Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

DEFINISI, SIFAT-SIFAT, PEMANFAATAN DAN PROSES


PEMBAKARAN BATUBARA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

ABDUL RAHMAN SAYUTI ( 122014014 )


NURMEI KHASANAH ( 122014063 )

DOSEN PEMBIMBING : NETTY HERAWATI, ST, MT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS TEKNIK KIMIA
TAHUN PELAJARAN 2016
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan


makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Teknologi Batubara khususnya tentang Definisi, sifat, pemanfaatan, dan proses
pembakaran batubara, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari sumber
Laporan Hibah Buku Ajar Tahun 2014. Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang Teknologi Batubara yang didalamnya
membahas tentang Definisi, sifat, pemanfaatan, dan proses pembakaran batubara.
Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami
menyusun makalah ilmiah.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Palembang, April 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3. Tujuan Masalah ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3


2.1. Definisi Batubara .......................................................................... 3
2.2. Sifat-sifat Batubara........................................................................ 4
2.3. Batubara di Indonesia .................................................................... 6
2.4. Pemanfaatan Batubara ................................................................... 9
2.5. Proses Pembakaran........................................................................ 24

BAB III LATIHAN SOAL .............................................................................. 26


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam
dengan komposisi yang cukup kompleks bahan organic utamanya yaitu tumbuhan
yang dapat di tengarai berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora,
pollen, dammar, dan lain-lain.
Batubara berasal dari tumbuhan-tumbuhan yang mengalami proses
pembusukan, pemampatan, dan proses perubahan sebagai akibat bermaam-macam
pengaruh kimia dan fisika.
Konsep batubara berasal dari sisa tumbuhan diperkuat dengan
ditemukannya cetakan tumbuhan didalam lapisan batubara.
Sifat fisik dan kimia batubara adalah sebagai berikut:
1. Sifat fisik batubara meliputi nilai panas, kadar air, dan bahan mudah menguap
dan abu.
2. Sifat kimia batubara tergantung dari kandungan berbagai bahan kimia seperti
karbon, hydrogen, oksigen dan sulfur
3. Nilai kalor batubara beraneka ragam dari tambang batubara yang satu ke yang
lain.
Dalam pemanfaatannya, batubara harus diketahui dulu kualitasnya. Hal
ini dimaksudkan agar spesifikasi mesin atau peralatan yang memanfaatkan
batubara sebagai bahan bakarnya sesuai dengan mutu batubara yang akan
digunakan, sehingga mesin-mesin tersebut dapat berfungsi optimal dan tahan
lama.
Secara umum, parameter kualitas batubara yang lazim digunakan adalah
kalori, kadar kelembaban, kandungan zat terbang, kadar abu, kadar karbon, kadar
sulfur, ukuran, dan tingkat ketergerusan, dismping parameter lain seperti analisa
unsure terdapat dalam abu ( SiO2, Al2O3, P2O5, Fe2O3, dll), analisa komposisi
sulfur ( pyritic sulfur, sulfate sulfur, organic sulfur), dan titik leleh abu ( ash
fusion temperature)
1.2. Permasalahan
1. Apa yang Dimaksud Dengan Batubara?
2. Apa Saja Sifat-sifat Batubara?
3. Bagaimana Batubara di Indonesia
4. Bagaimana Pemanfaatan Batubara?
5. Bagaimana Proses Pembakaran Batubara?

1.3. Tujuan Masalah


1. Mengetahui Apa itu Batubara
2. Mengetahui Sifat-sifat Dari Batubara
3. Mengetahui Batubara di Indonesia
4. Mengetahui Pemanfaatan Batubara
5. Mengetahui Proses Pembakara Batubara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi batubara


Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Secara umum batu bara
adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. The
internasional hand book of coal petrografi (1963) menyatakan batubara adalah
batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tanaman dari variasi
tingkat pengawetan, diikat proses kompaksi dan terkubur dalam cekungan-
cekungan pada kedalaman bervariasi, mulai dari dangkal sampai dengan dala.
Beberapa pakar yang mendefinisikan batu bara diantaranya adalah :
1. Spakman (1958)
Batu bara sebagai suatu benda padat karbonan berkomposisi maseral tertentu.
2. Theiesen (1974)
Batu bara adalah suatu benda padat yang kompleks yang terdiri atas beragam
unsur kimia ataupun merupakan benda organik yang sangat rumit.
3. Achmad prijono, dkk (1992)
Batu bara adalah bahan bakar hidrokarbon terlambat yang terbentuk dari
tumbuh-tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen serta terkena pengaruh
temperatur dan tekanan yang berlangsung sangat lama.
4. Simon dan hopkins
Batu bara adalah batuan yang mudah terbakar yang berasal dari akumulasi
perubahan tumbuhan secara fisika dan kimia.
5. Muchjidin (2005)
Batu bara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah
heterogen dan mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen
sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan.
Dari beberapa definisi di atas, batu bara dapat di definisikan sebagai
batuan sedimen organik hidro karbon terlambat yang dapat terbakar serta
terbentuk di alam dari akumulasi tumbuhan yang telah mengalami perubahan,
baik secara kimia maupun fisika, dalam kondisi bebas oksigen yang berlangsung
pada tekanan dan temperatur tertentu dalam waktu yang sangat lama.

2.2. Sifat-sifat Batubara


2.2.1. Sifat fisik batu bara
a. Berat jenis (specific gravity)
Yaitu perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa
jenis air murni. Berat jenis batu bara sangat bergantung pada jumlah dan jenis
mineral yang di kandung abu dan juga kekompakan porositasnya. Kandungan
karbon juga akan mempengaruhi kualitas batu bara dalam penggunaan. Batu
bara jenis yang rendah menyebabkan sifat pembakaran yang tidak baik.
b. Kekerasan
Yaitu suatu sifat yang dimiliki oleh sebagian besar benda termasuk batu
bara. Kekerasan batubara berkaitan dengan struktur batu bara yang ada. Keras
atau lemahnya batubara juga terkandung pada komposisi dan jenis
batubaranya. Kekerasan batu bara dapat di uji dengan mesin hardgrove
grindibility index (HGI). Semakin tinggi nilai HGI, maka batubara tersebut
semakin lunak. Sebaliknya, jjika nilai HGI batubara tersebut semakin rendah
maka batubara tersebut semakin keras.
c. Warna
Warna batubara bervariasi mulai dari warna coklat pada lignit hingga
warna hitam legam pada antrasit. Warna variasi litotipe (batubara yang kaya
akan vitrain) umumnya berwarna cerah.
d. Goresan
Lignit mempunyai goresan hitam keabu-abuan, batubara berbitumin
mempunyai warna goresan hitam, batubara cannel mempunyai warna goresan
dari coklat hingga hitam legam. Goresan batubara warnanya berkisar antara
terang sampai coklat tua.
e. Pecahan
Pecahan batubara memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dalam
sifat memecahnya. Ini dapat juga memperlihatkan sifat dan mutu dari suatu
batubara. Antrasit dan batubara cannel mempunyai pecahan konkoidal. Batu
bara dengan zat terbang tinggi, cenderung memecah dalam bentuk persegi,
balok atau kubus.

2.2.2. Sifat kimia batubara


a. Karbon
Jumlah karbon yang terdapat dalam batu bara bertambah sesuai dengan
peningkatan derajat batubaranya. Kenaikan derajatnya dari 60% hingga 100%.
Unsur karbon dalam batubara sangat penting peranannya sebagai sumber
panas. Karbon dalam batubara tidak berada dalam unsurnya tetapi dalam
bentuk senyawa.
b. Hidrogen
Hidrogen yang terdapat dalam batu bara berangsur-ansur habis akibat
evolusi metan. Kandungan hidrogen dalam lignit berkisar antara 5%, 6% dan
4,5% dalam batu bara berbitumin sekitar 3% hingga 3,5% dalam antrasit.
c. Oksigen
Oksigen yang terdapatdalam batubara merupakan oksigen yang tidak
reaktif. Sama halnya dengan hidrogen kandungan oksigen akan berkurang
selama evolusi atau pembentukan air dan karbondioksida.
d. Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik yang
terbentuk sepenuhnya dari protein bahan tanaman asalnya dan jumlahnya
sekitar 0,55% hingga 3%. Batubara berbitumin biasanya mengandung lebih
banyak nitrogen daripada lignit dan antrasit.
e. Sulfur
Sulfur dalam batu bara biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan
kemungkinan berasal dari pembentukan dan di perkaya oleh bakteri sulfur.
Sulfur terdapat dalam tiga bentuk, diantaranya:
1. Sulfur piritik (piritic sulfur)
Biasanya berjumlah sekitar 20% hingga 80% dari total sulfur yang terdapat
dalam makrodeposit dan mikrodeposit.
2. Sulfur organic
Biasanya berjumlah sekitar 20% hingga 80% dari total sulfur, biasanya
berasosiasi dengan konsentrasi sulfat selama pertumbuhan endapan.
3. Sulfat sulfur
Sulfat terutama berupa kalsium dan besi, jumlahnya relatif kecil dari seluruh
jumlah sulfurnya.

2.3. Batubara di Indonesia


2.3.1. Cadangan batu bara Indonesia
Indonesia mempunyai cadangan batubara yang potensial dengan jumlah di
perkirakan sekitar 28,5 milyar ton. Jumlah tersebut menunjukkan indonesia
merupakan cadangan batubara terbesar di negara asean. Sebagian besar cadangan
batubara indonesia merupakan batubara berkualitas rendah (lignit dan
subbituminus), sekitar 17 miliar ton dimana hampir semuanya berada di sumatra.
Batubara jenis ini sukar di ekspor, tetapi dapat di manfaaatkan untuk konsumsi
dalam negri yang saat ini di manfaatka oleh PLTU sebagai bahan bakar dan pada
pabrik semen digunakan sebagai pembuatan klinker.
Batubara berkualitas tinggi (bituminus) sebagian besar terdapat di
kalimantan. Batubara jenis ini memungkinkan untuk di ekspor. Selain itu juga di
kalimantan ini juga ada kandungan batubara subbituminus dalam jumlah yang
sangat besar, sehingga batubara di kalimantan ini dapat dikembangkan sebagai
batubara ekspor maupun untuk keperluan dalam negeri.

2.3.2. Produksi batubara


Produksi batubara ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun sesuai
dengan usaha kebijakan yang difersifikasikan dalam pemanfaatan sumber energi
di indonesia. Pengembangan produksi batubara ini di dorong dengan
meningkatnya permintaan dalam negeri.
Produksi batubara saat ini berjumlah lebih dari 4030 juta ton , suatu
kenaikan sebesar 38% selama 20 tahun terakhir.pertumbuhan produksi batubara
yang tercepat terjadi di asia sementara di bagian eropa mengalami penurunan
produksi batu bara. Sebagian besar dari produksi batu bara dunia di gunakan di
negara tempat batu bara tersebut di produksi, hanya sekitar 18 persen dari
produksi antrasit yang ditujukan untuk pasar batu bara internasional. Produksi
batu bara dunia diharapkan mencapai 7 miliar ton pada tahun 2030, dengan china
memproduksi sekitar setengah dari kenaikan itu selama jangka waktu tersebut.
Konsumsi batu bara memainkan peran yang penting dalam membangkitkan
tenaga listrik dan peran tersebut terus berlangsung. Saat ini batu bara menjadi
bahan bakar pembangkit listrik dunia sekitar 39 persen dan proporsi ini
diharapkan untuk tetep berada pada tingkatan demikian selama 30 tahun kedepan.
Batu bara muda juga dipakai untuk membangkitkan tenaga listrik, akan tumbuh
sekitar 1% pertahun. Kebutuhan batu bara kokas dalam industri besi dan baja
diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 0.9% pertahun selama jangka
waktu tersebut.
Banyak negara yang tidak memiliki sumber daya energi alami yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan energi mereka dan oleh karena itu mereka harus
mengimpor energi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Batu bara akan terus
memainkan peran penting dalam campuran energi dunia, dengan kebutuhan
diwilayah tertentu yang diperkirakan akan tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan
pasar batu bara ketel, uap dan batu bara kokas akan sangat kuat dinegara-negara
berkembang di Asia, dimana kebutuhan akan listrik dan baja dalam konstruksi,
produksi mobil dan kebutuhan akan peralatan rumah tangga akan meningkat
sejalan dengan bertambahnya penghasilan.

2.3.3. Penyebrangan batubara


Di indonesia endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat dicekungan
tersier, yang terletak dibagian Barat paparan Sunda. Pada umumnya endapan Batu
Bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai Batu Bara berumur eosen
atau sekitar tersier bawah dan miosen atau sekitar tersier atas menurut skala waktu
geologi.
Kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral
anorganik yang terbawa air dapat masuk kedalam sistem dan membentuk lapisan
batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah serta menebal secara lokal. Hal ini
sangat umum dijumpai pada batu bara miosen.
Endapan batu bara eosen umumnya lebih tipis berkadar abu dan sulfur
tinggi. Kedua umur endapan batu bar aini terbentuk pada lingkungan lakustrin
dataran pantai mirip dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini
didaerah timur Sumatra dan sebagian besar Kalimantan.
1. Endapan batu bara eosin
Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai
sekitar tersier bawah atau paliogen pada cekungan-cekungan sedimen di
Sumatra dan Kalimantan. Dari batuan sedimen yang pernah ditemukan dapat
diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada eosen tengah.
Endapan batu bara eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan
berikut: pasir dan asam-asam (Klimantan Selatan dan Ti,ur), Barito, Kutai
Atas, Melawi Dan Petunggau, Tarakan, Ombilin dan sumatera tengah.
2. Endapan batu bara miosen
Pada miosen awal pemekaran regional tersier bawah tengah pada paparan
Sunda telah berakhir. Pada kala Oligosen hingga awal miosen ini terjadi
transgresi marin pada kawasan yang luas dimana terendapkan sedimen marin
klastik yang tebal dan perselingan sekuen batu gamping. Pengangkatan dan
kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik neogen di
Kalimantan maupun Sumatra.
Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan flufial, delta dan
dataran pantai yang mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di
Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya dalah kadar abu dan blerang yang
rendah namun kebanyakan sumber day abatu bara miosen ini tergolong
subbituminus atau litnit sehingga kurang ekonomis. Potensi sumber daya batu
bara di Indonesia sangat melimpah, terutama dipulau Kalimantan dan pulau
Sumatra. Sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun
dalam jumlah yang kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya.
Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan
eficien jika dikonfensikan menjadi migas sintetis, atau bahn petrokimia lain
yang bernilai ekonomis tinggi. Dus\a cara yang dipertimbangkan dalam hal
ini dalah likuifikasi atau pencairan dan grafikasi atau penyubliman batu bara.
Membakar batu bara secara langsung atau directburning telah dikembangkan
teknologinya sacara continue yang bertujuan untuk mencapai efisiensi
pembakaran yang maksimum , cara-cara pembakaran langsung seperti fixed
grate, chain grate, fluidized bed, pulverized, dan lain-lain, masing-masing
mempunyai kelebihan dan kelemahannya.
2.4. Pemanfaatan Batubara
2.4.1. Batu bara dan pemakaiannya
Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan merupakan salah satu
bahan baku energy nasional yang mempunyai peran yang begitu penting dalam
pembangunan nasional. Lokasi Indonesia yang terletak pada tiga tubukan (
konvergensi ) lempengan kerak bumi, yakni lempengan benua Eurasia, lempeng
benua India-Australia dan lempeng Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur
geologi yang memiliki kekayaan potensi pertambangan yang telah di akui di
dunia. Namun, potensi yang sangat tinggi belum bisa digali secara optimal.
Disamping itu, tingkat investasi disektor batubara sangat rendah dan menunjukan
kecendrungan menurun di karenakan terhentinya kegiatan eksplorasi diberbagai
kegiatan pertambangan.Menurut studi yang dilakukan fraser institute dalam
Annual Survey of Mining Companies ( December 2002 ), iklim investasi sector
pertambangan di Indonesia tidak cukup menggairahkan. Banyak kalangan
menghawatirkan bahwa dengan kondisi seperti ini maka masa depan, industi
ekstraktif khususnya pertambangan di Indonesian akan segera berakhir dalam
waktu 5 sampai 10 tahun.kondisi ini sangat disayangkan karena industi inilah
yang begitu banyak menyumbangkan pemasukan bagi perekonomian nasional
maupun daerah. Bisa dilihat dampak ekonomi dari keberadaan industry
pertambangan yaitu terciptanya tenaga kerja, penciptaan output, menghasilkan
devisa dan memberikan konstribusi fiscal.
Penggunaan batubara di dalam negeri adalah sebagai sumber energy panas
dan bahan bakar batubara, terutama dalam pembangkit tenaga listrik dan industry
semen serta dalam jumlah yang terbatas pada industry kecil, seperti pembakaran
batu gamping, genteng, sebagai reduktor dan industry pelabuhan timah dan nikel.
Selain itu, batubara Indonesia digunakan untuk ekspor keberbagai Negara antara
lain Afrika, Eropa, dan Asia (jepang, Hongkong, Taiwan, Korea) dan lain-lain.
Pemakaian batubara terbesar sesuai urutannya adalah PLTU yang
menggunakan bahan bakar batubara, disusul oleh industry semen yang secara
keseluruhan telah beralih menggunakan batubara, kemudian industry kimia,
kertas, metalurgi, briket batubara, dan penggunaan industry kecil lainnya.
Batubara digunakan diseluruh dunia. Penggunaan yang sangat signifikan
adalah untuk pembangkit tenaga listrik, produk baja, pembuatan semen, dan
sebagai bahan bakar cair. Sejak tahun 2002, konsumsi batubara global telah
tumbuh lebih cepat dari bahan bakar lainnya. Lima pengguna batubara terbesar
Cina, India, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang Mengambil porsi 77% dari
penggunaan batubara total dunia.
Penggunaan batubara penting lainnya mencangkup pusat pengelolahan
alumina, pabrik kertas dan industry kimia dan farmasi. Tar batubara digunakan
dalam pembuatan bahan kimia, seperti minyak kreosot, naftalen, fenol dan
benzene.
Batubara juga merupakan unsure penting dalam memproduksi produk
tertentu:
a. Karbon atif yang digunakan dalam filter untuk air, pemurnian udara dan
mesin dianalisis ginjal
b. Serat karbon material sangat kuat namun ringan yang digunakan pada
berbagai konstruksi seperti sepeda gunung dan raket tenis
c. Logam silicon digunakan untuk memproduksi silicon dan silan, yang pada
gilirannya digunakan untuk membuat pelumas, bahan kedap air, resin,
kosmetik, shampoo rambut dan pasta gigi.
Pemakaian batubara terbesar batubara saat ini adalah PLTU suralaya yang
memerlukan hingga 5,1 juta ton batubara yang berasal dari penambangan Bukit
Asam, Tanjung Enim.
Klasifikasi batubara berdasarkan tingkat pembatubara biasanya menjadi
indicator umum untuk menentukan tujuan penggunaannya. Misalnya, batubara
ketel uap atau batubara termal (steam coal) banyak digunakan untuk bahan bakar
pembangkit listrik, pembakaran umum seperti pada industry bata atau genteng,
dan industry semen, sedangkan batubara metalurgi digunakan untuk keperluan
industry besi dan baja serta industry kimia. Kedua jenis batubara tersebut
termasuk batubara bituminous.

2.4.2. Penggunaan Batubara


Ada beberapa penggunaan batubara yang begitu penting, atara lain ialah
sebagai berikuy:
a. Bahan bakar pembangkit listrik
b. Produk besi dan baja
c. Bahan bakar pembuatan semen
d. Bahan bakar cair
e. Pengelolaan alumina, pabrik kertas, dan industry kimia farmasi. Beberapa
produk kimia dapat diproduksi dari hasil-hasil samping batubara. Termasuk
batubara yang di murnikan digunakan dalam pembuatan bahan kimia seperti
minyak kreosot, naftalen, fenol, dan benzene. Gas ammonia yang diambil dari
tungku kokas digunakan untuk membuat garam amoniak, asam nitrat dan
pupuk tanaman. Ribuan produk yang berbeda memiliki komponen batubara
atau hasil samping batubara: sabun, aspirin, zat pelarut, pewarna, plastic dan
fiber, seperti rayon dan nylon.
f. Batubara merupakan suatu bahan yang penting dalam pembuatan produk-
produk tertentu:
1. Karbon teraktivasi digunakan pada saringan air dan pembersih udara serta
mesin pencuci darah.
2. Serat karbon bahan pengeras yang sangat kuat namun ringan yang
digunakan pada kontruksi, sepeda gunung dan raket tenis.
3. Metal silicon digunakan untuk memproduksi silicon dan silan, yang pada
gilirannya digunakan untuk pembuat plumas, bahan kedap air, resin,
kosmetik, shampoo dan pasta gigi.

2.4.3. Parameter yang Mempengaruhi Pemanfaatan Batubara


Ada beberapa parameter kualitas yang akan sangat mempengaruhi
pemanfaatannya terutama sebagai bahan bakar adalah sebagai berikut:
1. Kandungan Air
Kandungan air ini bisa dibedakan atas kandungan air bebas ( free moisture ),
kandungan air bawaan ( inherent moisture ) dan kadungan air total ( total
moisture ). Kandungan air ini akan banyak pengaruhnya pada pengangkutan,
penanganan, penggerusan, maupun pada pembakarannya.
2. Kandungan Abu
Selain kualitas yang akan mempengaruhi penanganannya, baik sebagai fly
ash maupun bottom ash tetapi juga komposisinya yang akan mempengaruhi
pemanfaatannya dan juga titik leleh yang dapat menimbulkan fouling pada
pipa-pipa. Dalam hal ini kandungan Na2O dalam abu sangat mempengaruhi
titik leleh abu. Abu ini dapat dihasilkan dari pengotor bawaan (inherent
impurities) maupun pengotor sebagai hasil penambangannya.
3. Zat Terbang (Volatile Matter)
Kandungan zat terbang sangat erat kaitannya dengan kelas batubara tersebut,
makin tinggi kandungan zat terbang makin rendah kelasnya. Pada
pembakaran batubara, maka kandungan zat terbang yang tinggi akan lebih
mempercepat pembakaran karbon padatnya dan sebaliknya zat terbang yang
rendah lebih mepersukar proses pembakaran. Nisbah kandungan karbon
tertambat terhadap kandungan zat terbang disebut fuel ratio.
Tabel 2.4.3 Fuel Ratio Berbagai Jenis Batubara

No Jenis Batubara Fuel Ratio


1 Coke 92
2 Antrasit 24
3 Semi Antrasit 8.6
4 Bitumen
5 Low Volatile 2.8
6 Medium Volatile 1.9
7 High Volatile 1.3
8 Lignit 0.9

4. Nilai Kalor (Fule Ratio)


Harga nilai kalor merupakan penjumlahan dari harga-harga panas
pembakaran dari unsure-unsur pembentuk batubara. Harga nilai kalor yang
dapat dilaporkan adalah harga gross colarific value dan biasanya dengan
besar air dried, sedang nilai kalor yang benar-benar di manfaatkan pada
pembakaran batubara adalah net calorific value yang dapat dihitung dengan
harga panas latent dan sensible yang dipengaruhi oleh kandungan total dari
air dan abu.
5. Hardgrove Grindability Index (HGI)
Hardgrove Grindability Index merupakan petunjuk mengenai mudah
sukarnya batubara untuk digerus. Harga Hardgrove Grindability Index
diperoleh dengan rumus:
HGI = 13,6 + 6,93 W
W adalah berat dalam gram dari batubara lembut berukuran 200 mesh. Makin
tinggi harga HGI makin lunak batubara tersebut. Suatu PLTU biasanya
disiapkan untuk menggunakan kapasitas penggerusan terhadap suatu jenis
batubara dengan HGI tertentu.
6. Sifat Caking dan Coking
Kedua sifat ini ditunjukan oleh niali muai bebas (free swelling index) dan
harga dilatasi, yang terutama memberikan gambaran sifat fisik pelunakan
batubara pada pemanasannya.
Harga-harga yang ditunjukan oleh hasil analisa dan pengujian tersebut
diperoleh dari sejumlah sample dengan menggunakan tata cara tertentu dan
terkendali. Sedangkan pada kenyataannya pemanfaatannya sangat berbeda.
Oleh karnanya perlu dilakukan pemantauan oleh pemakai batubara terhadap
hasil pembakaran sebenarnya. Dengan demikian akan diperoleh angka-angka
yang dapat dikolerasi terhadap hasil analisis dan pengujian dari sample
batubara.
Mengambil contoh pembangkit listrik tenaga uap batubara, pengaruh-
pengaruh parameter diatas terhadap peralatan pembangkit listrik adalah
sebagai berikut:
1. Kalori (Calorific value atau CV, satuan cal/gr atau kcal/kg)
CV sangat berpegaruh terhadap pengoprasian pulveriser/mill, pipa
batubara dan winbox, serta burner. Semangkin tinggi CV maka aliran
batubara setiap jamnya semangkin rendah sehingga kecepatan coal feeder
harus disesuaikan. Untuk batubara dengan kadar kelemahan dan tingkat
ketergerusan yang sama, maka dengan CV yang sangat tinggi
menyebabkan pulveriser akan beroprasi dibawah kapasitas normalnya
(menurut desain), atau dengan kata lain opration rationya menjadi lebih
rendah.
2. Kadar kelembahan (Moisture, satuan %)
Hasil analisa untuk kelembahan terbagi menjadi free moisture (FM) dan
inherent Moisture (IM) adapun jumlah dari keduanya disebut dengan
total moisture (TM). Kadar kelembahan mempengaruhi jumlah jumlah
pemakaian udara primernya. Batubara berkadar kelembahan tinggi akan
membutuhkan udara primer lebih banyak untuk mengeringkan batubara
tersebut pada suhu yang ditetapkan oleh output pulveriser.
3. Zat Terbang (Volatile Matter atau VM, satuan %)
kandungan VM sangat mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan
intensitas api. Penilaian tersebut didasarkan pada perbandingan antara
kandungan karbon (fixed carbon) dengan zat terbang, yang disebut
dengan ratio bahan bakar (fuel ratio).
Fuel Ratio = Fixed Carbon/Volatile Matter
Semangkin tinggi nilai fuel ratio maka jumlah karbon didalam batubara
yang tidak terbakar juga semangkin banyak. Kemudian bila perbandingan
tersebut nilainya lebih rendah dari 1.2, pengapian kurang akan bagus
sehingga akan mengakibatkan kecepatan pembakaran menurun.
4. Kadar Abu (ash content, satuan %)
Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang
bakar dan daerah konversi dalam bentuk abu terbang ( fly ash) yang
jumlahnya mencapai 80%, dan abu dasar sebanyak 20%. Semangkin
tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran
(fouling), keausan, dan korosi pada peralatan yang dilalui.
5. Kadar Karbon (Fixed Carbon atau FC, satuan %)
Nilai kadar karbondiperoleh melalui pengurangan angka100 dengan
jumlahkadar air (kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang. Nilai
ini semangkinbertambah seiring dengan tingkat pembatubaraan. Kadar
karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk
menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio sebagaimana
dijelaskan diatas.
6. Kadar sulfur (Sulfur Content, satuan %)
Kandungan sulfur dalam batubara terbagi dalam pyritic sulfur, sulfate
sulfur, dan organic sulfur. Namun secara umum, penilaian kandungan
sulfur dalam batubara dinyatakan dalam total sulfur (TS). Kandungan
sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terjadi pada
elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari
pada titik embun sulfur, disamping berpengaruh terhadap efektivitas
penangkapan abu pada peralatan electrostatic precipitator.
7. Ukuran (Coal Size)
Ukuran butir batubaradibatasi pada rentangbutir halus (pulverized coal
atau dust coal) dan butir kasar (limp coal). Bitir paling halus untuk
ukuran paling maksimum 3 mm, sedangkan butir paling kasar sampai
denga ukuran 50 mm.
8. Tingkat ketergerusan (Hardgrove Grindability Index atau HGI)
Kinerja pulveriser atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk
HGI lebih rendah, kapasitasnya harus beroprasi lebih rendah dari nilai
setandar nya pula untuk menghasilkan tingkat kehalusan (fineness) yang
sama.

2.4.4. Penyimpanan, Handling dan Persiapan Batubara


1. Penyimpanan
Kesulitan yang ada pada penyimpanan batubara adalah diperlukannya
bangunan gudang penyimpanan, adanya hambatan masalah tempat, penurunan
kualitas dan potensi terjadinya kebakaran
Kerugian kecil lainnya adalah oksidasi dan angina
1. Oksidasi 1% batubara memiliki efek yang sama dengan kandungan abu 1%
dalam batubara.
2. Kehilangan karena angin mencapai 0,5-1,0% dari kerugian total.
3. Jika suhu naik secara perlahan dalam tumpukan batubara, maka dapat terjadi
oksidasi yang akan menyebabkan pembakaran yang mendadak dari batubara
yang disimpan.
2. Handling
Di industry, batubara di handling secara manual maupun dengan
conveyor. Pada saat handling batubara harus diusahakan supaya sesedikit
mungkin batubara yang hancur membentuk partikel kecil dan sesedikit
mungkin partkel kecil yang tercecer. Persiapan batubara sebelum
pengumpanan ke boler merupakan tahap penting untuk mendapatkan
pembakaran yang baik.
Bongkahan batubara yang besra dan tidak beraturan dapat menyebabkan
permasalahan sebagai berikut:
1. Kondisi pembakaran yang buruk dan suhu tungku yang tidak mencukupi
2. Udara yang terlalu banyak mengakibatkan kerugian cerobong yang tinggi
3. Meningkatkan bahan yang tdak terbakar dalam abu
4. Rendahnya efesiensi termal
3. Penyiapan Udara
Persiapan perlakuan terhadap batubara sebelum di manfaatkan salah
satunya adalah proses penggilingan. Tujuan dari proses penggilingan adalah
untuk mengecilkan ukuran batubara, karena ukuran batubara yang benar
merupakan salah satu kunci yang menjamin pembakaran yang efesien. Ukuran
batubara yang tepat, sesuai dengan sesuai dengan sistem pembakaran yang
digunakan, dapat membantu pembakaran, mengurangi kehilangan abu dan
efesiensi pembakaran yang lebih baik.
Ukuran batubara yang diperkecil dengan penggilingan (crushing) dan
penghancuran (pulverizing). Penggilingan batubara ekonomis digunakan untuk
unit yang lebih kecil, terutama untuk unit stoker-fired.
Pada saat handling batubara, penggilingan dilakukan untuk batubara
dengan ukuran diatas 6 atau 4 mm. peralatan yang umum digunakan untuk
penggilingan adalah rotary breaker, roll crusher dan hammer mill. Sebelum
penggilngan, batubara sebaiknya diayak terlebih dahulu, sehingga batubara
yang kelebihan ukuran yang akan diumpankan ke penggiling, sehingga dapat
mengurangi konsumsi daya pada alat penggiling .
Hal-hal yang praktis yang direkomendasikan pada penggilingan batubara
adalah:
1. Penggunaan ayakan untuk memisahkan partikel kecil dan halus untuk
menghindarkan terbentuknya partikel yang sangat halus pada penggilingan.
2. Penggunaan pemisah magnetis untuk memisahkan potongan besi dalam
batubara yang dapat merusak alat penggiling.
4. Ukuran Batubara Yang Tepat Untuk Berbagai Jenis Sistim Pembakaran
Dalam proses penggilingan batubara untuk mendapatkan ukuran batubara
yang sesuai dengan jenis sistem pembakaran yang menggunakan bahan baku
batubara. Beberapa ukuran batubara yang sering digunakan dalam beberapa
jenis system pembakaran dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2.4.4.4 ukuran batubara dan jenis sistem pembakaran
Ukuran dalam
No Jenis system pembakaran
(mm)
1 Hand Firing
a. a. Natural Draft 25-75
b. b. Forced Draft 25-40
2 Stoker Firing
a. a. Chain Grate
1. 1. Natural Draft 25-40
2. 2. Forced Draft 15-25
b. b. Spreader Stroke 15-25
3 75% dibawah
Pulverized fuel fired
75 mikron
4 Fluidized bed boiler 10 mm

5. Pengkondisisan Batubara
Batubara yang harus menjadi masalah dalam pembakara karena efek
segregasi (pemisahannya). Terpisahnya partikel halus dari batubara yang lebih
besar dapat diperkecil dengan mengkondisikan dengan air. Air membantu
partikel halus dari batubara menempel pada bongkahan yang lebih besar
disebabkan tekanan permukaan air, sehingga mencegah partikel halus jatuh
melalui kisi-kisi atau dibawa oleh draft tungku.
Dalam melakukan pengkondisian ini, harus dijaga supaya penambahan
airnya merata lebih baik dilakukan pada saat batubara dialirkan atau
dijatuhkan. Jika persentase partikel halus dalam batubara sangat tinggi,
pembahasan batubara dapat menurunkan persentase karbon yang tidak terbakar
dan udara berlebih yang diperlukan untuk pembakaran.
Tabel 2.4.4.5 Tingkat pembasahan: kehalusan vs kadar air pada
permukaan batubara.
Kehalusan % Kadar air permukaan (%)
10-15 4-5
15-20 5-6
20-25 6-7
25-30 7-8

2.4.5. Proses pencampuran batubara


Jika batubara mengandung partikel halus yang berlebih, dapat
mencampur bongkahan batubara dengan batubara yang kehalusannya
berlebihan, sehingga dapat membantu membatasi tingkat kehalusan pada
batubara yang dibakar tidak lebih dari 25%. Pencampuran berbagai kualitas
batubara dapat juga membantu pasokan umpan batubara yang seragam ke
bolier.
Pada proses pembentukan batubara/coalification, kombisisi batubara
hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, mengandung unsur
utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. pada dasarnya pementukan
batubara sama dengan cara manusia membuat arang dari kayu, perbedaannya,
arangkayu dapat dibuat sebagai hasil rekayasa dan inovasi manusia, selama
jangka waktu yang pendek, sedang batubara terbentuk oleh proses alam. Ada
dua teori yang menjelaskan terbentuknya batubara, yaituteori insitu dan teori
drift.
Teori insitu menjelaskan, tempat dimana batubara terbentuk sama dengan
tempat terjadinya coalification dan sama pula dengan tempat dimana tumbuhan
tersebut berkembang. Teori drift menjelaskan bahwa Menurut American
Society For testing material (ASTM), secara umum batubara digolongkan
menjadi 4 berdasarkan kandungan unsur C dan H2O yaitu: anthacite,
bituminous coal, sub bituminous coal, lignite dan peat (gambut). Endapan
batubara yang terdapat pada cekungan sedimen berasal dari tempat lain dengan
bantuan faktor fisika dan kimia alam, selulosa yang berasal dari tanaman akan
mengalami perubahan menjadi lignin, subbituminus, bituminus, atau antrasit.
Proses transformasi ini dapat digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai
berikut:
5 (C6HIo05) C20H2204 + 3CH4 + 8H,0 + 6C02 + CO
(selulosa lignit gas metan)

6(C6HI005) C22H2003 + 5CH4 + IOH20 + 8C02 + CO


(Cellubose bituminous gas metan)

Untuk proses coalification fase lanjut dengan waktu yang cukup lama tau
dengan bantuan pemanasan, maka unsur senyawa karbon padat yang terbentuk
akan bertambah sehingga grade batubara akan menjadi lebih tinggi. Pada fase
ini hidrogen yang terikat pada air yang terbentuk akan menjadi semakin sedikit
penyusun batubara.
Konsep batubara berasal dari sisa tumbuhan diperkuat dengan
ditemukannya cetakan tumbuhan di dalam lapisan batubara. Dalam
penyusunannya batubara diperkaya dengan baerbagai macam polimer organik
yang berasal dari antara lain karbohidrat, lignin, dll.
Namun komposisi dari polimer ini bervariasi tergantung pada spesies dari
tumbuhan penyusunannya.
1. Lignin
Pada umumnya lignin merupakan polimer dari satu atau beberapa jenis
alkohol. Hingga saat ini, sangat sedikit bukti kuat yang mendukung teori
bahwa lignin merupakan unsur organik utama yang menyusun batubara.
2. Karbohidrat
Gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang mengandung
antara lima atom karbon. Pada umumnya gula muncul sebagai kombinasi
antara gugus karbonil dengan hidroksil yang membentuk siklus hemiketal.
Bentuk lainnya muncul sebagai disakarida, trisakarida, ataupun
poliskarida. Jenis polisakarida inilah yang umumnya menyusun batubara,
karena dalam tumbuhan jenis inilah yang paling banyak mengandung
polisakarida (khususnya selulosa) yang kemudian terurai dan membentuk
batubara.
3. Protein
Protein merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang selalu
hadir plasma dalam sel makhluk hidup. Struktur dari protein pada
umumnya adalah rantai asam amino yang dihubungkan oleh rantai amida.
Protein pada tumbuhan umumnya muncul sebagai steroid, lilin.

2.4.6. Lingkungan Pengendapan batubara


Interpretasi Lingkungan pengendapan dari Litotipe dan Viikrolitotipe.
Tosch (1960) dalam Bustin dkk. (1983), Teichmuller and Teichmuller (1968)
dalam Murchissen (1968)berpendapat bahwa litotipe dan mikrolitotipe
batubara berhubungan erat dengan lingkungan pengendapannya.
Lingkungan pengendaan dari masing-masing litotipe adalah sebagai
berikut:
1. Vitrain dan Clarain, diendapkan di daerah pasang surut dimana terjadi
perubahan muka air laut.
2. Fusain, diendapkan pada lingkunga dengan kecepatan pengendapan
rebdah, yaitu lingkugan air dangkal yang dekat dengan daratan.
3. Durain, diendapkan dalam lingkungan yang lebih dalam lagi, diperkirakan
lingkungan laut dangkal.
Sedangkan interpretasi lingkungan pengendapan mikrolitoti[e adalah
sebagai berikut:
1. Vitrit, berasal dari kayu-kayuan seperti batang, dahan, akar, yang
menunjukkan lingkungan rawa berhutan.
2. Clarit, berasal daritumbuhan yang mengandung serat kayu dan
diperkirakan terbentuk pada lingkungan rawa.
3. Durit, kaya akan jejak-jejak akar dan spora, hal ini diperkirakan terbentuk
pada ligkungan laut dnagkal.
4. Trimaserit, yang kaya akan vitrinit terbentuk di lingkungan rawa,
sedangkan yang kaya akan liptinit terbentuk di lingkungan laut dangkal
clan yang kaya akan inertinit terbentuk dekat daratan.
Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah rawa-rawa
lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk pada lingkungan paralik. Daerah
seperti ini dapat dijumpai diantara pantai, laguna, delta, dan fluviatil.
Di dataran pantai, pengendapan batubara terjadi pada rawa-rawa di
lelakang pematang pasir pantai yang berasosiasi dengan sistem laguna ke arah
darat. Di daerah ini tidak berhubungan dengan laut terbuka sehingga efek
oksidasi au laut tidak ada sehingga menunjang pada pembentukan batubara di
derah rawa-rawa pantai. Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di
backswamp clan delta plain. Sedangkan di delta front dan prodelta tidak
terbentuk batubara disebabkan oleh adanya pengaruh air laut yang besar clan
berada di bawah permukaan air laut.
Pada lingkungan fluviatil terjadi pada rawa-rawa dataran banjir atau, th-
alplain dan belakang tanggul alam atau natural levee dari sistem sungai yang
are-andre. Umumnya batubara di lingkungan ini berbentuk lensa-lensa karena
membagi ke segala arah mengikuti bentuk cekungan limpahnya.
1. Endapan Batubara Paralik
Lingkungan paralik terbagi ke dalam 3 sub lingkungan, yakniendapan
Imuhara belakang pematang (back barrier), endapan batubara delta,
endapan Dwubara antara delta dan daratan pantai (Bustin, Cameron,
Grieve, dan Kalkreuth, ketiganya mempunyai bentuk lapisan tersendiri,
akan tetapi pada umumnya tipis-tipis, tidak menerus secara lateral,
mengandung kadar sulfur, abu dar, nitrogen yang tinggi.
2. Endapan Batubara Belakang Pematang (back barrier)
Batubara belakang pematang terakumulasi ke arah darat dari pulau-pulau
pematang (barrier island) yang telah ada sebelumnya dan terbentuk dari
pengisian laguna.Kemudian terjadi proses pendangkalan cekungan antar
pulau-pulau bar sehingga material yang diendapkan pada umumnya
tergolong ke dalam klastika halus seperti batu lempung sisipan batupasir
dan batugamping. Selanjutnya terbentuk rawa-rawa air asin dan pada
keadaan ini endapan sendimen dipengaruhi oleh pasang surut air laut
sehingga moluska dapat berkembang dengan baik sehingga terjadi
pelemparan oleh ombak dari laut terbuka le laguna yang membawa materi
organik sebagai makanan yang baik bagi penghuni laguna. Sedangkan
endapan sedimen yang berkembang pada umunya terdiri dari perselingan
batuapasirdan batulempung denagn sisipan batubara dan batugamping.
Struktur sedimen yang berkembang ialah lapisan bersusun, silang siur dan
laminasi halus. Endapan batubara terbentuk akibat dari meluasnya
permukaan rawa dari pulau-pulau gambut (marsh) yang ditumbuhi oleh
tumbuhan air tawar.
3. Endapan Batubara Delta
Berdasarkan bentuk daerah deltanya, batubara daerah ini terbentuk pada
beberapa sub lingkungan yakni delta yang dipengaruhi sungai, gelombang
pasang surut. Daratan delta bawah dan di atas, dan daratan aluvium.
Kecepatan pengendapan sangat berpengaruh pada penyebaran dan
ketebalan endapan batubara. Batubara daerah ini tidak menerus secara
lateral akibat dari perubahan fasies yang relatif pendek dan cepat yang
disebabkan oleh kemiringan yang tajam sehingga ketebalan dan
kualitasnya bervariasi. Pada umumnya batubara tersebut berasal dari
alang-alang dan tumbuhan paku.
4. Endapan Batubara Antar Delta dan dratan pantai
Batubara daerah ini terbentuk pada daerah rawa yang berkembang di
daerah pantai yang tenang dengan water table tinggi dan pengaruh endapan
liaaik sangat kecil. Daerah rawa pantai biasanya banyak ditumbuhi oleh
tumbuhan air tawar dan air payau. batubara ini pada umumnya tipis-tipis
dan secara lateral tidak lebih dari 1 km. batubara lingkungan ini kaya akan
abu, sulfur, nitrogen, dan mengandung fosil laut. Di daerah tropis biasanya
terbentuk dari bakau dan kaya sulfur. Kandungan sulfur tinggi akibat oleh
naiknya ion sulfur dari air laut dan oleh salinitasi bakteri anaerobik.

2.4.7. Pemanfaatan Batubara


Pemanfaatan batubara sebagian besar adalah sebagai penghasil energy
dan sebagian untuk menghasilkan bahan baku industry kimia. Teknologi
pemanfaatan batubara dapat dilakukan dengan proses karbonisasi/pirolisasi dan
proses likuifaksi. Proses pemanfaatan batubara menjadi sumber energy adalah
sebagai berikut:
1. Sumber energi langsung
yaitu dengan cara langsung membakarnya dan mengambil energi panasnya.
Contonya (PLTU dan pabrik semen)
2. Sumber energi tidak langsung
yaitu dengan cara merubah kedalam bentuk/fase seperti, briket batubara,
batubara cair, dan gasifikasi batubara
3. Bukan energi
Digunakan untuk bahan karbon aktifpada industri kimia, dan kokas metalurgi
pada industri pengelolaan baja

2.5. Proses Pembakaran


2.5.1. Pendahuluan
Beberapa langkah dasar dalam pemanfaatan batu bara untuk pembangkit
tenaga adalah sebagai berikut:

a. Mengubah energy kimia yang tersimpan dalam batubara menjadi energy


panas dalam bentuk gas bersuhu tinggi melalui pembakaran batubara dengan
udara dalam dapur (furnance)
b. Memindahkan panas dari gas panas hasil pembakara ke fluida kerja dalam
bentuk uap lewat jenus tekana didalam boiler atau gas panas bertekanan ut
langsung keturbin gas
c. Ekspansi fluida kerja ini kedalam turbin uap (siklus uap) atau turbin gas yang
dapat menghasilkan tenaga mekanis dan
d. Mengubah tenaga mekanis ini menjadi tenaga listrik.
Teknologi ini merupakan cara yang paling efesien dalam memanfaatkan
energy pada dalam batubara dan di Indonesia dijumpai pada PLTU dan pabrik
semen.nilai panas dari batubara di ubah menjadi panas sensible yang mengubah
air menjadi uap pada PLTU atau dapat membakar batu kapur menjadi klinker
pada pabrik semen.

2.5.2. Reaksi-reaksi yang terjadi

Secara umum reaksi pembakaran batubara (char atau arang batubara)


terdiri dari reaksi-reaksi sebagai berikut:

2 C (grafit) + O2 2 CO (g) + 85.100 Btu (52,8 kkal)


2 CO (g) + O2 (g) 2 CO2(g) + 243.490 Btu (135,3 kkal)
C (grafit) + CO2 (g) CO2 (g) - 74.200 Btu (41,2 kkal)
C (grafit) + O2 (g) CO2 (g) + 169.290 Btu (94,1 kkal)
Reaksi tambahan adalah oksidasi hydrogen:
2H 2 (g) + O2 (g) 2H2O(g) + 208.070 Btu (115,6 kkal)
Reaksi diatas akan diikuti oleh reaksi karbon uap air dan reaksi water
shift sebagai berikut :
C (grafit) + H2O(g) CO (g) + H 2 (g) - 56.490 Btu (31,4 kkal)
C (grafit) + H2O(g) CO2 (g) + 2H 2 (g) - 38.780 Btu (21,5 kkal)
CO (g) + H2O(g) CO2 (g) + H 2 (g) + 17.710 Btu (9,8 kkal)
Dari reaksi-reaksi diatas secara umum terlihat, bahwa reaksi pembakaran
sangat eksotermik, dimana panas yang di timbulkan dapat di manfaatkan.

2.5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Beberapa sifat atau karakteristik batubara yang mempengaruhi proses
pembakaran antara lain sebagai berikut:
a. Nilai kalor batubara
b. Kandungan abu dan sifat fusi (peleburan)
c. Kandungan sulfur
d. Kandungan zat terbang
e. Kandungan air
f. Sifat coking
Nilai kalor yang rendah (dibawah 6000 kkal/gr) akan mempengaruhi
jumlah uap air yang dihasilkan pada PLTU dan menurunkan produktivitas
pembakaran klinker.
Kandungan abu pada batubara akan berpengaruh pada ukuran alat
pengendapan debu (precipitator) dan soot blower. Selain itu sifat fusi (ash
softening temperature) merupakan factor yang mempengaruhi kecendrungan
bahan bakar membentuk slagging atau fouling. Batubara jenis lignit yang
terbanyak terdapat di Indonesia merupakan kelas non slagging. Pada pabrik semen
kandungan abu batubara akan mempengaruhi kualitas semen yang dihasilkan
(maksimum 8%).
Kandungan sulfur akan menimbulakan masalah korosi dan lingkungan
dan akan berpengaruh pada saluran, hopper dan kenaikan temperature keluar gas
buang. Kadar sulfur yang rendah mengakibatkan fly-ash mempunyai electrical
resistivity yang sangat tinggi dan berpengaruh terhadap precipitator. Kadar sulfur
melebihi 0,8% dan kadar alkali pada abu melebihi 5% akan terjadi gangguan pada
oprasi tanur putar pembuatan klinker dan akan menurunkan kualitas semen.
Kadar zat terbang dalam batubara sangat penting dalam mengendalikan
asap dan penyalaan. Batubara dengan kandungan zat terbang rendah, akan
memberikan lidah api yang pendek dan biasanya digunakan untuk keperluan
domestic. Untuk tanur diharapkan adanya lidah api yang panjang, untuk itu
sebaiknya digunakan batubara dengan kadar zat terbang sedang hingga tinggi.
Tetapi kadar zat terbang yang besar akan cendrung menimbulkan lebih
banyak asap. Kandungan asap yang banyak dapat diatasi dengan mengatur
temperature dan waktu tinggal secukupnya dalam tanur atau dengan mengatur
pencampuran yang baik antara udara masuk dengan hidrokarbon yang
ditimbulkan oleh batubara tersebut.
Kandungan air yang tinggi terutama bila butir batubara lebih halus dari
0,5 mm akan menyulitkan pada oprasi handling, ongkos angkutannya menjadi
tinggi, dapat merendahkan titik penyalaan dan akan mengakibatkan masalah
penyumbatan dalam aliran batubara. Kandungan air ini berpengaruh pada volume
furnace dan temperature keluar dari flue gas, sistem pengering dan pembakaran
batubara. Kadar air yang baik sekitar 8%. Untuk batubara kualitas rendah seperti
peat dan brown coal, kandungan air dapat diturunkan dengan menjadikan batubara
itu menjadi bentuk briket.
Kehalusan batubara akan menimbulkan masalah mudah terbakar pada
timbunan, pembentukan debu dan mempengaruhi sifat alirannya.
BAB III
LATIHAN SOAL

3.1. Soal
1. Jelaskan definisi dari batu bara menurut beberapa pakar?
2. Apa yang di maksud dengan sifat fisik dan sifat kimia suatu zat?
3. Jelaskan sifst-sifat fisik dari batu bara?
4. Berikan contoh sifat-sifat kimia dari batu bara?
5. Mengapa kita harus mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia dari batubara?
6. Batubara yang baik mengandung unsur sulfur yang banyak atau sedikit,
jelaskan?
7. Apa penyebab batu bara memiliki warna yang berbeda setiap tingkatan batu
bara tersebut?
8. jelaskan bagaimana proses penyebaran batubara di Indonesia?
9. jelaskan bagaimana pemakaian batubara di Indonesia?
10. jelaskan bagaimana produksi batubara di Indonesia?
11. jelaskan bagaimana kandungan batubara di Indonesia?
12. jelaskan bagaimana kualitas batubara Indonesia?
13. Jelaskan tentang batubara di Indonesia?
14. Jelaskan penggunaan batubara di indonesia?
15. Jelaskan parameter yang mempengaruhi pemanfaatan batubara?
16. Jelaskan apa yang dimaksud dengan volatile meter?
17. Mengapa kadar abu sangat penting dalam perancangan grete tungku?
18. Jelaskan fuel ratio berbagai jenis batubara di Indonesia ?
19. Jelaskan antara nilai kalor dengan sifat coking dan caking batubara?
20. Jelaskan metode penyimpanan batubara yang baik agar kualitas batubara tetap
sesuai dengan kebutuhan?
21. Apa yang dimaksud dengan proses handling?
22. Bagaimana proses pencampuran batubara agar di dapat batubara sesuai
dengan pemakaian?
23. Apa pengaruh lingkunga terhadap jenis batubara dan kualitas batubara yang
dihasilkan?
24. Berikan contoh pemanfaatan batubara di Indonesia?
25. Reaksi yang terjadi pada proses pembakaran batubara termasuk jenis reaksi
apa?
26. Jelaskan proses perubahan energy kimia yang tersimpan dalam batubara
menjadi energy panas dalam bentuk gas bersuhu tinggi?
27. Jelaskan mengapa nilai kalor batubara dapat mempengaruhi proses
pembakaran batubara?
28. Jelaskan hubungan sifat coking batubara dengan proses pembakaran
batubara?
29. Factor apa saja yang mempengaruhi proses pembakaran batubara?

3.2. Pembahasan
1. Beberapa pakar yang mendefinisikan batu bara diantaranya adalah :
Spakman (1958)
Batu bara sebagai suatu benda padat karbonan berkomposisi maseral
tertentu.
Theiesen (1974)
Batu bara adalah suatu benda padat yang kompleks yang terdiri atas
beragam unsur kimia ataupun merupakan benda organik yang sangat
rumit.
Achmad prijono, dkk (1992)
Batu bara adalah bahan bakar hidrokarbon terlambat yang terbentuk dari
tumbuh-tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen serta terkena
pengaruh temperatur dan tekanan yang berlangsung sangat lama.
Simon dan hopkins
Batu bara adalah batuan yang mudah terbakar yang berasal dari
akumulasi perubahan tumbuhan secara fisika dan kimia.
Muchjidin (2005)
Batu bara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah
heterogen dan mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen
sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan.
2. Sifat fisik suatu zat adalah perubahan yang dialami suatu zat tanpa
membentuk zat baru. Sifat fisik suatu zat antara lain: wujud zat, warna, bau,
massa jenis, kekerasan, dan sebagainya.
Sifat kimia suatu zat adalah perubahan yang di alami suatu zat yang
membentuk zat baru.
3. Sifat fisik dari batubara ialah sebagai berikut:
a. Berat jenis (specific gravity)
Yaitu perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa
jenis air murni. Berat jenis batu bara sangat bergantung pada jumlah dan
jenis mineral yang di kandung abu dan juga kekompakan porositasnya.
Kandungan karbon juga akan mempengaruhi kualitas batu bara dalam
penggunaan. Batu bara jenis yang rendah menyebabkan sifat pembakaran
yang tidak baik.
b. Kekerasan
Yaitu suatu sifat yang dimiliki oleh sebagian besar benda termasuk batu
bara. Kekerasan batubara berkaitan dengan struktur batu bara yang ada.
Keras atau lemahnya batubara juga terkandung pada komposisi dan jenis
batubaranya. Kekerasan batu bara dapat di uji dengan mesin hardgrove
grindibility index (HGI). Semakin tinggi nilai HGI, maka batubara
tersebut semakin lunak. Sebaliknya, jjika nilai HGI batubara tersebut
semakin rendah maka batubara tersebut semakin keras.
c. Warna
Warna batubara bervariasi mulai dari warna coklat pada lignit hingga
warna hitam legam pada antrasit. Warna variasi litotipe (batubara yang
kaya akan vitrain) umumnya berwarna cerah.
d. Goresan
Lignit mempunyai goresan hitam keabu-abuan, batubara berbitumin
mempunyai warna goresan hitam, batubara cannel mempunyai warna
goresan dari coklat hingga hitam legam. Goresan batubara warnanya
berkisar antara terang sampai coklat tua.
e. Pecahan
Pecahan batubara memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dalam
sifat memecahnya. Ini dapat juga memperlihatkan sifat dan mutu dari
suatu batubara. Antrasit dan batubara cannel mempunyai pecahan
konkoidal. Batu bara dengan zat terbang tinggi, cenderung memecah
dalam bentuk persegi, balok atau kubus.
4. Contoh sifat kimia dari batu bara adalah mudah terbakar, reaktivitas dengan
air, ph, dan gaya gerak listrik.
5. Karena jika kita tidak mengetahui apa-apa saja sifat-sifatnya bagaimana kita
akan mengetahui keberadaan batu bara tersebut, walaupun sudah mengalami
perubahan jika kita mengetahui sifat-sifatnya maka dengan mudah kita dapat
menemui walau dalam berbagai bentuk.
6. Batubara yang mengandung unsur sulfur sedikit, karena lebih banyak
mengandung sulfur organik daripada sulfur piritik dan batubara yang
memiliki kandungan sulfur sedikit adalah batubara antrasit yang merupakan
batubara yang paling bagus.
7. Penyebabnya adalah kelembapan, temperatur dan tekanan.
8. Di indonesia endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat dicekungan
tersier, yang terletak dibagian Barat paparan Sunda. Pada umumnya endapan
Batu Bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai Batu Bara
berumur eosen atau sekitar tersier bawah dan miosen atau sekitar tersier atas
menurut skala waktu geologi.
Endapan batu bara eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan
berikut: pasir dan asam-asam (Klimantan Selatan dan Ti,ur), Barito, Kutai
Atas, Melawi Dan Petunggau, Tarakan, Ombilin dan sumatera tengah.
9. Untuk saat ini batubara di indonesia di pakai pada PLTU sebagai bahan bakar
dan dipakai pada pabrik-pabrik semen sebagai pembuatan klinker.
10. Produksi batubara ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun sesuai dengan
usaha kebijakan yang difersivikasikan dalam pemanfaatan sumber energi di
indonesia. Pengembangan produksi batubara ini di dorong dengan
meningkatnya permintaan dalam negri.Produksi batubara saat ini berjumlah
lebih dari 4030 juta ton , suatu kenaikan sebesar 38% selama 20 tahun
terakhir.
Konsumsi batu bara memainkan peran yang penting dalam membangkitkan
tenaga listrik dan peran tersebut terus berlangsung. Saat ini batu bara menjadi
bahan bakar pembangkit listrik dunia sekitar 39 persen dan proporsi ini
diharapkan untuk tetep berada pada tingkatan demikian selama 30 tahun
kedepan.
11. Indonesia ini memiliki kandungan batu bara yang berkualitas tinggi yaitu
bituminus yang terdapat di kalimantan dan kalimantan ini juga memiliki
kandungan batubara subbituminus. Sumatera juga memiliki kandungan
batubara yang rendah yaitu lignit dan subbituminus.
12. Indonesia memiliki batubara yang kualitas rendah dan yang berkualitas tinggi
yaitu batubara lignit, subbituminus dan bituminous.
13. Indonesia mempunyai cadangan batubara yang potensial dengan jumlah di
perkirakan sekitar 28,5 milyar ton. Jumlah tersebut menunjukkan indonesia
merupakan cadangan batubara terbesar di negara asean. Sebagian besar
cadangan batubara indonesia merupakan batubara berkualitas rendah (lignit
dan subbituminus), sekitar 17 miliar ton dimana hampir semuanya berada di
sumatra. Batubara jenis ini sukar di ekspor, tetapi dapat di manfaaatkan untuk
konsumsi dalam negri yang saat ini di manfaatka oleh PLTU sebagai bahan
bakar dan pada pabrik semen digunakan sebagai pembuatan klinker.
Batubara berkualitas tinggi (bituminus) sebagian besar terdapat di kalimantan.
Batubara jenis ini memungkinkan untuk di ekspor. Selain itu juga di
kalimantan ini juga ada kandungan batubara subbituminus dalam jumlah yang
sangat besar, sehingga batubara di kalimantan ini dapat dikembangkan
sebagai batubara ekspor maupun untuk keperluan dalam negeri. Untuk
produksi batubara di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ketahun,
dalam kurun 20 tahun terakhir.
14. Untuk Penggunaan batubara di dalam negeri adalah batubara sebagai sumber
energy panas dan bahan bakar batubara, terutama dalam pembangkit tenaga
listrik dan industry semen serta dalam jumlah yang terbatas pada industry
kecil, seperti pembakaran batu gamping, genteng, sebagai reduktor dan
industry pelabuhan timah dan nikel. Selain itu, batubara Indonesia digunakan
untuk ekspor keberbagai Negara antara lain Afrika, Eropa, dan Asia (jepang,
Hongkong, Taiwan, Korea) dan lain-lain.
15. Parameter yang mempengaruhi pemanfaatan ialah sebagai berikut:
a. Kandungan Air
Kandungan air ini bisa dibedakan atas kandungan air bebas ( free
moisture ), kandungan air bawaan ( inherent moisture ) dan kadungan
air total ( total moisture ). Kandungan air ini akan banyak pengaruhnya
pada pengangkutan, penanganan, penggerusan, maupun pada
pembakarannya.
b. Kandungan Abu
Selain kualitas yang akan mempengaruhi penanganannya, baik
sebagai fly ash maupun bottom ash tetapi juga komposisinya yang akan
mempengaruhi pemanfaatannya dan juga titik leleh yang dapat
menimbulkan fouling pada pipa-pipa. Dalam hal ini kandungan Na2O
dalam abu sangat mempengaruhi titik leleh abu. Abu ini dapat
dihasilkan dari pengotor bawaan (inherent impurities) maupun pengotor
sebagai hasil penambangannya.
c. Zat Terbang (Volatile Matter)
Kandungan zat terbang sangat erat kaitannya dengan kelas
batubara tersebut, makin tinggi kandungan zat terbang makin rendah
kelasnya. Pada pembakaran batubara, maka kandungan zat terbang yang
tinggi akan lebih mempercepat pembakaran karbon padatnya dan
sebaliknya zat terbang yang rendah lebih mepersukar proses
pembakaran. Nisbah kandungan karbon tertambat terhadap kandungan
zat terbang disebut fuel ratio.
d. Nilai Kalor (Fule Ratio)
Harga nilai kalor merupakan penjumlahan dari harga-harga panas
pembakaran dari unsure-unsur pembentuk batubara. Harga nilai kalor
yang dapat dilaporkan adalah harga gross colarific value dan biasanya
dengan besar air dried, sedang nilai kalor yang benar-benar di
manfaatkan pada pembakaran batubara adalah net calorific value yang
dapat dihitung dengan harga panas latent dan sensible yang dipengaruhi
oleh kandungan total dari air dan abu.
e. Hardgrove Grindability Index (HGI)
Hardgrove Grindability Index merupakan petunjuk mengenai
mudah sukarnya batubara untuk digerus. Harga Hardgrove Grindability
Index diperoleh dengan rumus:
HGI = 13,6 + 6,93 W
W adalah berat dalam gram dari batubara lembut berukuran 200 mesh.
Makin tinggi harga HGI makin lunak batubara tersebut. Suatu PLTU
biasanya disiapkan untuk menggunakan kapasitas penggerusan terhadap
suatu jenis batubara dengan HGI tertentu.
f. Sifat Caking dan Coking
Kedua sifat ini ditunjukan oleh niali muai bebas (free swelling
index) dan harga dilatasi, yang terutama memberikan gambaran sifat
fisik pelunakan batubara pada pemanasannya.
Harga-harga yang ditunjukan oleh hasil analisa dan pengujian
tersebut diperoleh dari sejumlah sample dengan menggunakan tata cara
tertentu dan terkendali. Sedangkan pada kenyataannya pemanfaatannya
sangat berbeda. Oleh karnanya perlu dilakukan pemantauan oleh
pemakai batubara terhadap hasil pembakaran sebenarnya. Dengan
demikian akan diperoleh angka-angka yang dapat dikolerasi terhadap
hasil analisis dan pengujian dari sample batubara.
16. Volatile matter adalah bagian sampel batubara yang kering udara ( air dried )
yang dikeluarkan dalam bentuk gas selama tes pemanasan standar. Volatile
matter merupakan unsure positif untuk batubara termal tapi dapat menjadi
sesuatu yang negative untuk batubara kokas
17. Kadar abu sangat penting dalam pembuatan grate tungku karena abu adalah
kotoran yang tidak akan terbakar. Kandungannya berkisar antara 5% hingga
40%. Sehingga sangat mempengaruhi efesiensi pembakaran dan efesiensi
boiler.
18. Dari jenis-jenis batubara di Indonesia yang memiliki fuel ratio terbesar adalah
coke dan yang paling rendah adalah lignit. Dalam fuel ratio, jika fuel ratio
smngkin bsar pada batubara maka pembakaran klarbon akan semangkin
sempurna, dan sebaliknya jika fuel ratio semangkin kecil pembakaran
carbonnya tdak sempurna.
19. Hubungan antara nilai kalor dengan coking dan caking ialah dalam
pemanasan atau pembakaran. Coking adalah proses pembakaran batubara,
pada saat pembakaran nilai kalor sangat diperlukan karena semangkin besar
nilai kalor maka pembakara karbon akan sempurna.
20. Metode penyimpanan yang baik ialah perusahaan harus memperhatikan
jumlah batubara, kapasitas alat, topografi lokasi daerah tempat penyimpanan,
kondisi iklim dan dampak lingkungan sehingga didapat cara penyimpanan
yang baik, yaitu:
1. Pada daerah tanah lapang yang terbuka, luas dan rata
2. Dengan menggunakan storage bin atau bunker
Sehingga kualitas dari batu bara dapat terjaga dengan baik.
21. Proses handling adalah proses pemindahan suatu bahan batubara yang akan di
di umpan kedalam boiler untuk pembakaran.
22. Dalam proses pencampuran batubara agar didapat batubara yang sesuai
kebutuhan ialah dengan cara mengaduk dari dua kualitas batubara yang
berbeda atau lebih dimana perbandingan nya batubara yang di capur
terkendali agar kualitas produk batubara campuran yang dihasilkan
memenuhi syarat dan sesuai kebutuhan.
23. Lingkungan sangat mempengaruhi terbentuknya batubara. Pengaruh
lingkungan terhadap jenis batubara itu sendiri ialah pada pembentukan
ketebalan batubar, kandungan kadar sulfur, abu dan nitrogen yang tinggi.
Sehingga berpengaruh juga terhadap kualitas dari batubara itu sendiri.
24. Pemanfaatan batubara sebagian besar adalah sebagai penghasil energy dan
sebagian untuk menhasilkan bahan baku industry kimia. Sebagai contoh,
dalam pembangkit tenaga listrik dan industry semen serta dalam jumlah yang
terbatas pada industry kecil, seperti pembakaran batu gamping, genteng,
sebagai reduktor dan industry pelabuhan timah dan nikel.
25. Dalam proses pembakaran batubara, reaksi yang terjadi ialah reaksi
pembakaran. Karena saat terjadi proses pembakaran batubara terdapat preaksi
oksigen, karna reaksi pembakaran adalah reaksi suatu zat dengan oksigen.
Sehingga bereaksi dengan cepat disertai pelepasan kalor membentuk nyala
api.
26. Proses perubahannya kimia sehingga menjadi energy panas ialah ketika saat
pada proses pembakaran yang terjadi, sehingga perubahan kimia akan
menjadi energi panas karna oksigen dalam pembakaran mempengaruhi zat
karbon sehingga batubara menjadi energy panas.
27. Nilai kalor sangat mempengaruhi pembakaran batubara karena jika nilai kalor
rendah akan mempengaruhi jumlah uap air yang dihasilkan dan pembakaran
karbon tidak sempurna, begitupun sebaliknya jika nilai kalor tinggi
pembakaran karbon akan sempurna.
28. Sifat coking sangat berhubungan dengan pemabakaran, karena sifat coking
adalah suatu sifat analisis pembakaran. Dan sangat berkalitan dengan hasil
dari proses pembakara batubara. Sehingga akan di proleh suatu anlisa atau
pantauan berupa angka yang dapat dikolerasi terhadap hasil analisa dan
pengujian dari smpel batubara.
29. Factor yang mempengaruhi pembakaran ialah sebagai berikut:
1. Nilai kalor batubara
2. Kandungan abu dan sifat fusi (peleburan)
3. Kandungan sulfur
4. Kandungan zat terbang
5. Kandungan air
6. Sifat coking

Anda mungkin juga menyukai