Anda di halaman 1dari 8

PROTOTYPE SISTEM KENDALI

PENGISIAN AIR PDAM


BERBASIS PLC OMRON CPM 2A
Mohammd Rizal Purnama1
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
1
rizalpurnama.69@gmail.com

ABSTRAK
Air merupakan salah satu kebutuhan penting bagi manusia. Air PDAM merupakan sumber air utama yang
digunakan oleh masyarakat. Pada kondisi tertentu menyebabkan PDAM tidak dapat menyediakan pasokan air
secara kontinyu. Sistem kontrol pengisian air pada tangki penampungan merupakan sistem kendali berbasis PLC
CPM 2A yang mengatur Valve solenoide untuk membuka dan menutup berdasarkan kondisi level air pada tangki
penampungan dan kondisi supply air dari PDAM. Desain sistem terdiri dari perakitan hardware untuk sensor air
yang terhubung dengan probe. Perakitan PLC dengan sensor dan solenoide valve, serta software PLC
menggunakan Ladder diagram yang dirancang menggunakan CX Programmer. Prinsip kerja sistem kontrol ini
adalah dengan memperhatikan keadaan setiap sensor yang terdiri dari sensor level bawah, sensor level atas, dan
sansor supply air untuk membuka dan menutup Solenoide valve.

Kata Kunci: PLC, CX Programmer, Solenoide Valve.

I. PEDAHULUAN Melalui penelitian ini, maka akan


dilakukan perancangan prototipe suatu
A. Latar Belakang sistem kendali pengisian tandon air yang
Air PDAM merupakan sumber air utama yang bersumber dari PDAM yang berbasis PLC
digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi Omron 2 A
berbagai. 75% konsumsi air PDAM di jawa
barat pada tahun 2009-2012 dimanfaatkan untuk B. Rumusan Masalah
kebutuhan rumah tangga.S ejalan dengan Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah
meningkatnya penggunaan air secara luas dan dipaparkan maka rumusan masalah pada penelitian
kondisi musim kemarau menyebabkan PDAM ini adalah bagaimana rancang bangun system yang
tidak dapat menyediakan air secara kontinyu dapat mendeteksi keberadaan air di pipa yang
mengakibatkan permasalahan pada konsumen, bersumber dari PDAM dan mengendalikan
antara lain mengalami pemutusan aliran air. pengisian tangki air berbasis PLC Omron CPM 2 A
Sering kali saat kran dibuka yang mengalir C. Tujuan Penelitian
adalah angin, sehingga menyebabkan pegerakan Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir
meter yang tentunya akan merugikan konsumen. ini adalah merancang bangun system yang dapat
Pada sistem pengisian tandon secara mengendalikan pengisian tangki air PDAM
konvensional, solenoid valve terus dibuka untuk berbasis PLC yang dapat menentukan kapan
memastikan tangki terisi ketika air sudah solenoid valve di buka dan di tutup untuk
mengalir dari PDAM. Tetapi jika tidak ada yang mengendalikan pengisian air
mengendalikan maka air akan penuh dan D. Batasan Masalah
terbuang percuma, selain itu kondisi solenoide Adapun batasan pada penelitian ini adalah:
valve yang terus terbuka tetapi air tidak terisi 1. Sistem kontrol yang digunakan adalah
akan menyebabkan overheat dan mengalami sistem kontrol On Off, sensor yang
kerusakan. penggunaan PLC pada penelitian ini digunakan hanya mendeteksi keberadaan
dibutuhkan untuk mengendalikan pengisian air air. Tidak mengukur volume, aliran atau
pada tandon air. PLC dirancang untuk ketinggian air.
menggantikan suatu rangkaian relay sequensial 2. Supply air berasal dari PDAM
dalam suatu dalam suatu sistem kontrol. Alat 3. Digunakan hanya untuk air pam
yang dirancang menggunakan PLC yang perumahan di perum Bumi Hegar Asih
berfungsi sebagai pengendali utama berdasarkan
masukan yang berasal dari sensor, untuk E. Manfaat Penelitian
mengendalikan solenoid valve.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan atau sebaliknya, transformator ini lebih dikenal
diperoleh manfaat dari sisi praktis dan juga sisi sebagai auto transformator.
akademis. Manfaat yang diharapkan pada penelitian 2. Transformator 2 Belitan
ini adalah: Transformator 2 belitan mempunyai 2 belitan
1. Manfaat Bagi Bidang Akademis yaitu tegangan tinggi dan tegangan rendah,
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dimana primer dan sekunder berdiri sendiri.
kontribusi akademik khususnya dibidang mata 3. Transformator 3 Belitan
kuliah Sistem Instrumentasi. Sedangkan pada transformator 3 belitan
2. Manfaat Pada Sisi Praktis mempunyai belitan primer, sekunder dan tertier,
a. Dapat menjadi solusi konsumen PDAM masing-masing berdiri pada tegangan yang
dalam rangka pemenuhan kebutuhan air berbeda.
yang tidak dapat memastikan kapan air B. Beban Seimbang dan Beban Tidak Seimbang
mengalir dari PDAM. 1. Beban Seimbang
b. Untuk mengurangi penunjukan meter Yang dimaksud dengan keadaan seimbang
penggunaan air akibat angin. adalah suatu keadaan di mana:
Ketiga vektor arus I tegangan sarna besar.
II. Landasan Teori 0
Ketiga vektor saling membentuk sudut 120
A. Programmable Logic Controller (PLC) satu sarna lain.
Sebuah PLC (Programmable Logic Controller)
Gambar 2.2 Vektor Diagram Arus[6]
adalah sebuah alat yang digunakan untuk
menggantikan rangkaian sederetan relay yang ada 2. Beban Tidak Seimbang
pada sistem kontrol konvensional. PLC bekerja Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan
dengan cara mengamati masukan (melalui sensor), tidak seimbang adalah keadaan salah satu atau
kemudian melakukan proses dan melakukan kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi.
tindakan sesuai yang dibutuhkan, berupa Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu:
menghidupkan atau mematikan keluaran. Program Ketiga vektor sama besar tetapi tidak
0
yang digunakan adalah berupa ladder diagram yang membentuk sudut 120 satu sarna lain.
kemudian harus dijalankan oleh PLC. Dengan kata
Ketiga vektor tidak sama besar tetapi
lain PLC menentukan aksi apa yang harus 0
dilakukan pada instrument keluaran yang berkaitan membentuk sudut 120 satu sarna lain.
dengan status suatu ukuran atau besaran yang Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak
0
diamati. Proses yang di kontrol ini dapat berupa membentuk sudut 120 satu sarna lain[1].
regulasi variabel secara kontinyu seperti pada
sistem - sistem servo, atau hanya melibatkan
kontrol dua keadaan (on/off) saja, tetapi dilakukan
secara berulang-ulang seperti umum dijumpai pada
mesin pengeboran, sistem konveyor dan lain
sebagainya. [8].
A. Transformator
Transformator merupakan suatu alat listrik yang
mengubah tegangan arus bolak balik dari satu
tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu Gambar 2.2 Vektor Diagram Arus[6]
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip-prinsip Gambar 1(a) menunjukkan vektor diagram arus
induksi-elektromagnet dimana perbandingan dalam keadaan seimbang. Di sini terlihat bahwa
penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT)
tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder
adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus
berbanding lurus dengan perbandingan jumlah
netral (IN). Sedangkan pada Gambar 1(b)
lilitan dan berbanding terbalik dengan
perbandingan arusnya. menunjukkan vektor diagram arus yang tidak
seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan
ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) tidak sama
dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu
arus netral (IN) yang besarnya bergantung dari
seberapa besar factor ketidakseimbangan[6].
Gambar 2.1 Transformator[7]
C. Arus Netral
1. Jenis Transformator Untuk arus tiga fasa dari suatu sistem yang tidak
Transformator dapat dibedakan berdasarkan seimbang dapat juga diselesaikan dengan
pasangan atau kumparan Lilitannya yaitu: menggunakan metode komponen simetris. Dengan
1. Transformator 1 Belitan menggunakan notasi-notasi yang sama seperti pada
Pada transformator 1 belitan, maka lilitan tegangan akan didapatkan persamaan-persamaan
primer merupakan bagian dari lilitan sekunder untuk arus-arus fasanya sebagai berikut :
Ia = I1 + Ib + Ic pengertian tersebut, faktor daya (cos ) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Ib = a2 I1 + aI0 Factor Daya = ( daya aktif / daya semu )
Ic = aI1 + a2 I2 + I0 = PS
Dalam sistem tiga fasa empat kawat ini jumlah = (V. I. cos /V. I)
arus dalam saluran sama dengan arus netral yang = cos
kembali lewat kawat netral. Jika arus-arus fasanya Untuk penjelasan tentang daya-daya dapat dilihat
seimbang maka arus netralnya akan bernilai nol, pada segitiga daya pada gambar 2.4:
tapi jika arus-arus fasanya tidak seimbang, maka
akan ada arus yang mengalir di kawat netral sistem
(arus netral akan mempunyai nilai dalam arti tidak
nol)[3].

D. Penyaluran Daya
Dalam penyaluran daya dilakukan dua keadaan,
yaitu penyaluran daya pada keadaan arus seimbang Gambar 2.4 Segitiga Daya[3]
dan penyaluran daya pada keadaan arus tidak Daya Semu (S) = V . I ( VA)
seimbang[9]. Daya Aktif (P) = V .I . cos ( Watt)
1. Penyaluran Daya Pada Keadaan Arus Seimbang Daya Reaktif (O) = V. I . sin (VAr)
Misalkan daya sebesar P disalurkan melalui F. Rugi-rugi dan Efesiensi Transformator
suatu saluran dengan penghantar netral. Apabila Rugi-rugi pada transformator disebabkan oleh
pada penyaluran dayaini arus-arus fasa dalam rugi inti dan rugi tembaga. Rugi inti bisa terjadi
keadaan seimbang, maka besarnya daya dapat karena rugi arus eddy dan rugi histerisis, sementara
dinyatakan: rugi tembaga terjadi karena adanya arus mengalir
= . []. [] pa lilitan tembaga yang mempunyai nilai I2R.
dengan : 1. Rugi Besi (Pi)
P : daya ujung kirim Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan
V : tegangan pada ujung kirim fluks bolai-balik pada inti besi. Besarnya rugi
Cos : faktor daya histerisis berbanding dengan luas histerisis loop
I : arus atau dinyatakan sebagai berikut:
1.6
Daya yang sampai ujung terima akan lebih Ph = K h . f. Bm
kecil dari P karena terjadi penyustan dalam saluran. Dimana:
Penyusutan daya ini dapat diterangkan dengan Ph : rugi histerisis (watt)
menggunakan diagram fasor tegangan saluran Bm : fluks maksimun (weber)
model fasa tunggal seperti pada gambar 2.3: Kh : konstanta histerisis
f : frekusensi (Hz)
Rugi arus eddy (Pe), yaitu rugi yang disebabkan
arus pusar pada inti besi.
Pe = K e . f 2 . Bm
Dimana:
Pe : rugi arus eddy (waat)
Gambar 2.3 Diagram Fasor Tegangan Saluran Ke : konstanta
Daya Model Fasa Tunggal[3]
2. Penyaluran Daya Pada Keadaan Arus Tidak
Seimbang
Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam
penyaluran daya sebesar P pada keadaan seimbang, Gambar 2.5 Rugi Eddy Current [9]
maka pada penyaluran daya yang sama tetapi tidak 2. Rugi Tembaga (Pcu)
seimbang besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan Rugi tembaga adalah rugi-rugi lilitan primer
dengan koefisien a, b, dan c adalah sebagai dan sekunder. Lilitan primer dan sekunder ini
berikut[3] : terbuat dari kawat tembaga yang mempunyai
[IR ] = a[I] panjang dan penampang.
[IS ] = b[I] Rugi tembaga primer:Pcu (primer) = Ip2 . R p

[IT ] = c[I] =Ip2 (Lp. )
Ap
Dengan IR, IS, dan IT berturut adalah arus fasa R, S
dan T. Rugi tembaga sekunder :Pcu (sekunder) = Is2 . R s

=Is2 . Ls .
As
E. Faktor Daya Dimana:
Pengertian faktor daya (cos ) adalah Rp dan Rs: Tahanan primer dan sekunder (ohm)
perbandingan daya aktif (P) dan daya semu (S). dari
Lp dan Ls: Panjang kawat primer dan sekunder
Mulai
(meter)
: Tahanan jenis tembaga (00.0175)
Ap dan As : Penampang kawat primer dan sekunder
(mm2) Studi Literatur
Ip dan Is : Arus Primer dan sekunder (ampere)[9].
3. Efesiensi Transformator ()
Efesiensi dihitung dari perbandingan daya Rumusan Masalah
keluar (output):
Efesiensi ()= daya keluar/daya masuk
= daya keluar/(daya keluar + rugi) Pengumpulan Data
penyulang guntur,
= 1 ( rugi/daya masuk)[9] data panjang
jaringan
G. Perhitungan Arus Beban Penuh
Transformator
Perhitungan Data
Daya transformator bila ditinjau dari sisi
tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan sebagai
berikut : Uji Data ketidakseimbangan
= . . beban
dimana :
S : daya transformator (kVA) Gagal
V : tegangan sisi primer trafo (kV)
I : arus jala-jala (A) Apakah Uji Data
ketidakseimbangan beban
1. Losses Akibat Arus Netral pada Penghantar berhasil atau gagal?
Netral Transformator
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban
antara tiap-tiap fasa pada sisi sekunder trafo (fasa
Berhasil
R, fasa S, fasa T) mengalirlah arus di netral trafo.
Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo ini
Analisis
menyebabkan losses (rugi-rugi). Losses pada
penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
= . Intepretasi Hasil
dimana :
PN : losses penghantar netral trafo (watt)
IN : arus pada netral trafo (A) Selesai
RN : tahanan penghantar netral trafo (ohm)
Gambar 3.1 Flow chart penelitian
III. Metodologi Penelitian
Metodologi yang dipakai pada penyusunan IV. Data Penyulang Guntur
tugas akhir ini meliputi beberapa tahapan, berikut A. Data karakteristik kabel TIC (TwistedInsuated
adalah alur dari proses penelitian yang akan Cable)
dilakukan:
Phase

Current Carrying
Capacity
Cable size Conducor
Resistance
At 20 C
At 40
At 30 C
C

Mm2 Ohm/Km A A

2x25+1x50 1,090 166 105

2x35+1x50 0,881 139 126

2x50+1x50 0,606 160 145


2x70+1x50 0,401 203 185 V. Perhitungan dan Pembahasan
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh hasil
2x95+1x70 0,324 230 208 yang diinginkan peneliti. Semua perhitungan yang
digunakan pada penelitian ini berdasarkan pada
3x25+1x50 1.090 116 105 diagram alir satu garis sistem 20 kV penyulang
Guntur melalui SUTM 20 kV. Adapun uraian
3x35+1x50 0,881 139 126 perhitungan sebagai berikut :
3x70+1x50 0,401 203 185 IR = 243 A
IS = 298 A
3x95+1x70 0,324 230 208
IT = 238 A
3x25+1x502x16 1,090 166 105 A. Menghitung Beban Arus Rata-rata
Setelah mendapatkan hasil arus beban yang
3x35+1x502x16 0,881 139 126 terukur, selanjutnya arus beban rata-rata dapat
dihitung sebagai berikut :
3x50+1x502x16 0,606 160 145
Ir +Is +It
Irata-rata =
3
3x70+1x502x16 0,401 203 185
243+298+238
=
3x95+1x502x16 0,324 230 208 3
= 259,7 A
Dengan menggunakan persamaan 2.10 koefisien a,
B. Data Panjang Jaringan Penyulang Guntur b, dan c, dapat diketahui besarnya. Besarnya arus
Panjang fasa dalam keadaan seimbang (I) sama dengan
jaringan besarnya arus rata-rata (Irata).
Nama Daya Jumlah
Gardu (kVA) SUTR TIC Jurusan IR
3x70+N IR = a. Irata , maka a = = 243259,7 = 0.94
Irata
(Kms) IR
WPT 250 0.856 3 IS = b. Irata , maka b = = 298259,7 = 1,15
Irata
IR
IT = c. Irata , maka c = = 238259,7 = 0.92
1. Data Trafo Penyulang Guntur Irata
Daya Pada keadaaan seimbang besarnya koefisien a, b,
Wilayah
Penyulang Gardu Terpaasang dan c adalah 1.
UPJ
(kVA) Dengan demikian, rata-rata ketidakseimbangan
LELES Guntur WPT 250 beban (dalam %) adalah :
{|a1|+|b1|+|c1|}
2. Pengukuran tegangan beban trafo = x 100
3
Tegangan Pangkal (V)
R S T {|0.94 1|+|1.15 1|+0.92 1||}
= X 100
225 222 224 3
3. Pengukuran beban trafo
Arus beban (A) Arus No. Tiang = 13%
R S T Netral (A) Ujung B. Menghitung Losses Akibat Adanya Arus
WPT Netral Trafo Distribusi WPT
28 45 28 111R01 Untuk mendapatkan nilai tahanan penghantar
65 netral pada trafo jaringan distribusi penyulang
215 250 210 WPT
308L03 Guntur adalah sebagai berikut :
L = 0,856 Kms
= 0,41
RN = L x
C. Data Trafo yang Tepasang = 0,856 x 0,41
Trafo yang digunakan pada penyulang Guntur = 0,343
20 kV adalah sebagai berikut : Dengan menggunakan persamaan 2.22 losses
1. Nama Garu : WPT tersebut dapat dihitung seperti dibawah ini :
Daya : 250 kVA PN = IN2 . R N
Rated Voltage Primer : 20.000 Volt = (65)2 . 0,343
Rated Voltage Sekunder : 400 Volt = 1450,3 Watt 1,4503 kW
Rated Cureent Primer :7,22 Ampere Untuk menghitung persentase losses, harus
Rated Cureent Ssekunder : 360,84 diketahui terlebih dahulu daya aktif trafo (P):
Ampere P = S. cos , dimana cos yang digunakan adalah
0,80
P = 250 . 0,80 = 200 kW Adapun cara untuk mengatasi masalah beban
Dengan demikian, persentase losses akibat adanya tidak seimbang pada trafo adalah dengan cara
arus netral pada penghantar netral trafo adalah
Pn Beban (Ampere)
= 100% N Nama
P Rata-
1,4503 o Gardu Fasa R Fasa S Fasa T
= 100% rata
200
PN = 0,72513% 1 WPT 243 298 238 259,7
memindahkan fasa yang berbeban lebih tinggi ke
C. Membandingkan Persentase Daya Terukur fasa yang lebih rendah seperti table
Dan Arus Terukur Beban dari fasa S dipindahkan ke fasa T sebesar
Pertama-tama menhitung kondisi beban tidak 21A dan beban dari fasa S dipindahkan ke fasa R
seimbang, untuk mempermudah perhitungan dibuat sebesar 17A. Sehingga diperoleh hasil
tabel : penyeimbangan beban sperti pada tabel
Tegangan Arus Daya No Nama Beban (Ampere) Keterangan
Fasa Gardu Fasa Fasa Fasa
(Volt) (Ampere) (VA)
Fasa R 225 243 54675 R S T
Fasa S 222 298 66156 1 WPT 260 260 259 Beban di
Fasa T 224 238 53312 Fasa R, S
Total 174143 dan T
Persentase daya terukur dibandingkan daya sudah
terpasang : seimbang
174145 Dari hasil pengukuran tersebut fasa arus tinggi
Persentase = x 100 %
250000 dapat dipindahkan ke fasa arus rendah. Sehingga
= 69,657% arus ketiga fasa seimbang seperti yang digambarkan
Persentase arus terukur pada gambar single line
243
Fasa R = x 100 % 20 kV

360,84
= 67,34%
298
Fasa S = x 100 % Fuse Cut Out
360,84 Arrester

= 82,59%
238
Fasa T = 100 % x

360,84
= 65,96%
Selanjutnya menghitung asumsi kondisi beban
simbang. Diasumsikan kondisi beban fasa R, S dan
CB
T seimbang, untuk mempermudah perhitungan Keterangan :
X = Trafo
dibuat tabel CB = Saklar Utama
B1 = Trafo 380 V
Fasa Tegangan Arus Daya (VA) B1
(Volt) (Ampere)
NH Fuse NH Fuse NH Fuse
Fasa R 225 259,7 58432,5
Fasa S 222 259,7 57653,4
Jurusan 1 Jurusan 2
Fasa T 224 259,7 58172,8 Jurusan 3

Total 174258,7 Gambar single line Gardu WPT


Persentase daya terukur dibandingkan daya
terpasang:
174258,7
Persentase = 100%
250000
= 69,703%
Persentase arus terukur dibandingkan dengan arus
nominal:
259,7
Fasa R = 100%
360,84
= 71,97%
259,7
Fasa S = 100%
360,84
= 71,97%
259,7
Fasa T = 100%
360,84
= 71,97%

D. Pembahasan
20 kV
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Fuse Cut Out dianalisa, maka terdapat beberapa saran yang
Arester
menjadi pertimbangan yaitu:
X
1. Pengaturan konfigurasi jaringan harus di
lakukan di lapangan untuk meminimalisir
ketidakseimbangan beban.
2. Pengukuran beban secara berkala harus
Keterangan :
X = Trafo
CB Saklar Utama dilakukan untuk memperhatikan perkembangan
CB = Saklar Utama
B1 = Trafo 380 V
B2 = Tiang
beban.
PL = Pelanggan
3. Penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan dan
B1
pembendaharaan dan acuan untuk penelitian
NH Fuse NH Fuse NH Fuse
selanjutnya.
B2
Jurusan 1 Jurusan 2 Jurusan 3

FA
DAFTAR PUSTAKA
SA
T
[1] Agus Adiwismono,2010,Susut Pada Trafo
S
SA
R

FA
FASA

PL 1 PL 2 PL 3 PL 1 PL 2 PL 3 PL 1 PL 2 PL 3 Distribusi 200 KVA, Teknik Elektro,


Politeknik Negeri Semarang.
PL 11 PL 21 PL 31 PL 11 PL 21 PL 31 PL 11 PL 21 PL 31
[2] Aprilian P. Kawihing, Maickel Tuegeh, ST,
MT, Lily S. Patras,ST, MT, Ir. Marthinus
Gambar single line kondisi beban tidak Pakiding, MT,2013,Pemerataan Beban
seimbang Gardu WPT Transformator Pada Saluran Distribusi
20 kV

Sekunder, Teknik Elektro, UNSRAT,


Fuse Cut Out Manado,.
Arester
[3] IR. Badaruddin,2012, MT,Pengaruh
X
Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus
Netral Dan Losses pada Trafo Distribusi
Keterangan :
Proyek Rusunami Gading Icon, Universitas
X = Trafo
CB = Saklar Utama
B1 = Trafo 380 V
B2 = Tiang
CB
Mercu Buana.
PL = Pelanggan
[4] Iskandar Zulkarnain,2009,Analisis Pengaruh
B1 harmonisa Terhadap Arus Netral,Rugi-Rugi
NH Fuse NH Fuse NH Fuse
Dan Penurunan Kapasitas Pada
Jurusan 1 Jurusan 2 Jurusan 3
B2
Transformator Distribusi,Teknik Elektro
FA
SA
T
Universitas Diponegoro.
R

S
FASA

FASA

PL 1 PL 2 PL 3 PL 2 PL 3 PL 1 PL 2 PL 3 [5] Julius Sentosa Stiadji, Tabrani


PL 31 PL 11 PL 21 PL 31 PL 11 PL 1 PL 21 PL 31 PL 11
Machmudsyah, Yanuar Isnanto,2006,
PL 21

Pengaruh Ketidakseimbangan Beban


Terhadap Arus Netral dan Losses pada Trafo
Gambar single line kondisi seimbang di Gardu Distribusi, Teknik Elektro Universitas
WPT Kristen Petra.
[6] Koes Indrakoesoema, Yayan Andryanto, M
VI. Kesimpulan dan Saran Taufiq,2012,Pengaruh Ketidakseimbangan
A. Kesimpulan Beban Transformator Kering BHT01 RAG
Berdasarkan analisa hasil perhitungan dan GA Siwabessy Terhadap Arus Netral Dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Rugi-Rugi, Pusat Teknologi Akselelator dan
1. Ketidakseimbangan beban sangat berpengaruh Proses Bahan Yogyakarta.
terhadap arus netral dan rugi daya trafo [7] MHD. Arifin Siregar,2013,Analisis
distribusi. Ketidakseimbangan Beban Pada
2. Ketidakseimbangan beban pada gardu WPT Transformator Distribusi Di PT PLN
sebesar 13% dari kondisi beban tidak seimbang. (PERSERO) Rayon Panam Pekanbaru,
3. Besar rugi daya pada penghantar netral trafo Teknik Elektro, Universitas Islam Negeri
pada gardu WPT sebesar 0,72455%. Semakin Sultan Syarif Kasim Riau.
besar arus netral yang meengalir dipenghantar [8] Moh dahlan,2009,Analisis
netral trafo, semakin besar rugi daya pada Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus
penghantar netral trafo. Netral Dan Losses Paada Transformator
4. Untuk meminimalisir area padam yaitu Distribusi,Dosen Fakultas Teknik Unversitas
memindahkan salah satu fasa, beban dari fasa S Muria Kudus.
PL1 dipindahkan ke fasa T sebesar 21 A dan [9] Noerman perbawana,2009,Studi Pengaruh
beban dari fasa S dipindahkan ke fasa R PL 31 Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus
sebesar 17 A. Netral dan Rugi Daya Trafo
Distribusi,Teknik Elektro Unversitas
Politeknik Negeri Bandung.
[10] Yoakim Simamora, Panusur S.M.L.
Tobing,2014,Analisis Ketidakseimbangan
Beban Transformator Distribusi Untuk
Identifikasi Beban Lebih Dan Estimasi
Rugi-Rugi Pada Jaringan Tegangan
Rendah,Konsentrasi Energi Listrisk
Universitas Sumatra Utara.

Anda mungkin juga menyukai