PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Peneliti ingin melihat korelasi antara penegakkan empat pilar
diabetes pada pasien diabetes melitus dengan pengendalian kadar gula
darah pada pasien diabetes melitus.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Akademik
Penulis berharap agar penelitian yang telah dilakukan dapat menjadi
sumber dan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2.1.1 Etiologi
Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan terutama karena kurangnya
hormon insulin pada proses penyerapan makanan. Defisiensi insulin yang
pada DM tipe 1 dikaitkan dengan genetika pada akhirnya menuju proses
kerusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin.
DM tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta pankreas dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah menurunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghamba tproduksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, sehingga terjadi
defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Berarti, sel beta pankreas mengalami
desensitisasi terhadap glukosa[9]
2.1.4 Patogenesis
Insulin adalah suatu peprida yang disekresi oleh sel beta pankreas
dalam menanggapi kenaikan tingkat glukosa serum, berfungsi untuk
meningkatkan penyerapan glukosa oleh jaringan perifer dan menekan
glukoneogenesis liver. DM tipe 2 adalah penyakit yang disebabkan oleh
resistensi insulin dan sekresi insulin cacat. Ada penurunan serapan
postprandial glukosa oleh otot dengan insulin endogen yang dikeluarkan.
Pada pasien dengan hiperglikemia puasa, tingkat insulin telah
ditemukan dua kali lipat ke empat kali lipat lebih tinggi daripada di
pasien yang tidak menderita DM. Pada jaringan otot, ada cacat dalam
fungsi reseptor, jalur reseptor insulin-sinyal transduksi, transportasi dan
fosforilasi glukosa, sintesis glikogen, dan oksidasi glukosa yang
berkontribusi pada resistensi insulin. Tingkat basal dari glukoneogenesis
hepatik juga berlebihan, meskipun kadar insulin tinggi. Kedua cacat
diatas berkontribusi pada kadar glukosa postprandial serum yang
berlebihan[8]
2.1.5 Diagnosis
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika
keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
>200mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus.
Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah
dilakukan, mudah diterima oleh pasien, serta murah, sehingga
pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis DM. Ketiga, dengan TTGO.
Meskipun TTGO dengan beban 75g glukosa lebih sensitif dan spesifik
dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun memiliki
keterbatasan tersendiri. TTGO sulit dilakukan berulang-ulang dan dalam
praktik sangat jarang dilakukan. Apabila hasil pemeriksaan tidak
memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam
kelompok TGT atau GDPT terhantung dari hasil yang diperoleh
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi diabetes yang dapat terjadi dibedakan menjadi dua yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut berupa koma
hipoglikemi, ketoasidosis diabetik, koma hiperosmolar nonketotik.
Komplikasi kronik dapat berupa makro dan mikroangiopati, neuropati
diabetik, infeksi, kaki diabetik, dan disfungsi ereksi.
2.1.7 Prognosis
Angka kematian pada penderita DM adalah dua sampai tiga kali
lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Sebanyak 75% orang
dengan DM tipe 2 meninggal karena penyakit jantung dan 15% dari
stroke. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler hingga lima kali
lebih tinggi pada orang dengan DM dibandingkan dengan orang tanpa
DM[8,9].
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Teori
Obesitas Autoimun
Genetik
Hiperglikemia
Diabetes Melitus
B. Kerangka Konsep
C. Definisi Operasional
D. Hipotesis
Empat pilar diabetes dapat menurunkan dan mengendalikan kadar glukosa darah
pada populasi penderita diabetes melitus apabila diterapkan dengan baik
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan yaitu desain case control dengan
menggunakan individu sebagai subjek penelitian. Proses pemilihan subjek
penelitian dimulai dari pasien lama yang telah menderita diabetes melitus yang
rutin melakukan pemeriksaan kadar gula darah tiap minggu dalam rentang waktu
empat minggu secara berturut-turut
n1 = n2 = (Z2pq+Zp1q1+p2q2)2
(p1-p2) 2
2
(1,96 x 0,47) + (0,84 x 0,42)
= 0,2
2
= 0,92 + 0,35
0,2
= 6.32
= 40
F. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
konsekutif sampling, yaitu semua subjek yang memenuhi kriteria penelitian akan
dimasukkan ke dalam penelitan
G. Prosedur Penelitian
I. Timeline Penelitian
No. Tanggal Kegiatan
1. 31 Juli 5 Agustus 2017 Pembuatan Proposal Penelitian
2. 9 Agustus 2017 9 September Kerjasama dengan pihak
2017 Puskesmas dan memulai
pengumpulan data pasien
3. 10 September 12 September Pengkajian data yang didapatkan,
2017 pemrosesan data, dan analisa data
4 13 September 14 September Pembuatan laporan hasil
2017 penelitian
J. Etika Penelitian
1. Peneliti akan memohon persetujuan penelitian dari pihak Puskesmas Mauk
sebelum melakukan penelitian.
2. Penelitian akan mendapatkan lulus kaji etik dengan melakukan,
Sebelum melakukan penelitian, subjek penelitian akan diberikan pengarahan
mengenai tujuan, manfaat, serta alur penelitian yang akan dilakukan.
Kemudian peneliti akan memberikan inform consent yang akan diisi oleh
subjek meliputi:
a. Penelitian akan mengambil data dari rekam medis dan kuesioner dari
pasien.
b. Identitas pasien akan dirahasiakan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hasil analisis dan penelitian yang telah diperoleh dari
wawancara, pengisian kuesioner, dan pemeriksaan laboratorium terhadap pasien.
Analisa dilakukan dengan menggunakan CDC Epiinfo ver 7.0
Edukasi Frekuensi
Baik 27 67,5%
Kurang 13 32,5%
Olahraga Frekuensi
Melakukan 15 37,5%
Tidak Melakukan 25 62,5%
Diet Frekuensi
Baik 35 87,5%
Kurang 5 12,5%
Diabetes
n % n %
Baik 23 57,5 4 10,0
Edukasi 12,93 0,001
Kurang 4 10,0 9 27,5
Sesuai 12 30 3 7,5
Olahraga Tidak 4,33 0,06
12 30 13 32,5
Sesuai
Baik 30 75 5 12,5
Diet 9,0 0,04
Buruk 2 5 3 7,5
Patuh 26 65,0 6 15
Kepatuhan
Tidak 30,33 0,0006
berobat 1 2,5 7 17,5
patuh
Hasil analisis korelasi antara empat pilar diabetes dengan penurunan kadar gula
darah pada pasien dengan diabetes melitus di Puskesmas Mauk menunjukkan bahwa
dari 40 subyek terdapat 68,75% pasien dengan diabetes melitus yang terkontrol dan
31,25% pasien dengan diabetes melitus yang tidak terkontrol.
Hasil distribusi edukasi mengenai pengetahuan diabetes menunjukkan sebagian
besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebesar 23 (67,5%)
pasien, dan sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang yaitu 13
(32,5%) pasien.
Hasil distribusi dari pengaturan makanan menunjukan sebagian besar pasien
memiliki pemahaman yang tinggi dalam mengatur makanan yaitu 35 (87,5%) pasien
dimana beberapa pasien masih belum mengatur makanan yang dikonsumsinya
sehari-hari yaitu 5 (12,5%) pasien.
Hasil distribusi ketersediaan dalam melakukan olahraga terbilang masih cukup
kurang yaitu hanya 15 (37,5%) pasien yang melakukan olahraga dan sisanya 25
(62,5%) tidak melakukan olahraga seperti yang telah dianjurkan.
Hasil dari distribusi kepatuhan berobat menunjukkan sebagian besar pasien rutin
mengonsumsi obat yaitu 32 (80%) pasien dan sebagian masih tidak patuh
mengonsumsi obat yaitu 8 (20%) pasien.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian hubungan antara empat pilar diabetes dengan penurunan
kadar gula darah pada pasien dengan diabetes melitus di puskesmas mauk, yaitu
sebagian besar pasien dengan penyerapan edukasi yang baik, pengaturan makan
yang baik, dan patuh dalam berobat memiliki kadar gula darah dalam batas
normal sehingga diabetes menjadi terkontrol walaupun tidak melakukan olahraga
sesuai yang telah dianjurkan (P value = 0,06).
Terdapat juga pasien yang belum tahu tentang edukasi diabetes melitus,
pengaturan makan, olahraga, dan kepatuhan berobat
6.2 Saran
6.2.1 Untuk puskesmas
Saran yang dapat penulis berikan bagi puskesmas mauk adalah agar
puskesmas dapat lebiih rutin melakukan screening untuk mencari
pasien-pasien pengidap diabetes melitus sehingga kadar gula darah yang
tinggi bisa segera ditekan dan perlu lebih disosialisasikan kembali edukasi
seputar penyakit diabetes melitus sehingga masyarakat menjadi lebih paham
penyakit diabetes melitus. Puskesmas dapat melakukan acara penyuluhan
sebulan sekali mengenai penyakit diabetes melitus