kabupaten/kota adalah :

Alokasi DAU kabupaten/kota = 90% x 25% x PDN x bobot kabupaten/kota

Perhitungan besarnya alokasi DAU untuk provinsi, mirip dengan cara menghitung alokasi untuk
kabupaten/kota. Perbedaannya adalah dana DAU yang tersedia untuk provinsi adalah sebesar
10% terhadap 25% dari PDN. Atau dengan rumus sebagai berikut :

Alokasi DAU provinsi = 10% x 25% x PDN x bobot provinsi

8
3.4 Tata Cara Penyaluran dan Peloporan DAU

Hasil perhitungan Dana Alokasi Umum untuk masing-masing daerah ditetapkan dengan
keputusan Presiden berdasarkan usulan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.
Usulan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan faktor
penyeimbang. Faktor Penyeimbang adalah suatu mekanisme untuk memperhitungkan dari
kemungkinan penurunan kemampuan daerah dalam pembiayaan beban pengeluaran yang akan
menjadi tanggung jawab daerah.
Usulan Dewan Alokasi Umum untuk masing-masing daerah disampaikan oleh Dewan
Pertimbangan Otonomi Daerah. Penyaluran Dana Alokasi Umum kepada masing-masing kas
daerah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan secara berkala.
Gubernur melaporkan penggunaan DAU untuk Provinsi setiap triwulan kepada Menteri
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri, paling lambat satu bulan setelah berakhirnya triwulan
yang bersangkutan. Ketentuan ini juga berlaku kepada Bupati/Walikota dengan tambahan berupa
tembusan pada Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat di daerah.

3.5 Bentuk Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada daerah tertentu berdasarkan usulan daerah
yang berisi usulan-usulan kegiatan dan sumber-sumber pembiayaannya yang diajukan kepada
Menteri Teknis oleh daerah tersebut. Bentuknya dapat berupa rencana suatu proyek atau kegiatan
tertentu atau dapat berbentuk dokumen program rencana pengeluaran tahunan dan multi tahunan
untuk sektor-sektor serta sumber-sumber pembiayaannya.
Bentuk usulan daerah tersebut berpedoman pada kebijakan instansi teknik terkait. Kecuali
usulan tentang proyek/kegiatan reboisasi yang dibiayai dari bagian dana reboisasi.
Dalam sektor/kegiatan yang disusulkan oleh daerah termasuk dalam kebutuhan yang
tidak dapat diperhitungkan (tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan rumus
alokasi umum) maka daerah perlu membuktikan bahwa daerah kurang mampu membiayai
seluruh pengeluaran usulan kegiatan tersebut dari Pendapatan Asli Daerah, Bagian Daerah dari
Pajak Bumi dan Bangunan, Bagian Daerah dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,
Bagian Daerah dari Penerimaan Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum, Pinjaman Daerah,
dan lain-lain penerimaan yang sah, yang penggunaannya dapat ditentukan sepenuhnya oelh
Daerah.

9
Pengalokasian Dana Alokasi Khusus kepada Daerah ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Setelah memperhatikan pertimbangan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Menteri
Teknis terkait dan Instansi yang membidangi perencanaan pembangunan nasional.

3.6 Penyaluran Dana Alokasi Khusus

Ketentuan tentang penyaluran Dana Alokasi Khusus kepada Daerah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan. Ketentuan pelaksanaan penyaluran Dana Alokasi Khusus ini diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan, yaitu Keputusan Menteri Keuangan Nomor
553/KMK.03/2000 tentang Tata Cara Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus sebagaimana telah diubah dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor
655/KMK.02/2000 tanggal 27 Desember 2001 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 553/KMK.03/2000 tentang Tata Cara Penyaluran Dana Alokasi Umum dan
Dana Alokasi Khusus.

3.7 Kebijakan Dana Alokasi Khusus

Kebijakan DAK dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu (i) penetapan program dan
kegiatan, (ii) penghitungan alokasi DAK, (iii) arah kegiatan dan penggunaan DAK, dan (iv)
administrasi pengelolaan DAK.

a. Penetapan Program dan Kegiatan

Pasal 52 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2005 menyatakan bahwa program
yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun anggaran
bersangkutan. Sementara itu, menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus yang akan di danai
dari DAK dan ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri
Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai dengan RKP.
Selanjutnya, menteri teknis menyampaikan ketetapan mengenai kegiatan khusus tersebut kepada
Menteri Keuangan, yang akan dipergunakan oleh Menteri Keuangan untuk melakukan
perhitungan alokasi DAK.

10
b. Penghitungan Alokasi DAK

Pasal 54 PP Nomor 55 Tahun 2005 mengatur bahwa perhitungan alokasi DAK dilakukan melalui
2 tahap, yaitu:

1) penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; dan


2) penentuan besaran aloksi DAK masing-masing daerah.

Adapun penentuan daerah tertentu tersebut harus memenuhi kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis. Sedangkan besaran alokasi untuk masing-masing daerah ditentukan
dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
Penentuan masing-masing kriteria sebagai berikut:

1) Kriteria Umum

Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang tercermin dari
penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah (Pasal 55 PP
No. 55/2005). Dalam bentuk formula, kriteria umum tersebut dapat ditunjukkan pada beberapa
persamaan di bawah ini:

Kemampuan Keuangan Daerah = Penerimaan Umum APBD Belanja Pegawai Daerah

Penerimaan Umum = PAD + DAU + (DBH DBHDR)

Belanja Pegawai Daerah = Belanja PNSD

Keterangan:

PAD = Pendapatan Asli Daerah

APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

DAU = Dana Alokasi Umum

DBH = Dana Bagi Hasil

11
DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi

PNSD = Pegawai Negeri Sipil Daerah

Untuk menjaga peruntukan DAK agar tepat sasaran, maka alokasi DAK ditentukan dengan
melihat keberadaan dana lainnya di daerah yang bersangkutan, seperti DBH, dan DAU.

2) Kriteria Khusus

Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang


mengatur otonomi khusus dan karakteristik daerah. Untuk perhitungan alokasi DAK, kriteria
khusus yang digunakan yaitu:

a) Seluruh daerah kabupaten/kota di Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan daerah
tertinggal/terpencil.
b) Karakteristik daerah yang meliputi: daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah
perbatasan dengan negara lain, daerah rawan banjir/longsor, daerah yang masuk dalam
kategori ketahanan pangan, dan daerah pariwisata. Dari hal ini, seluruh daerah
kabupaten/kota di Provinsi Papua, Papua Barat, dan daerah tertinggal/terpencil
diprioritaskan untuk mendapatkan alokasi DAK.

3) Kriteria Teknis

Kriteria Teknis disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat

menggambarkan kondisi sarana dan prasarana, dan tingkat kinerja pelayanan

masyarakat serta pencapaian teknis pelaksanaan kegiatan DAK di daerah.

Kriteria teknis kegiatan DAK dirumuskan oleh masing-masing menteri teknis

terkait, yakni:8

a) Bidang Pendidikan dirumuskan oleh Menteri Pendidikan;


b) Bidang Kesehatan dirumuskan oleh Menteri Kesehatan;

12
c) Bidang Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Irigasi dan Infrastruktur Air Minum dan Senitasi
dirumuskan oleh Menteri Pekerjaan Umum;
d) Bidang Prasarana Pemerintahan dirumuskan oleh Menteri Dalam Negeri;
e) Bidang Kelautan dan Perikanan dirumuskan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan;
f) Bidang Pertanian dirumuskan oleh Menteri Pertanian;
g) Bidang Lingkungan Hidup dirumuskan oleh Menteri Lingkungan Hidup;
h) Bidang Keluarga Berencana dirumuskan oleh Kepala Badan Koordinator Keluarga
Berencana Nasional;
i) Bidang Kehutanan dirumuskan oleh Menteri Kehutanan;
j) Bidang Sarana dan Prasaranan Pedesaan dirumuskan oleh Menteri Negara Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal; dan
k) Bidang Perdagangan dirumuskan oleh Menteri Perdagangan.

c. Arah Kebijakan DAK

Dibandingkan dengan arah kebijakan DAK tahun 2008, untuk TA. 2009 terdapat beberapa
perbedaan arah kebijakan DAK yang dapat dibandingkan sebagai berikut:10 Persandingan
kebijakan DAK antara RKP 2008 dan RKP 2009 No. RKP 200811 RKP 200912

1. Diprioritaskan untuk membantu daerahdaerah dengan kemampuan fiskal rendah atau


dibawah rata-rata nasional. Diprioritaskan untuk membantu daerahdaerah dengan
kemampuan fiskal rendah atau sedang.
2. Sasaran lokasi penerima DAK relatif belum jelas. Sasaran lokasi penerima DAK sudah jelas
yang difokuskan untuk daerah tertinggal, daerah ketahanan pangan, dan daerah pariwisata.
3. Jumlah Bidang DAK sebanyak 11 Bidang, meliputi:

a) Pendidikan
b) Kesehatan
c) Prasarana Jalan
d) Prasarana Irigasi
e) Prasarana Air Minum dan Penyehatan Lingkunga
f) Kelautan dan Perikanan

13
g) Prasarana Pertanian
h) Prasarana Pemerintahan
i) Lingkungan Hidup
j) Kependudukan
k) Kehutanan.

4. Tidak ada prioritas daerah penerima DAK dalam pengalokasian DAK berdasarkan kriteria
umum (kinerja pelayanan belum digunakan sebagai indikator alokasi). Adanya prioritas
daerah penerima DAK dalam pengalokasian DAK berdasarkan kriteria umum (kinerja
pelayanan sudah mulai digunakan sebagai indikator alokasi).

d. Administrasi Pengalokasian DAK

Administrasi pengelolaan DAK dimulai dari penetapan prioritas nasional dalam RKP sampai
dengan pertanggungjawaban atas pelaksanaan DAK. Proses Penetapan Alokasi DAK Dalam
rangka pelaksanaan penetapan DAK, terdapat sejumlah proses yang secara sistematis dapat
dijelaskan sebagai berikut:

a) Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), dilakukan perumusan kebijakan umum DAK
di APBN, termasuk didalamnya bidang-bidang yang akan di danai dari DAK.
b) Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional melakukan koordinasi dalam rangka pembahasan kegiatan khusus yang diusulkan
oleh Menteri Teknis.
c) Menteri Keuangan melakukan penghitungan alokasi DAK berdasarkan kriteria umum,
kriteria khusus, dan kriteria teknis.
d) Menteri keuangan menetapkan alokasi DAK untuk masing-masing daerah melalui Peraturan
Menteri Keuangan. Berkaitan dengan penetapan alokasi DAK oleh Menteri Keuangan,
rincian alokasi kepada masing-masing daerah ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri
Keuangan.

Penetapan ini kemudian disampaikan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan kepada
kepala daerah penerima DAK, Menteri Teknis, Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

DAU atau Dana Alokasi Umum adalah salah satu dana perimbangan yang menjadi bagian
dari sumber pendapatan daerah. DAU dialokasikan berdasarkan persentase tertentu dari
pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu daerah
ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan
yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang formula dan penghitungan
DAU-nya ditetapkan sesuai Undang-Undang.

Penganggaran DAK dilakukan dengan cara Menteri Teknis mengusulkan kegiatan khusus
yang akan di danai dari DAK dan ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam
Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai
dengan RKP. Selanjutnya, Menteri Teknis menyampaikan ketetapan mengenai kegiatan khusus
tersebut kepada Menteri Keuangan, yang akan dipergunakan oleh Menteri Keuangan untuk
melakukan perhitungan alokasi DAK. Perhitungan alokasi DAK per daerah harus memenuhi
kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan.

Pelaksanaan DAK di daerah, dilakukan melalui mekanisme APBD dan


dipertanggungjawabkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Penyaluran DAK sejak
tahun 2008 dilaksanakan melalui BUN dengan cara memindahbukukan dari rekening kas umum
negara ke rekening kas umum daerah.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Dana_Alokasi_Umum

https://id.wikipedia.org/wiki/Dana_Alokasi_Khusus

http://dedetzelth.blogspot.co.id/2013/05/dana-alokasi-umum-dan-dana-alokasi.html

http://juwitasinaga52.blogspot.co.id/2015/03/dana-alokasi-umum-dau-dan-dana-alokasi.html

http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-dana-alokasi-umum-definisi.html

https://primalifejournal.wordpress.com/2013/03/19/dana-alokasi-khusus-dak/

16

Anda mungkin juga menyukai