Anda di halaman 1dari 6

NAMA : MURNI SULASTRI

NPM :214 210 067

JUDUL : TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA/SISWI YANG AKAN


MELAKSANAKAN UJIAN SBMPTN (SELEKSI BERSAMA MASUK
PERGURUAN TINGGI NEGERI) DI SMA SWASTA RK BINTANG
TIMUR PEMATANG SIANTAR.

DOPING I : dr. MAWAR GLORIA TARIGAN, Sp.KJ

DOPING II :dr. IRENE DAMANIK,Sp.Rad


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ansietas (cemas) dapat ditemukan di mana saja, kapan saja dan, pada siapapun
termasuk pada siswa kelas XII yang akan melakukan ujian SBMPTN (Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Apalagi jika seseorang yang akan
menghadapi ujian sebagai penentu apakah dia layak menjadi mahasiswa di perguruan
tinggi tersebut atau tidak? dengan perjuangannya selama kurang lebih 3 tahun
pendidikan SMA/SMK/Sederajat. Dengan perjuangan mengikuti les privat dan
bimbingan belajar kurang lebih selama 1 tahun dan tuntutan dari orang tua dan/atau
keluarga yang mengharuskan siswa/siswi tersebut untuk lulus diperguruan tinggi yang
dipilih.
kecemasan adalah suatu perasaan takut yang sering disertai dengan gejala
fisiologis dan psikologis, seperti ketegangan, mudah marah, tidak dapat konsentrasi,
jantung berdebar debar, berkeringat, gemetaran, rasa takut, kebingungan, pusing, rasa
tercekik, dan nyeri abdominal (Tomb, David A, 2004). Sejalan dengan pernyataan
pada (kamus kedokteran dorland, 2012) yang mendefinisikan kecemasan yaitu suatu
keadaan emosional yang tidak mnyenangkan, berupa respons-respons psikofisiologis
yang timbul sebagai antisipasi bahaya yang tidak nyata atau imajiner, tampak nya
disebabkan oleh konflik intrapsikik yang tidak disadari. Penyerta fisiologis mencakup
denyut jantung bertambah cepat, perubahan laju pernafasan, berkeringat, gemetar,
lemas dan lelah, sedangkan penyerta psikologis meliputi perasaan-perasaan akan
adanya bahaya, tidak berdaya, khawathir, dan tegang.
Sedangkan menurut penyataan (Kaplan & Saddock, 2010), mendefinisikan
kecemasan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan, atau yang memperingatkan
adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan
untuk mengatasi ancaman. Atau kecemasan merupakan respons terhadap suatu
ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual.
Sedangkan menurut peryataan (stuart,1995) kecemasan adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Kecemasan adalah pengalaman manusia yang bersifat universal, suatu respons
emosional yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran, suatu rasa takut yang tidak
terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran yang akan
datang tidak jelas dan tidak teridentifikasi (Taylor,1995). Menurut (sarafino, 1994)
menyatakan bahwa cemas merupakan suatu ketakutan terhadap ketidakberdayaan
dirinya dan respons terhadap kehidupan yang hampa dan tidak berarti. Kemudian
(selye, 1996) mengemukakan bahwa kecemasan merupakan gangguan alam perasaan
yang ditandai dengan perasaan keta kutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih
utuh, serta perilaku terganggu tetapi masih dalam batas normal. Sehingga (solehati &
kosasih, 2015) menyimpulkan dari tiga definisi tersebut dengan menyatakan bahwa
kecemasan adalah suatu respons emosional dimana seseorang merasa takut pada suatu
sumber ancaman yang belum jelas dan tidak teridentifikasi.
Ujian adalah tes yang dilakukan suatu lembaga untuk mengetahui kualitas dan
kemampuan dari seseorang, (untara wahyu,2014). SBMPTN (seleksi bersama masuk
perguruan tinggi negeri) merupakan salah satu jalur seleksi secara nasional melalui
ujian tertulis untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri. Sedangkan ujian SBMPTN
(seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri) adalah suatu tes yang dilakukan
lembaga nasional untuk melihat kamampuan dan kepantasan siswa/siswi tersebut
layak atau tidak menjadi mahasiswa/mahasiswi di Perguruan Tinggi Negeri yang
dipilih. Yang dilakukan dengan test sercara lisan, baik dengan sistem dengan sistem
PBT (Paper Based Testing) Tes menggunakan kertas atau dengan sistem CBT
(Computer Based Testing) atau tes menggunakan komputer. Adapun persyaratannya
yaitu siswa/siswi yang lulus SMA/SMK/Sederajat dengan lulusan maksimal tiga
tahun terakhir

Perasaan cemas yang dialami siswa/siswi ketika akan menghadapi ujian


SBMPTN merupakan reaksi yang berupa perasaan tidak nyaman atau tertekan
terhadap tuntutan, bahwa ujian SBMPTN adalah penentu masa depan dan perjuangan
selama ia menempuh pendidikan dari SD (sekolah dasar) sampai
SMA/SMK/Sederajat. Setiap siswa/siswi menginginkan untuk berhasil masuk
keperguruan tinggi negri yang dipilih. kelulusan diperguruan tinggi negri menjadi
target dan inspirasi siswa/siswi tersebut, apalagi dengan tuntutan orang tua dan/atau
keluarga yang justru seringkali menjadikan tekanan tersendiri bagi siswa/siswi
tersebut. Fase ini tidak jarang menjadi beban tersendiri bagi siswa/siswi yang
bersangkutan dan dapat menimbulkan tekanan dalam diri siswa/siswi tersebut, oleh
sebab itu tidak jarang ujian SBMPTN menjadi semacam kecemasan bagi
siswa/siswi yang mengikuti SBMPTN. Ada sebagian siswa/siswi yang mampu
melewati fase ini karena ekonomi orang tua yang cukup untuk kuliah di perguruan
tinggi swasta, ada juga yang merasa tertekan dan cemas karena ekonomi orang tua
yang sangat rendah, sehingga tidak dapat mengkuliahkan anaknya diperguruan tinggi
swasta, serta ambisi yang sangat kuat untuk kuliah di perguruan tinggi negri, dengan
konsep pikiran bahwa yang kuliah diperguruan tinggi negri lebih bergengsi dan lebih
mudah mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Hal inilah yang mengakibatkan
kecemasan yang berlebihan pada siswa/siswi tersebut.
Kecemasan mempengaruhi hasil belajar siswa/siswi, karena kecemasan
cenderung menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi. Distorsi tersebut dapat
mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian,
menurunkan daya ingat, mengganggu kemampuan menghubungkan satu hal dengan
hal yang lain. Sehingga kecemasan ini menjadi konflik bagi diri siswa/siswi tersebut,
yang dapat menjadi gangguan kecemasan dan kemudian berujung pada gangguan
cemas menyeluruh atau GAD (Generalized Anxiety Disorder), (Kaplan & Saddock,
2005).

Pada umumnya siswa/siswi dapat fokus untuk belajar SBMPTN hanya sekitar
3 bulan, dengan jumlah soal 150 soal dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi serta
tidak ada patokan nilai untuk kelulusan. Yang lulus adalah nilai tertinggi sesuai
dengan daya tampung setiap perguruan tinggi negri. Sementara daya tampung setiap
perguruan tinggi negri sangat rendah dibandingkan dengan jumlah peminat pada
setiap perguruan tinggi negri. Contoh nya perguruan tinggi negri Universitas Sumatra
utara daya tampung tahun 2017 berjumlah 3.162 dengan peminat pada tahun 2016
berjumlah 64.812 dan peminat pada tahun 2015 berjumlah 70.568, dimana dari
statistik tersebut terlihat bahwa peminat dan daya tampung perguruan tinggi negri
sangat berbeda jauh. Hal inilah yang mengakibatkan kecemasan pada siswa/siswi
yang akan melaksanakan ujian SBMPTN.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merasa tertarik untuk meneliti


bagaimanakah tingkat kecemasan siswa/siswi yang akan melaksanakan ujian
SBMPTN di SMA Swasta RK Bintang Timur Pematang Siantar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah: bagaimana tingkat kecemasan siswa/siswi yang akan
melaksanakan ujian SBMPTN di SMA Swasta RK Bintang Timur Pematang Siantar.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada siswa/siswi yang akan
melaksanakan ujian SBMPTN di SMA Swasta RK Bintang Timur Pematang
Siantar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat kecemasan pada siswa/siswi yang akan melaksanakan
ujian SBMPTN berdasarkan jenis kelamin
2. Mengetahui tingkat kecemasan pada siswa/siswi yang akan melaksanakan
ujian SBMPTN berdasarkan ekonomi orang tua
3. Mengetahui tingkat kecemasan pada siswa/siswi yang akan melaksanakan
ujian SBMPTN berdasarkan lingkungan (yang tinggal dengan orang tua
dan yang tidak tinggal dengan orang tua)
4. Mengetahui tingkat kecemasan pada siswa/siswi yang akan melaksanakan
ujian SBMPTN berdasarkan jumlah saudara kandung.
5. Mengetahui tingkat kecemasan pada siswa/siswi yang akan melaksanakan
ujian SBMPTN berdasarkan siswa yang kelas plus dengan kelas reguler.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam mengetahui
tingkat kecemasan pada siswa/siswi yang akan melaksanakan ujian SBMPTN.
1.4.2 Bagi Instansi Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia
1. Sebagai bahan atau sumber data untuk penelitian berikutnya, khususnya
yang berkaitan dengan kecemasan dan faktor-faktor yang menyebabkan
kecemasan pada siswa/siswi yang akan melaksanakan ujian SBMPTN.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk lebih memperkaya pengetahuan dan
bahan masukan bagi bagian pendidikan kedokteran khususnya tentang
kecemasan
1.4.3 Bagi Instansi Tempat Penelitian
1. Sebagai gambaran mengenai tingkat kecemasan dan faktor-faktor
penyebab kecemasan siswa/siswi pada saat akan melaksanakan ujian
SBMPTN, sehingga dapat mengantisipasi dan mengelola kecemasan
dengan baik.
1.4.4 Bagi Guru Pengajar SMA Kelas XII
1. Dapat menambah pengetahuan bagi guru pengajar tentang tingkat
kecemasan pada siswa/siswi yang akan melaksanakan ujian SBMPTN.
2. Sebagai masukan agar para guru dapat mengelola kecemasan pada
siswa/siswi yang akan melaksanakan ujian SBMPTN sehingga tingkat
kecemasan dapat diminimalkan.
1.4.5 Bagi Orang Tua
1. Menjadi gambaran tentang tingkat kecemasan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan, serta peran orang tua dalam mengelola
kecemasan pada siswa/siswi yang akan melaksanakan ujian SBMPTN.

Anda mungkin juga menyukai