Dua orang karyawan pabrik asbes menderita batuk-batuk kronis setelah bekerja di pabrik
tersebut selama kurang lebih 15 tahun. Pihak pengusaha membawa kedua karyawan ke rumah
sakit. Setelah dilakukan pengobatan selama dua bulan tetapi belum sembuh. Pada
pemeriksaan ditemukan kelainan di bagian paru, dan hasil pemeriksaan darah ditemukan
anemi berat.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
-
1
IV. KERANGKA KONSEP
Batuk kronis
Riwayat pengobatan :
Pemeriksaan darah:
Ditemukan kelainan dibagian paru
Anemia berat ( < 6 gr%)
DD:
2
V. LEARNING OBJECTIVE
1. Pengertian penyakit akibat kerja
2. Faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja
3. Jenis penyakit dan kecelakaan pada pekerja
4. Diagnosa penyakit pada skenario
5. Diagnosa banding
6. Jenis dan fungsi pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
7. Jenis dan fungsi pakaian serta pelindung kerja
8. Tugas dan tanggung jawab pengusaha
9. Peraturan dan perundangan tentang tugas dan tanggung jawab pengusaha
2. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja?
a.) Faktor fisis, seperti:
Suara yang dapat mengakibatkan tuli akibat kerja
Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain
pemyakit susunan darah dan kelainan kulit. Radiasi sinar infra merah dapat
mengakibatkan katarak kepada lensa mata, sedangkan sinar ultra violet
menjadi sebab konjungtivitis fotoelektrika ( conjungtivitis photoelectrica) .
Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, kejang demam atau
hiperpireksia, sedangkan suhu terlalu rendah antara lain menimbulkan
frostbite.
Tekanan udara tinggi menyebabkan penyakit kaison.
Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan kepada indera
penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
b.) Faktor kimiawi, yaitu antara lain :
Debu yang menyebabkan pneumokoniosis (pneumoconiosis), diantaranya
silikosis, abestosis dan lainnya.
Uap yang di antaranya menyebabkan demam uap logam (metal fume
fever), dermatosis (penyakit kulit) akibat kerja, atau keracunan oleh zat
toksis uap formaldehida.
Gas, misalmya keracunan oleh CO, H2S dan lainnya.
Larutan zat kimia yang misalnya menyebabkan iritasi pada kulit.
Awan atau kabur, misalnya racun serangga, racun jamur, dan lainnya yang
menimbulkan keracunn.
3
c.) Faktor biologis, misalnya bibit penyakit antraks atau rubella yang menyebabkan
penyakit akibat kerja pada pekerja penyamak kulit.
d.) Faotr metal- psikologis yang terlihat misalnya pada hubungan kerja atau hubungan
industrial yang tidak baik, dengan akibat timbulnya misalnya depresi atau
penyakit psikosomatis.
4
24) Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yng bertekanan lebih.
25) Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
26) Penyakit kulit yang disebabkan fisik, kimiawi atau biologi
27) Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bituman, minyak
mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28) Kanker paru atau mesetelioma yang disebabkan oleh asbebs.
29) Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parait yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30) Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi dan rendah atau panas radiasi atau
kelembapan udara tinggi.
31) Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya seperti obat (RI.Keputusan
Presiden No.22 Tahun 1993).
5
b. Penyakit paru akibat coal workers pneumoconiosis, black lung berupa debu batu
bara .
c. Penyakit beriliosis (alumunium , nikel, tembaga).
6
dan menguji kemampuan bekerja dari tenaga kerja tersebut supaya ia bekerja
sesuai dengan situai dan kondisi badannya.
7
f. Alat pelindung kaki
- Fungsi alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
beberbturan dengan benda berat, tertusuk benda tajam , terkena cairan panas
atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ektrim, terena bahan kimia
berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
- Jenis pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerja peeburan,
pengecoran logam, industri, konstruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi
bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau lici, bahan
kimia dan jasad renik, dan/ atau bahaya binatang dan lain-lain.
8
KESIMPULAN
Dua orang karyawan pabrik asbes menderita batuk-batuk kronis setelah bekerja di pabrik
tersebut selama kurang lebih 15 tahun. Setelah dilakukan pengobatan selama dua bulan
pasien belum sembuh juga. Pada pemeriksaan ditemukan kelainan di bagian paru, dan hasil
pemeriksaan darah ditemukan anemi berat. Maka pasien didiagnosa menderita
pnemokoniosis asbestosis dengan differentialdiagnosa pnemokoniosis silikosis. Penanganan
yang dapat diberikan dokter umum pada kasus ini adalah merujuk pasien kedokter spesialis
paru. Pencegahannya dilakukan dengan mencegah paparan debu asbestos, pekerja tidak
merokok, dan tidak mendekati pabrik. Sesuai SKDI pasien pnemokoniasis asbestosis
termasuk kompetensi 2 (lulusan dokter mampu mendiagnosa klinis terhadap penyakit tersebut
dan mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan).
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Siti Setiadi, Idrus Alwi, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Dalam FKUI
2. Suaeb, A. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta
3. Sumamur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
Jakarta: CV Sagung Seto
4. http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Materi__Kesehatan_Kerja_2015_OK.pdf
5. http://www.nsl.co.id/peraturan/pdf/PerMenNaKerTrans%20No%2008%2
0MEN%20VII%202010%20Lampiran%201%20-
%20Fungsi%20dan%20Jenis%20Alat%20Pelindung%20Diri.pdf
10